Makalah Keselamatan Kerja Laboratorium Dan Perawatan Laboratorium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Matakuliah :Fisika Laboratorium



KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM DAN MANAJEMEN PERAWATAN LABORATORIUM D I S U S U N Oleh KELOMPOK III AISYAH



(8176175001)



DEWI ARISANTI



(8176175003)



DEWI RATNA PERTIWI SITEPU



(8176175004)



Dosen Pengampu : Dr. Rita Juliani, M.Si



KELAS



: PENDIDIKAN FISIKA REG A 2017



PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat–Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “Fisika Laboratorium”. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Rita juliani, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Laboratorium yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.



Medan, 17 September 2018 Penulis,



Kelompok III



DAFTAR ISI Kata Pengantar ...........................................................................................................i Daftar Isi ....................................................................................................................ii



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................2



BAB II



PEMBAHASAN



2.1 Keselamatan Kerja Di Laboratorium .....................................................3 2.2 Langkah-Langkah Menghindari Kecelakaan .........................................3 2.2.1 Bahaya Listrik ...............................................................................5 2.2.2 Bahaya Radiasi .............................................................................6 2.2.3 Kunjungan Lapangan ...................................................................8 2.2.4 Bahaya Mekanik ...........................................................................8 2.4.5 Membuang Limbah ......................................................................8 2.2.6 Kebakaran .....................................................................................9 2.3 Pengertian Perawatan .............................................................................15 2.3.1 Jenis Perawatan ............................................................................15 2.3.2 Tujuan Perawatan Laboratorium ..................................................16 2.3.3 Sistem Perawatan Laboratorium ..................................................16 2.3.4 Pengelolaan Laboratorium ...........................................................17



2.3.4.1 Pengertian Pengelolaan ....................................................18 2.3.4.2 Objek Perawatan Laboratorium .......................................18 2.3.4.3 Sumber Daya Sistem Perawatan Laboratorium ..............19 2.3.4.4 Mengelola Pekerjaan Perawatan Laboratorium ..............21 2.3.4.5 Pemeliharaan Peralatan Laboratorium ............................22



Bab III



Penutup



3.1 Kesimpulan ...........................................................................................24



DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................27



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Dalam sistem pendidikan sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk



mengembangkan ketrampilan ilmiah seperti mencari, mengumpulkan, mengamati, eksperimen, dan menyimpulkan data yang telah ada.Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah laboratorium. Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan Perguruan Tinggi yang mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan, seperti bidang ilmu bahasa dan ilmu pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di sekolah dan dalam bidang sains di Perguruan Tinggi. Dengan adanya laboratorium kita bisa melakukan pembuktian antara teori yang didapatkan dengan realita yang sebenarnya. Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan laboratorium. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium perlu dikelola secara baik untuk kelancaran proses belajar mengajar dan perkuliahan.



1.2.



Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Bagaimana keselamatan kerja di laboratorium ? 2. Apa saja langkah-langkah untuk menghindari kecelakaan kerja di laboratorium ? 3. Bahaya apa saja yang dapat disebabkan dari laboratorium ? 4. Apakah Pengertian dari Perawatan laboratorium? 5. Apasajakah Jenis-jenis Perawatan laboratorium? 6. Apakah Tujuan dari Perawatan Laboratorium? 7. Bagaimanakah Sistem Perawatan Laboratorium? 8. Bagaimanakah Pengelolaan Laboratorium?



1



1.3.



Tujuan Penulisan



1. Untuk memahami keselamatan kerja di laboratorium 2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menghindari kecelakaan keja di laboratorium 3. Untuk mengetahui bahaya apa saja yang dapat disebabkan dari laboratorium 4. Untuk mengetahui Pengertian dari Perawatan laboratorium 5. Untuk mengetahui Jenis-jenis Perawatan laboratorium 6. Untuk mengetahui Tujuan dari Perawatan Laboratorium 7. Untuk mengetahui Sistem Perawatan Laboratorium 8. Untuk mengetahui Pengelolaan Laboratorium



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



Keselamatan Kerja di Laboratorium Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan peneliti



melakukan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan dapat menimbulkan kecelakaan. Usaha mencegah terjadinya kecelakaan perlu diadakan, untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan diperlukan pengetahuan tentang kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium antara lain : a.



Luka oleh benda tajam, pecahan kaca dan kena bakar



b.



Terkena/percikan oleh cairan zat kimia (karosif/asam/basa pekat)



c.



Tertelan zat-zat beracun



d.



Pingsan disebabkan bau gas yang memusingkan



e.



Terkena kejutan listrik



f.



Kebakaran yang disebabkan peletusan yang dari hasil percobaan. Untuk bentuk kecelakaan diatas maka perlu diambil tindakan pertama pada



waktu memberi pertolongan pada sipenderita yaitu : 1.



membawa sipenderita ke tempat yang baik dan tenang



2.



bila pendarahan terjadi pada sipenderita usahakanlah darah yang keluar itu dihentikan dengan jalan mengangkat bagian tubuh yang luka, sehingga yang luka itu berada diatas jantung. Usahakan sipenderita terbaring seleluasa mungkin, pakaian dilonggarkan



4.



Jangan memberi makanan pada penderita yang sedang pingsan



5.



Segeralah minta pertolonagn dokter



2.2.



3.



Langkah-langkah Menghindari Kecelakaan Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari dengan bekerja secara disiplin,



memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan, dan mempelajari serta mentaati aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kecelakaan. Aturan yang dianggap penting perlu dicetak dengan huruf yang memadai dan ditempelkan di tempat-



3



tempat yang strategis, terutama di dalam dan diluar ruang laboratorium. Aturan yang perlu diperhatikan antara lain adalah : a.



Mengetahui letak keran air, saklar utama listrik



b.



Mengetahui letak alat-alat pemadam kebakaran, seperti tabung pemadam kebakaran,selimut tahan api, pancuran hujan, dan pasir untuk memadamkan kebakaran.



c.



Jika tidak ada yang bertanggung jawab pada penggunaan laboratorium dalam hal ini guru atau petugas maka laboratoriumharus berada dalam keadaan terkunci.



d.



Bekerja dengan alat-alat yang beracun harus dilakukan di dalam lemari asap



e.



Gunakan tirai pengaman, pakaian pelindung dan pelindung muka jika bekerja dengan zat yang berbahaya



f.



Usahakan mengenakan pakaian pelindung jika bekerja di dalam laboratorium. Jika mengenakan pakaian laboratorium jangan terlalu longgar dan berlengan panjang. Sebab tanpa disadari bagian jas yang menjurai dapat menyentuh alat yang sedang berputar.



g.



Jangan mencoba menghentikan putaran pemusing (centrifuge) dengan menahan ujung-ujungnya. Pemusing yang panjang lengannya 10 cm dan diputar dengan kecepatan putaran 5000 putaran permenit memiliki kecepatan linier 180 km/jam pada ujung-ujungnya. Ini sangat berbahaya bila mengenai jari atau bagian tubuh lainnya.



h.



Jangan mengisi (mencharge) baterai didekat nyala api, pengisian baterai menghasilkan hidrogen yang bila bercampur dengan oksigen diudara akan meledak jika terkena api.



i.



Dilarang makan dan minum di laboratorium. Jangan menggunakan wadah laboratorium untuk makan atau minum.



j.



Jangan berlari diruang laboratorium dan dikoridor laboratorium.



k.



Jangan bekerja sendirian di laboratorium, sekurang-kurangnya harus ada seorang petugas laboratorium menyertai.



l.



Jangan menggunakan perhiasan ketika bekerja di laboratorium.



4



m. Jangan menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu hak tinggi selama bekerja di laboratorium. n.



Jangan mengambil zat cair menggunakan pipet atau dengan jalan menghisap menggunakan mulut. Butir-butir aturan yang ada perlu disosialisasikan kepada semua yang



bertugas di dalam laboratorium lebih-lebih kepada siswa sebelum siswa menggunakan ruang laboratorium. Agar lebih efektif aturan-aturan ini atau sebagian dari butir-butir yang tersebut diatas yang dianggap penting perlu dicetak dengan huruf-huruf berukuran relative besar 12-15 pt yang ditempelkan pada berbagai tempat yang strategis.



2.2.1. Bahaya Listrik Yang menentukan tingkat bahaya listrik adalah besar buat arus yang mengalir melalui badan atau sebagian badan bukan semata-mata tegangannya. Meskipun tegangan sumber sangat-sangat tinggi tetapi arus yang dapat dialirkan hanya pada tingkat micrometer tegangan ini tidak membahayakan, hal ini yang terjadi pada generator van de Graff kecil yang biasa digunakan disekolah. Karena jari-jari bola tempat menyimpan muatan relative kecil yang biasa digunakan sekitar 25 cm pada tegangan beberapa puluh ribu volt muatan yang dapat disimpan hanya pada tingkat dibawah mikro coulomb sehingga tidak mampu mengalirkan arus pada tingkat mA, apalagi ampere kecuali jika hambatan pengantarnya yang dilalui sangat kecil misalnya pada tingkat orde 10



-8



ohm



sekalipun demikian arus yang mengalir sangatlah singkat sehingga tidak dapat menimbulkan akibat fatal. Arus terendah yang masih dapat dirasakan oleh tubuh adalah arus yang besarnya di sekitar 1 Ma arus bolak-balik pada frekunsi 50 Hz, atau sekitar 5 mA pada tegangan searah. Arus yang lebih daripada 20 mA arus bolak-balik pada frekuensi 50 Hz, atau 80 mA arus searah yang dapat mengakibatkan kematian atau luka bakar yang parah jika melalui tubuh. Arus listrik berakibat mematikan jika melewati organ-organ tubuh penting jantung dan otak. Jika arus hanya melewati sebagian tubuh misalnya lengan atau jari yang berakibat luka bakar listrik pada



5



bagian tubuh yang dialiri. Untuk menghindari bahaya listrik ada beberapa saran yang perlu untuk diperhatikan : a. Semua peralatan listrik sebelum dipergunakan diperiksa untuk memastikan bahwa badan alat tidak hidup (tidak memiki tegangan terhadap tanah). Untuk memeriksanya, colokkan steker ke alat sumber tegangan yang sesuai, lalu sentuh bagian badan alat tersebut denagn test pen sementara bagian kaki lainnya menyentuh tanah. Jika test pen menyala, bagian alat itu hidup. Jika demikian keadaannya maka jangan menyentuh. Alat jangan dipergunakan sebelum diperbaiki. Keadaan alat seperti ini bisa terjadi karena kesalahan ketika pembuatannya, karena selama digunakan ada bahan isolasi yang sudah rusak atau sistem pertanahan jaringan listrik di tempat itu tidak baik. b. Pemeriksaan listrik secara periodik perlu dilakukan untuk mengetahui hidup atau mati badan alat. Jika hidup, upayakan mencari penyebabnya. Sistem pertanahan pada jala-jala yang tidak baik merupakan salah satu penyebab keadaan seperti ini. Penyebab lian adalah adanya kabel hidup yang bersentuhan dengan casis, misal cincin karet penyekat kabel yang sudah rusak. c. Kapasitor (kondensator) yang kapasitasnya besar, si atas 10.000 mikro Farad, dapat menyimpan energi listrik yang cukup besar, meski sudah pernah dikosongkan. Kapasirtor dapat memperoleh kembali 10 % muatannya setelah dikosongkan, sehingga dapat menimbulkan cedera listrik. Karenanya setiap kapasitor yang berukuran besar harus disimpan dalam keadaan elektroda-elektrodanya dihubung singkat menggunakan kabel penghubung.



2.2.2. Bahaya Radiasi Radiasi adalah pemancaran sesuatu oleh sumber radiasi. Radiasi ada berupa gelombang elektromagnetik, ada yang partikel. Radiasi gelombang elektromagnetik memiliki rentang spektrum yang amat luas mulai dari gelombang radio yang panjang gelombangnya beberapa ratus meter, sampai sinar Ϫ yang



6



panjang gelombangnya ada pada 10−10 m. Sinar X memiliki panjang gelombang sampai pada nano meter 10−9 m. Mulai dari sinar X sampai sinar Ϫ memiliki sifat menembus berbagai benda dan mengionkan partikel-partikel benda yang terkena. Radiasi sinar Ϫ dan radiasi partikel dipancarkan oleh zat – zat radio aktif. Radiasi partikel zat radio aktif ada berupa elektron yang disebut dengan sinar β, ada yang disebabkan oleh inti He yang disebut sinar α. Semua sinar mengionkan tidak terindra oleh mata. Bahaya yang ditimbulkan oleh sinar mengionkan adalah : a. merusak fungsi sel yang terkena radiasi b. merusak jaringan tubuh jika terkena dosis yang tinggi c. jika terkena tulang maka dapat merusak sumsum tulang radiasi tidak mengionkan adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya sama atau lebih besar daripada panjang gelombang ultraviolet, yang panjang gelombangnya berkisar 5 nm – 380 nm. Sinar yang dapat diindra oleh mata termasuk sinar yang tidak mengionkan, demikian juga sinar inframerah atau gelombang mikro. Sinar laser dan ultraviolet merupakan sinar yang tidak mengionkan. Sinar laser digunakan disekolah untuk percobaan optik. Laser dapat dibeli di toko serba ada denagn harga terjangkau. Alat ini diberi nama pointer (penunjuk), karena sering digunakan



sebagai



penunjuk



pada



penayangan



gamabr



dilayar.



Keistimewaan kaser adalah intensitasnya sangat tinggi dan sedikit mengalami perubahan selama perambatannya. Laser yang digunakan disekolah berdaya rendah kurang dari 10−2 W /𝑐𝑚2 . Laser yang dayanya diatas itu dapat membahayakan retina mata walau jarak sumber laser jauh dari kobaran. Oleh karena siswa perlu diketahui bahayanya dan hati-hati dalam penggunaannya. Sinar ultraviolet biasanya terdapat pada lampu yang dipasang pada sterilisasi atau fotocopy. Sinar ultraviolet dapat mencederai mata, karena sinar ini diserap retina dan oleh suatu selaput yang disebut dengan konjungtival. Akibatnya setelah beberapa hari (4-8 hari) terjadi pembengkakan disertai nyeri. Gunakan filter untuk menghindari cedera.



7



2.2.3. Kunjungan Lapangan (Fild Trip) Kunjungan lapangan merupakan suatu bagian yang penting dalam pembelajaran.



Kunjungan



lapangan



dapat



berupa



kelaboratorium



sains



sesungguhnya, kepabrik, ke museum sains, PLTU dan lain-lain. Pada kunjungan lapangan siswa dapat melihat dan menyadari relevasi pendidikan sains dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan dan pengorganisasian yang diperlukan adalah: a. peninjauan lapangan dan lokasi. b. Pengelompokan siswa dan setiap kelompok memiliki ketua yang bertanggung jawab dan wewenang yang berkaitan denagn keamanan kelompoknya. c. Membuat perencanaan atau jadwal d. Membuat daftar nama dan nomor telp yang dapat dihubungi jika terjadi sesuatu misalnya humas, manager/pengelola, RT atau RW setempat, Puskesmas, Polisi. e. P3K



2.2.4. Bahaya Mekanik Bahaya mekanik adalah bahaya yang ditimbulkan oleh benda yang bergerak. Benda yang ada disekolah misalnya pemusing, (centrifugar), generator van de Graff, kipas, bor listrik dan lain-lain. Bahaya yang bisa diantisipasi adalah: a. Terluka karena tersentuh benda yang berputar b. Pakaian yang longgar



2.2.5. Membuang Limbah Limbah disini adalah sisa bahan atau bekas alat yang sudah tidak terpakai. Yang sering menjadi masalah adalah bahan-bahan sintesis seperti plastic tidak mudah hancur secara alamiah. Jangan membuang sampah secara sembarangan atau menghanyutkannya melalui pipa-pipa saluran limbah.



8



Sampah laboratorium ada banyak jenisnya sebaiknya setiap jenis di wadahi dengan wadah yang berbeda. Jenis limbah yang ada dilaboratorium adalah: a. Pecahan kaca b. Sampah berupa zat padat c. Plastik



2.2.6. Kebakaran Kebakaran adalah hal yang paling berbahaya, karena itu penanganannya memerlukan sejumlah pengetahuan diantaranya; a. Pengertian api Api adalah proses oksidasi gas berlangsung hebat sambil melepas energi yang cukup banyak sehingga gas yang bereaksi memancarkan cahaya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya api yaitu : 1. Bahan bakar Bahan bakar adalah bahan yang dapat beraksi dengan oksigen yang menyebabkan timbulnya api. 2. Oksigen Oksigen berasal dari udara, oksigen beraksi dengan bahan bakar, jika suhu nya mencapai titik tertentu maka kebakaran dapat timbul. 3. Kalor Kalor yang cukup menyebabkan kenaikansuhu sehingga pada titik tertentu kalor sebagai penyulut. Ketiga faktor diatas digambarkan denagn segitiga api seperti dibawah ini



Oksigen



Kalor



Bahan Bakar



9



b. Memadamkan kebakaran Memadamkan kebakaran dapat didasarkan atas konsep segitiga api, yaitu dengan cara menghilangkan salah satu komponen ketiga tersebut. Adapun kemungkinan yang dapat diatasi adalah : 1. Menghentikan pasokan oksigen 2. Menurunkan suhu sampai dibawah suhu penyulutan 3. Menghentikan pasokan bahan bakar 4. Kebakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas, untuk sekolah dibagi atas 4 kelas yaitu : 1. Kelas A, kebakaran yang melibatkan bahan-bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, karet, plastik 2. Kelas B, kebakaran yang melibatkan cairan yang mudah terbakar seperti cat minyak, oli, pelarut. 3. Kelas C, kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik 4. Kelas D, Kebakaran yang berasal dari logam yang mudah terbakar misal, magnesium, fosfor, natrium Untuk mengatasi kebakaran dilaboratorium disediakan alat pemadam kebakaran yang portabel, alat ini berbentuk tabung dan dapat dibawa kemana-mana, pengimpanannya dapat digantung di dinding atau tembok laboratorium. Ada beberapa jenis a;lat untuk memadamkan kebakaran secara umum yaitu : 1.



Menggunakan air Air digunakan untuk memadamkan api karena air dapat mendinginkan



bahan terbakar sampai pada suhu dibawah penyulutan. Jumlah air yang diperlukan tergantung pada besarnya kebakaran. Untuk jenis bahan cairan seperti minyak; alat pemadam kebakaran berupa air tidak sesuai karena air akan menyebarkan api bersama menyebarnya air, hla ini disebabkan oleh minyak terapung diatas air. Alat pemadam kebakaran yang portabel, yang menggunakan air sebagai pemadam disebut pemadam kebakaran asam soda (soda acid extinguisher). Tabung ini berisi kurang lebih 10 liter larutan natrium bikarbonat di dalam air. Pada waktu diggunakan asam sulfat yang diwadahi di dalam tabung bercampur dengan natrium bikarbonat, menghasilkan karbondioksida yang mendesak air



10



(larutan natrium bikarbonat) menyemprot keluar dari tabung melalui pipa penyemprot. Alat ini untuk sekali pakai. Jenis pemadam kebakaran yang lain adalah CO2 mendesak air (CO2expelled water). Air kira-kira 10 liter di wadahi di dalam tabung. Di dalam tabung yang berisi air ini ada tabung yang lebih kecil, yang berisi air ini ada tabung yang lebih kecil, yang berisi gas CO2bertekanan tinggi. jika tabung berisi CO2 ditusuk menggunakan penusuk yang ada pada alat, CO2 akan menyemprotair keluar. alat ini juga sekali pakai.



2.



Menggunakan busa Alat ini berisi larutan-larutan zat penghasil busa. Alat pemadam kebakaran



ini beklerja dengan memisahkan udara (oksigen) dari benda yang sedang terbakar. Pemisah dilakukan sehingga pasokan oksigen dari udara dihentikan.



3.



Menggunalakan Karbondioksida Alat ini bekerja menggunakan azas yang sama seperti pemadan kebakaran



yang menggunakan busa, tetapi yang menyekat oksigen adalah karbon dioksida. Jika penutup tabung dibuka dengan menekan suatu pelatuk, gas karbondioksida akan keluar melalui tabung penyemprot berbentuk corong. Karena tekanan tibatiba nberubah dari tinggi menjadi rendah maka gas mendingin sangat kuat sehingga suhunya turun sampai jauh dibawah titik lebur es. Uap air yang ada diudara menjadi es dalam bentuk salju. Ketika digunakan jangan menyentuh corong dengan tangan karena suhunya sangat rendah. Karbondioksida lebih rapat daripada udara karenanya bila disemprotkan pada benda yang terbakar maka benda akan diselimuti oleh karbondioksida dan menghalangi oksigen mencapai benda. Karbondioksida di dalam tabung dalam waktu singkat akan habis tersemprot.



4.



Jenis cairan menguap Jenis cairan menguap (vaporizing liquid extinguisher) bekerja dengan azas



kerjanya sama dengan jenis pemadam karbondioksida tetapi lebih efektif karena



11



kerapatannya lebih besar. Jenis lain pemadam ini adalah bromo kloradida fluorometan (BCF). Zat yang digunakan ditempatkan dalam tabung bertekanan. Jika zat dilepaskan dari dalam tabung dan tekanan berkurang, zat ini menguap dengan cepat. Uapnya jauh lebih rapat daripada udara sehingga dapat menyelimuti benda yang terbakar.



5.



Jenis serbuk Dengan menutupi bend yang terbakar dengan serbuk yang tidak mudah



terbakar, oksigen dihalangi masuk. bentuk paling sederhana pemadam kebakaran adalah pasir yang disiram kan ke benda yang sedang terbakar sampai seluruhnya tertimbun, sehingga udara tidak masuk ke benda yang terbakar.



6.



Jenis selimut Selimut tebal yang terbuat dari bahan tahan api, atau karung yang tebal



dan dibasahi air, dapat digunakan untuk mencegah masuknya udara ke benda yang sedang terbakar. Jenis pemadam kebakaran sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi adalah : a. Kebakaran kelas A Air adalah pemadam kebakaran yang baik untuk jenis kebakaran kelas A yaitu dengan cara menyemprot maupun menggunakan tabung pemadam kebakaran asam soda atau pemadam, kebakaran CO2 mendesak air. b. Kebakaran Kelas B Alat pemadam kebakaran yang digunakan bergantung besarnya kebakaran dan letaknya kebakaran. Jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah selimut api, jenis karbondioksida, kombinasi selimut api dan jenis karbondioksida, jenis busa, dan jenis serbuk. Sebagai peringatan jangan sekali-kali menggunakan air (apapun jenisnya) untuk menangani kebakaran kelas B.



12



c. Kebakaran Kelas C Kebakaran kelas C adalah karena arus listrik terjadi karena ada hubungan singkat di suatu tempat pada jaringan listrik atau rangkaian listrik alat yang bekerja menggunakan arus listrik. Hubungan singkat menyebabkan arus yang mengalir menjadi sangat besar, melebihi kuat arus yang diperkenankan. Jika instalasi menggunakan pengaman (sekring) maka arus terputus oleh putusnya kawat sekring. Tidak sama halnya bila kawat sekring yang kemampuannya mengalirkan arus jauh lebih besar dari pada yang diperbolehkan. Sebagai peringatan jangan sekali-kali mengganti kawat sekering dengan kawat biasa. Gantilah dengan kawat sekring yang benar. Arus yang mengalir dengan sangat besar menyebabkan kabel yang dilaluinya menjadi panas dan pijar. Hal yang harus diperhatikan adalah memadamkan arus yang mengalir melalui saklar utama jaring-jaring. Jika kebakaran masih berlanjut maka padamkan kebakaran dengan pemadam karbondioksida atau pemadam zat zat cair menguap. Jangan sekali- kali menggunakan



air sebab air



adalah penghantar sehingga dapat



membahayakan orang yang memadamkan api. Disarankan juga untuk tidak menggunakan pemadam jenis serbuk terutama untuk kebakaran listrik. Angat sukar membersihkan sisa serbuk pemadam kebakaran. d. Kebakaran kelas D api logam yang terbakar memiliki sifat yang sangat berbeda dengan jenis kebakaran lain. Api logam yang mudah terbakar merupakan reaksi eksotrem yang sangat kuat, biasanya dengan oksigen. Kalor yang timbul menyebabkan logam memijar. Semakin kecil logam itu terpotong-potong maka makin reaktif logam itu. Bila logam berbentuk serbuk maka dapat menimbulkan ledakan. Penanggulangan kebakarn logam ada dua jenis : 1. Perlakuan logam yang terbakar sebagai pembenam kalor (heat sink), lalu kendalikan kebakaran selanjutnya yang disebabkan oleh zat yang



13



mudah terbakar dan membiarkan reaksi logam yang terbakar sampai habis. 2. Cegah



reaksi



yang



terjadi



pada



permukaan



logam



dengan



menghentikan pasokan reaktan yang menyokong reaksi. Perlu jadi perhatian jangan menggunakan pemadam konvensional untuk memadamkan kebakaran logam. Langkah-langkah yang harus diambil saat mengetahui adanya kebakaran adalah dengan melakukan pertolongan pertama terhadap kebakaran yaitu menggunakan alat yang tersedia dan sesuai. Jiak api membesar segera hubungi Dinas Pemadam Kebakaran. Yang harus disediakan dalam keselamatan kerja adalah P3K atau pertolongan pertama pada kecelakaan bertujuan untuk memberi rasa aman dan nyaman serta untuk menghindari memburuknya keadaan pasien sebelum mendapat



pertolongan



dari



dokter.



Beberapa



jenis



kecelakaan



dan



penanggulangannya adalah sebagai berikut : 1. Luka kecil Luka kecil jarus dibersihkan dengan menggunakan air, atau alkohol dan dibalut diberi antiseptik (betadine) dan bila perlu dengan menutupinya dengan perban yang steril. 2. Pendarahan hebat Pendarahan berarti keluarnya darah menyembur dari luka dan dapat dikurangi dengan menekan nadi ke arah tulang yang ada dibawah nadi diantara luka dan jantung. 3. Luka Pada Mata Bila zat korosif telah menciprai mata, mata hatus dibuka dan disiram banyak-banyak dengan air bersih. 4. Luka bakar Luka bakar karena panas selalu disertai hilangnya cairan dari darah karena pindah ke jaringan tubuh dan menimbulkan penggelembungan pada kulit. Luka terbakar kecil harus segera didinginkan dengan menggunakan air. Bila pakaian terbakar penting segera penderita dibaringkan di tempat yang datar. Ini akan mengurangi menjalarnya api keseluruh tubuh. Api harus



14



dipadamkan dengan cara menyirami api dengan air atau dengan selimut api.



2.3



Pengertian perawatan Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan,



mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Dalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi. Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel atau memperbaiki kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak atau kurang layak sehingga siap digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa.



2.3.1. Jenis perawatan Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana. Secara jelas dapat dilihat pada skema dibawah ini. a. Perawatan terencana Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni: perawatan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif. 1). Perawatan preventif Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan, adalah sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan peralatan laboratorium. 2). Perawatan korektif Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi, yakni sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui



15



tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi normal. b. Perawatan tidak terencana Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat.



2.3.2



Tujuan perawatan laboratorium Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang



mencakup: a. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal b. Memperpanjang umur pemakaian c. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran d. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai e. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan f. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak g. Menghindari terjadinya kerusakan fatal



2.3.3. Sistem Perawatan Laboratorium Dalam perawatan Laboratorium,sebelum penyusunan jadwal dan rencana kebutuhan



biaya



perawatan



perlu



dilihat



unsur-unsur



berikut



ini:



a. Obyek laboratorium yang akan dirawat. b. Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan. c. Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya perawatan.



16



2.3.4



Pengelola Perawatan Laboratorium



2.3.4.1 Pengertian pengelolaan Pengelolaan atau sering disebut manajemen adalah proses mengelola sumber daya untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Sumber daya yang dikelola meliputi 6 M, yakni: man, money, materials, machines, methods, dan minute (manusia, uang, bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu). Sedangkan fungsi manajemen meliputi empat kegiatan, yakni: planning, organizing,



actuating,



dan



controlling



(perencanaan,



pengorganisasian,



pelaksanaan, dan pengontrolan). Dengan demikian manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan sumber daya manusia, biaya, bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Efektifitas merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi efektifitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa



jauh



rencana



dapat



dilaksanakan



dan



seberapa



jauh



tujuan



tercapai.Sedangkan efisiensi merupakan sumber daya minimal yang digunakan untuk mencapai kesuksesan itu. Jadi efisien berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, terpendek langkahnya.



2.3.4.2.



Obyek Perawatan Laboratorium Sebagai



obyek laboratorium



yang perlu



dilakukan perawatan



diantaranya adalah: a. Ruang laboratorium, termasuk kebersihan lantai, kelembaban, ventilasi, penerangan. b. Perabot atau meubeler laboratorium, seperti almari, meja percobaan, meja kerja, rak, kursi. c. Peralatan administrasi dan dokumentasi laboratorium, seperti komputer, dan filenya, buku-buku manual. d. Sumber jaringan listrik, stop kontak, sekring, lampu. e. Training obyek dan perlatan dan mesin-mesin pelatihan.



17



f. Aparatur dan perlengkapan percobaan. g. Instrumen dan alat-alat ukur h. Spesimen dan bahan-bahan untuk praktikum



2.3.4.3. Sumber Daya Sistem Perawatan Laboratorium a. Tenaga perawat Tenaga laboran/teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang dikelolanya. Salah satu tugas seorang laboran/teknisi adalah melaksanakan perawatan laboratorium yang meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan, memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak. Untuk peralatan khusus dengan tingkat kerusakan yang sudah parah, dan perbaikannya juga memerlukan kemampuan profesional yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar. Misalnya untuk perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur elektronik, yang konstruksinya sangat rumit. Untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan siswa praktikan. Misalnya dalam menjaga kebersihan ruang dan tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, membantu dalam penyimpanan peralatan. Untuk keperluan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan akibat kesalahan pemakaian sekaligus sebagai upaya pembinaan tanggungjawab mahasiswa, dapat peraturan dan tata tertip penggunaan peralatan di laboratorium.



b. Biaya perawatan Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan sangat mahal. Biaya perawatan dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain: 1) Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun, carbol, kain lap, perekat,



cat,



bahan



pengawet,



pencegah



jamur,



dan



sebagainya.



2) Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya.



18



3) Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak, kuas, solder, tang, obeng, gunting, dan sebagainya. 4) Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan perawatan terpaksa



harus



mengundang



pihak



luar,



misalnya



ahli



komputer.



Biaya perawatan di atas perlu dihitung dan dimasukkan dalam usulan anggaran, sehingga tersedia dana untuk perawatan laboratorium secara rutin.



c. Bahan perawatan Yang dimaksud dengan bahan perawatan adalah seluruh jenis bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium. Bahkan untuk pekerjaan perawatan ini harus tersedia dengan jumlah yang memadai, karena bahan ini merupakan salah satu sumber daya yang sangat urgen untuk merawat semua peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan



perawatan



peralatan



laboratorium,



antara



lain:



1) Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti:sabun, carbol, kain lap, thinner, bahan pembersih alat-alat laboratorium, tempat sampah, kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya. 2) Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak pelumas, bahan pelapis, bahan pelindung, pembungkus, pupuk tanaman dan makanan hewan pada laboratorium



Biologi,



pembasmi



serangga,



dan



sebagainya.



3) Suku cadang, seperti: seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya.



d. Peralatan perawatan Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan perawatan lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatan peralatan laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan, tergantung dari jenis sarana atau fasilitas yang dirawat serta jenis kegiatan perawatannya.



19



Peralatan perawatan laboratorium antara lain meliputi: peralatan untuk: 1). Peralatan penyimpanan, misalnya almari, rak 2). Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis 3). Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran 4). Peralatan penyetelan kembali 5). Peralatan perbaikan Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan secara rutin sering dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium.



e. Cara perawatan Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: 1) Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan, peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet. 2) Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar terhindar dari kerusakan. 3) Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat menyebabkan terjadinya korosi. 4) Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis, memberi makan hewan percobaan. 5) Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala kerusakan. 6) Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam kondisi normal atau standar. 7) Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang masih mungkin dapat diperbaiki sendiri.



20



8) Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium yang sudah rusak.



f. Waktu perawatan Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari tersedianya kesempatan atau waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan tersebut secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan perawatan. Dari sisi obyek yang dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatan laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan pada: 1) Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan perawatan alat yang sama peroleh pengalaman mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan perawatan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko kerusakan alat tersebut. Bagi laboran/teknisi yang telah berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu dalam menyusun jadwal perawatan. 2) Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan peralatan laboratorium. Untuk obyek atau alat yang sering digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak orang, maka obyek atau alat tersebut akan cepat kotor atau rusak. Untuk menjaga agar tetap bersih dan menghindari kerusakan, mestinya jadwal perawatannya harus dibuat tinggi frekuensinya. Artinya



obyek



atau



alat



tersebut



harus



sering



dilakukan



perawatan.



3) Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang dimiliki laboratorium. Biasanya peralatan laboratorium yang baru dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual yang memuat petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut. Informasi tersebut dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun jadwal perawatan.



2.3.4.4. Mengelola pekerjaan perawatan laboratorium Dengan mengacu pada pengertian pengelolaan dan gambaran tentang sumber daya yang dibutuhkan dalam sistem perawatan laboratorium, maka untuk



21



mengelola



pekerjaan



perawatan



laboratorium



mencakup



kegiatan:



a. Merencanakan program perawatan dengan menetapkan obyek apa yang dirawat, jenis pekerjaan perawatan yang dikerjakan, kapan jadwal pelaksanannya, siapa pelaksana, apa bahan dan alat yang digunakan untuk merawat, dan jika perlu berapa biaya yang dibutuhkan. b. Mengorganisir sistem perawatan, menentukan deskripsi pekerjaan perawatan dan mekanisme kerjanya. c. Melaksanakan ( actuating ) program perawatan d. Mengevaluasi dan melaporkan kinerja perawatan



2.3.4.5. Pemeliharaan peralatan laboratorium Pemeliharaan alat-alat di laboratorium sebenarnya mempunyai andil besar dalam menanggulangi banyaknya kecelakaan kerja di dalam laboratorium. Pemeliharaan alat-alat laboratorium secara berkala dapat mengantisipasi kecelakaan yang timbul secara lebih dini. Begitu juga dengan kebersihan laboratorium. Biasanya, laboratorium merupakan tempat bertemunya cairan-cairan tubuh manusia yang mengandung beberapa jenis penyakit dari spesimen tersebut, dan tujuan menjaga kebersihan laboratorium ini adalah untuk mencegah bibit-bibit penyakit yang terdapat pada jenis spesimen yang di teliti tertular kepada para pekerja. Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan peralatan laboratorium: 1.Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih terlebih dahulu. Jangan sekali-kali meninggalkan laboratorium dalam keadaan kotor karena dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit. 2. Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya, seperti bahan-bahan kimia kembalikan pada lemari yang telah tersedia. 3. Bersihkan meja dan lantai laboratorium menggunakan antiseptik agar meja tersebut tetap steril dan bebas dari kuman penyakit. 4. Cucilah dengan bersih semua alat-alat yang telah dipakai seperti tabung reaksi, pipet, kaca preparat, dll agar tetap steril dan siap untuk digunakan kembali.



22



5. Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang memerlukan perbaikan. 6. Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam kondisi buruk. 7. Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar menjaga kestabilan alat tersebut. 8. Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat tersebut tidak di gunakan kembali. Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat‐alat praktikum: • Sebelum menggunakan alat‐alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu. • Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat • Pahami fungsi atau peruntukan alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat‐alat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan: • Pahami rating dan jangkauan kerja alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat‐alat tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan • Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam, api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut • Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau sejenisnya pada badan alat‐alat praktikum yang digunakan



23



BAB III PENUTUP



3.1.



Kesimpulan



1. Usaha mencegah terjadinya kecelakaan perlu diadakan, untuk dapat mencegah



terjadinya



kecelakaan



diperlukan



pengetahuan



tentang



kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium antara lain : luka, terkena cairan zat kimia, tertelan zat zat beracun, pingsan, terkena kejutan listrik.



2. Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari dengan bekerja secara disiplin, memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan, dan mempelajari serta mentaati aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kecelakaan. Aturan yang dianggap penting perlu dicetak dengan huruf yang memadai dan ditempelkan di tempat-tempat yang strategis, terutama di dalam dan diluar ruang laboratorium.



3. Bahaya yang dapat terjadi dilaboratorium adalah: a. Bahaya Listrik b. Bahaya Radiasi c. Kunjungan Lapangan d. Bahaya Mekanik e. Membuang Limbah f. Kebakaran



4. Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai untuk mencegah agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik dan siap beroperasi.



24



5. Jenis-jenis perawatan yaitu: a. Jenis perawatan terencana Yaitu jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni: perawatan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif. b. Perawatan tidak terencana Yaitu jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak



diperkirakan



sebelumnya.



Pekerjaan



perawatan



ini



tidak



direncanakan, dan tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat.



6. Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang mencakup: a. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal b. Memperpanjang umur pemakaian c. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran d. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai e. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan f. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak g. Menghindari terjadinya kerusakan fatal



7. Dalam perawatan Laboratorium,sebelum penyusunan jadwal dan rencana kebutuhan biaya perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini: a. Obyek laboratorium yang akan dirawat. b. Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan. c. Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya perawatan.



25



8. Pengelolaan atau sering disebut manajemen adalah proses mengelola sumber daya untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Sumber daya yang dikelola meliputi 6 M, yakni: man, money, materials, machines, methods, dan minute (manusia, uang, bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu). Sedangkan fungsi manajemen meliputi empat kegiatan, yakni: planning, organizing, actuating, dan controlling



(perencanaan,



pengorganisasian,



pelaksanaan,



dan



pengontrolan). Dengan demikian manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan sumber daya manusia, biaya, bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Efektifitas merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi efektifitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan tercapai.Sedangkan efisiensi merupakan sumber daya minimal yang digunakan untuk mencapai kesuksesan itu. Jadi efisien berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, terpendek langkahnya.



26



DAFTAR PUSTAKA



Chairlan, Lestari Estu, 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan Ed.2, Jakarta: EGC



Ibrahim, Sanusi. 2010. Teknik Laboratorium . Yogyakarta: Graha Ilmu.



Momo, Rusbiono 2004. Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan Sains, Jakarta: Dikmenjur



Sitorus, Marham, Sutiani. 2013. Pengelolaan dan Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.



Sutrisno. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira. Sujono. 2013. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Graha Media



Winarti.2002. Modul Laboratorium Fisika. Jakarta Erlangga



27