Makalah Kelompok 9 - Aspek Perilaku Dalam Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASPEK PERILAKU DALAM AKUNTANSI “ASPEK AKUNTANSI KEPERILAKUAN DALAM PENGENDALIAN KEUANGAN”



Dosen Pengampu : Dr. Fitria Husnatarina, SE., M. Si, Ak, CA



Kelompok 9 ( Sembilan ) :



Desembri Pionitri



BCA 118 027



Desintha Cahyani



BCA 118 024



Mingga Juniwatie



BCA 118 026



UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Aspek Akuntansi Keperilakuan Dalam Pengendalian Keuangan”. Makalah yang berjudul



“Aspek Akuntansi Keperilakuan Dalam Pengendalian



Keuangan” ini dibuat supaya kita belajar mengenai berbagai aspek keperilakuan pengendalian keuangan dalam sebuah institusi. Makalah ini juga dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Aspek Perilaku Dalam Akuntansi. Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Fitria Husnatarina, SE, M.Si., Ak, CA sebagai dosen pengampu mata kuliah Mata Kuliah Aspek Perilaku Dalam Akuntansi yang telah memberikan ilmunya kepada kami semua. Demikian makalah ini kami buat, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak apabila didalam makalah yang kami buat belum sempurna.



Palangka Raya, 01 November 2020



Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2 BAB I....................................................................................................................................................3 A.



Latar Belakang........................................................................................................................3



B.



Rumusan Masalah...................................................................................................................4



C.



Manfaat Penelitian...................................................................................................................4



BAB II...................................................................................................................................................5 A.



Perkembangan Akuntansi Keperilakuan...............................................................................5 1.



Akuntansi Keperilakuan Akuntansi.......................................................................................5



2.



Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan...............................................................................7



3. Bagaimana hubungan antara akuntansi keperilakuan dengan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen?...................................................................................................................7 4.



Perkembangan Akuntansi Keperilakuan................................................................................8



5.



Definisi Manajemen Keuangan............................................................................................13



B.



Hubungan Akuntansi Keperilakuan Dengan Pengendalian Keuangan............................14



1.



Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan.....................................................................14 2.



Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan...........................................................20



3.



Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan.....................................................................20



4.



Pengendalian Biaya.............................................................................................................21



C.



Penelitian Keperilakuan Dalam Pengendalian Keuangan..................................................31 1. Aspek Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan Aspek Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan.....................................................................................................................................31 2.



Penelitian Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan.........................................................32



3.



Penelitian Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan.........................................................34



BAB III................................................................................................................................................37 1.



Kesimpulan............................................................................................................................37



2.



Saran.......................................................................................................................................38



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................40



2



3



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Perkembangan akuntansi hingga saat ini telah mengalami beberapa fase. Mulai dari



zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal adanya hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat ini. Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi.  Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang di dalam organisasi. Oleh karena itu, kami menyusun Makalah tentang Tinjauan Terhadap Ilmu Keprilakuan untuk memberikan gambaran mengenai dimensi akuntansi keprilakuan, lingkup dan sasaran hasil dari akuntansi keprilakuan, serta persamaan dan perbedaan antara ilmu keprilakuan dan akuntansi keprilakuan.



4



B.



C.



Rumusan Masalah 1.



Bagaimana perkembangan akuntansi keperilakuan?



2.



Bagaimana hubungan akuntansi keperilakuan dengan pengendalian keuangan?



3.



Bagaimana penelitian keperilakuan dalam pengendalian keuangan?



Manfaat Penelitian 1.



Untuk menjelaskan perkembangan penelitian akuntansi keperilakuan.



2.



Untuk mengetahui hubungan akuntansi keperilakuan dengan pengendalian keuangan.



3.



Untuk mengetahui penelitian keperilakuan dalam pengendalian keuangan.



5



BAB II PEMBAHASAN A.



Perkembangan Akuntansi Keperilakuan 1.



Akuntansi Keperilakuan Akuntansi Keperilakukan merupakan bidang multidisipliner yang berasal dari konstruk



teori behavioral sciences sehingga akuntansi keperilakuan merupakan pertemuan antara ilmu akuntansi dan ilmu sosial. Menurut Hofstedt dan Kinard (1970) definisi akuntansi keperilakuan adalah The study of the behavior of accountants or the behavior of nonaccountants as they are influenced by accounting functions and reports. Dari definisi tersebut maka akuntansi keperilakuan adalah studi mengenai perilaku akuntan atau perilaku non akuntan ketika mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan akuntansi. Dari definisi ini menyimpulkan bahwa area riset ini berbicara mengenai perilaku manusia sebagai individu yang mencakup perilaku individu dalam organisasi dan aktivitas terpisah akibat pengaruh fungsi akuntansi dan pelaporan akuntansi. Penulis dalam memahami konsep akuntansi keperilakuan memiliki pendapat yang agak berbeda. Menurut penulis konsep akuntansi keperilakuan lebih luas karena pada hakekatnya akuntansi merupakan konstruksi sosial yang lebih luas. Akuntansi keperilakuan merupakan studi akuntansi berkenaan bagaimana akuntan maupun non akuntan berperilaku akibat adanya informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen, dan sebaliknya bagaimana akuntan dan non akuntan dapat mempengaruhi informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen, Perilaku berkaitan dengan sikap (attitude), nilai (value), keyakinan (belief), kebiasaan (habits) dan opini (opinions). Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan menanggapi obyek (situasi, orang dll). Sikap ini dapat dipelajari dan dibangun. Seringkali sikap dibentuk dari pengalaman pribadi, lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan dan sekolah bahkan lingkungan sosial. Sikap tersebut lama-kelamaan dapat menjadi kebiasaan yang konsisten pada diri manusia (membentuk pribadi). Sebagai contoh, bagaimana sikap akuntan publik merespon undangundang tentang akuntan publik akan berbeda setiap orang.Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu emosi, kognitif, dan perilaku. Emosi berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek. Kognitif berhubungan dengan ide dan



6



persepsi yang dimiliki setiap individu terhadap sebuah obyek. Sedangkan perilaku merupakan bagaimana seseorang bereaksi terhadap obyek tertentu. Nilai merupakan sesuatu yang menggerakkan setiap manusia baik melakukan sesuatu dengan sengaja atau merespon sesuatu. Nilai biasanya adalah sesuatu yang membedakan setiap orang dengan sesamanya. Sebagai contoh penelitian Radianto (2015) menemukan bahwa individu yang memiliki nilai religius yang tinggi tidak perlu dikendalikan menggunakan pengendalian manajemen yang formal karena orang tersebut memandang pekerjaan adalah anugerah Tuhan sehingga dia akan bekerja dengan optimal tanpa harus diawasi dengan ketat. Keyakinan merupakan sikap yang ditunjukkan oleh seseorang saat ia merasa memahami sesuatu. Keyakinan bisa salah jika seseorang tersebut menemukan fakta baru yang mampu mengalahkan kebenaran fakta sebelumnya. Fakta tersebut bisa merupakan bukti ilmiah dan intuisi. Kebiasaan merupakan pola dari perilaku yang berulang-ulang, akibatnya seringkali tidak disadari dan bersifat otomatis. Kebiasaan akan membentuk karakter seseorang dan karakter tersebut pada akhirnya akan membentuk kepribadian setiap orang. Opini seringkali disamakan dengan keyakinan dalam arti yang lebih sempit. Opini merupakan komponen kognitif dari sikap dan berhubungan dengan bagaimana seseorang tersebut memberikan penilaian atau evaluasi atas sesuatu. Opini yang logis adalah opini yang disertai dengan bukti-bukti yang valid. Sebagai contoh bagaimana seseorang memaknai atau menilai performance appraisal yang dilakukan di organisasinya sehingga mempengaruhi perilakunya. Berikutnya bagaimana stakeholder memandang pendapat laporan keuangan yang disclamer. Bagaimana kebiasaan investor institusi melakukan investasi ketika adanya kenaikan BBM, apakah akan menjual sahamnya? Mempertahankan sahamnya? Atau malahan membeli saham?. Bagaimana sikap wajib pajak terhadap peraturan perpajakan terbaru yang menaikkan PTKP. Hal-hal tersebut adalah beberapa contoh perilaku yang seringkali ditemui dalam akuntansi keperilakuan. 2.



Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan Akuntansi



keperilakuan



mencakup



beberapa



hal.



Pertama,



judgment



(pertimbangan) serta pembuatan keputusan dari auditor dan akuntan. Kedua, Pengaruh fungsi akuntansi (seperti budgetary participation, information system characteristics) dan fungsi audit pada perilaku karyawan, manajer, investor, dan wajib pajak, Ketiga, Pengaruh dari luaran fungsi akuntansi dan audit yaitu informasi 7



akuntansi pada pertimbangan pengguna dan pembuatan keputusan. Akuntansi Keperilakuan berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia mempengaruhi informasi akuntansi dan keputusan bisnis dan sebaliknya bagaimana informasi akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia. Adapun pengguna informasi akuntansi sendiri terdiri dari pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen dan karyawan, sedangkan pihak eksternal terdiri atas pemegang saham, kreditor, serikat pekerja, analisis keuangan, konsultan eksternal, dan pemerintah. 3.



Bagaimana hubungan antara akuntansi keperilakuan dengan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen? Pada prinsipnya akuntansi keuangan mengkaji mengenai informasi keuangan



untuk pihak eksternal sedangkan akuntansi manajemen berhubungan dengan informasi akuntansi dan non akuntansi untuk pihak internal sehingga akuntansi memiliki hubungan dengan keduanya sepanjang berkaitan dengan perilaku manusia berkenaan dengan informasi. Akuntansi keperilakuan memiliki hubungan yang erat ketika manusia memaknai serta mengambil keputusan mengenai informasi yang tersedia. Sebagai contoh bagaimana perilaku manusia ketika mengetahui adanya penurunan laba atau kenaikan laba laporan keuangan pada periode tertentu. Contoh lainnya yaitu bagaimana manusia berperilaku ketika proyek yang dikerjakan ternyata melampaui



anggaran



yang



sudah



direncanakan.



Ruang



lingkup



akuntansi



keperilakuan cukup luas karena memiliki aspek sosial yaitu khususnya sosiologi. Ada dua ruang lingkup akuntansi keperilakuan yaitu sebagai berikut. Pertama, Akuntansi Keperilakuan berhubungan dengan perilaku manusia dan sistem akuntansi. Fokus ruang lingkup ini adalah mengenai sikap manajemen dalam mempengaruhi pengendalian dan fungsi organisasi. Selanjutnya mengenai sistem akuntansi yang mempengaruhi motivasi, pengambilan keputusan, kinerja serta produktivitas organisasi. Sebagai contoh penelitian Radianto (2015) menemukan bahwa motivasi merupakan syarat penting untuk menerapkan pengendalian manajemen yang efektif. Kedua, akuntansi keperilakuan sebagai metode untuk memprediksi perilaku manusia. Hal ini berkaitan dengan bagaimana sistem akuntansi dapat digunakan sebagai strategi untuk mempengaruhi perilaku manusia. Sebagai contoh ruang lingkup ini mencakup bagaimana peran reward dan punishment, bagaimana peran performance appraisal di sebuah organisasi.



8



Dari uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi keperilakuan bermanfaat untuk beberapa hal. Pertama, melalui akuntansi keperilakuan maka pengguna informasi akan dapat memahami dan mengukur bagaimana dampak proses bisnis terdapat stakeholder dan kinerja organisasi. Kedua, akuntansi keperilakuan dapat menggambarkan dan mengukur perilaku individu yang berguna untuk mendukung perencanaan dan pengendalian strategis. Terakhir, pengguna informasi yang memahami akuntansi keperilakuan akan dapat mempengaruhi perilaku individu untuk memastikan bahwa mereka mendukung pencapaian tujuan organisasi. 4.



Perkembangan Akuntansi Keperilakuan Tahapan perkembangan akuntansi keperilakuan dapat dilihat dari penelitian



Lord (1989) yaitu sebagai berikut. Tahun 1950an merupakan tahun dimulainya penelitian mengenai akuntansi keperilakuan walaupun saat itu belum muncul istilah akuntansi keperilakuan. Tahun ini oleh Lord (1989) disebut dengan “foundation research paper” karena merupakan tulisan-tulisan awal mengenai akuntansi keperilakuan. Ferguson (1920) dan Dent (1931) melakukan penelitian mengenai dampak anggaran terhadap perilaku dan kinerja pekerja. Selanjutnya Argyris (1952) melakukan penelitian mengenai dampak informasi akuntansi terhadap karyawan. Temuan dari penelitian ini adalah anggaran berdampak terhadap motivasi dan perilaku. Karya Argyris ini merupakan karya pertama mengenai pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku yang diterbitkan dan karya ini seringkali banyak peneliti yang menganggap merupakan karya monumental karena merupakan karya akuntansi keperilakuan pertama. Tahun 1960an merupakan tahun awal dari kebangkitan penelitian akuntansi keperilakuan. Dalam periode ini akademis memperluas riset mengenai implikasi informasi akuntansi dan laporan keuangan pada pengambilan keputusan. Pada periode ini akuntansi keperilakuan pertamakali diterbitkan di Accounting Review. Carl Devine pada periode ini merupakan periset akuntansi keperilakuan yang sangat terkenal. Dalam periode ini banyak konferensi dan diskusi yang tidak saja dihadiri oleh akuntan namun juga oleh eksekutif perusahaan, psikolog, pakar organisasi. Dalam periode ini juga beberapa peneliti melakukan riset eksperimen. Riset awal akuntansi



keperilakuan



banyak



yang



berhubungan



dengan



dampak



bermacammacam data akuntansi yang berdampak pada perilaku individual.



9



dari



Perkembangan akuntansi keperilakukan mulai dilirik oleh banyak peneliti sejak tahun 1970, periode ini oleh Lord (1989) disebut dengan “A Decade of Interest Expansion in Behavioral Topics”. Dalam periode ini penelitian akuntansi keperilakuan semakin meningkat baik melalui metode eksperimen maupun non eksperimen. Perkembangan yang sangat menarik pada dekade ini adalah meningkatnya perkembangan akuntansi keperilakuan membuat pelajar doktoral bidang ilmu akuntansi mengambil matakuliah psikologi. Dalam periode ini area akuntansi keperilakuan yang paling luas adalah human information processing (HIP) dari informasi akuntansi. Riset mengenai HIP berkenaan dengan pengaruh informasi terhadap perilaku individu. Ada empat pendekatan riset utama dalam HIP yaitu Lens model, Probabilistic judgment, Cognitive style, dan Predecisional behavior. Riset-riset tersebut dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Barefild (1972), Mock, Estrin, and Vasarhelyi (1972), Dickhaut (1973). Beberapa studi berkenaan dengan HIP yaitu sebagai berikut dampak anggaran partisipatif terhadap perilaku manajer (sweringa dan Moncur, 1972), dampak anggaran terhadap motivasi karyawan (Milani, 1975), pengaruh anggaran terhadap perilaku berhubungan dengan organisasi/Kontingensi teori pada organisasi (Bruns dan Waterhouse, 1975). Salah satu jurnal yang berkontribusi besar dalam riset akuntansi keperilakuan adalah Accounting Organization and Society (AOS). Beberapa riset dalam AOS mencakup dampak akuntansi pada perilaku dalam isu organisasi seperti anggaran, evaluasi kinerja, pengendalian biaya, pembuatan keputusan, kontingensi teori dalam riset akuntansi, dan isu organisasi dalam riset sistem informasi akuntansi. Sampai dengan saat ini penelitian akuntansi keperilakuan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Tahun 1988 munculnya jurnal yang khusus mengkaji akuntansi internasional yaitu Behavior Research in Accounting, selanjutnya pada tahun 1998 terbitnya Advanced in Accounting Behavioral Research. Perkembangan ini menunjukkan bahwa peran akuntansi keperilakuan semakin penting. Beberapa perkembangan akuntansi keperilakuan berasal dari beberapa hal yaitu sebagai berikut (Burgstahler dan Sundem, 1989): Pengujian teori. Sebelumnya penelitian akuntansi keperilakuan hanya mencakup analisis deskriptif, namun saat ini sudah mulai muncul riset-riset mengenai pengujian teori.



10



Mempergunakan metode statistika yang tepat. Dalam hal ini kemampuan periset akuntansi keperilakuan dalam menggunakan metode statistika yang tepat semakin meningkat. Memiliki validitas trade off internal dan eksternal yang lebih baik. Penelitian akuntansi keperilakuan sebelumnya memiliki validitas yang lemah namun saat ini mulai menunjukkan kualitas dalam mengendalikan variabelnya. Peningkatan penggunaan disiplin yang terkait. Saat ini sudah banyak periset akuntansi keperilakuan yang sudah terlatih dengan ilmu perilaku dan metode riset. Penggabungan Perspektif yang lebih luas dari Akuntansi keperilakuan. Awal penelitian akuntansi keperilakuan terkait dengan metode dan ilmu psikologi sosial, namun saat ini sudah memasukkan unsur perilaku organisasi dan sosiologi. Perkembangan dalam akuntansi keperilakuan menunjukkan tetap fokus pada auditing dan akuntansi manajemen tapi penekanannya bergeser dari pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku ke proses informasi oleh pembuat keputusan. Perkembangan ini menunjukkan perubahan yang terjadi pada isu riset akuntansi keperilakuan. Perkembangan penelitian akuntansi keperilakuan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak faktor berkontribusi terhadap perkembangan ini, misalnya (1) ketersediaan jurnal yang mewadahi penelitian akuntansi keperilakuan. .. 121 berkembangan pesatnva metodologi dan statistic untuk menguji hipotesis, (3) semakin berinteraksinya bidang yang semula sangat independen menjadi interdependen, (4) mulai diterimanya bidang akuntansi keperilakuan di masyarakat,-dan (5) semakin luasnya kesempatan belajar akuntansi keperilakuan di perguruan tinggi sehingga memungkinkan mahasiswa menulis skripsi, tesis, dan disertasi menggunakan penelitian akuntansi keperilakuan. Ketersediaan jurnal merupakan faktor pemicu penting dalam perkembangan penelitian akuntansi keperilakuan. Sebelum lahirnya AOS dan BRIA, penelitian akuntansi keperilakuan tersebar di banyak jurnal, terutama jurnal non-akuntansi. Dengan lahirnya BRIA, kesempatan untuk publikasi menjadi semakin besar. Berkembangnya metodologi dan statistik ikut memperkaya penelitian akuntansi keperilakuan yang dulunya menggunakan teknik yang sangat sederhana. Sekarang banyak penelitian menggunakan eksperimen dan verbal protocol analysis. Interaksi bidang ilmu seperti psikologi, politik, statistik, ekonomi, dan budaya memperkaya khasanah bidang ilmu dan melahirkan penelitian yang semakin lama semakin kompleks. Kalau dulu penelitian umumnya menguji satu isu penelitian, sekarang penelitian dapat menguji beberapa isu yang berlainan dengan dasar ilmu 11



pendukung yang berbeda. Sebagai contoh, lihat Comerfold dan Abernethy (1999) yang berjudul Budgeting and the Manogernent Role of Conflict in Hospitals. Organisasi profesi seperti~merican AccountingAssociation mendedikasi satu seksi untuk bidana -. keverilakuan ini dalam Accountine. Behavior. and Organization (ARO). Konferensi dan seminar semakin bany& dilakukan oleh ARO yang melahirkan banyak karya penelitian di bidang akuntansi keperilakuan. . - Banyak graduateschool dan undergraduate school yang mulai memasukkan matakuliah akuntansi keperilakuan sebagai matakuliah wajib maupun pilihan. Dengan semakin berkembangnya penelitian di bidang akuntansi keperilakuan, diharapkan dapat merubah pandangan sebagian orang yang belum mau mengakui bahwa aspek keperilakuan juga merupakan isu yang harus dipahami oleh akuntan agar mereka dapat lebih efektif dan efisien dalam menaeriakan tuaas mereka. Lebih dihara~kan la&. Dara ~eneliti mau dan tidak ma1;untuk mebnakan label sebagai pkeliti gdkg Antansi keperilakuan. Selama ini mereka banyakbersembunyi dengan men~atakan



bahwa



mereka



adalah



peneliti



bidang



pengaditan



atau



akuntansimanajemen padahal isu pengauditan atau akuntansi manajemen yang diteliti menyangkut aspek keperilakuan. Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya Ikhsan (2005) menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Selanjutnya Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan (1) untuk memahami dan 3 mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan, (2) untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis, dan (3) untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan. Bidang keperilakuan dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru dibandingkan dengan akuntansi keuangan. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan,2005). Hal itu diawali dari penelitian Argyris (1952), yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran dan kemudian diikuti oleh 12



peneliti-peneliti lainnya. Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord mengkaji perkembangan riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalan konteks organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events). Menurut Burgstahler dkk. (1989) penelitian bidang keperilakuan sudah mengalami perkembangan sebagai berikut. Pertama, metode penelitian behavioral digunakan untuk isu akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioral yang mendasarinya. Kedua, model atau teori behavioral diadopsi. Fase ketiga adalah pengujian model behavioral kepada akuntansi seperti pengujian model lensa Brunswick. Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan; sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi dan akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia. 5 Burgstahler dan Sundem (1989) meyebutkan ada beberapa faktor yang membuat behavioral research in accounting secara khusus mempunyai kesulitan, yaitu bidangnya luas, variabel kompleks, perilaku adalah sebuah situasi spesifik, perwujudan lain dari interelasi variabel-variabel adalah beberapa hukum perilaku sepenuhnya umum, titik temu validitas internal dan validitas eksternal, sistem kontrol akademis, dan evaluasi kualitatif. Penelitian keperilakuan dalam akuntansi riset bisa menggunakan tiga jenis metode, antara lain studi lapangan, eksperimen, dan survei yang masing-masing ada keunggulan dan kelemahannya. Ketiga metode ini bisa saling melengkapi dengan menerapkan metode multiple.



13



5.



Definisi Manajemen Keuangan Manajemen



keuangan (financial



management)



adalah



segala aktivitas



perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunkan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh (Sartono, 2000). Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu: 1. Keputusan Investasi (Investmen Decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang dagangan, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansill merupakan aktiva berupa suratsurat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh peusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan paling penting diantara ketiga bidang keputusan dalam manajemen keuangan. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa langkah, antara lain: a.



Manajer keuangan menetapkan berapa aset secara keseluruhan (total assets) yang diperlukan dalam perusahaan.



b.



Dari aset yang diperlukan ditetapkan kkomposisi dari aset-aset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets).



c.



Untuk mencapai pemanfaatan aset secara optimal, maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru.



2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)



14



Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada di sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal, antara lain: a.



Keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.



b.



Penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur



modal



yang optimum.



Struktur



modal



optimum



merupakan



perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber moodal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Pada keputusan pengelolaan aset ini semua manajer yang bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada saling bekerja sama dengan baik agar aset yang telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat dapat dikelola secara efisien. Karena seperti sebuah pepatah “ lebih mudah membangun daripada memelihara”. Manajer yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai.



B.



Hubungan Akuntansi Keperilakuan Dengan Pengendalian Keuangan 1.



Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan Akuntansi, biasanya hanya terpusat pada pelaporan informasi keuangan. Pada



beberapa dekade terakhir, para manajer dan akuntan profesional mulai mengetahui kebutuhan akan tambahan informasi ekonomi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Oleh karena itu, informasi ekonomi dapat ditambah dengan tidak hanya melaporkan data-data keuangan saja, tetapi juga data-data nonkeuangan yang terkait dengan proses pengambilan keputusan. Berdasarkan kondisi ini, adalah wajar jika akuntansi sebaiknya 15



memasukkan dimensi-dimensi keperilakuan dari berbagai pihak yang terkait dengan informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Akuntan melaksanakan akuntansi mulai dari mengidentifikasi transaksi, mencatat dan mengukurnya, sampai dengan menyusun laporan keuangan akhir periode. Informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut diaudit oleh akuntan publik, agar dapat dipercaya oleh para pengguna khususnya pengguna eksternal. Setiap pihak yang berhubungan dengan akuntansi baik internal maupun eksternal selalu menggunakan judgment dalam pengambilan keputusan. Akuntan sebagai pihak yang menyiapkan informasi akuntansi akan memilih metode dan pendekatan yang paling sesuai dengan kebijakan manajemen dalam mengoperasikan perusahaan. Dalam proses pemilihan metode dan pendekatan akuntansi yang akan dipergunakan judgment akuntan berperan dominan. Auditor pada saat melakukan prosedur audit juga menggunakan judgment. Pengguna laporan keuangan, ketika membaca laporan keuangan dan menginterpretasikan informasi yang terkandung di dalamnya untuk mengambil keputusan ekonomi, juga selalu menggunakan banyak pertimbangan. Judgment dan keputusan yang beragam untuk kondisi yang sejenis mencerminkan variasi perilaku. Pada akhirnya muncul banyak aspek keperilakuan yang terkait dengan akuntansi keuangan. Aspek keperilakuan tersebut merupakan bidang yang dikaji dalam akuntansi keperilakuan. Terdapat beberapa isu terkait penelitian akuntansi keperilakuan yaitu isu pengendalian manajemen, pemrosesan informasi akuntansi, perancangan sistem informasi akuntansi, pengauditan, sosiologi organisasional, karir akuntan, etika, metodologi, dan lain-lain. Dari sembilan kelompok isi penelitian akuntansi keperilakuan tersebut, isu pemrosesan informasi akuntansi, perancangan Akuntan/ Auditor Pengguna Eksternal Informasi. Sebagai contoh penelitian terkait dengan akuntansi keperilakuan adalah bagaimana pengaruh perbedaan perlakuan akuntansi mempengaruhi user dalam mengambil keputusan atau analis keuangan dalam memberikan rekomendasi. Isu perancangan sistem informasi akuntansi melihat pada pemilihan kebijakan akuntansi dan perancangan pelaporan informasi akuntansi kepada pengguna. Dalam hal ini akuntan/auditor sebagai provider informasi menggunakan judgment dan membuat keputusan dalam memilih kebijakan akuntansi dan merancang pelaporan informasi akuntansi bagi pengguna. Pada isu pengauditan menjadikan auditor sebagai partisipan dalam penelitian akuntansi keperilakuan. Judgment auditor dapat dibuat berdasarkan konsensus, berdasarkan pengalaman auditor, maupun judgment 16



yang dibantu dengan menggunakan alat statistik. Pembuatan judgment berdasarkan pengalaman dianggap lebih baik daripada sekedar konsensus, sehingga kita mengenal istilah expert judgment. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka diantaranya untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang orang dan kinerja perusahaan, mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis dan mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan. Keperilakuan akuntansi yang tidak etis berbeda dengan kecenderungan kecurangan akuntansi. Pada kecenderungan kecurangan akuntansi, lebih menekankan pada adanya kesengajaan untuk melakukan tindakan penghilangan atau penambahan jumlah tertentu sehingga terjadi salah penyajian dalam laporan keuangan untuk tujuan tertentu sedangkan perilaku tidak etis merupakan perilaku seseorang yang menyalahgunakan kekuasaan maupun jabatan untuk tujuan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan Rancangan • Antisipasi terhadap konsekuensi logis Pertimbangan berdasarkan pada apakah suatu hasil itu adalah baik atau buruk • Relevansi terhadap teori agensi Bagaimana pelaku dapat dengan baik menggabungkan insentif atau pendorong dari suatu kontark, guna memastikan bahwa tindakan agen sesuai dengan perintah principle dengan emmberikan penghargaan yang sesuai • Pengelolaan perubahan Para manajer melaksanakan pengendalian untuk mencapai tujuan yang sering dihadapkan pada suatu dilema. Pengendalian era pemberdayaan • Sistem Pengandalian Diagnostik Untuk membantu manajer mengetahui kemajuan individu, departemen atau fasilitas produksi ke arah tujuan yang strategis • Sistem Batasan Didasarkan sebagai kekuatan pemikiran negatif • Sistem Pengendalian Interaktif Memfokuskan pada informasi yang berubah secara konstan Informasi menuntut perhatian rutin dari manajer 17



Data yang dihasilkan dijabarkan dan didiskusikan dalam rapat Debat hanya akan berlangsung mengenai data, asumsi dan tindakan perencanaan • Penyeimbangan Pemberdayaan dan pengendalian Manajer yang efektif akan memebrdayakan organisasinya karena mereka percaya pada potensi dasar manusia untuk melakukan inovasi dan menambah nilai Aspek Keperilakuan Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat mempengaruhi respon manusia adalah faktor- factor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan balik, keketatan pemaksaan, dan penghargaan serta sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian. Batas pengendalian Batas ini menentukan seberapa mudah atau sulit bagi seseorang yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan berapa banyak ruang mereka memiliki untuk gagal sekali waktu. Hasil umpan balik Umpan balik yang positif akan memberitahukan mereka bahwa mereka ada jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama. Umpan balik yang negatif tidak akan secra otomatis mendorong mereka untuk melakukan usaha yang lebih besar, tetapi hal tersebut dapat secara perlahan-lahan menurunkan tingkat sapirasi mereka dan mengikis tingkat usaha serta kinerja mereka. Keketatan pemaksaan Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan menimbulkan tekanan dalam diri individu yang dikendalikan namun pemaksaan yang longgar akan menurunkan motivasi individu untuk berjuang bagi pencapaian tujuan. Struktur penghargaan Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebut disertai dengan penghargaan intrinsik



maupun



ekstrinsik. Efek umpan balik psikologi antara berbagai factor dari kebijakan pengendalian dengan masa depan.maka kebijakan pengendalian yang ideal harus dibuat khusus dan bervariasi dari situasi ke situasi. Sebuah perusahaan yang menghasilkan produk baja menyediakan produkprodukspesial dengan metode produksi berdasarkan komputer. Perusahaan tersebut 18



telahsangat



berhasil



dengan



keunggulan



utama



pada



fleksibilitas,



kualitas



pengendalian,dan layanan pelanggan. Pemilik perusahaan tersebut sangat pintar dan bijaksana dalam organisasi dan administrasi tetapi mereka terlalu bangga dengan kesuksesannya. Ketika perusahaan tersebut dikendalikan, dengan mempertimbangkan tingginya aktivitas produksi non-standar dalam perusahaan, bagaimana dapat menjagafleksibilitas dan kualitas yang lebih tinggi jika perusahaan diperluas? Atau perusahaanakan mengejar strategi diversifikasi agar mudah dikendalikan? Dalam hal ini,sejumlah opsi dan kombinasi dari opini yang berbeda dapat terjadi. Umpan Balik Mekanikal vs Respon Perilaku Definisi



pengendalian



telah



didasarkan



pada



konsep



“kepercayaan”



dan“kemungkinan”. Para manajer membutuhkan suatu keyakinan tentang cara duniamereka bekerja dan dampak-dampak yang mereka harapkan dari suatu inisiatifdipilih. Bagaimanapun, para manajer secara khusus memiliki peluang untuk dapatmendeteksi



hasil-hasil



keperilakuan.Perluasan



Konsep-Konsep



TradisionalKonsep-konsep pengendalian tradisional dalam akuntansi sering kali berartibahwa hasil dari informasi akuntansi adalah langkah akhir dari peran akuntan.Dalam



pendekatan



perilaku,



menghasilkan



informasi



bukanlah



akhir



dariketerlibatan akuntan, sehingga informasi dapat dipandang sebagai suatuintermediasi dari langkah akhir.Tujuan pengendalian didasari oleh keinginan untuk memilih suatu inisiatif yangakan mengubah kemungkinan pencapaian hasil keperilakuan yang diharapkan. Komprehensif artinya menyeluruh atau secara keseluruhan. Dalam menyusun anggaran, perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara, yakni secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan (comprehensive). Sesuai dengan pengertian tersebut, elemen-elemen dan kunci PPL komferhensif adalah sebagai berikut: 1.



Suatu pendekatan yang sistematis dan formal



2.



Sebagai penekankan pada fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian



3.



Berisi tujuan- tujuan, sasaran-sasaran, rencana laba jangka panjang, rencana laba jangka pendek, laporan pelaksanaan, dan tindak lanjut.



Faktor kontekstual tersebut yaitu : Ukuran Ukuran



dapat



dipandang



sebagai



suatu



peluang



dan



hambatan.



Ukurandipandang sebagai peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi 19



danbukan sebagai strategi pengendalian. Sedangkan ukuran juga dapat menjadi suatuhambatan jika pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya eliminasi tehadapstrategi pengendalian tetapi tidak bisa diformalkan agar sesuai dengan kebutuhanorganisasi yang lebih besar. Meskipun jelas bahwa ukuran dapat menjadi faktorpenting dalam membedakan konteks, banyak variabel lain juga dapat dikaitkandengan masalah ukuran, misalnya; faktor stabilitas lingkungan dan proses seringdikaitkan dengan ukuran. Stabilitas Lingkungan Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda daridesain



pengendalian



dalam



lingkungan



yang



selalu



berubah.



Stabilitas



dalamlingkungan eksogen dapat dinilai dari gerakan yang secara eksternal menghasilkanproduk-produk yang memerlukan suatu tanggapan. Tingkat stabilitas lingkungandapat diukur dengan memilih tindakan yang tepat dari perubahan lingkunganseperti jumlah produk baru yang diperkenalkan selama interval waktu yangditentukan,



tindakan



pesaing



yang



memiliki



inisiatif



membuat



metode



produksiusang atau tidak efisien atau legislatif yang mempengaruhi unit tergantung padahasil dari proses-proses tersebut. Motif Keuntungan Keberadaan dari motif keuntungan tentunya bukanlah penghalang dalammenggunakan ukuran-ukuran penilaian akuntansi terhadap produktivitas. Pada sisilain, jelas bahwa sistem pengendalian yang didasarkan pada motif dan ukuranukuran profitabilitas sering kali tidak bisa diterjemahkan secara langsung padakonteks nirlaba (nonprofit). Ukuran-ukuran laba merupakan hal yang pentingmeskipun sulit dijadikan sebagai indikator keberhasilan kinerja keuangan suatuorganisasi. Indikator keberhasilan sering diperlihatkan dalam bentuk statistik. Statistik Statistik ini sering diartikan sebagai ringkasan dari keseluruhan keberhasilan subsistem



yang kompleks



dan rumit



dari suatu organisasi, dan indicator



tersebutmerupakan tolok ukur dari keberhasilan manajer dan anggotanya. Ketika motif keangan tidak ada, indikator lain keberhasilan organisasi dan individu harusdiandalkan. Dalam pengaturan ini, pemilihan langkah-langkah alternative merupakan sebuah tantangan bagi para manajer



20



2.



Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan Akuntan ilmu keperilakuan memfokuskan pada hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi termasuk di dalamnya meringkas sejumlah kejadian ekonomi di mana hal-hal tersebut merupakan akibat dari perilaku manusia dan bahwa pengukuran akuntansi yang mereka lakukan termasuk di Akuntan ilmu keperilakuan melihat realita yang terjadi dalam suatu perusahaan yang berkaitan dengan perilaku karyawan perusahaan tersebut. Sebagai contoh periaku petugas bagian perhitungan yang merekam pesanan pelanggan, ahli mesin yang mengkaji ulang rencana pembangunan dan juga seorang supervisor yang bertugas untuk mengawasi keadaan pabrik. Akuntan juga menyadari bahwa mereka dapat mengubah desain sistem informasi untuk mempengaruhi motivasi pekerja, moral dan produktivitas pekerja.



3.



Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan antara factor-faktor yang mempengaruhi perilaku, yang menentukan sukses tidaknya kejadian ekonomi. Ilmu keperilakuan memfokuskan kepada penjelasan dan prediksi mengenai perilaku manusia. Akuntansi keperilakuan memperhatikan hubungan antara perilaku manusia dan akuntansi. Akuntansi keperilakuan juga berkepentingan pada bagaimana pengaruh tersebut dapat dirubah oleh perubahan era atau gaya yang dibawa dan bagaimana laporan akuntansi dan prosedur dapat digunakan paling efektif untuk membantu individu dan organisasi mencapai tujuan mereka. Sementara ilmu keperilakuan adalah bagian dari ilmu social, akuntansi keperilakuan adalah bagian dari kedua ilmu akuntansi dan ilmu keperilakuan.3 Bahwa ahli ilmu keperilakuan boleh menggunakan dalam penelitian pada aspek-aspek dalam teori motivasi, stratifikasi social, atau pembentukan sikap. Akuntansi keperilakuan bagaimana pun, hanya menggunakan elemen-elemen khusus dari teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang relevan untuk keadaan akuntansi pada sisi ini. Akuntansi keperilakuan sama seperti ilmu disiplin induknya (akuntansi). Ilmu ini merupakan terapan dan praktik. Ilmu ini menggunakan hasil penelitian disiplin ilmu induknya (ilmu keperilakuan) untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia.



Akuntansi



selalu



mempunyai



konsep-konsep,



standar-standar,



dan



pendekatan-pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk meningkatkan kegunaan ilmu itu 21



sendiri. Sebagai contohnya: akuntansi berhubungan dengan ekonomi, matematika dan statistika. Persamaan dan Perbedaan Riset Akuntansi Keperilakuan dengan Riset Akuntansi Lain untuk memperoleh keseragaman pemahaman tentang riset akuntansi keperilakuan, maka sebelum menganalisis perkembangan riset akuntansi keperilakuan, terlebih dahulu perlu ditetapkan definisi tenatang riset akuntansi keperilakuan. Hofstede dan Kinerd menyatakan bahwa penelitian akuntansi keperilakuan dapat didefinisikan sebagai studi tentang perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi atau laporan akuntansi. Sebagai alternatif, pembedaan riset akuntansi keperilakuan dari penelitian akuntansi lainnya dapat ditetapkan berdasarkan kriteria Becker yang menyatakan bahwa riset akuntansi keperilakuan mengaplikasikan teori dan metodologi dari ilmu perilaku (behavioral science) untuk mempelajari hubungan antara informasi dan proses akuntansi dengan perilaku manusia (termasuk perilaku organisasi). Meskipun tidak dinyatakan sebagai sebuah definisi namun pandangan Becker lebih definitif dan tegas dibandingkan dengan definisi Hofstede dan Kinerd. Menurut Birnberg dan Shields riset akuntansi keperilakuan merupakan satu aliran riset tersendiri yang berbeda dari aliran riset lainnya, seperti EMH (efficient market hypothesis) dan AR (analytical research). Namun, riset akuntansi keperilakuan memiliki kesamaan dengan aliran riset lain, yaitu:



4.



a.



fenomena yang diuji sama, yaitu fenomena akuntansi,



b.



observasi yang dilakukan sama, yaitu secara sistematik, dan



c.



audients



Pengendalian Biaya Sistem Biaya Tradisional versus Biaya Standar Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau penyerahan jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan. Melalui akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan laba, akuntansi biaya melayani kebutuhan pengguna eksternal seperti pemegang saham, kantor pemeriksaan pajak, dan kreditor. Dengan menyediakan manajemen informasi biaya yang tepat waktu dan relevan, akuntansi biaya membantu perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas operasional harian dan orang yang bertanggung jawab untuk itu. Data biaya juga memainkan peranan dalam analisis dan penilaian profitabilitas relative atau tingkat 22



diinginkannya suatu alternatif keputusan. Pendekatan dan sistem yang digunakan dalam menyediakan informasi biaya sangat berbeda satu sama lain. Setiap jenis memiliki aspek keprilakuannya sendiri. A. Sistem Biaya Tradisional (Historis) Sistem biaya tradisional atau historis terutama fokus pada identifikasi dan akumulasi biaya per unit produk atau jasa. Sistem tersebut digunakan untuk menghitung nilai persediaan dan data biaya harga pokok penjualan atau jasa yang diberikan untuk pelaporan keuangan eksternal. Namun, sistem biaya tradisional tidaklah sesuai untuk pengendalian manajemen yang efektif karena akumulasi data biaya historis semata-mata tanpa perbandingan dengan sasaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya tidak sesuai dengan konsep pengendalian kontemporer. Untuk dapat memenuhi konsep pengendalian kontemporer serta untuk memotivasi manajer dan karyawan, tujuan kinerja dan sasaran biaya per unit atau untuk periode masa depan tertentu harus ditetapkan. Salah satu kelemahan dari sistem biaya tradisional adalah persyaratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya per unit produk atau jasa memperhitungkan semua biaya, baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek biaya. Kelemahan lainnya yang berkaitan dengan penggunaan sistem biaya tradisional untuk tujuan pengendalian bahwa satu-satunya dasar untuk pengendalian adalah perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari periode sebelumnya. Membandingkan kinerja saat ini dengan periode sebelumnya cukup menyesatkan karena tidak ada cara untuk mengetahui apakah biaya periode sebelumnya terlalu tinggi, terlalu rendah atau hamper tepat. Hal yang sama membingungkannya adalah varians anggaran yang ditimbulkan dari membandingkan hasil kinerja actual dengan standar anggaran yang ditetapkan untuk suatu tingkat aktivitas yang berbeda dengan yang aktualnya dicapai. Oleh karena itu, semakin jelas bahwa informasi yang diberikan oleh sistem biaya tradisional tidak sesuai dengan tujuan pengendalian modern.sistem tersebut juga memberikan sedikit informasi yang bermanfaat untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajerial. Kelemahannya yang terbesar adalah sistem tersebut berbahaya karena mendorong respons yang tidak diinginkan dan destruktif ketika digunakan dalam mengevaluasi kinerja dari individu yang ditugaskan melaksanakan berbagai aktivitas dalam batasan anggaran tersebut. 23



B. Sistem Biaya Standar Pada awalnya, sistem biaya standar merupakan pencatatan biaya produksi pada standar. Unit-unit dari aliran persediaan sepanjang akun persediaan (dari barang dalam pengolahan menjadi barang jadi ke harga pokok penjualan) pada biaya standar per unit. Ketika harga yang sebenarnya diketahui, ayat jurnal penyesuaian dibuat yang menyatakan kembali setiap akun neraca dari standar ke actual. Komponen dari ayat jurnal penyesuaian ini menyediakan informasi tentang kinerja periode perusahaan, terutama mengenai efisiensi produksi dan pengendalian biaya. Biaya standar adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara ilmiah yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Biaya standar mencerminkan estimasi terinci dan canggih mengenai besarnya biaya untuk melaksanakan suatu tugas tertentu atau menghasilkan suatu produk tertentu. Aspek pengendalian yang melekat dari perhitungan biaya standar adalah kapabilitasnya untuk membandingkan, sebagai bagian dari arus data regular, kinerja actual dengan standar yang ditentukan sebelumnya, dan untuk menyoroti varians (menguntungkan atau tidak menguntungkan) antara kedua tingkat biaya tersebut. Sistem biaya standar bahkan mampu menentukan penyebab dari penyimpangan tersebut.



Untuk



menghasilkan



manfaat



pengendalian



yang



optimal



dan



mempertahankan relevansi, biaya standar harus diperbarui secara kontinu. Aspek Kprilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya Yang Dipilih A. Penetapan Standar Elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasialan atau kegagalan sistim biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja. Standar yang memiliki fungsi ganda, yaitu berfungsi sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat evaluasi kerja. Raymond Miles dan Roger Vern mengemukakan empat persyaratan utama berikut bagi system pengendalian yang unggul secara keprilakuan. 1.



Standar haruslah ditetapkan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga orang menerimanya sebagai sesuatu realistis dan bukannya arbitrer.



2.



Orang – orang harus merasa bahwa mereka memiliki pengaruh dalam menetapkan tujuan mereka sendiri.



3.



Orang – orang harus yakin bahwa mereka tidak akan dihukum secara tidak adil untuk variasi normal yang terjadi secara kebetulan dalam kinerja. 24



4.



Umpan balik atas kinerja haruslah bertujuan untuk koreksi maupun evaluasi. Standar masih sering kali ditetapkan oleh metode akuntansi dan teknik



yanggagal memberikan kesempatan untuk partisipasi yang yang berarti dari individu – individu yang dikendalikanya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, individu akan menerima tujuan kinerja yang realistis dan dapat dicapai dan hanya jika mereka dapat dilibatkan dalam proses penetapan standar tanpa itu mereka akan meolak dan melakukan sabotase. B. Partisipasi Dalam Penetapan Standar Pentingnya partisipasi dalam penetapan standar telah dibahas secara ekstensif dalam literatur akuntansi keprilakuan. dalam salah satu studi empiris mereka menggunakan teori disonansi kognitif untuk mendapatkan kebih banyak wawasan mengenai penyebab partisipasi lebih efektif dalam penetapan standar kinerja. Teori disonansi kognitif terpusat pada tiga konsep kunci kemauan,disonansi,komitmen. Dalam konteks penetapan standar, teori ini mengimpikasikan bahwa jika manajemen menginginkan komitmen yang pasti terhadap standar, maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan (kemauan).Ketika memilih sekelompok standar kinerja tertentu, mereka akan mengalami keraguan (disonansi) mengenai kebijakan dari pilihan mereka.jika hasilnya baik,maka keraguan (disonansi)mereka akan hilang dan komitmen yang meningkat akan terjadi. Resolusi disonansi atau peningkatan komitmen akan terjadi, bahkan dalam situasi penetapan tujuan yang non partisipatif sekalipun. Umpan balik yang tidak menguntungkan dalam situasi yang non partisipatif dapat menimbulkan penolakan terhadap standard dan kurangnya komitmen lebih lanjut. Seberapa besar partisipasi yang diharapkan?haruskah semua karyawan operasi dan mandor keatas turut berpartisipasi, ataukah keterlibatan manajemen menengah sudah mencukupi? Tingkat partisipasi yang ideal bergantung pada pertimbangan produksi dan manusia, serta akan bervariasi dari situasi kesituasi. Survey menunjukan bahwa dalam perusahaan yang terorganisasi secara demokratis, partisipasi aktif dalam penetapan tujuan dan sasaran aadalah sumber penting dari kepuasan karyawan,namun dalam organisasi yang otokratis. C. Standar ketat Versus Standar Yang Longgar Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang digunakan haruslah tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat adalah tantangan yang 25



berguna (penghargaan intrinsik) hanya bagi mandor dan manajer yang termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi yang luar biasa.Sementara itu, standar yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional apapun karena standar tersebut begitu mudah dicapai. Tingkat keketatan yang diharapkan haruslah dievaluasi dalam setiap situasi berdasarkan jenis proses produksi, produk atau jasa yang akan diserahkan, dan kepribadian dari orang –orang yang terlibat didalamnya. Tanpa memedulikan tingkat partisipasi atau keketatanya,setelah standar ditetapkan standar itu harus terus diperbaharui sehingga dapat mempertahankan relevansinya. D. Penyerapan Overhead Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah penyerapan overhead. Praktik umum juga membebankan overhead manufaktur tetap dan variabel keproduk pada tariff estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah ditentukan sebelumnya.maka varians yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah akan terjadi. Tingkat kapasitas jangka panjang (kapasitas normal) akan menghasilkan varians yang berbeda dibandingkan dengan tingkat kapasitas jangka pendek (kapasitas yang secara aktual dapat dicapai). Aspek kapitalisasi biaya tetap dalam persediaan juga mempengaruhi interpretasi laporan laba rugi dari bisnis bersifat musiman. Walaupun laporan laba rugi dari kuartalan dari perusahaan – perusahaan ini kemungkinan besar akan menunjukan laba yang lebih tinggi pada kuartal penjualan rendah dibandingkan dengan kuartal dengan penjualan tinggi.fakta ini tidak hanya memberikan ilusi kinerja yang sebenarnya tidak ada, tetapi juga mengarah pada tindakan ekonomi yang buruk.mereka dapat kehilangan motivasi untuk memperbaiki kinerja dan mengabaikan informasi yang membingungkan tersebut sama sekali. Undang – undang pajak penghasilan juga memberikan dorongan untuk menggunakan tingkat kapasitas aktual yang dapat dicapai sebagai penyebut dalam pehitungan tarif. E. Alokasi Biaya Tidak Langsung Dalam riset yang didukung oleh National Association of Accountants (NAA), James Fremgen dan Shu S Liao menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan tegas dua jenis biaya tidak langsung, biaya korporat dan biaya administrative korporat. 26



Biaya Jasa Korporat adalah biaya yang dilakukan secara sentral untuk manfaat korporat dan berbagai pusat pertanggungjawaban. Biaya ini termasuk biaya akuntansi, pengolahan data, WATS Line, penelitian dan pengembangan, sedangkan Biaya AdministratifKorporatbiaya yang diperlukan untuk mengoperasikan kantor korporat. Biaya ini termasuk gaji hubungan masyarakat dan dan biaya korporat lainya. Bila ditanyakan mengenai alokasi biaya tidak langsung, responden survey menyebutkan pelaporan keuangan eksternal, evaluasi kinerja internal penetuan harga berbasis biaya dan pengambilan keputusan. Literatur mengenai alokasi biaya tidak langsung kebanyakan berhubugan dengan aspek perhitungan alokasi. Dimasa lampau hanya beberapa akuntan yang menghubungkan alokasi biaya dengan prilaku manajemen. Horngren mengekspresikan perasaan ini sebagai berikut: ”Apakah akan memasukan biaya yang telah dapat dikendalikan atau biaya tidak langsung adalah suatu pertanyaan sulit yang harus benar – benar diselasaikan dalam hal bagaimana alternatif yang ada mempengaruhi prilaku manajemen disuatu organisasi tertentu. Diorganisasi yang satu, alokasi mungkin diinginkan karena hal tersebut mendorong prilaku yang diinginkan. Diorganisasi yang lain prosedur alokasi yang sama dapat menimbulakan dampak keprilakuan yang sebaliknya.” Jika dikaitkan dengan skema insentif, alokasi biaya ini mendorong manajer untuk memperhatikan biaya yang dilaporkan dan membantu memecahkan beberapa masalah pengendalian dan organisasi. Namun ,tidak ada kerugian bahwa hal tersebut berfungsi dalam situasi tertentu sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mengendalikan manajer. Analisis Varians Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodic antara biaya actual dengan sasaran biaya yang sudah ditentuan sebelumnya,baik dalam bentuk anggara maupun standar. Perbandingan tersebut juga akan menghasilkan sejumlah varians karena mustahil bahwa biaya actual yang terjadi akan setara dengan standar atau anggaran dari elemen operasional yang akan dikendalikan. Varians tersebut dapat merupakan hasil dari berbagai dapat dijelaskan maupun dikendalikan. A. Keputusan Investigasi Varians Ketika menghadapi keputusan apakah akan melakukan investigasi terhadap varians, manajemen sebaiknya menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting berikut ini: Varians apakah yang harus saya investigasi ? apakah hasil saya sesuai dengan biaya 27



untuk melakukan investigasi? Apakah investigasi menyebab, beberapa diantaranya dapat dijelaskan dan dikendalikan , sementara yang lain tidak tersebut akan mengungkapkan penyebab yang dapat dikendalikan untuk seluruh atau sebagian dari varians tersebut? Berapa besar peluang bahwa investigasi saya tidak akan mengungkapkan apa pun (karena proses atau elemen biaya kembali terkendali pada waktu itu)? Bagaimana saya mengetahui apakah suatu varians adalah signifikan atau tidak? Keputusan manajemen semata-mata bergantung pada penilaiannya atas signifikansi diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikansi pengendalian hanya jika varians tersebut berasal dari penyebab yang dapat ditentukan; dengan kata lain, tidak bersifat acak dan rentan terhadap tindakan perbaikan. Namun, kerumitan permasalahan yang sebenarnya terletak pada fakta bahwa tanpa investigasi, manajemen tidak memiliki dasar untuk menentukan apakah varians tertentuditimbulkan dari penyalahgunaan yang dapat didentifikasikan dan dikendalikan, atau apakah varians tersebut bersifat acak atau tidak dapat dikendalikan. Bahkan,jika diskrepansi tersebut diinvestigasi, manajemen tidak memiliki jaminan bahwa hal tersebut akan mengidentifikasikan penyebab dari varians itu dengan kepastian penuh karena investigasi tersebut dapat terbukti hanya berhasil sebagian atau bahkan gagal sepenuhnya. Meskipun ada beberapa model keputusan yang direkomendasikan, tidak ada satu pun di antaranya yang digunakan secara luas dalam membuat keputusan investigasi. Sebaliknya, manajemen masih menggunakan penilaian subjectif dan aturanaturan berdasarkan pengalaman ketika memutuskan apakah investigasi dan tindakan perbaikan diinginkan atau dapat dibenarkan secara ekonomi. B. Aspek Keperilakuan Semua model akuntansi untuk investigasi varians biaya didasarkan pada pandangan pengendalian structural. Pandangan ini lebih melihat pengendalian sebagai “mesin homostatis yang mengatur dirinya sendiri”. Pendukungnya tidak melihat perbedaan antara regulator mekanis Dalam suatu system sibernetika (seperti thermostat) dengan regulator manusia (seperti pekerja, mandor, atau manajer). Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat memengaruhi respons manusia adalah factorfactor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan balik, keketatan pemaksaan, serta penghargaan dan sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian. 28



1. Batas pengendalian. Kisaran hasil kinerja yang dianggap dapat diterima oleh manajer adalah batas pengendalian. Batasan ini menentukan mudah atau sulitnya seseorang yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan banyaknya ruang yang mereka memiliki untuk gagal sekali waktu. Tingkat toleransi ini dapat memengaruhi kinerja actual mereka. 2. Hasil umpan balik. Tidak seperti mesin, informasi umpan balik mengenai kinerja manusia akan menimbulkan perasaan keberhasilan atau kegagalan dalam diri individu yang dikendalikan. Umpan balik yang positif akan memberi tahu mereka bahwa mereka ada pada jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama. Umpan balik negative tidak akan secara otomatis mendorong mereka untuk melakukan usaha yang lebih besar, tetapi hal tersebut dapat secara pelahan-lahan menurunkan tingkat aspirasi mereka serta mengikis tingkat usaha dan kinerja mereka. 3. Keketatan pemaksaan. Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan menimbulkan tekanan dalam diri individu yang dikendalikan. Sementara tekanan dapat menyegarkan individu-individu tertentu, tekanan tersebut dapat mengintimidasi yang lain dan menurunkan kinerja mereka yang sudah buruk lebih jauh lagi. Dalam jangka panjang, pemaksaan yang longgar akan menurunkan motivasi individu untuk berjuang bagi pencapaian tujuan. 4. Struktur penghargaan. Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebut disertai dengan penghargaan intrinsic maupun ekstrinsik. Karena terdapat efek umpan balik psikologis anatara berbagai factor dari kebijakan pengendalian dengan kinerja masa depan, kebijakan pengendalian yang ideal harus dibuat khusus dan bervariasi dari situasi ke situasi. 5.



Pengendalian Keuangan Menurut Nora Hilmia (2010:4) pengertian pengendalian keuangan adalah



sebagai berikut: “Fokus utama dalam pengendalian adalah suatu inisiatif yang dipilih yang akan mengubah kemungkinan dan pencapaian hasil yang diharapkan.”



29



Menurut Clenn A Welsch C.P,A diterjemahkan R.A Fadly (2005 : 25) dalam bukunya Penyusunan Anggaran Perusahaan mendefinisikan Pengendalian sebagai berikut:



“Tindakan



yang



diperlukan



untuk



meyakinkan



bahwa



tujuan-



tujuan,rencanarencana dan standar-standar sedang tercapai.” Menurut Drs Gunawan Adisaputra M.B.A (2001: 6) mendefinisikan anggaran sebagai berikut: Suatu pendekatan yang formal dan sistimatis daripada pelaksanaan tanggungjawab manajemen didalam perencanaan kordinasi dan pengawasan. Sedangkan menurut Munandar (2001 :10) ialah : Suatu rencana yang disusun secara sistimatis meliputi seluruh kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit kesatuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu ( periode ) tertentu yang akan datang. Fokus sistem pengendalian secara tradisional a.



Karyawan yang punya integritas



b.



Memisahkan tugas dan tanggung jawab



c.



Mendifinisikan wewenang



d.



Menetapkan metode yang sistimatis



e.



Memastikan dokumentasi memadai



f.



Menjaga aktiva dengan desain prosedur yang memadai



g.



Mendesain pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi. Pengawasan keuangan merupakan unsur pokok dari pengendalian keuangan



yang pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut : a.



Pengawasan Intern Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh organ atau badan Kementrian Pertahanan dan TNI baik oleh badan keuangan, atasan langsung taktis atau tehnis maupun badan pemeriksa wasrik.



b.



Pengawasan Langsung ( Operatif ) Dilaksanakan dengan mengadakan pengawasan dan pemeriksaan setempat terhadap semua jajaran badan keuangan dengan cara inspeksi ,kunjungan staf dan survey.



c.



Pengawasan Tidak Langsung ( Administrative ) Dilaksanakan dengan cara mengadakan pencocokan dan penelitian terhadap data atau dokumen keuangan yang diterima melalui saluranadministrasi yang telah ditetapkan.



d.



Pengawasan Melekat



30



Merupakan kewajiban setiap atasan langsung taktis maupun tehnis untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan yang dilaksanakan oleh pekas atau bendaharawan yang bersangkutan. Sistem Pengendalian intern Menurut Azhar Susanto (2007 :103 ) yaitu sebagai berikut: “Pengendalian intern ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewandireksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan” bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui : Efisiensi dan efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya dan ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku. Pengertian sistem pengendalian intern menurut IAI dalam SPAP ( 2006 )adalah sebagai berikut : “Sistem pengendalian intern merupakan suatu usaha terdiri dari kebijakan dan prosedur yang ditepapkan untuk memberikan keyakinan ( assurance ) memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai “ Pada mulanya istilah pengendalian internal dikenal dengan istilah “internal check” yang kemudian sejak tahun 1949 berubah menjadi pengendalian internal. 6.



Hubungan Akuntansi Keperilakuan Dengan Akuntansi Keuangan Akuntansi keuangan melibatkan berbagai pihak baik internal maupun eksternal.



Akuntan melaksanakan akuntansi mulai dari mengidentifikasi transaksi, mencatat dan mengukurnya, sampai dengan menyusun laporan keuangan akhir periode. Informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut diaudit oleh akuntan publik, agar dapat dipercaya oleh para pengguna khususnya pengguna eksternal. Setiap pihak yang berhubungan dengan akuntansi baik internal maupun eksternal selalu menggunakan judgment dalam pengambilan keputusan. Akuntan sebagai pihak yang menyiapkan informasi akuntansi akan memilih metode dan pendekatan yang paling sesuai dengan kebijakan manajemen dalam mengoperasikan perusahaan. Dalam proses pemilihan metode dan pendekatan akuntansi yang akan dipergunakan judgment akuntan berperan dominan. Auditor pada saat melakukan prosedur audit juga menggunakan judgment. Pengguna



laporan



keuangan,



ketika



membaca



laporan



keuangan



dan



menginterpretasikan informasi yang terkandung di dalamnya untuk mengambil keputusan ekonomi, juga selalu menggunakan banyak pertimbangan. Judgment dan keputusan yang beragam untuk kondisi yang sejenis mencerminkan variasi perilaku. Pada akhirnya muncul banyak aspek keperilakuan yang terkait dengan akuntansi keuangan. Aspek keperilakuan tersebut merupakan bidang yang dikaji dalam akuntansi keperilakuan terdapat beberapa isu terkait penelitian akuntansi keperilakuan yaitu isu 31



pengendalian manajemen, pemrosesan informasi akuntansi, perancangan sistem informasi akuntansi, pengauditan, sosiologi organisasional, karir akuntan, etika, metodologi, dan lain-lain. Dari sembilan kelompok isi penelitian akuntansi keperilakuan tersebut, isu pemrosesan informasi akuntansi, perancangan. Sistem informasi, dan pengauditan merupakan bagian dari bidang ilmu akuntansi keuangan. Isu pemrosesan informasi akuntansi adalah menelaah bagaimana user memroses informasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Seperti yang kita ketahui bahwa akuntansi keuangan menghasilkan informasi akuntansi bagi pengguna (terutama pengguna eksternal) untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh penelitian terkait dengan akuntansi keperilakuan adalah bagaimana pengaruh perbedaan perlakuan akuntansi mempengaruhi user dalam mengambil keputusan atau analis keuangan dalam memberikan rekomendasi. Isu perancangan sistem informasi akuntansi melihat pada pemilihan kebijakan akuntansi dan perancangan pelaporan informasi akuntansi kepada pengguna. Dalam hal ini akuntan/auditor sebagai provider informasi menggunakan judgment dan membuat keputusan dalam memilih kebijakan akuntansi dan merancang pelaporan informasi akuntansi bagi pengguna. Pada isu pengauditan menjadikan auditor sebagai partisipan dalam penelitian akuntansi keperilakuan. Judgment auditor dapat dibuat berdasarkan konsensus, berdasarkan pengalaman auditor, maupun judgment yang dibantu dengan menggunakan alat statistik. Pembuatan judgment berdasarkan pengalaman dianggap lebih baik daripada sekedar konsensus, sehingga kita mengenal istilah expert judgment. C.



Penelitian Keperilakuan Dalam Pengendalian Keuangan 1.



Aspek Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan Aspek Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan Akuntansi keperilakuan merupakan bidang yang relatif baru dibandingkan dengan bidang ilmu akuntansi lainnya. Penelitian terkait dengan akuntansi keperilakuan merupakan suatu penelitian yang cukup menarik dilakukan oleh akademisi, mahasiswa maupun praktisi. Penelitian aspek keperilakuan dalam akuntansi akan memberikan manfaat antara lain menyediakan informasi yang bermanfaat bagi accounting regulator dan meningkatkan efisiensi bagi akuntan dan profesi lainnya.



32



Akuntansi adalah suatu displin jasa yang berfungsi menyediakan informasi relevan dan tepat waktu terkait dengan kegiatan keuangan dari suatu entitas (bisnis maupun non-bisnis) untuk membantu pengguna internal maupun eksternal dalam membuat keputusan ekonomis. Akuntansi keuangan lebih bertujuan untuk menyajikan informasi bagi pengguna eksternal dibandingkan dengan akuntansi manajemen. Oleh karena itu, untuk penyiapan informasi tersebut diperlukan suatu standar yang berlaku umum yang disebut dengan generally accepted accounting principle atau pada saat ini kita kenal dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang disiapkan oleh dewan standar sebagai bagian dari accounting regulator. Penelitian keagenan bertujuan untuk mencari manfaat ekonomis apa yang diperoleh akuntan dari tindakannya memilih metode akuntansi yang ada. Dalam penelitian keagenan diasumsikan bahwa principal adalah pihak yang risk neutral sedangkan agen adalah pihak yang risk and effort averse. Jawaban yang diperoleh dari penelitian keagenan adalah akuntan melakukan tindakan pemilihan metode akuntansi yang ada bertujuan untuk meningkatkan utilitas bagi dirinya. Dalam penelitian keperilakuan BAR, akuntan maupun pihak-pihak yang dipengaruhi oleh fungsi dan informasi akuntansi merupakan pihak-pihak yang bebas dari asumsi. 2.



Penelitian Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan Penelitian akuntansi keuangan sangat luas menguji tentang komunikasi informasi di antara manajer, auditor, analis (sebagai perantara informasi) dan investor, dan juga dampak pengaturan dari pihak regulator terhadap proses tersebut. Kebanyakan penelitian akuntansi keuangan lebih fokus terhadap keputusan yang dibuat oleh auditor dan manajemen dalam melaporkan informasi, hubungan antara forecasting yang dibuat oleh analis dan keputusan yang dibuat oleh investor dan trader (terkait trading decision) dan yang akhirnya mempengaruhi harga pasar. Judgment pada pembuatan keputusan adalah hal yang dominan dalam penelitian akuntansi keuangan. Kemudian penelitian akuntansi keuangan semakin luas dalam menanggapi kritik-kritik yang ada. Di penelitian akuntansi keuangan sebelumnya terdapat kekurangan dimana penelitian tidak menggunakan landasan teori tersebut. Libby, et al. (2001) juga menekankan perlunya merancang penelitian eksperimen yang efektif dan efisien. Penelitian lain terkait dengan keperilakuan dalam akuntansi keuangan yaitu tentang 33



konservatisme dalam judgment akuntan. Wilkins (2010), membandingkan bagaimana perilaku akuntan di US (United States) dengan perilaku akuntan di Eropa selama proses konvergensi dari US GAAP (Generally Accepted Accounting Priciples) dan IFRS. Seperti diketahui sebelum proses konvergensi, US GAAP terkenal dengan rule-based dimana standar yang ada diatur atau dituntun secara jelas (bright lines), sedangkan IFRS lebih menekankan pada prinsip (substance over form) yang disebut dengan dengan principle based. Oleh karena itu, akuntan di US dalam penerapan standar akuntansi lebih sedikit dalam membuat judgment, dibandingkan dengan akuntan di Eropa. Oleh karena itu, Wilkins mempunyai hipotesis bahwa akuntan di US lebih konservatif dalam membuat judgment terkait ketidakpastian yang dihadapi, dibandingkan dengan para akuntan di Eropa. Penelitian Wilkins (2010) merupakan penelitian eksperimental, dengan menggunakan partisipan yaitu accounting student yang mewakili dua kelompok yaitu, kelompok akuntan US dan akuntan Eropa. Awalnya masing-masing partisipan diminta untuk menjawab kasus dalam bahasa mereka masing-masing, kemudian diminta kembali untuk menjawab kasus yang sama tetapi sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Tujuannya adalah Wilkins (2010) ingin memverifikasi bahwa tidak ada perbedaan jawaban yang berbeda terkait dengan lingkungan dan waktu yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa akuntan US dengan menggunakan standar yang sama (dalam proses konvergensi) membuat accounting judgment lebih konservatif dibandingkan dengan akuntan Eropa, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh US company tetap saja berbeda dengan European company walaupun menggunakan standar yang sama. Salah satu tujuan dari financial accounting adalah memberikan informasi yang relevan kepada user. Ketepatan waktu merupakan salah satu unsur dari informasi yang relevan. Informasi itu tersedia ketika dibutuhkan oleh user (timeliness). Penggunaan program XBRL (Extensible Business Reporting Language) oleh emiten-emiten di NYSE (New York Stock Exchange), selain menyediakan informasi yang transparan bagi user, juga memungkinkan user untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan. Tren seperti ini menimbulkan countinuous reporting, bahwa jangka waktu untuk menyajikan informasi akuntansi menjadi lebih pendek. Berdasarkan teori ekonomis dan hasil penelitian Hunton, et al. (2003, dalam Hunton, et al., 2004) menunjukkan bahwa continuous reporting akan mengurangi volatility harga saham di market.



34



Hal ini menandakan terdapat pertentangan dari hasil penelitian satu dengan yang lainnya. Penelitian lebih lanjut terkait dengan perilaku dari para user yang berhubungan dengan continuos reporting yang dapat dilakukan adalah untuk menjawab: (1) apakah continous reporting menyebabkan informasi tersebut menjadi lebih dapat dipercaya, (2) apakah masih diperlukan assurance terhadap laporan keuangan tersebut, (3) apakah assurance tersebut bersifat mandatory atau voluntary. Hunton, et al. (2004) melakukan penelitian eksperimental untuk menguji bagaimana perubahan



lingkungan



tersebut



(continuous



reporting/cr



dan



continuous



assurance/ca) mempengaruhi pembuatan keputusan user eksternal (investor). Dari penelitian Hunton et.al. (2004) menyatakan bahwa terbuka kesempatan yang luas untuk melakukan BAR khususnya terkait dengan CA dan CR. Teori ekonomi secara sendiri tidak cukup kuat untuk menjelaskan perilaku dari user (investor). Ahli psikologi telah mempelajari perilaku manusia selama beberapa abad dan telah mengembangkan landasan teori yang kuat tentang bagaimana perilaku manusia. Kebanyakan isu akuntansi keuangan berkaitan erat dengan perilaku manusia seperti judgment dan pembuatan keputusan. Dengan adanya teori psikologi semakin memotivasi para peneliti untuk melakukan penelitian akuntansi keperilakuan, menggunakan landasan teori psikologi sebagai bagian dalam penetapan hipotesis serta menginterpretasi hasil penelitian mereka menggunakan teori psikologi. Teori psikologi membantu peneliti untuk menjawab hasil-hasil penelitian yang sebelumnya tidak terjawab dengan hanya menggunakan teori ekonomi akuntansi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Koonce dan Mercer (2005) yang menyatakan bahwa teori psikologi menyebabkan hasil penelitian /prediksi yang berbeda atas isuisu akuntansi, memberikan pandangan dan tantangan baru bagi peneliti. 3.



Penelitian Keperilakuan Dalam Akuntansi Keuangan Penelitian akuntansi keuangan sangat luas menguji tentang komunikasi informasi di antara manajer, auditor, analis (sebagai perantara informasi) dan investor, dan juga dampak pengaturan dari pihak regulator terhadap proses tersebut. Kebanyakan penelitian akuntansi keuangan lebih fokus terhadap keputusan yang dibuat oleh auditor dan manajemen dalam melaporkan informasi, hubungan antara forecasting yang dibuat oleh analis dan keputusan yang dibuat oleh investor dan trader(terkait trading decision) dan yang akhirnya mempengaruhi harga pasar. Judgment Pada pembuatan



keputusan 35



adalah



hal Yang



dominan



dalam



penelitian akuntansi



keuangan.



Kemudian



penelitian



akuntansi



keuangan



semakin luas dalam menanggapi kritik-kritik yang ada. Libby, et al. (2001) melakukan penelitian eksperimental yang meliputi “behavioral” dan “experimental economics” di bidang akuntansi. Penelitian Libby, et al. (2001) berfokus pada: (1) bagaimana manajer dan auditor informasi,



(2)



bagaimana user menginterpretasikan informasi



melaporkan tersebut,



(3)



bagaimana keputusan individual mempengaruhi perilaku pasar, dan (4) bagaimana integrasi strategis antara manajer dan auditor



(sebagai



pihak yang melaporkan



informasi) serta user mempengaruhi market.Dengan eksperimen memungkinkan peneliti menguji



bagaimana



dan



mengapa



fenomena



akuntansi



keuangan



tersebut terjadi dengan berlandaskan pad teori-teori psikologi, ekonomi atau proses



institusi.



Di



penelitian



akuntansi



keuangan



sebelumnya terdapat



kekurangan dimana penelitian tidak menggunakan landasan teori tersebut. Libby, et al. (2001) juga menekankan perlunya merancang penelitian eksperimen yang efektif dan efisien. Penelitian lain terkait yaitu



tentang



dengan



konservatisme



keperilakuan



dalam



judgment



dalam akuntan.



akuntansi keuangan Wilkins



(2010),



membandingkan bagaimana perilaku akuntan di US (United States) dengan perilaku Akuntan di Eropa selama proses konvergensi dari US GAAP (Generally Accepted Accounting Priciples) dan IFRS. Seperti diketahui sebelum proses konvergensi, US GAAP terkenal dengan rule-Based dimana standar yang ada diatur atau dituntun secara jelas (bright lines), sedangkan IFRS lebih menekankan pada prinsip substance over form) yang disebut dengan dengan principle based Oleh karena itu, akuntan di US dalam penerapan standar akuntansi lebih sedikit dalam membuat judgment,dibandingkan dengan akuntan di Eropa. Oleh karena itu, Wilkins mempunyai hipotesis bahwa akuntan di US lebih konservatif dalam membuat Judgment terkait ketidakpastian yang dihadapi, dibandingkan dengan para akuntan di Eropa. Penelitian Wilkins (2010) merupakan eksperimental,



penelitian



dengan menggunakan partisipan yaitu accounting student yang



mewakili dua kelompok yaitu, kelompok akuntan US dan akuntan Eropa. Awalnya masing-masing partisipan diminta untuk menjawab kasus dalam bahasa mereka masing-masing, kemudian diminta kembali untuk menjawab kasus yang sama tetapi sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Tujuannya adalah Wilkins (2010) ingin memverifikasi bahwa tidak ada perbedaan jawaban 36



yang berbeda terkait dengan lingkungan dan waktu yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa akuntan US dengan menggunakan standar yang sama (dalam proses konvergensi) membuat accounting judgment lebih konservatif dibandingkan dengan akuntan Eropa, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh US company tetap saja berbeda dengan European company walaupun menggunakan standar yang sama.Salah



satu



tujuan



dari financial



accounting adalah memberikan informasi yang relevan kepada user.Ketepatan waktu merupakan salah Satu unsur dari informasi yang relevan. Informasi itu tersedia



ketika dibutuhkan



oleh user



(timeliness).Penggunaan



program



XBRL(Extensible Business Reporting Language) oleh emiten-emiten di NYSE (New York Stock Exchange),Selain menyediakan informasi yang transparan bagi user,juga memungkinkan user untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.Tren seperti ini menimbulkan countinuous reporting,bahwa jangka waktu untuk menyajikan informasi akuntansi menjadi lebih pendek.



37



BAB III PENUTUP 1.



Kesimpulan Keperilakukan merupakan bidang multidisipliner yang berasal dari konstruk teori



behavioral sciences sehingga akuntansi keperilakuan merupakan pertemuan antara ilmu akuntansi dan ilmu sosial. Menurut Hofstedt dan Kinard (1970) definisi akuntansi keperilakuan adalah The study of the behavior of accountants or the behavior of nonaccountants as they are influenced by accounting functions and reports. Dari definisi tersebut maka akuntansi keperilakuan adalah studi mengenai perilaku akuntan atau perilaku non akuntan ketika mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan akuntansi. Dari definisi ini menyimpulkan bahwa area riset ini berbicara mengenai perilaku manusia sebagai individu yang mencakup perilaku individu dalam organisasi dan aktivitas terpisah akibat pengaruh fungsi akuntansi dan pelaporan akuntansi. Akuntansi keperilakuan mencakup beberapa hal. Pertama, judgment (pertimbangan) serta pembuatan keputusan dari auditor dan akuntan. Kedua, Pengaruh fungsi akuntansi (seperti budgetary participation, information system characteristics) dan fungsi audit pada perilaku karyawan, manajer, investor, dan wajib pajak, Ketiga, Pengaruh dari luaran fungsi akuntansi dan audit yaitu informasi akuntansi pada pertimbangan pengguna dan pembuatan keputusan. Akuntansi Keperilakuan berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia mempengaruhi informasi akuntansi dan keputusan bisnis dan sebaliknya bagaimana informasi akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia. Adapun pengguna informasi akuntansi sendiri terdiri dari pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen dan karyawan, sedangkan pihak eksternal terdiri atas pemegang saham, kreditor, serikat pekerja, analisis keuangan, konsultan eksternal, dan pemerintah. Manajer, khususnya manajer puncak berkepentingan terhadap informasi keuangan yang ringkas, karena dia tidak perlu mengetahui kegiatan operasional organisasi. Pengendalian keuangan meliputi laporan keuangan yang menyajikan informasi keuangan masa lampau dan anggaran yang merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian. Dengan adanya pengendalian keuangan, maka investasi, alokasi biaya, dan perolehan laba berjalan sesuai dengan rencana perusahaan. Akuntansi keuangan melibatkan berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Akuntan melaksanakan akuntansi mulai dari mengidentifikasi transaksi, mencatat dan mengukurnya, sampai dengan menyusun laporan keuangan akhir periode. Informasi yang tercantum dalam 38



laporan keuangan tersebut diaudit oleh akuntan publik, agar dapat dipercaya oleh para pengguna khususnya pengguna eksternal. Setiap pihak yang berhubungan dengan akuntansi baik internal maupun eksternal selalu menggunakan judgment dalam pengambilan keputusan. Akuntan sebagai pihak yang menyiapkan informasi akuntansi akan memilih metode dan pendekatan yang paling sesuai dengan kebijakan manajemen dalam mengoperasikan perusahaan. Dalam proses pemilihan metode dan pendekatan akuntansi yang akan dipergunakan judgment akuntan berperan dominan. Auditor pada saat melakukan prosedur audit juga menggunakan judgment. Pengguna laporan keuangan, ketika membaca laporan keuangan dan menginterpretasikan informasi yang terkandung di dalamnya untuk mengambil keputusan ekonomi, juga selalu menggunakan banyak pertimbangan. Judgment dan keputusan yang beragam untuk kondisi yang sejenis mencerminkan variasi perilaku. Pada akhirnya muncul banyak aspek keperilakuan yang terkait dengan akuntansi keuangan. Aspek keperilakuan tersebut merupakan bidang yang dikaji dalam akuntansi keperilakuan terdapat beberapa isu terkait penelitian akuntansi keperilakuan yaitu isu pengendalian manajemen, pemrosesan informasi akuntansi, perancangan sistem informasi akuntansi, pengauditan, sosiologi organisasional, karir akuntan, etika, metodologi, dan lain-lain. Dari sembilan kelompok isi penelitian akuntansi keperilakuan tersebut, isu pemrosesan informasi akuntansi, perancangan. Penelitian akuntansi keuangan sangat luas menguji tentang komunikasi informasi di antara manajer, auditor, analis (sebagai perantara informasi) dan investor, dan juga dampak pengaturan dari pihak regulator terhadap proses tersebut. Kebanyakan penelitian akuntansi keuangan lebih fokus terhadap keputusan yang dibuat oleh auditor dan manajemen dalam melaporkan informasi, hubungan antara forecasting yang dibuat oleh analis dan keputusan yang dibuat oleh investor dan trader (terkait trading decision) dan yang akhirnya mempengaruhi harga pasar. Judgment pada pembuatan keputusan adalah hal yang dominan dalam penelitian akuntansi keuangan. Kemudian penelitian akuntansi keuangan semakin luas dalam menanggapi kritik-kritik yang ada. 2.



Saran Lingkup penelitian dalam akuntansi keperilakuan semakin luas, semakin bisa digali oleh



para peneliti saat ini. Peneliti hendaknya tidak memandang bidang ilmu tertentu sebagai bidang ilmu yang independen. Peneliti harus memahami bahwa berbagai bidang ilmu bersifat interdependen. Penelitian akuntansi keperilakuan diyakini akan menjadi semakin pesat di masa yang akan datang. Semakin banyak peneliti yang tertarik untuk mempelajari dan menekuni bidang akuntansi keperilakuan lebih lanjut. 39



40



DAFTAR PUSTAKA Alwi, Syafarudin. Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta, 1992 Harjito, Agus dan Martono. Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit EKONISIA, Yogyakarta, 2011. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1994. Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 5, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1998. Sabardi, Agus. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit UIPP YKPN, Yogyakarta, 1994. Sartono, Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2000. https://media.neliti.com/media/publications/13028-ID-aspek-keperilakuan-dalam-akuntansikeuangan.pdf https://dspace.uc.ac.id/bitstream/handle/123456789/2808/Paper2808.pdf? sequence=3&isAllowed=y https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/55754978/Akuntansi_Keprilakuan.pdf? 1518149071=&response-content-disposition=inline%3B+filename %3DAkuntansi_Keprilakuan_pdf.pdf&Expires=1604137925&Signature=PBHZfs8PaP7LYix lc9iNafLZO9o0fKGtdC4As1zNXKyuNo~SHJiTBrOk2DR6NRZc8QCMHRPYePJqwe0Lcr5GnVrfEJ38FrJwsHSv5E2pI5SNJMkRqT5b5cKClpVbNyXrLHIMSDgZzG9482lZzLs5BB~D s0~R4lyFXDixIlrm9pxibw8hi72sN0oN1CCtUwLCnpIva0aRvqLN0owOuDgsSyPJ68scHOod UoaimInOy1R72OZmNdOxaGYbLcQdOLccfG4Ytb0sRlcYz8Rf3QLP-rPQRrpd5ln4VG3c5pZY0BGOE1QnulEfy3I~sDseK7GBTqs~An1X4ZG5LPHg80Cw__&Key-PairId=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA https://core.ac.uk/download/pdf/324179975.pdf https://media.neliti.com/media/publications/13028-ID-aspek-keperilakuan-dalam-akuntansikeuangan.pdf https://www.mysuku.com/2019/11/keperilakuan-dan-akuntansi-keperilakuan.html https://educipta.com/wp-content/uploads/2014/10/Topik-Penelitian-Akuntansi-KeperilakuanDalam-Jurnal-Behavioral-Research-In-Accounting-BRIA.pdf file:///C:/Users/PC/Downloads/2593-1-3466-1-10-20121113.pdf



41



https://media.neliti.com/media/publications/13028-ID-aspek-keperilakuan-dalam-akuntansikeuangan.pdf https://docplayer.info/41325445-Aspek-keperilakuan-dalam-akuntansi-keuangan-muliawatifakultas-ekonomi-universitas-katolik-parahyangan.html



42