Makalah Kerajaan Sriwijaya PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN “KERAJAAN SRIWIJAYA” GURU PEMBIMBING : Choryna Dewi, S.Pd



Disusun oleh : Vaness Chen X IPS 1



SMA PANCA SETYA Jl. Imam Bonjol Tahun Ajaran 2017/2018



Kata Pengantar Puji syukur berkat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dalam bentuk keselamatan dan juga kesempatan yang diberikan-Nya, saya bisa menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Terima kasih juga kepada Ibu Choryna Dewi yang telah memberikan saya arahan untuk tugas pembuatan makalah ini dan menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Makalah ini saya susun dengan cara mencari di internet dan buku. Semoga dengan diberikannya tugas ini saya dan pembaca mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi. Apabila makalah yang telah saya buat jauh dari sempurna dan tidak sesuai dengan Ibu Choryna Dewi ini harapkan. Maka saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada Ibu Choryna Dewi.



Sintang, 23 November 2017



Penulis i



Daftar Isi Kata Pengantar ..........................................................................................................................



i



Daftar Isi ................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................



1



A. Latar Belakang ...............................................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................



2



C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................



2



D. Manfaat ..........................................................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................



3



A. Lokasi Kerajaan .............................................................................................................



3



B. Sejarah dan Bukti-Bukti Berdirinya ...............................................................................



4



C. Sistem Pemerintahan ......................................................................................................



6



D. Silsilah Kerajaan ............................................................................................................



7



E. Kehidupan Ekonomi .......................................................................................................



8



F. Kehidupan Sosial dan Budaya ........................................................................................



8



G. Masa Keemasan .............................................................................................................



9



H. Penyebab Keruntuhan ....................................................................................................



9



I. Peninggalan-Peninggalan ................................................................................................ 10 BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 13 A. Kesimpulan .................................................................................................................... 13 B. Saran ............................................................................................................................... 13 Daftar Pusaka ............................................................................................................................ 14



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia. Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang China dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China beserta India. Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang pertama kali menganut agama ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur, Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing, Kerajaan Melayu di Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan Pajajaran, serta Kerajaan Majapahit. Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan peninggalan-peninggalan yang harus kita ketahui. Salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang terletak di Sumatera Selatan dan beribukota di Palembang ini memiliki nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti historiografi, sejarah berdirinya, lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan, hubungan regional dan luar negeri, masa kejayaannya, masa kemunduran maupun aspek-aspek kehidupan apa saja yang terkandung dalam kerajaan ini.



1



B. Rumusan Masalah 1. Dimana letak Kerajaan Sriwijaya? 2. Bagaimana berdirinya Kerajaan Sriwijaya? 3. Apa bukti-bukti Kerajaan Sriwijaya? 4. Bagaimana sistem Kerajaan Sriwijaya? 5. Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya? 6. Apa peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya?



C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Mengetahui sejarah berdiri dan letak Kerajaan Sriwijaya. 2. Mengetahui bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. 3. Mengetahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya. 4. Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. 5. Mengetahui dan mampu menjelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.



D. Manfaat 1. Menambah pengetahuan tentang Kerajaan Sriwijaya. 2. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan sumber pembelajaran.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Lokasi Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di wilayah Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar Indonesia mengenal Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat Malaka. Selat Malaka pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang menghubungkan pedagang-pedagang Cina dengan India maupun Romawi. George Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, Sanfo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang. Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya semakin meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.



3



B. Sejarah dan Bukti-Bukti Berdirinya Sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang mendukung keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berikut beberapa sumber dari luar negeri dan dalam negeri : 1. Sumber Cina Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali pada tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M. 2. Sumber Arab Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza, Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang mendukung adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai tempat tinggal sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya. 3. Sumber India Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan



4



Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat Malaka. 4. Sumber lain Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain, yakni Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja. 5. Sumber Lokal atau Dalam Negeri Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain sebagai berikut. 1. Prasasti Kota Kapur Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki. Sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka. 2. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan. 3. Prasasti Talangtuo Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang. 4. Prasasti Karang Berahi



5



Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu. 5. Prasasti Ligor Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang difungsikan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka. 6. Prasasti Nalanda Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda. 7. Prasasti Telaga Batu Prasasti ini ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya.



C. Sistem Pemerintahan Menurut Wikipedia, sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya adalah Monarki. dimana seorang Raja atau penguasa menjadi kepala negara sampai akhir hayatnya. jadi Raja akan digantikan ketika sudah meninggal dunia. Penguasa Sriwijaya disebut Dapunta Hyang (Maharaja). ada lagi yang disebut yuvarāja atau Putra Mahkota, pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Rajakumara lah yang akan menggantikan posisi Maharaja jika sudah tiba waktunya. Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung, karena raja berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat yang dianggap strategis. Raja dapat 6



memberikan penghargaan terhadap penguasa daerah yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi hukumanterhadap



penguasa



daerah



yang



tidak



setia



kepada



kerajaan.



Sejumlah peninggalan prasasti kerajaan Sriwijaya menyebutkan bahwa kerajaan ini memperluas wilayah dengan jalan ekspansi militer. Adapun birokrasinya memperhatikan betul pelaksanaan berbagai aturan dalam menjamin ketertiban dan ketenangan dalam negeri. Beberapa prasasti juga memuat keterangan mengenai penguasa daerah yang tunduk pada Sriwijaya tidak diberi keleluasaan memerintah. Sistem pemerintahan yang dianut oleh Sriwijaya menjadikan mereka kerajaan maritim yang besar dengan wilayah yang luas. Pengaruh Sriwijaya juga dikenal cukup kuat tak hanya pada kerajaan yang bertetangga tetapi juga dengan kerajaan jauh yang ada di China, India dan Vietnam. Sistem pemerintahan tersebut tak hanya memiliki pengaruh besar di masa silam tetapi hingga saat ini. Keberhasilan pemerintah Sriwijaya mempersatukan banyak wilayah di nusantara menjadi roh bagi persatuan dan kesatuan Indonesia. Sriwijaya juga menjadi ilham bagi Indonesia dalam mengembangkan diri sebagai poros maritim dunia.



D. Silsilah Kerajaan 1. Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M). 2. Indravarman (702 M). 3. Rudra Vikraman atau Lieou-t`eng-wei-kong (728 M). 4. Dharmasetu (790 M). 5. Wisnu (795 M) 6. Samaratungga (792 M). 7. Balaputra Sri Kaluhunan (Balaputradewa) (835 M). 8. Sri Udayadityawarman (960 M). 9. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M). 10. Hsiae-she (980 M). 11. Sri Cudamaniwarmadewa (988 M). 12. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M). 13. Sumatrabhumi (1017 M). 14. Sri Sanggramawijayottunggawarman (1025). 15. Sri Deva (1028 M). 16. Dharmavira (1064 M). 17. Sri Maharaja (1156 M). 7



18. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M). 19. Parameswara



E. Kehidupan Ekonomi Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting bagi perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan, istirahat, atau melakukan aktivitas perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan perdagangan di Selat Malaka, Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu di Ligor yang dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian ibukota Ligor tersebut bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk melakukan pengawasan lebih dekat terhadap aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah Genting Kra. Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar. F. Kehidupan Sosial dan Budaya Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama Budha dari seorang guru bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama. Prasasti dan situs yang ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad ke7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa. Peninggalan sejarah 8



Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi. Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, ditemukan Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.



G. Masa Keemasan Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, Kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis Muslim Ibn Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit Seguntang), Muara Jambi dan Kedah. H. Penyebab Keruntuhan Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola meneruskan penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah kerajaan yang berbasiskan pada pertanian. Antara tahun 1079 - 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi mengirimkan lebih dari dua duta besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya telah bergeser secara bertahap dari Palembang ke Jambi. Ekspedisi Chola telah melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai pusat kerajaan. Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, ChouJu-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula dikatakan bahwa beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri. 9



Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan Palembang dan Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293, Majapahit pengganti Singosari, memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk memberikan tanggung jawab tersebut kepada Pangeran Adityawarman, seorang peranakan Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi pemberontakan terhadap Majapahit, tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun di selatan Sumatra sering terjadi kekacauan dan pengrusakan. Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang berakibat tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat merugikan perdagangan kerajaan. Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh pedagangpedagang Arab dan India. Di akhir abad ke-13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah agama Islam. Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M. Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.



I. Peninggalan-Peninggalan Kekuasaan yang diperoleh kerajaan majapahit berimbas pada kemakmuran rakyatnya. Peradaban mulai maju terutama pada wilayah Antawulan yang waktu itu dijadikan sebagai ibukota kerajaan. Saat ini antawulan dikenal dengan sebutan Trowulan. Kerajaan majapahit meninggalkan beberapa istilah yang sampai saat ini masih sering kita gunakan. Istilah tersebut antara lain, satelit palapa dan bhineka tunggal ika. Selain istilah tersebut, penggunaan lambang kerajaan “surya majapahit” banyak digunakan untuk ornamen bangunan pagi para pecinta sejarah kerajaan ini. Terdapat banyak bangunan bersejarah hingga saat ini yang dapat kita temui di daerah Trowulan. Adanya bangunan-bangunan ini disebabkan karena trowulan merupakan bekas ibukota 10



kerajaan. Kolam pemandian, bangunan, candi, waduk, pintu gerbang kerajaan adalah macammacam



bangunan



berserjarah



yang



terdapat



di



wilayah



ini.



Selain itu, ratusan ribu artefak Majapahit yang berupa batu bata, koin (mata uang) batu umpak, batu lumpang, pecahan tembikar, genting, keramik cina, hingga celengan tersebar di wilayah Trowulan yang sampai saat ini masih bisa ditemukan oleh masyarakat sekitar. 1. Candi Wringin Lawang Adalah gapura agung yang terbuat dari bata merah yang mempunyai luas dasar 13 x 11 meter serta tinggi 15,5 meter yang berarsitektur candi bentar atau biasa disebut candi terbelah. Bangunan ini berfungsi Fungsi sebagai pintu gerbang yang digunakan untuk menuju kawasan utama pada ibukota kerajaan. Lokasinya berada di brangkal. 2. Candi Brahu Adalah sentra pengrajin kuningan dan juga patung batu yang berlokasi di wilayah Bejijong, Trowulan. Candi ini merupakan bangunan peribadatan suci yang digunakan untuk menghormati anggota keluarga kerajaan yang wafat. 3. Candi Gentong Wujud dari candi ini adalah reruntuhan bangunan yang masih direstorasi sehingga para pengunjung belum bisa menikmati keindahanya. Lokasi candi ini berdekatan dengan candi brahu. 4. Pendopo Agung Bangunan ini sebenarnya hanya berupa umpak-umpak besar yang merupakan sisa dari bangunan pendapa agung yang dijadikan tempat untuk menemui para taum oleh raja Majapahit. Bangunan ini sekarang berubah menjadi pendapa yang nyaman di kunjungi. Pemugaran ini dilakukan oleh pihak Kodam V Brawijaya. Sebuah batu miring ditemukan dibelakang pandapa. Batu ini diyakini sebagai tempat patih Gajah Mada mengikrarkan sumpahnya, yaitu sumpah palapa. Selain batu miring, Kompleks makam dari pendiri kerajaan majapahit Raden wijaya yang ada ditempat ini juga banyak mendapat kunjungan dari masyarakat. 5. Kolam Segaran Adalah kolam besar yang terbuat dari batu bata yang berbentuk persegi panjang berukuran 800 x 500 meter persegi. Kolam Segaran ini mempunyai kedalaman 3 meter dengan ketebalan dinding 1,6 meter. Asal mula nama segaran adalah 'segara' yang berasal dari bahasa jawa yang berarti 'laut'. Kolam ini berfungsi sebagai sumber air bagi masyarakat kerajaan Majapahit. Selain



11



itu, kolam juga digunakan sebagai tempat jamuan bagi para tamu kerajaan dengan menyajikan peralatan makan dari emas dan perak sebagai wujud kemakmuran kerajaan. 6. Situs Lantai Segi Enam Situs ini hanya berupa sisa-sisa bangunan rumah yang memiliki keunikan lantaran adanya penemuan paving blok segi enam yang merupakan lantai kuno yang terbuat dari tanah liat halus yang dibakar. Paving ini mempunyai ukuran 34 x 29 x 6.5 cm. selain paving, sisa lantai,beberapa perabot seperti pot dan gentong, serta sisa dinding dapat kita temukan pada situs ini. Bangunan ini diduga milik bangsawan majapahit. 7. Makam Putri Campa Pemakaman ini merupakan pemakaman Islam kuno yang terletak dekat dengan Candi Menak Jinggo. Putri Campa merupakan istri atau selir raja Majapahit pada periode akhir. Dari bentuk makam yang ada, putri Campa diyakini menganut agama islam. Ia wafat tahun 1448 M dan konon ia berhasil mengajak raja terakhir dari majapahit untuk memeluk agama Islam.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India. 2. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti dari sebutan negara maritimnya. 3. Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan baik di dalam maupun di lur negeri serta dari berita-berita asing. 4. Faktor penyebab keruntuhan : a.



Berulang kali diserang kerajaan Colomandala



b.



Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri



c.



Terdesak perkembangan kerajaan di Thailand



d.



Terdesak pengaruh kerajaan Singosari



e.



Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya



f.



Tidak adanya raja yang cakap dan berwibawa



g.



Serangan Majapahit dalam upaya penyatuan nusantara



B. Saran 1. Sejarah harus selalu kita kaji agar menjadi sebuah pengetahuan dan motivasi dalm mengisi kemerdekaan. 2. Lestarikan terus nilai-nilai budaya sejarah bangsa.



13



Daftar Pusaka Wikipedia



Foundation.



2017.



Kerajaan



Sriwijaya.



Diambil



dari:



https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya (23 November 2017)



Tulas,



Pratama.



Kerajaan



Sriwijaya.



Diambil



dari



http://tulastulispratama.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kerajaan-sriwijaya.html (23 November 2017)



M. Taupan, Aswal Scorpio, Muhamad Arif, Samsul Farid, Nurlailah. 2015. Sejarah Berbasis Pendidikan Bangsa. Bandung: Penerbit SEWU.



Grafis



Media.



2017



Sistem



Pemerintahan



Kerajaan



Sriwijaya..



Diambil



dari



:



http://www.pendidikmulia.site/2017/06/sistem-pemerintahan-kerajaan-sriwijaya.html (25 November 2017)



Informasi Pendidikan. 2017 Peninggalan



Kerajaan



Majapahit.



Diambil



dari



:



http://www.informasi-pendidikan.com/2013/02/peninggalan-kerajaan-majapahit-di.html



Septian,



Putra



Pratama.



2012



Silsilah



Kerajaan



Sriwijaya.



Diambil



dari



http://septianputrapratama-tp-unbara.blogspot.co.id/2012/11/silsilah-kerajaan-sriwijaya.html



14



: