21 0 320 KB
MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL PERAWATAN PALIATIF DALAM PERSPERKTIF SOSIAL DAN BUDAYA Dosen Pembimbing: Sabirin B. Syukur, S.Kep.,Ns.,M.Kep
DISUSUN OLEH: DEWI MUSTAPA (C01419031) KELAS A KEPERAWATAN 2019
PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO GORONTALO 2022
KATA PENGATAR Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal yang berjudul “Perawatan Paliatif Dalam Persperktif Sosial Dan Budaya”. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan waktu dan latar belakang keilmuan yang kami miliki, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat
membangun
dalam
penyempurnaan
makalah
ini
kedepannya. Semoga kita semua dapat menambah wawasan dan keilmuan atas makalah ini.
Gorontalo,
Penulis
i
Januari 2022
DAFTAR ISI KATA PENGATAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3
Tujuan Penulisan .......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4 2.1
Perawatan Paliatif ......................................................................... 4
2.2
Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif.................................. 6
2.3
Tahapan Penerimaan Pasien Paliatif ............................................ 9
2.4
Peran Perawat Paliatif ................................................................ 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 12 3.1
Kasus .......................................................................................... 12
3.2
Pengkajian .................................................................................. 13
3.3
Analisa Data ............................................................................... 18
3.4
Diagnosa Keperawatan............................................................... 19
3.5
Intervensi Keperawatan .............................................................. 19
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 25 1.1
Kesimpulan ................................................................................. 25
1.2
Saran .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27
ii
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelecehan Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan modern adalah perbaikan perawatan akhir hayat pada pasien yang mengalami penyakit terminal. Sebagian besar pasien terminal akan sangat menderita, penderitaan berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp, 2009). Selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/ heart failure, penyakit genetika, dan HIV/AIDS juga memerlukan perawatan paliatif (Supari, 2007). Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit dan mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (WHO, 2016). Menurut Ketua Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) Drajad Ryanto Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the care (Peduli perawatan paliatif untuk sesama), jumlah pasien yang
memerlukan
perawatan
paliatif
meningkat,
seiring
dengan
meningkatnya usia harapan hidup, disamping pasien kanker, jumlah penyakit motor neuron dan penyakit saraf serta pasien HIV-ADIS juga meningkat. Dari pasien yang rawat inap di RSCM pada 2009, terdapat 65% pasien paliatif, yang 60% pasien neurologi, lebih 60% pasien ODHA dalam stadium lanjut (Hendry, 2010). Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan masalah pada saat
1
terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative care. Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama. Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi
dalam
kehidupan
dan
kegiatan
masyarakat
ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalh yang berhububgan dengan penyakit yang mengancam kehidupan. Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah pasien kanker. Dengan sudah dituangkannya program pelayanan paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian dari tata laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan. Dalam makalah ini, penulis akan membahas asuhan keperawatan paliatif dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa definisi perawatan paliatif? 2) Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif?
2
3) Bagaimana tahapan penerimaan pasien paliatif? 4) Bagaimana peran perawat paliatif? 5) Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah keperawatan dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial? 1.3 Tujuan Penulisan 1) Menjelaskan definisi perawatan paliatif 2) Menjelaskan masalah keperawatan pada pasien paliatif 3) Menjelaskan tahapan penerimaan pasien paliatif 4) Menjelaskan peran perawat paliatif 5) Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah 6) keperawatan dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial
3
BAB II BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perawatan Paliatif Penyiksaan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga
dalam
mengoptimalkan
kualitas
hidup
dengan
mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010). Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan
4
paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens, 2009). Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu: 1. menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, 2. menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal , 3. tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, 4. memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, 5. memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, 6. memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, 7. serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya. Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013), meliputi : 1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencakup pasien dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan. 2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri. 3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai periode duka cita. 4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
5
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat,
farmasi,
pekerja
sosial,
sukarelawan,
koordinator
pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih. 6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan. 7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga. 8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka 9. Perawatan pelayanan
yang
berkesinambungan.
kesehatan
yang
ada
Dimana
dapat
seluru
menjamin
sistem
koordinasi,
komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan. 10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien. 11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang optimal. 12. Peningkatan
kualitas.
Dimana
dalam
peningkatan
kualitas
membutuhkan evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien. 2.2 Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC,
6
2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013). A.
Masalah Fisik Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017). Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015). B.
Masalah Psikologi Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani
dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya
bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik. NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai
oleh
respon
otonom,
perasaan
takut
yang
disebabkan
olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang
7
member tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya. C.
Masalah Spiritual Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul
pada pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Hamid, 2008). Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011). D.
Masalah Sosial Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak
normalan kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006 ). E.
Masalah Budaya Budaya adalah istilah yang menggabungkan konsep ras, etnis,
agama, bahasa, asal kebangsaan, dan faktor lainnya. Ras dan etnis bisa
8
dipertukarkan sebagai variabel yang digunakan untuk meng-identifikasi budaya. Menurut Johnson, Kuchibhatla, dan Tulsky (2008), etnisitas adalah pembuat kepercayaan budaya dan nilai-nilai yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan di akhir kehidupan. Selanjutnya, Peneliti dan cendekiawan telah menyarankan bahwa pandangan dunia budaya pada kelompok orang tertentu menentukan bagaimana mereka memahami kehidupan dan kematian, dan pendekatan pengambilan keputusan akhir kehidupan (Braun et al., 2000; Parry & Ryan, 2000). Pengetahuan dan kesadaran akan nilai-nilai budaya, sikap, dan perilaku dapat membantu praktisi menghindari stereotip dan bias, sementara menciptakan interaksi positif dengan pasien yang mengarah pada hasil pasien yang lebih baik dibandingkan ketika penyedia kurang sadar budaya (Reith & Payne, 2009). 2.3 Tahapan Penerimaan Pasien Paliatif Respons psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan oleh Kubler-Ross (1969) dikemukakan dalam teori yang disebut “The Five Stages of Grief”, teori ini membagi respons psikologis dalam lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Kelima
tahap
respons
psikologis
ini
sering
diidentikkan
dengan lima tahap model duka cita yang disebabkan oleh proses kematian.
Namun
itu, lima tahap
akhirnya
respons
berkembang
psikologis
ini
juga
tidak bisa
hanya
sebatas
digunakan
untuk
mengidentifikasi individu pasca pemutusan hubungan kerja, adanya bencana sehingga terpaksa harus mengungsi, kehilangan anggota tubuh, hukuman,
kebangkrutan,
korban
kejahatan
atau
kriminal
dan
keputusasaan. Sehingga teori ini berkembang lebih luas dan dapat digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami oleh seseorang.
9
2.4 Peran Perawat Paliatif Peran perawat di perawatan paliatif perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang di alami (Mackenzie & Mac Callam, 2009). Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi sebagai praktik di klinik, pendidik, peneliti, bekerjasama (Collaborator), penasihat. Perawat sebagai salah satu petugas praktik di klinik memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif.
Perawat mengidentifikasi pendekatan
baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai denga aturan di rumah sakit. Perawat sebagai pendidik memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi tentang penatalaksanaan di klinik sehingga semua tim dapat mencapai hasil yang positif. Perawat memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi : mengatasi nyeri neuropatik, berperan mengatasi konflik profesi, mencegah dukacita dan resiko kehilangan. Perawat pendidik dengan tim lainnya, seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan pedoman dan tim perawatan paliatif, maka memberikan perawatan yang berbeda dan khusus dalam menggunaan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropatik yang tidak mudah di atasi. Perawat sebagai peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif. Perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama (Collaborator) melakukan pengkajian dalam mengkaji biopsiko-sosial-spiritual serta penatalaksananya. Perawat membangun dan
10
mempertahankan kolaborasi dengan tim perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam pelayanan, perawat bekerjasama dengan tim perawatan paliatif dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik. Perawat sebagai penasihat (concultant) akan bekerjasama dan berdiskusi dengan dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.
11
BAB III BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Kasus Nyonya A usia 55 tahun asal Surabaya masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 februari 2019 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 februari 2019, dengan keluhan nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler kekuatan sedang, Respirasi 20x/menit, irama regular, Suhu 36,50 C. Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya. Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri. Sebelum sakit, frekuensi makan Ny. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan 12
terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen. Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif. 3.2 Pengkajian 1. Biodata Nama
: Ny. A
No RM
: 123.456.xx
Usia
: 55 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
: surabaya
Tanggal masuk
: 5 Februari 2019
Diagnosa medis : Ca. Colon Pekerjaan
: PNS
Status
: menikah
Agama
: islam
Pendidikan
: sarjana
2. Keluhan utama
13
Nyeri pada bagian perut selama 3 bulan, semakin lama semakin nyeri. 3. Riwayat penyakit : a. Riwayat penyakit sekarang Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. b. Riwayat penyakit dahulu Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. c. Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa. 4. Pemeriksaan fisik Head to Toe a. Keadaan umum Kesadaran
: composmentes
TD
: 110/90 mmHg
Nadi
: 70x/menit (irama reguler kekuatan sedang)
Respirasi
: 20x/menit (rama regular)
Suhu
: 36,50 C
b. Kepala Kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih. o Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri normal. o Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis, gangguan indera pencium, atau secret. o Mulut : Mulut klien normal. o Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
14
o Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak ada hematoma, tida ada lesi. Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil. c. Dada Bentuk dada normal. Irama jantung normal S1 S2 tunggal. d. Abdomen Bentuk aga cembung, adanya nyeri tekan pada bagian bawah. e. Genetalia Normal dan bersih. f. Rectum Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor. g. Ekstremitas Normal, Tidak ada gangguan. 5. Aktifitas dan latihan Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya 6. Istirahat dan tidur Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. 7. Kenyamanan dan nyeri Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang
15
saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri. 8. Nutrisi Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. 9. Cairan Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. 10. Oksigen Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen. 11. Eliminasi urin Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter. 12. Eliminasi fekal Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. 13. Sensori, persepsi, dan kognitif Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif. 14. Pemeriksaan penunjang
16
c
Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
Hb
10
12-18 g/dL
Turun
Ht/PVC
42
40-52%
Normal
Leukosit
7.000
4.00010.000 /uL
Normal
Trombosit
253.000
150.000450.000 /uL
Normal
Masa protrombin
13.0
11.0-17.0 detik
Normal
15. Psikologis Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh. Klien juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status kesehatannya. 16. Sosial Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan melakukan kegiatan kerja bakti. 17. Budaya Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan kesehatannya.
17
18. Spiritual Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami : klien yakin akan dirinya pasti sembuh. 3.3 Analisa Data Data DS : - Klien mengatakan cemas akan kesehatannya - Klien mengatakan
Etiologic Kanker kolon
Masalah Ansietas
Minimnya pendidikan kesehatan
merasa takut akan kondisi kesehatnnya DO : - Klien tampak gelisah - Klien sulit tidur -
Gelisah
Ansietas
Klien sering bertanya mengenai kondisinya
DS : Klien mengatakan susah tidur saat di rumah sakit
Insomnia Kanker kolon
Obstruksi kolon DO : Durasi tidur malam 3 jam dan tidur siang 1 jam
Kompresi jaringan
Reseptor nyeri
18
Nyeri
Susah tidur DS : Klien mengatakan merasa tertekan karena kondisinya Klien mengatakan ingin merasa lebih tenang
Kanker kolon
Kesiapan Meningkatkan Koping
Respon psikologis
Takut dan gelisah DO : Stress
3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian 2. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik 3. Kesiapan meningkatkan koping 3.5
Intervensi Keperawatan Dx: Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (00146, Domain 9, Kelas 2) Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. NOC Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 1 x 24 jam
NIC
Rasional
Pengurangan Kecemasan (5820)
Pengurangan Kecemasan (5820)
- Mendengarkan
-
19
Keluarga
dapat
diharapkan klien tidak mengalami kecemasan, dengan kriteria hasil :
penyebab
mengungkapkan
kecemasan dengan
klien
penyebab
penuh
kecemasannya
perhatian
sehingga
perawat
dapat menentukan
Tingkat Kecemasan (1211)
tingkat kecemasan klien
- Kecemasan pada
dan
menentukan
keluarga
intervensi
berkurang (5)
untuk
klien selanjutnya. -
Mengobservasi tanda verbal dan non
verbal
dari
kecemasan keluarga
dapat
mengetahui tingkat - Observasi verbal
tanda
dan
kecemasan
non
verbal
yang
keluarga alami.
dari Teknik Menenagkan (5880)
kecemasan keluarga.
-
Dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme koping klien
sehingga
tingkat ansietasnya berkurang Teknik Menenangkan (5880) - Menganjurkan keluarga
20
untuk
-
Pengurangan atau penghilangan rangsang penyebab
tetap mendampingi
kecemasan
klien
meningkatkan ketenangan
dapat
pada
keluarga
dan
mengurangi tingkat - Mengurangi
kecemasannya
atau
menghilangkan rangsangan
yang
menyebabkan kecemasan
pada
keluarga klien Dx: Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (00095, Domain 4, Kelas 1) Definisi: Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi. NOC Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 2 x 24 jam diharapkan kuantitas dan kualitas tidur klien meningkat, dengan kriteria hasil :
NIC Peningkatan Tidur (1850) -
-
tidak terganggu (5)
kesulitan
-
Peningkatan Tidur (1850) -
Teknik yang tepat
pasien dan
dapat
keluarga mengenai
mengoptimalkan
teknik untuk
tidur
meningkatkan tidur
Tidur (0004) - Kualitas tidur
- Tidak ada
Diskusikan dengan
Rasional
-
Menghilangkan
Bantu untuk
stres dapat
menghilangkan
membantu untuk
situasi stres
memulai tidur lebih
sebelum tidur
awal
Terapkan langkah –Langkah Kenya-
21
-
Kenyamanan dapat mengurangi sedikit
memulai tidur (5)
manan seperti
rasa sakit yang
pijat, dan sentuhan
dirasakan klien
afektif Teknik Menenangkan (5880) - Intruksikan untuk kan
klien
menggunametode
me-
ngurangi kecemas-
Teknik Menenangkan (5880) -
Perasaan
tenang
dapat mengurangi stres
yang
dirasakan klien
an (teknik bernafas dalam,
relaksasi
otot progresif, mendengar musik lembut) Terapi Relaksasi (6040) - Ciptakan lingkungan
yang
tenang dan tanpa
Terapi Relaksasi (6040)
distraksi
- Lingkungan
dengan
lampu redup dan
nyaman
suhu
memberikan
lingkungan
yang nyaman
perasaan tenang
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi
tambahan
dengan
obat-obatan atau
nyeri sejalan
dengan terapi lain - Evaluasi laporan
22
yang
- Relaksasi
dapat
mengurangi nyeri - Evaluasi
untuk
mengetahui efektifitas terapi
individu terkait relaksasi yang dicapai secara teratur
Dx: Kesiapan meningkatkan koping (00158, Domain 9, Kelas 2) Definisi: Suatu pola upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi tuntutan/permintaan yang adekuat untuk kesejahteraan dan dapat ditingkatkan NOC Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 2 x 24 jam diharapkan koping klien membaik, dengan kriteria hasil :
NIC Peningkatan Koping (5230) - Gunakan
Rasional Peningkatan Koping (5230) -
Pendekatan
pendekatan yang
tenang memberi
tenang dan
ketenangan
memberi jaminan
-
Harapan yang
- Dukung sikap
realistis dapat
Koping (1302)
pasien terkait
meningkatkan
- Melaporkan
harapan yang
keinginan pasien
pengurangan
realistis sebagai
untuk sembuh
stres (5)
upaya untuk
-
Pasien mempunyai
mengatasi
kebiasaan spiritual
peningkatan
perasaan
yang baik, harus
kenyamanan
ketidakberdayaan
dimanfaatkan
- Melaporkan
psikologis (5)
- Dukung
-
Melihat orang lain
penggunaan
yang berhasil
sumber-sumber
memberikan
spiritual
motivasi dan
- Mengenalkan pasien pada
23
semnagat baru
seseorang atau kelompok yang telah berhasil mengalami pengalaman yang sama
Dukungan Emosional (5270) - Rangkul atau
Dukungan Emosional (5270) -
sentuh pasien
membina
dengan penuh
hubungan saling
dukungan - Dorong untuk bicara atau menangis sebagai cara untuk menurunkan respon emosi
24
Sentuhan untuk
percaya -
Komunikasi dua arah dapat meringankan beban psikologis
BAB IV BAB IV PENUTUP 1.1
Kesimpulan Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang memiliki tujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien yang terfokus pada pasien dan keluarga pasien dalam menghadapi penyakit yang sedang dialami. Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari, tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa. Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawat paliatif meliputi masalah psikologis, social, konsep diri, dukungan keluarga dan aspek spiritual. Permasalahan yang sering digambarkan pasien yaitu kejadiankejadian yang dapat mengancam diri sendiri, misalnya nyeri, masalah fisik, psikologi, social, kultural dan spiritual. Perawatan paliatifi ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin. Teori “The Five Stage of Grief” menyebutkan bahwa respon psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan terbagi atas lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Respons psikologi ini juga bias digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatic yang dialami oleh seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa teori ini berkembang sangat pesat. Dalam hal ini peran perawat paliatif memiliki peran penting dalam memberikan dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang dialami. Sebagai salah satu petugas klinik tentu perawat dapat memahami dan mengevaluasi keluhan-keluhan pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, guna mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif.
25
1.2
Saran Sebagai tenaga profesional keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien paliatif dengan Ca Kolon, perawat perlu mengetahui konsep perawatan paliatif dan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien paliatif. Kita sebagai mahasiswa keperawatan , yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan di rumah sakit juga seharusnya mempelajari dan mengembangkan pengetahuan asuhan keperawatan pasien paliatif.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Purnamaningrum. 2010. F aktor-F aktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s Behaviour To Get Eye Health Servic). Universitas Diponegoro. Boedhi, Darmojo, R. 2011 .Buku Ajar Geriatic (IlmuKesehatanLanjutUsia) edisike – 4.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI Bullock, K. (2011). The influence of culture on end-of-life decision making. Journal of social work in end-of-life & palliative care, 7(1), 83-98. Dobríková, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D. (2016). The effect of social and existential aspects during end of life care. Nursing and Palliative Care, 1(3), 47-51. Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed. America: Mosby Elseiver Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan. Jakarta. Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell. Lukman Hakim, dkk.. 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment). Universitas Jember (UNEJ). Jember. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.
27