Makalah Kendala Dan Solusi Replanting Kebun Sawit Rakyat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN “Kendala dan Solusi Replanting Kebun Sawit Rakyat”



Disusun oleh:



Nama:Afifah Rahmadani NIM:2006112431 Kelas:Agribisnis C



Dosen Pengampu: Ir Arman Effendi AR, M. S.



FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU 2020



Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaraan dalam proses penulisan makalah ini. Dalam proses penulisan makalah ini, penulis menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Namun demikian, berkat pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dorongan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Kendala dan Solusi Replanting Kebun Sawit Rakyat” ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan dengan dosen pengampu Fadillah Dwi Kurnia dan Gian Juliano segala rintangan dapat dilewati dengan baik. Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang didapatkan penulis. Penulisam makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. Adanya makalah ini diharapkan berguna bagi penulis dan pembaca dalam menerima materi dan menambah wawasan. Akhir kata, penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, sehingga makalah ini menjadi lebih baik serta memiliki daya guna dimasa mendatang.



Lintau, 29 September 2021



Afifah Rahmadani



DAFTAR ISI



Kata Pengantar DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................4 1.1.



Latar Belakang ......................................................................................................4



1.2.



Rumusan Masalah .................................................................................................5



1.3.



Tujuan....................................................................................................................5



BAB II KELAPA SAWIT ................................................................................................................6 2.1.



Tanaman Kelapa Sawit.........................................................................................6



2.2.



Morfologi Tanaman Kelapa Sawit .......................................................................7



2.2.1



Akar ..................................................................................................................7



2.2.2. Batang ...............................................................................................................8 2.2.3. Daun..................................................................................................................8 2.2.4. Bunga ................................................................................................................8 2.2.5. Buah ..................................................................................................................9 2.3.



Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ...............................................................9



BAB III KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT ................................................................................4 BAB IV KENDALA REPLANTING KEBUN SAWIT RAKYAT ..................................................6 BAB V SOLUSI DARI KENDALA REPLANTING ......................................................................8 BAB VI PENUTUP..........................................................................................................................10 6.1.



Kesimpulan..........................................................................................................10



6.2.



Saran ....................................................................................................................10



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman industri, produk-produknya meliputi minyak



masak, minyak industri maupun untuk bahan bakar. Industri kelapa sawit merupakan industri strategis baik dalam hal perekonomian, pembangunan ekonomi daerah dan penyerapan tenaga kerja. Dalam perekonomian Indonesia kelapa sawit merupakan sumber devisa bagi negara, dan industri ini memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan (DITJENBUN) (2015) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki luas area lahan perkebunan sekitar 6% dari seluruh luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perusahaan-perusahaan swasta memiliki 52% area perkebunan kelapa sawit. Sedangkan petani rakyat memiliki 42% area perkebunan kelapa sawit. Petani rakyat terbagi menjadi dua kelompok yaitu petani sawit plasma dan petanin sawit swadaya. Petani sawit plasma adalah petani sawit yang dibina dan bekerjasama dengan perusahaan dalam proses budidaya kelapa sawit. Berbeda dengan petani plasma yang memperoleh dukungan dari perusahaan, petani swadaya membudidayakan sawitnya tanpa kerjasama dengan pihak lain. Petani swadaya tidak memiliki standar yang diterapkan dalam budidaya perkebunan kelapa sawit miliknya. Pada petani swadaya tidak ada Standard Good Agriculture Practice (Standart Praktik PertanianYang Baik) yang diterapkan, hanya berdasarkan kebiasaan masing-masing petani dan meniru dari petani yang maju tanpa disadari pengetahuan yang cukup. Rendahnya produktivitas sering disiasati dengan perluasan lahan, bahkan ke kawasan lindung yang bernilai konservasi tinggi. Kondisi ini sering menciptakan anggapan bahwa petani swadaya tidak mampu melakukan praktik budidaya yang lestari (Hariyadi, 2017). Pada umumnya, siklus tanaman akan mengalami penurunan produksi setelah melampaui umur tertentu. Untuk menjaga produktivitas agar tetap tinggi maka upaya yang ideal adalah dengan melakukan replanting (peremajaan). Hal ini juga dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk menjaga produktivitasnya.



Peremajaan merupakan pergantian tanaman tua yang tidak ekonomis lagi dengan tanaman baru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peremajaan kelapa sawit antara lain kapan replanting dilakukan, apa kriteria tanaman akan direplanting, apa jenis bibit yang akan digunakan, dan sumber dana untuk membiayai replanting. Menurut Ginting dkk., (2008), pertimbangan utama dilakukan peremajaan kelapa sawit adalah umur tanaman yang akan dan telah mencapai umur ekonomis yaitu sekitar 25 tahun, tanaman tua dengan produktivitas rendah atau dibawah 13 ton TBS/ha/tahun yang mengakibatkan keuntungan yang diperoleh oleh petani menurun. Namun, kegiatan peremajaan tentu bukanlah hal yang mudah oleh petani mengingat dana yang butuhkan untuk replanting cukup besar serta beberapa faktor penghambat lainnya. Oleh karena itu, kendala dalam usaha replanting serta bagaimana solusinya merupakan isu penting bagi perkebunan kelapa sawit rakyat. 1.2.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa itu kebun kelapa sawit rakyat? 2. Apa saja kendala dalam kegiatan replanting kebun sawit rakyat? 3. Apa solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kendala dalam replanting kebun sawit rakyat?



1.3.



Tujuan Tujuan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu: 1. Mengetahui tentang kebun kelapa sawit rakyat 2. Mengetahui kendala dalam kegiatan replanting kebun sawit rakyat 3. Mengetahui solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kendala dalam replanting kebun sawit rakyat



BAB II KELAPA SAWIT 2.1.



Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika



Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit (Fauzi et al., 2008) Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar (Sunarko, 2009). Menurut Pahan (2008), kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut, Divisi : Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae, Ordo : Monocotyledonae, Famili : Arecaceae, Subfamily : Cocoideae, Genus : Elaesis, Species : 1) E.guineensis Jacq, 2) E. oleifera, 3) E. odora. Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang umum ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi



dan gampang dipanen. Jenis E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik yang ada. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional (Syahputra, 2011). Faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit yang tinggi adalah faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus dilakukan dari tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang unggul hal yang harus diperhatikan dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan yang meliputi penyiraman , pemupukan (pupuk dasar) dan pengendalian OPT yang mengganggu selama pembibitan kelapa sawit. Didalam teknik dan pengelolaan pembibitan kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, ada 3 (tiga) faktor utama yang menjadi perhatian: 1) Pemilihan jenis kecambah/bibit, 2) Pemeliharaan, 3) Seleksi bibit (Agustina, 1990). 2.2.



Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang



memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang dijual. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2007). 2.2.1



Akar Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang



memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder, tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).



2.2.2. Batang Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007). 2.2.3. Daun Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40- 50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011). 2.2.4. Bunga Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen



melakukan gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Sunarko, 2007). 2.2.5. Buah Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Risza, 1994). Biasanya buah ini yang digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati yang digunakan oleh manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak sawit (diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji buah) (Mukherjee, 2009). 2.3.



Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS. Untuk



ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah 5,0–5,5. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012). Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi. Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari sekitar 15°. Kemampuan



tanah dalam meyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman (Lubis dan Agus, 2011).



BAB III KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT Berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan (DITJENBUN) (2015) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki luas area lahan perkebunan sekitar 6% dari seluruh luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perusahaan-perusahaan swasta memiliki 52% area perkebunan kelapa sawit. Sedangkan petani rakyat memiliki 42% area perkebunan kelapa sawit. Petani rakyat terbagi menjadi dua kelompok yaitu petani sawit plasma dan petani sawit swadaya. Petani sawit plasma adalah petani sawit yang dibina dan bekerjasama dengan perusahaan dalam proses budidaya kelapa sawit. Berbeda dengan petani plasma yang memperoleh dukungan dari perusahaan, petani swadaya membudidayakan sawitnya tanpa kerjasama dengan pihak lain. Petani swadaya tidak memiliki standar yang diterapkan dalam budidaya perkebunan kelapa sawit miliknya. Pada petani swadaya tidak ada Standard Good Agriculture Practice (Standart Praktik PertanianYang Baik) yang diterapkan, hanya berdasarkan kebiasaan masing-masing petani dan meniru dari petani yang maju tanpa disadari pengetahuan yang cukup. Rendahnya produktivitas sering disiasati dengan perluasan lahan, bahkan ke kawasan lindung yang bernilai konservasi tinggi. Kondisi ini sering menciptakan anggapan bahwa petani swadaya tidak mampu melakukan praktik budidaya yang lestari (Hariyadi, 2017). Pengamat pertanian Prof. Bungaran Saragi memprediksikan bahwa jumlah petani swadaya yang mengelola perkebunan sawit mengalami pertumbuhan yang pesat. Saat ini, jumlah petani swadaya mencapai 44%. Jumlah petani swadaya tersebut diprediksikan terus meningkat hingga mencapai 70% pada tahun 2020 (Agus Handoko & Widodoro, 2013: 13). Pada tahun 2018, Indonesia berhasil mendapat US$ 18,23 milliar dari ekspor 297 juta ton CPO. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekitar 1/3 bagian dari semua produksi itu merupakan hasil dari tandan buah segar hasil produksi perkebunan rakyat yang memberikan kontribusi yang signifikan. Namun potensi ekonomi perkebunan swadaya yang besar tersebut kurang mendapat mendapat perhatian dan dukungan yang cukup dari



pemerintah dan swasta. Bahkan informasi detail mengenai perkebunan rakyat masih sangat terbatas. Secara umum permasalahan perkebunan sawit yang teridentifikasi adalah tingkat produksi yang rendah, kendala dalam pemasaran, permasalahan legalitas dan tingkat keberlanjutan yang tidak diketahui. Persoalan tersebut terlihat menjadi rumit dan seolah-olah sulit untuk diselesaikan, dikarenakan pekebun sawit swadaya yang berjumlah lebih dari 2 juta pekebun dengan luas lahan mencapai 4,5 juta ha selalu dianggap sebagai entitas yang homogen.



BAB IV KENDALA REPLANTING KEBUN SAWIT RAKYAT Perhatian publik terhadap industri perkebunan kelapa sawit Indonesia belakangan ini banyak tertuju pada program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) atau media sering menyebutnya replanting. Tahun ini, Pemerintah mencanangkan target PSR seluas 185.000 hektar.Dengan bergulirnya waktu dalam pengembangan kelapa sawit, ternyata beberapa wilayah pengembangan sudah memasuki ambang ekonomis dan harus melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit atau replanting, namun demikian yang harus dicermati yaitu terjadinya kehilangan pendapatan pada periode TBM dan biaya peremajaan yang cukup tinggi. Kegiatan replanting tetntu bukanlah hal yang mudah. Dalam melakukan replanting ditemukan berbagai kendala, seperti yang pertama masalah terkait hutang dan sertifikat lahan. Sertifikat tanah lahan perkebunan yang akan menjadi agunan pada saat kebun diperemajakan, karena program peremajaan ini memerlukan biaya yang cukup besar, yang akan dibiayai oleh badan keuangan seperti bank. Sertifikat lahan menjadi kendala karena biasanya sertifikat tersebut masih digunakan sebagai agunan pinjaman di berbagai perbankan dan lembaga keuangan lainnya oleh petani. Sehingga harus menunggu hingga petani mekunasi hutangnya dan sertifikat dapat diambil agar replanting dapat dilaksanakan. Selain karena menjadi agunan, sertifikat lahan menjadi kendala karena adanya sertifikat lahan atas nama orang lain bahkan ada lahan yang tidak bersertifikat. Kendala yang kedua yaitu biaya replanting. Menurut informasi dari berbagai pihak yang berkompeten, biaya replanting sesuai RAB yang dibuat oleh pihak Dinas Perkebunan propinsi Riau sekitar Rp.58.000.000,00 / Ha, artinya dalan satu kapling yang luasnya 2 ha akan menghabiskan anggaran kurang lebih Rp. 116.000.000,00 . biaya sebesar itu merupakan biaya sang sangat besar yang harus ditanggung oleh petani dalam proses replanting kebun kelapa sawit. Hal ini akan menjadi kendala dalam pelaksanaan program replanting sebab selain petani tidak memiliki anggaran sebesar itu, juga sulitnya mencari pihak perbankan yang sanggup membiayai dana sebesar itu yang mana pengembaliannya menunggu 4-5 tahun setelah tanaman menghasilkan.



Kendala ketiga yaitu biaya hidup petani pada saat replanting. Biaya hidup sehari hari petani disaat kebun belum diperemajakan dan semasa kebun di peremajakan sama saja besarnya, bahkan ada kecenderungan mengalami kenaikan seiring terjadinya inflasi dari tahu ketahun. Nah tidak bisa terbayangkan jika pada saat tanaman masih berdiri petani berpenghasilan 3- 4 juta rupiah perkapling, kemudian menjadi berpenghasilan 0 rupiah pada saat tanaman diperemajakan. Ini menjadi kendala yang sangat serius karena berhubungan dengan kebutuhan pokok petani sehari hari. Kendala lainnya yaitu terkait legalitas lahan, dimana lahan yang dimiliki petani merupakan lahan yang tidak berizin, berada di kawasan lindung. Karena, ada beberapa petani yang mengatasi masalah produktifitas sawit yang menurun dengan memperluas lahan secara ilegal.



BAB V SOLUSI DARI KENDALA REPLANTING Program replanting sawit rakyat menghadapi berbagai kendala di lapangan sehingga bisa mengganggu target seluas 185 ribu hektare. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendalam upaya replanting kebun sawit rakyat, diantaranya: pertama,mempercepat proses verifikasi dan legalitas lahan. Jika proses tersebut masih terkendala apakah memungkinkan peremajaan kelapa sawit dilakukan pada lahan yang legalitasnya belum final, termasuk pada kasus perkebunan kelapa sawit rakyat yang berada di dalam kawasan hutan. Kedua, Pemerintah memberikan kemudahan dalam proses balik nama sertifikat tanah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai alternatif apakah memungkinkan dalam menentukan objek lahan yang akan diremajakan menggunakan pendekatan kelayakan usaha yang diperkuat dengan asuransi. Ketiga, memberikan prioritas sertifikasi tanah (Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap/PTSL) bagi lahan perkebunan sawit rakyat yang akan diremajakan dan belum memiliki sertifikat. Keempat, dalam rangka memberikan kepastian kepada produsen benih/penangkar dalam penyediaan bahan tanam unggul bersertifikat maka finalisasi perencanaan dan kontrak kerja peremajaan harus dilakukan minimal satu tahun sebelum pelaksanaan peremajaan kelapa sawit rakyat. Dukungan asuransi diperlukan agar berbagai hal yang menyangkut ketidakpastian atau resiko dapat diminimalisir. Kelima, Pola kemitraan perlu dilandasi kesepakatan bersama antara petani dengan perusahaan mitra serta melibatkan dinas/instansi terkait atau dengan membentuk kemitraan dengan model yang disepakati para pihak dan dilegalisasi oleh pemerintah (Mandiri Penuh/Perusahaan hanya sebagai off taker, Model inti plasma, Model manajemen satu atap). Perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk menentukan model terbaik untuk setiap lokasi.



Keenam, Alokasi dana pendampingan perlu disediakan untuk mempercepat sosialisasi dan transfer teknologi serta membangun dan menguatkan kelembagaan petani. Kerjasama dengan Kementerian Koperasi KUKM dan Kementerian Desa diintensifkan sehingga dapat mempercepat pelaksanaan program peremajaan kelapa sawit rakyat.



BAB VI PENUTUP 6.1.



Kesimpulan Kegiata replanting merupakan isu yang sangat penting saat ini. Namun, kegiatan



replanting memiliki beberapa kendala seperti masalah utang dan sertifikat lahan, legalitas lahan, biaya replanting dan biaya hidup petani pada saat replanting. Solusi yang dapat dilakukan dari kendala tersebut diantaranya mempercepat proses verifikasi dan legalitas lahan, memberikan kemudahan dalam proses balik nama sertifikat tanah sesuai dengan peraturan yang berlaku, memberikan prioritas sertifikasi tanah (Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap/PTSL) bagi lahan perkebunan sawit rakyat yang akan diremajakan dan belum memiliki sertifikat, melakukan finalisasi perencanaan dan kontrak kerja peremajaan harus minimal satu tahun sebelum pelaksanaan peremajaan kelapa sawit rakyat, kesepakatan bersama antara petani dengan perusahaan mitra serta melibatkan dinas/instansi terkait atau dengan membentuk kemitraan dengan model yang disepakati para pihak dan dilegalisasi oleh pemerintah, dan menyediakan alokasi dana pendamping untuk mempercepat sosialisasi dan transfer teknologi serta membangun dan menguatkan kelembagaan petani.



6.2.



Saran Permasalahan yang telah teridentifikasi tersebut perlu segera diselesaikan dengan



melakukan berbagai penyederhanaan proses sehingga petani tidak merasa kesulitan untuk ikut sebagai peserta program peremajaan. Selain itu, wawwasan petani terkait program replanting harus terus ditingkatkan sehingga kendala seperti legalitas lahan dapat dihindari.



DAFTAR PUSTAKA Siregar, Piktor Parulian. "Analisis Peremajaan (Replanting) Kebun Kelapa Sawit Terhadap Biaya Sosial Ekonomi Petani Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal." (2020). Hutasoit, Farmelia R., Sakti Hutabarat, and Didi Muwardi. Analisis persepsi petani kelapa sawit swadaya bersertifikasi rspo dalam menghadapi kegiatan peremajaan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan. Diss. Riau University, 2015. Ali Akbar (2015) PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TAHAP PRE NURSERY. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Akhbianor, Akhbianor, Ellyn Normelani, and Parida Angriani. "STRATEGI PETANI SWADAYA KELAPA SAWIT DALAM MENGELOLA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA SUNGAI KUPANG JAYA KECAMATAN KELUMPANG SELATAN KABUPATEN KOTABARU." JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) 2.2. Fauzi, Akhmad. Falatehan, A Faroby. Andrianto, Agus. “Analisis Keberlanjutan Perkebunan Kelapa Sawit Swadaya di Kalimantan Tengah.”. Thesis. Institut Pertanian Bogor, 2020. Risman, Risman, and Dedi Iskamto. "ANALISIS PROGRAM REPLANTING KEBUN KELAPA SAWIT ANGGOTA KUD MAKARTI JAYA DI DESA KUMAIN KECAMATAN TANDUN KABUPATEN ROKAN HULU." Eko dan Bisnis: Riau Economic and Business Review 9.2 (2018): 84-93. https://sawitindonesia.com/inilah-6-solusi-percepatan-replanting-sawit-rakyat/