Makalah Keperawatan Paliatif Terminal Illness [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TUTORIAL ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PASIEN PENYAKIT TERMINAL Dosen Pengampu: Ns.Yulia Irvani Dewi, M.Kep.,Sp.Mat Oleh: Kelompok 1 Aldi Arsenta



(1811110191)



Nurul Asikin



(1811110446)



Annisa Devia Islamy



A 2018 2 (1811110493)



Nurul Hafiza



(1811110447)



Dessika Larasati



(1811110762)



Paula Natalia



(1811110500)



Elmi Wahyuni



(1811110605)



Prithania Dwiza R (1811110822)



Fadhilah Putri Fertycia



(1811110426)



Rikhlatul K



(1811110547)



Fajri Disfa Madhani



(1811110273)



Selvi Gustiina



(1811110451)



Irianda Dinda Rinanti



(1811110607)



Seri



(1811110592)



Khoiriah



(1811110593)



Siti Nurjannah



(1811110255)



Nabawiyah



(1811110556)



Yossy Ramadhani (1811110734)



Nurgrianing Putri



(1811110471)



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Paliatif Pasien Penyakit Terminal” ini tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif program A 2018 2. Harapan dari penulis semoga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya,



terutama



dalam



peningkatan



pemahaman



terhadap



mata



Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi. Pekanbaru, 26 Oktober 2020



Kelompok 1



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .........................................................................................................i DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1 C. Tujuan ......................................................................................................................2 SEVEN JUMP BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................8 A. Definisi.....................................................................................................................8 B. Tujuan Keperawatan Paliatif ...................................................................................8 C. Acuan Keperawatan Paliatif ....................................................................................9 D. Pola Dasar Peperawatan Paliatif ...........................................................................10 E. Prinsip Keperawatan Paliatif .................................................................................10 F. Indikasi Keperawatan Paliatif ...............................................................................11 G. Langkah Keperawatan Paliatif ..............................................................................11 H. Karnofsky dan ECOG ...........................................................................................12 I. Terapi Keperawatan paliatif ..................................................................................13 J. Asuhan Keperawatan Paliatif ................................................................................18 BAB III PENUTUP ..........................................................................................................20 A. Kesimpulan............................................................................................................20 B. Saran.......................................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien kanker membutuhkan perawatan paliatif. Menurut laporan Palliative Care Quality Network menyatakan kanker menjadi angka tertinggi yang memperoleh perawatan paliatif yaitu sebesar 30,0% (Palliative Care Quality Network,2017). Sesuai



Keputusan



Menteri



Kesehatan



RI



Nomor:



812/Menkes/SK/VII/2007 terjadi peningkatan kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada pasien dewasa maupun anak sehingga selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pasien juga memerlukan perawatan paliatif. Perawatan paliatif diberikan pada pasien kanker agar penderitaan yang dirasakan pasien berkurang, memperpanjang usia serta memberi dukungan bagi keluarga pasien. Bersamaan dengan diberikannya perawatan paliatif, pasien diharapkan dapat menjalani hari-hari dengan semangat dan tidak putus asa serta dengan memberikan dukungan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang masih dapat dilakukan dan bermanfaat bagi spiritual pasien. Walaupun pada akhirnya pasien akan meninggal, namun yang terpenting adalah pasien tidak stres dalam menghadapi penyakit kanker serta siap secara psikologis dan spiritual sebelum meninggal (Anita, 2016). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah definisi perawatan paliatif pasien kanker ? 2. Apakah tujuan perawatan paliatif pasien kanker ? 3. Apakah acuan perawatan paliatif pasien kanker ? 4. Apakah pola dasar perawatan paliatif pasien kanker ? 5. Apakah prinsip perawatan paliatif pasien kanker ? 6. Apa indikasi perawatan Paliatif pasien kanker ? 7. Langkah-langkah perawatan paliatif pasien kanker ?



1



8. Carnofsky dan ECOG ? 9. Apakah terapi perawatan Paliatif pasien kanker ? 10. Asuhan Keperawatan paliatif pasien kanker ? C. Tujuan Dari rumusan masalah diatas, maka tujuannya sebagai berikut. 1. Mengetahui definisi perawatan paliatif pasien kanker 2. Mengetahui tujuan perawatan paliatif pasien kanker 3. Mengetahui acuan perawatan paliatif pasien kanker 4. Mengetahui pola dasar perawatan paliatif pasien kanker 5. Mengetahui prinsip perawatan paliatif pasien kanker 6. Mengetahui indikasi perawatan Paliatif pasien kanker 7. Mengetahui langkah-langkah perawatan paliatif pasien kanker 8. Mengetahui carnofsky dan ECOG 9. Mengetahui terapi perawatan Paliatif pasien kanker 10. Mengetahui asuhan Keperawatan paliatif pasien kanker



2



Skenario 1 NY. Susanti, berusia 45 tahun dibawa ke IGD oleh keluarga dengan kondisi lemah dan tidak mau makan. Berdasarkan hasil wawancara, pasien pernah dirawat sebelumnya dengan kanker payudara. Setelah dilakukan tindakan mastektomi payudara kiri, pasien dan keluarga minta pulang paksa dan memilih melakukan pengobatan alternatif. Hasil pengkajian ditemukan data TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, suhu 38 derajat Celcius, RR 30 x/menit, pasien terlihat pucat dan lemah dengan hasil penilaian performa pasien adalah rendah dengan menggunakan ECOG 3 atau 4, karnofsky < 50%. Keluarga mengatakan 1 bulan terakhir, terdapat pembengkakan payudara sebelah kanan dan sudah pecah mengeluarkan darah dan pus. Step 1 1. Tindakan mastektomi Mastektomi adalah tindakan operasi pengangkatan payudara baik satu atau sepasang payudara yang berfungsi untuk mencegah virus kanker menyebar ke organ lain dan menghilangkan sel kanker pada payudara serta tindakan pencegahan agar kita tidak terkena kanker payudara. 2. ECOG ECOG (Cooperative Oncology Group) adalah skala penilaian objektif status klinis pasien. Skala peringkat untuk menjamin status klinis pasien. Suatu skala yang digunakan oleh dokter untuk menentukan seberapa parah penyakit tersebut. Skala nilai derajat 1 sampai 5. 3. Karnofsky Karnofsky adalah sistem penilaian status performa yang digunakan pada pasien kanker, berkaitan erat dengan kualitas hidup dan keadaan fungsional pasien. Cara standar untuk mengukur pasien kanker pada kegiatan sehari-hari. Nilai berkisar dari 0 sampai 100. 4. Penilaian performa Penilaian performa adalah kegiatan menilai dan mengevaluasi pencapaian, kemampuan, dan melihat pertumbuhan, apakah dia mampu melakukan suatu kegiatan. 3



5. Pengobatan alternatif Pengobatan alternatif adalah pengobatan dengan cara, alat atau bahan tidak termasuk standar yang modern. Pengobatan alternative ini turun -temurun seperti jamu. 6. Pus Pus adalah suatu nanah dalam suatu kantong dalam jaringan atau kumpulan sel mati. 7. Kanker Kanker adalah pertumbuhan sel kanker yang abnormal dan tidak terkendali serta menekan sel yang normal dan dapat bermetastase jika tidak ditangani dengan segera. Step 2 1. Sebagai perawat tindakan pertama apa yang dapat dilakukan pada pasien yang pernah dirawat dengan kanker payudara ? 2. Apa yang kita lakukan sebagai perawat pada keluarga yang meminta pulang secara paksa ? 3. Apa jenis pengobatan alternative dan pengobatan apa saja yang dapat dilakukan kepada pasien kanker payudara ? 4. Apa peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan ? 5. Apa yang melatarbelakangi keluarga untuk pulang secara paksa dan memilih pengobatan alternatif ? 6. Bagaimana peran perawat pada pasien dengan ECOG 3 atau 4? 7. Apakah ada penilaian performa lain yang digunakan ? 8. Tindakan apa yang kita lakukan sebagai perawat pada pasien pucat dan lemah ? 9. Penilaian karnofsky didapat dari data objektif atau subjektif ? 10. Apakah dengan pengobatan alternatif efektif untuk pasien pada skenario? 11. Apa kaitan dengan kanker payudara ? 12. Diagnosa keperawatan yang bisa kita angkat dari kasus tersebut ?



Step 3 4



1. Pengkajian : berapa lama menjalani kemoterapi, alasan mengapa berhenti kemoterapi, sudah berapa lama pasien mengidap penyakit ini, riwayat sebelumnya, pengkajian skala dan manajemen nyeri. 2. Ada indikasi untuk pulang atau tidak, jika tidak, beri pengertian dan berusaha dan mengedukasi pasien. Jelaskan baik buruknya jika pulang. 3. Akupuntur, pijat refleksi, minum jamu seperti rebusan daun sirsak. 4. Keluarga harus tahu masalah dalam keluarga, harus mampu melakukan perawatan pada pasien, memodifikasi lingkungan, memberi support, memperhatikan pola makan pasien. 5. Keluarga kurang pendidikan dan faktor ekonomi dengan biaya yang mahal. Keluarga tidak mau jauh dari pasien, adanya trauma dalam pengobatan. 6. Memenuhi kebutuhan aktivitas, karna jika kelamaan tidur bisa menyebabkan ulkus decubitus. 7. Bisa menggunakan penilaian skala nyeri . 8. Lakukan TTV , diakibatkan karena kurang nutrisi. 9. Didapat dari subjektif dan objektif. 10. Sifat pengobatan alternatif mengurangi secara perlahan. Efektif atau tidak belum diketahui. 11. Apabila terkena payudara terlebih stadium lanjut, akan terasa nyeri yang menimbulkan lemah. 12. Hipotermi, gangguan citra tubuh.



Step 4



5



Mind Mapping Ny. S 65 thn



IGD



diangnosa Ca Paru Keluhan : -Lemah -Tak mau makan -Pucat -Lemas



Riwayat Pengobatan: -Mastektomi payudara kiri -Pulang paksa pengobatan alternatif -



-



Pengkajian fisik: TD : 90/60 mmHg



-



Nadi : 100 x/menit



-



Suhu : 38⁰ C



-



RR : 30 x/menit



-



Bengkak payudara kanan dengan darah dan pus



Penilaian performa pasien



Rendah ukur denganECOG 3 dan 4. Karnofsky 3 atau kanofsky < 50%, metastasis otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena cava superior sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada pasien kanker anak g. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang diberikan G. Langkah Perawatan Paliatif Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif :



1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien 2. Membantu pasien dalam membuat Advanced care planning (wasiat atau keingingan terakhir)



3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul 4. Tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah ) 5. Informasi dan edukasi perawatan pasien 6. Dukungan psikologis, kultural dan sosial 7. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dll)



11



8. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal



EVALUASI, apakah :



1. Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik 2. Stress pasien dan keluarga berkurang 3. Merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol kondisi yang ada 4. Beban keluarga berkurang 5. Hubungan dengan orang lain lebih baik 6. Kualitas hidup meningkat 7. Pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual Jika Pasien MENINGGAL :



1. Perawatan jenazah 2. Kelengkapan surat dan keperluan pemakaman 3. Dukungan masa duka cita ( berkabung ) H. Carnofsky dan ECOG a.



Penilaian ECOG 1) 100% : normal; mampu melakukan aktivitas normal tanpa keluhan/tidak ada kelainan. 2) 90% : tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal. 3) 80% : tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan/gejala. 4) 70% : tidak mampu bekerja, mampu merawat diri. 5) 60% : kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan keperluan sendiri. 6) 50% : perlu bantuan pada umunya perlu obat-obatan 7) 40% : tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus. 8) 30% : perlu pertimbangan rawat di rumah sakit. 12



9) 20% : sakit berat, perlu perawatan rumah sakit. 10) 10% : mendekati kematian. 11) 0% : meninggal dunia. b. Penilaian Karnofsky 1) 0 : aktif mampu melakukan semua aktivitas seperti pada saat sebelum sakit 2) 1 : mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti pekerjaan rumah, pekerjaan kantor, dan sebagainya. 3) 2 : mampu merawat diri sendiri tetapi tidak mampu bekerja ringan sehari-hari. 4) 3 : dalam batas tertentu mampu merawat diri sendiri, sebagian besar berada diatas tempat tidur atau kursi 5) 4 : tidak mampu berbuat apa-apa hanya tidur atau duduk ditempat tidur, kursi 6) 5 : meninggal dunia I. Terapi Perawatan Paliatif Pendekatan terapi paliatif adalah berorientasi gejala, antara lain kelelahan, nyeri, mual dan muntah, diare, anoreksia, gangguan tidur, dan gangguan fungsi seksual. Kelelahan adalah salah satu gejala yang paling sering dijumpai pada pasien kanker, dengan prevalesi 78%. Kelelahan tidak hanya dijumpai pada pasien yang menjalani pengobatan antineoplasia, tetapi juga pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak sedang menjalani pengobatan anti kanker. Seperti anemia, kelelahan juga dapat mengurangi kualitas hidup penderita. Gejala ikutan yang dapat menambah kelelahan adalah dehidrasi, malnutrisi, infeksi, gangguan tidur, depresi, dan ansietas.Anemia mungkin merupakan penyebab terbesar kelelahan terkait kanker. Pendekatan terbaik mengatasi kelelahan terkait kanker adalah etiologi, termasuk mengurangi penggunaan obat-obatan yang tidak berguna, mengatasi gangguan tidur, memperbaiki anemia dan abnormalitas metabolik lainnya, memperbaiki hidrasi dan status nutrisi pasien. Pasien dengan kelelahan terkait depresi dapat diberikan



13



antidepresan, misalnya dengan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) ataupun antidepresan trisiklik. Berbagai penelitian acak terkontrol menunjukkan perbaikan tingkat kelelahan dengan mengkoreksi anemia dengan epoetin alfa. Dari penelitian terhadap 375 pasien keganasan non myeloid, pemberian epoetin alfatiga kali seminggu dapat meningkatkan level energi penderita, kemampuan melakukan aktifitas, dan kualitas hidup secara umum. Pemberian kortikosteroid dosis rendah dikatakan dapat mengurangi kelelahan pada penderita penyakit lanjut. Pendekatan lain yang paling penting adalah non farmakologi, misalnya pengaturan tempat dan waktu tidur yang lebih berkualitas, latihan fisik secara teratur setidaknya 6 jam sebelum waktu tidur dikatakan dapat mengurangi gejala kelelahan pada pasien. Pasien kanker seringkali menderita nyeri akibat berbagai modalitas pengobatan dan pembedahan. Nyeri dapat mempengaruhi mood, aktifitas, kegembiraan, serta berhubungan dengan fungsi fisik dan sosial. Karena itu penting bagi klinisi untuk dapat menilai nyeri, yaitu dengan menentukan lokasi, intensitas, dan etiologi. Terapi dengan obat adalah yang utama dalam manajemen nyeri. Pemberian secara oral biasanya lebih digemari karena mudah, nyaman, dan lebih murah. Jika tidak dapat secara oral, maka pemberian yang lebih tidak invasif biasanya dipilih, misalnya pemberian perrektal ataupun transdermal. Ada tiga tahapan pemberian analgetik untuk nyeri menurut World Health Organization (WHO). Filosofinya adalah dengan meningkatkan kekuatan terapi dari analgesic non opioid ke analgesik jenis opioid sesuai persistensi nyeri. Tahap pertama adalah analgetik yang paling ringan, yaitu asetaminofen dengan dosis maksimal 3g/hari. Selain itu beberapa NSAID yang non selektif maupun COX-2 selektif inhibitor dapat menjadi pilihan. Tahap dua adalah analgesik yang mengandung opioid yang dikombinasi dengan analgetik non opioid seperti asetaminofen, misalnya kodein, hidrokodon, dan oksikodon. Kombinasi dengan analgesik non opioid dapat mengurangi atau meminimalisir dosis opioid yang diperlukan. Tahap ketiga apabila nyeri masih persisten adalah menggunakan analgetik dengan opioid kuat. Misalnya morfin,



14



hidromorfin, oksikodon, dan fentanil. Pada nyeri kronik, tujuan utama terapi adalah menjaga pasien dalam status bebas nyeri dengan dosis analgetik seminimal mungkin. Pada nyeri neuropatik akut, penggunaan kortikosteroid dosis tinggi ataupun antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dapat menjadi pilihan. Beberapa agen non farmakologis juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri pada pasien kanker, misalnya masase, kompres hangat/ dingin, serta mentol topikal. Mual dan muntah adalah efek samping yang paling ditakuti oleh pasien yang menjalani kemoterapi ataupun radioterapi. Mual dan muntah juga menyebabkan banyak pasien tidak melanjutkan pengobatan. Nausea terkait kemoterapi dikategorikan menjadi onset akut (terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian kemoterapi dan berlangsung beberapa jam) serta onset lambat (jika terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi dan berakhir sampai 6-7 hari setelah pengobatan) dan onset awal (terjadi sebelum dimulai kemoterapi, diduga merupakan efek kemoterapi sebelumnya serta akumulasi). Sedangkan penyebab lain mual, muntah antara lain stasis gatrik, obstruksi usus parsial ataupun komplit, serta gangguan motilitas usus pada penyakit terminal. Pendekatan pertama untuk mual muntah pada pasien kanker adalah mengurangi sekresi gastrointestinal menggunakan obatobatan antikolinergik ataupun analog somatostatin, misalnya ocreotide. Yang kedua adalah menggunakan obat-obatan antiemetik. Penggunaan kombinasi obat-obatan dengan mekanisme aksi yang berbeda dapat meningkatkan efektifitas pengobatan. Antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron, granisetron, dolasetron) adalah obat pilihan untuk mual-muntah pada pasien kanker. Obat ini bekerja dengan memblok reseptor serotonin chemoreceptor trigger zone (CTZ) untuk mencegah muntah. Sedangkan metoklopramide dan ondansetron berperan untuk memperbaiki motilitas usus akibat stasis gastrik. Beberapa agen neuroleptik (misalnya haloperidol dan klorpromazin) ataupun antihistamin (misalnya dimenindrate atau siklizine) juga dapat digunakan. Agen terapi baru, yaitu antagonis reseptor neurokinin-1, dapat mencegah mual akibat obat kemoterapi yang sangat emetogenik.



15



Diare merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang mendapatkan radiasi pelvis. Manajemen umum adalah pemberian antisekretori yang sama yang digunakan untuk mencegah muntah, misalnya ocreotide. Ocreotide mencegah pelepasan berbagai hormon gastrointestinal sehingga dapat mencegah sekresi gastrointestinal, memperlambat motilitas usus, dan meningkatkan absorpsi air dan elektrolit, serta mencegah proses inflamasi di usus. Penting juga untuk mencari adanya bukti infeksi misalnya oleh Salmonella, Shigella, atau Eschericia coli, ataupun Clostridium difficile, terutama pada pasien immunocompromised ataupun yang pernah mendapat terapi



antibiotik



sebelumnya.



Pada



pasien



yang



mendapat



terapi



opioid, laksansia harus disandingkan karena 90% opioid akan menyebabkan konstipasi. Laksansia dapat berupa pelunak tinja (seperti sodium dokusanoat), stimulan usus (misalnya senna) dua tablet pada malam hari, dan pembentuk massa tinja (misalnya laktulosa). Jika masih berlanjut, sodium dokusanoat enema dapat digunakan. Cacheksia pada pasien keganasan dapat terjadi secara independen melalui sitokin proinflamasi dan faktor penanda tumor lainnya yang menyebabkan proteolisis. Cacheksia akhirnya mengakibatkan kelemahan, hipoalbuminemia, gangguan sistim imun, disfungsi metabolik, dan gangguan otonom. Pasien dengan cacheksia dinilai derajat beratnya kehilangan berat badan, lalu atasi beberapa penyakit penyerta, misalnya stomatitis, mukositis, mual-muntah, konstipasi, dispnea, nyeri, ataupun gangguan pola makan. Perlu juga menilai adanya gangguan sistem endokrin (misalnya adanya hipotiroid), dan abnormalitas metabolik (misalnya hiperkalsemia). Pemberian perangsang nafsu makan dapat digunakan, misalnya megesterol asetat 400-800 mg perhari, ataupun prednisone 10-20 mg dua kali sehari. Beberapa nutrisi tambahan, baik enteral maupun parenteral harus dipertimbangkan dengan baik, karena sebagian kanker stadium terminal mengalami kesulitan dalam metabolism, dan adanya cairan serta infeksi yang dapat mempercepat kematian. Pemberian nutrisi parenteral total hanya dipertimbangkan pada pasien



dengan



harapan



hidup



beberapa



bulan



hingga



tahun.



Banyak diantara penderita kanker menderita gangguan tidur, sebagian karena



16



depresi yang tidak teratasi, sebagian lagi karena efek samping dan gejala putus pengobatan, serta akibat gangguan lain yang mendasari. Intervensi yang diberikan tergantung juga dengan usia harapan hidup pasien, pada pasien dengan harapan hidup bulan sampai tahun, intervensinya adalah dengan pemberian antidepresan, pengobatan insomnia dengan zolpidem 5-10 mg, lorazepam 0,5-1 mg, atau trazodone 25-100 mg peroral menjelang tidur. Atasi juga penyebab primer misalnya obstructive sleep apnea (OSA), atau periodic limb movement disorder (PLMD). Untuk restless leg syndrome dapat diberikan Ropinirole 0,25-4 mg peroral menjelang tidur. Pada pasien menjelang kematian, dengan keluhan insomnia, dapat dipilih sedasi kuat misalnya chlorpromazine 25-100 mg peroral atau per rectal, atau quetiapine 25-50 mg peroral sebelum tidur. Radioterapi juga bisa digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien keganasan ginekologi stadium lanjut. Tujuannya terutama untuk mengurangi ataupun memperbaiki gejala. Dua gejala yang paling banyak terkontrol pada radioterapi adalah nyeri dan pendarahan pervaginam. Gejala lain akibat penekanan aliran limfe, edema, obstruksi usus, serta metastase pada tulang dan otak juga menunjukkan perbaikan paska radioterapi. Pada kasus kanker stadium terminal,kemoterapi salah satunya ditujukan untuk mengurangi gejala akibat kanker, selain untuk memperpanjang overall survival (OS) dan progression free survival (PFS). Akan tetapi pertimbangan manfaat dan risiko toksisitas dan penurunan kualitas hidup harus menjadi pertimbangan mendasar terhadap pemilihan kemoterapi paliatif. Studi oleh David Moore, dkk. menilai efektifitas cisplatin disbanding kombinasi cisplatin- paclitaksel untuk pengobatan karsinoma serviks stadium IVB yang rekuren atau persisten, hasilnya ada perbedaan bermakna pada progression free survival (PFS), namun tidak pada overall survival (OS). Tidak terdapat bukti peningkatan neuropati perifer pada penambahan paclitaxel terhadap cisplatin untuk pengobatan kanker servik, dengan meningkatnya respon terapi dan PFS disbanding kemoterapi kombinasi lainnya.



17



J. Asuhan Keperawatan Paliatif 1. Pengkajian a. Pengumpulan data b. Sumber data c. Data biografi d. Riwayat keluhan utama e. Riwayat kesehatam f. Pengkajian fisik g. Pemeriksaan lab h. Tes diagnostic i. Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari 2. Diagnose a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor Tujuan : nyeri teratasi Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang 2) Nyeri tekan tidak ada 3) Ekspresi wajah tenang Intervensi : 1) 2) 3) 4) 5)



Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, lpkasi dan penyebaran Beri posisi yang menyenangkan Anjurkan teknik relaksasi napas dalam Ukur tanda tanda vital Penatalaksanaan pemberian analgetik



b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan Tujuan : klien dapat beraktivitas Kriteria hasil : 1) Klien dapat beraktivitas sehari-hari 2) Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit Intervensi : 1) Latih rentang gerak sesegera mungkin 2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan 3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur



18



c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh Tujuan : klien tampak tenang Kriteria hasil : 1) Klien tampak tenang 2) Mau berpartisipasi dengan program terapi Intervensi : 1) dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya 2) Diskusikan tanda dan gejala depresi 3) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik Implementasi Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan Evaluasi Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan



19



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup



pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam



menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berkabung dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi diri, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah-masalah lainnya, baik masalah fisik, psikososisal dan spiritual (WHO, 2002). B. SARAN Kepada para pembaca kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan kami meminta maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat banyak kekurangan dimakalah ini.



20



DAFTAR PUSTAKA Anita, A. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan , 7 (3), 508. https://doi.org/10.26630/JK.V7i3.237 Kardiyudiani, N.K., Agung ,W., Riri, M. (2014). ANALISIS PENERAPAN PEACEFUL END OF LIFE THEORY PADA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER SERVIKS DIRUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA.Jakarta.Diakses online [pdf] (https://lppm.unisayogya.ac.id/wordpress_lp3m/wpcontent/uploads/20 15/06/1_Ni-Ketut-Kardiyudiani.pdf diakses pada 21 oktober 2020) Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasioonal Program Paliatif Kanker. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI KEMKES.2013.



Pedoman



Teknis



Pelayanan



Paliatif



Kanker.



Dalam



http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Pedoman-Teknis-PelayananPaliatif-Kanker.pdf diakses pada 20 Oktober 2020 Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced Directives Pada Perawatan Paliatif. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7 (2),125. https://doi.org/10.7454/Jpdi.V7i2.315 Syahidoen. 2016. Perawatan paliatif pada pasien kanker. https://id.scribd.com/doc/314003734/perawatan-paliatif-pasien-kanker diakses pada tanggal 20 oktober 2020



21