Makalah Keterampilan Menulis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KETERAMPILAN MENULIS



Disusun Oleh Kelompok Empat Anggota : 1. Aftri Fathanah



(2019143199)



2. Eva Elyehon Silalahi



(2019143190)



3. Galu Marsandian



(2019143177)



4. Neneng Puspita



(2019143178)



5. Pepy Febriyanti



(2019143197)



6. Popi Ulandari



(2019143176)



7. Siti Ratnasari



(2019143161)



8. Tri Wahyuni



(2019143201)



Program Studi PGSD Kelas 3E Dosen Pembimbing : Mega Prasrihamni, M.Pd



PROGRAM STUDI PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG TAHUN AJARAN 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rahmat dan karunia kepada umatNya, sehingga dapat terselesaikan makalah kami yang bertemakan “Keterampilan Menulis” Adapun tujuan pembuatan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah ditugaskan oleh Ibu Mega Prasrihamni M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang “Keterampilan Menulis” Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk



saran dan serta



masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap makalah ini bisa memberikan banyak manfaat untuk dunia pendidikan dan juga para pembaca.



Pelembang, 29 Oktober 2020



i



DAFTAR ISI



BAB 1.........................................................................................................................................1 A.



LATAR BELAKANG.............................................................................................1



B.



RUMUSAN MASALAH.........................................................................................2



C.



TUJUAN..................................................................................................................2



BAB 2.........................................................................................................................................3 A. Pengertian dan Manfaat Menulis....................................................................................3 B. Jenis-Jenis Paragraf.........................................................................................................4 C. Syarat-Syarat Paragraf yang Baik...................................................................................6 D. Kendala Menulis dan Cara Mengatasinya.......................................................................7 E. Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Menulis..................................................................9 F.



Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Menulis...............................................................13



BAB 3.......................................................................................................................................17 KESIMPULAN....................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak



terpisahkan dari



kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif



dalam kegitan pembelajaran dan merangsang keterampilan siswa dalam



merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapanya banyak orang mengalami kesulitan



untuk membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah



kesalahan dalam hal pengajaran dengan cara yag terlalu kaku sehingga menimbulkan kesan bahwa menulis itu sulit. Belum banyak guru yang bisa menyunguhkan materi pelajaran dengan cara yang tepat dan menarik. Seseoang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menuis, mereka juga mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat, terbatasnya kosakatan yang dimiliki dan kurangnya imijinasi atau kreatifitas untuk berpikir saat menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan, keluarga, dan masyarakatnya, serta pengalam pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Keterampilan menulis tidak akan datang secara optimis tetapi harus melalui latihan, praktik yang banyak, dan teratur. Pembelajaran menulis di sekolah sebagai wadah untuk mnegembangkan potensi siswa dalam hal tulis – menulis pada diri siswa. Guru dalam hal ini tidak saja berperan untuk mentransmisikan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan, tetapi juga nilai yang berkenan dengan keterampilan menulis serta menumbuhkan budaya tulis – menulis pada siswa.



1



B. RUMUSAN MASALAH



1. Apa pengertian manfaat menulis? 2. Apa jenis – jenis paragraf? 3. Apa syarat – syarat paragraph yang baik? 4. Apa kendala menulis dan cara mengatasinya? 5. Apa kemampuan dasar dalam kegiatan menulis? 6. Apa kemampuan lanjut dalam kegiatan menulis?



C. TUJUAN



1. Untuk mengetahui pengertian manfaat menulis 2. Untuk mengetahui apa jenis – jenis paragraf 3. Untuk mengetahui syarat – syarat paragraph yang baik 4. Untuk mengetahui kendala menulis dan cara mengatasinya 5. Untuk mengetahui kemampuan dasar dalam kegiatan menulis 6. Untuk mengetahui kemampuan lanjut dalam kegiatan menulis



2



BAB 2 PEMBAHASAN DAN ISI A. Pengertian dan Manfaat Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pada prinsipnya, fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis dapat membantu dalam proses pembelajaran kritis, memperdalam daya tanggap atau persepsi, membantu menjelaskan pikiran, dan sebagainya. Selain itu, menulis



juga merupakan aktivitas



komunikasi yang



menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga merupakan suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama. Dalam hakikatnya, menulis menurut Hayon adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang menulis, bahan yang ditulis, dan masyarakat sebagai sarana pembaca. Itulah dunia kepenulisan yang saling berkaitan satu sama lain. Selanjutnya menurut Suparno dan Yunus menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Kemudian Wiyanto juga menambahkan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan secara tertulis.



3



Dari semua pendapat tersebut dapat disimpilkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang mempunyai banyak komponen mulai dari hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal hal yang rumit yaitu merakit paragraf sampai menjadi wacana yang utuh. Beberapa Manfaat yang Didapatkan Saat Menulis adalah Sebagai Berikut: 



Menulis berarti menciptakan jembatan berkomunikasi dengan diri sendiri maupun orang lain.







Kebiasaan menulis akan mengasah dan mempertajam kemampuan diri sendiri dalam berbahasa tulis.







Dengan menulis akan membantu mencegah masalah kepikunan







Menulis dapat mengasah daya nalar dan daya ingat seseorang.







Melatih ketajaman untuk berkonsentrasi.







Menulis kreatif akan menjadi sumber penghasilan.







Aktivitas menulis dapat memperbanyak teman dan sahabat.







Menulis adalah sarana aktualisasi diri seseorang.







Kegiatan menulis mendatangkan kepuasan batin.







Menulis akan menambah pengetahuan dan wawasan seseorang.



4



B. Jenis-Jenis Paragraf Paragraf disebut juga alinea. Paragraf juga adalah sekelompok kalimat yang berkembang secara logis satu subjek. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikirandalam karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang di dukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Pembagian paragraf dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) menurut posisi kalimat topiknya, (2) menurut fungsinya dalam karangan, (3) menurut sifat sisinya. 1. Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topik Berdasarkan kalimat topiknya paragraf dibedakan kedalam empat macam, yaitu deduktif, induktif, deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat topik. a. Paragraf Deduktif Paragraf Desuktif merupakan paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus). 



Contoh Paragraf Deduktif : “Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.”



5



b. Paragraf Induktif Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan. 



Contohnya Paragraf Induktif: “Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.



c. Paragraf Deduktif-Induktif Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf. 



Contoh Paragraf Deduktif-Induktif : “Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”



6



d. Paragraf Penuh Kalimat Topik Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi. 



Contoh Paragraf Penuh Kalimat Topik: “Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.”



C. Syarat-Syarat Paragraf yang Baik



1. Mempunyai Kelengkapan Unsur-Unsur Paragraf di Dalamnya Sebuah paragraf yang baik dan benar, harus mempunyai kelengkapan sejumlah paragraf di dalamnya. Adapun unsur-unsur paragraf yang dimaksud antara lain : 



Gagasan utama, merupakan unsur paragraf yang berupa topik utama atau permasalahan yang hendak dibahas dalam suatu paragraf.







Kalimat utama, adalah kalimat yang berisi gagasan utama suatu paragraf.



7







Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang menjelaskan gagasan utama yang terkandung di dalam suatu kalimat utama.



Untuk dapat memahami ketiga unsur itu, berikut ditampilkan sebuah paragraf yang mengandung ketiga unsur yang telah disebutkan di atas. “Berdasarkan bentuknya, puisi baru terdiri atas 7 jenis. Adapun jenisjenis puisi baru yang termasuk ke dalam jenis-jenis puisi baru berdasarkan bentuknya antara lain distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septima, oktaf/stanza, dan yang terakhir adalah soneta. Ke semua jenis itu bisa dibedakan dari jumlah baris yang terkandung di dalamnya.” Pada paragraf di atas, kata yang dicetak miring adalah kalimat utama sekaligus gagasan utama paragraf tersebut. Sementara itu, kalimatkalimat yang tidak dicetak miring adalah kalimat penjelas dari paragraf di atas. 2. Setiap Unsur-Unsur Paragraf Harus Mempunyai Satu Kesatuan antar Satu Unsur dengan Unsur Lainnya Unsur-Unsur paragraf yang telah disebutkan sebelumnya (gagasan utama, kalimat utama, dan kalimat penjelas) mesti membentuk satu kesatuan yang padu, di mana kalimat penjelas mesti mampu menjelaskan gagasan utama yang terkandung dalam kalimat utama secara baik dan sesuai dengan gagasan utama yang dimaksud. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka sebuah paragraf belum dikatakan baik dan benar. 3. Mempunyai Kepaduan Diantara setiap Unsur di Dalamnya Jika semua unsur paragraf dapat membentuk suatu kesatuan, maka paragraf tersebut sudah menjadi paragraf yang baik dan benar, serta sudah memenuhi syarat yang ketiga ini. Adapun salah satu ciri paragraf yang padu adalah adanya hubungan makna yang logis dan saling berhubunga



8



antara gagasan utama dan gagasan penjelas. Dengan adanya kepaduan tersebut, maka sebuah paragraf bisa dipahami secara baik dan logis bagi oleh para pembaca. Dari pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa syarat-syarat paragraf yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia antara lain harus mempunyai kelengkapan, kesatuan, dan kepaduan unsur-unsur paragraf yang terkandung dalam suatu paragraf.



D. Kendala Menulis dan Cara Mengatasinya



1. Berpikir bahwa Menulis adalah Hal yang Sulit. Menulis memang sulit, dan tentu saja menulis memang sulit, bagi yang berpikir demikian. Padahal bila kita berpandangan sebaliknya, menulis akan terasa ringan dan mudah. Kita tinggal menggerakkan jari-jari di atas tuts keyboard, atau mencoret-coret di atas kertas. Semakin terbiasa kita,  semakin lincah dan mahir kita melakukannya. Mengubah paradigma adalah hal pertama yang harus dilakukan untuk menjadi seorang penulis handal, yang produktif dalam berkarya. Menulis hanya membutuhkan 1% bakat, dan selebihnya adalah kemauan kita dalam berusaha, berusaha dan selalu berusaha. 2. Kebiasaan Malas dan Menunda-nunda. Kebiasaan kedua yang harus kita hancurkan adalah kebiasaan malas dan menunda-nunda waktu. Bagi penulis pemula, ide tidak muncul setiap waktu. Karenanya, menunda-nunda pekerjaan menulis mengakibatkan hilangnya kesempatan mereka dalam berkarya. Saat ide tersebut datang, segeralah ambil pena dan kertas dan mulailah menulis. Jika tidak memungkinkan, catat ide-ide global yang menjadi kata



9



kuncinya. (kita bisa menuliskannya di HP, misalnya). Jadwalkan waktu satudua jam sehari untuk menulis. Berkomitmenlah pada diri sendiri untuk menepatinya. 3. Berpikir bahwa Kita Tidak Cukup Kompeten. Karena keterbatasan pemikiran, terkadang kita membatasi diri pada topik yang kita ketahui. Kita menulis hanya pada ruang lingkup yang membuat kita ‘nyaman’. Dalam jangka panjang, kebiasaan tersebut membuat kita stagnan dan tidak bisa mengembangkan diri. Belajar hal baru adalah kunci untuk membuka cakrawala kita. Akan banyak ide yang bergulir jika ‘wadah’ dalam diri diperluas. Bila kita merasa tak kompeten dalam bidang sastra, itu berarti mulai sekarang kita mesti memperbanyak bacaan sastra. Bila kita sama sekali buta filsafat, itu berarti mulai sekarang kita  harus memperkaya kosa kata bijak dari para pendahulu. 4. Kehabisan Ide. Terkadang, saat berada di depan layar Komputer, atau saat sudah memegang pena dan kertas, hujan ide yang tadi deras datangnya, seolah lenyap tiba-tiba. Cara mengatasinya : a) Rekam ulang memori, sambil memejamkan mata, merekontruksi apa yang pernah terlintas dalam benak. b) Baca kembali kata kunci yang telah ditulis atau dicatat sebelumnya. (saat hujan ide datang, segeralah mencatat ide-ide penting, yang menarik minat). c) Lakukan Icebreaking dengan cara : 



Blogwalking:  membaca bahan atau cerita hasil karya orang lain,







Searching gambar-gambar yang berkenaan dengan ide yang akan ditulis, untuk menguatkan daya imajinasi.



10







Putar musik yang sesuai dengan selera. Bila tulisan kita sifatnya mengunggah semangat, putar musik yang agak menghentak. Bila tulisan kita sifatnya kontemplasi atau perenungan, putar musik dengan irama pelan.



E. Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Menulis Menulis adalah suatu proses berfikir dan menuangkan pikiran itu dalam bentuk wacana (karangan). Kajian dan latihan yang akan kita lakukan guna memperoleh keterampilan menulis menggunakan pendekatan “proses dari bawah ke atas”. Dalam hal ini kita mulai kajian dan latihan kita dari aspek menulis kebahasaan. 



Menulis Kebahasaan Berikut ini aspek pemilihan dan penulisan kata, kalimat dan penggunaan ejaan.



1) Pemakaian kata Agar terampil dalam memilih kata-kata yang tepat yang akan dipakai dalam suatu tulisan maka kita harus memahami terlebih dulu seluk-beluk kata dan maknanya serta berlatih, menggunakannya untuk berbagai tujuan. 2) Sinonim dan antonim Dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang memiliki makna sama atau mirip. Contohnya:             Cara,  metode             Besar, agung, raya             Sukar, sulit, pelik             Periksa, selidiki, teliti             Lihat, pantau, observasi



11



            Hati, kalbu Kata-kata yang bersinonim ini ada yang dapat saling menggantikan dalam kalimat dan ada pula yang tidak.  Perhatikan contoh kata sukar, sulit, pelik. Kata tersebut merupakan kata sinonim dan dapat saling mengganti penggunaanya dalam kalmat. Sedangkan pemilihan kata yang berantonim kita perhatikan contoh kalimat berikut: 



Besar kecil, tua muda, kaya miskin berbondong-bondong datang ke Balai Desa.







Semua orang berbondong-bondong ke Balai Desa.



Kesan apa yang anda tangkap dari penggunaan kata-kata yang berantonim pada kalimat (1) dibandingkan dengan penggunaan semua orang pada kalimat ke (2). Kalimat no (1) di anggap lebih hidup dibandingkan kalimat (2) Karena kalimat (2) terlihat lebih netral. 3) Denotasi dan konotasi Ketika kita mendiskusikan kata-kata yang bersinonim, kita mendapati terdapat dua atau lebih kata yang memiliki makna lekstial yang sama, namun pemakaian kata-kata itu dalam kalimat memberi kesan atau rasa yang berbeda. Oleh karena itu, kita dapat mengetahui bahwa sebuah kata selain memiliki makna denotatif juga mempunyai makna konotatif tertentu. Perhatikan contoh berikut ini. 



Sebagian besar penduduk di desa hidup dalam kemiskinan.







Sebagian besar penduduk di desa hidup dalam kemelaratan. Kata kemisikinan dan kemelaratan memiliki makna yang sama, yaitu



keadaan tidak memiliki harta benda yang cukup untuk kebutuhan hidup minimum sehari-hari. Meskipun dalam kata kemiskinan terdapat pesan menyedihkan, tetapi tidak sekuat kesan yang ditimbulkan oleh kata kemelaratan. Untuk itu, kita dapat mengatakan bahwa dalam kata 12



kemiskinan makna denotative yang ditonjolkan, sedangkan pada kata kemelaratan makna konotatifnya yang ditonjolkan. 4) Kata umum dan khusus Penggunaan kata umum dan kata khusus tergantung pada tujuan penulisan. Kata umum cenderung digunakan untuk penulisan generalisasigeneralisasi, sedangkan tulisan-tulisan yang diberikan kepada anak sebaiknya menggunakan kata-kata yang khusus supaya lebih mudah mereka pahami. 5) Kata konkret dan kata abstrak Kata abstrak mempunyai referent berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referent objek yang dapat diamati. Masjid, perahu, pisang, hitam, merah adalah kata-kata konkret. Sedangkan ibadah, musyrik, transportasi, kebendaan, kejujuran adalah kata-kata abstrak. Kata abstrak atau kata konkret yang sebaiknya digunakan dalam tulisan? Itu tergantung tujuan dan siapa pembaca tulisan yang kita susun. Guna menyampaikan generalisasi-generalisasi tentu kita memerlukan kata-kata abstrak, sedangkan untuk menyampaikan contoh-contoh mungkin lebih banyak menggunakan kata-kata konkret. 6) Kata populer dan kata kajian Istilah kata populer dipakai untuk merujuk pada kata-kata yang biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian merujuk pada kata-kata yang dipakai dalam komunikasi ilmiah atau komunikasi profesi tertentu. Contoh : Kata populer                         kata kajian Contoh                                  sampel Cara                                     metode



13



Arang                                    karbon Kecil                                      mikro Berarti                        



 signifikan



Sedangkan yang penting bagi kita sebagai seorang penulis adalah kita dapat menggunakan jenis kata yang tepat dalam menulis. Apabila kita menulis karangan ilmiah yang ditujukan bagi kalangan akademis maka tentulah lebih tepat kita menggunakan kata-kata kajian. Sedangkan tulisan itu ditujukan bagi pembaca untuk kalangan nonakademis tentu saja pemakaian kata-kata dalam penulisan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan komunikasi mereka. 7) Penulisan kalimat Seorang penulis hendaknya menggunakan kalimat efektif dalam karangannya. Ini dimaksudkan agar tulisan-tulisan tersebut mudah dibaca. Kalimat efektif digunakan untuk karangan-karangan yang bersifat ekspositoris dan argumentatif. Namun untuk tulisan-tulisan bersifat naratif dan puitis, syarat penulisan kalimat efektif sebagai berikut: 



Unsur subjek dan predikat







Kehematan







Kesejajaran







Kevariasian







Penekanan







Penggunaan ejaan



Seorang penulis harus mematuhi konvensi dibidang ejaan suatu bahasa apabila menginginkan tulisannya mudah dibaca dan diterima. Berikut ini aspek-aspek yang sangat penting yang biasanya bila pemakaiannya keliru akan sangat mengganggu: 



Pemenggalan kata



14



Jika ditengah kata terdapat dua vocal berurutan maka pemenggalannya diantara kedua vocal tersebut. Jika ditengah kata terdapat vocal dan konsonan maka pemenggalan kata dapat dilakukan sebelum konsonan. Jika ditengah kata terapat dua konsonan, pemenggalan dilakukan di antara konsonan tersebut. Jika ditengah kata terdapat tiga konsonan, pemenggalan dilakukan diantara konsonan tersebut. Imbuhan berupa awalan dan akhiran pada prinsipnya diperlakukan sebagai satu suku kata bila dipenggal. 8) Penulisan kata depan Penulisan kata depan dalam frase atau kalimat sebetulnya cukup sederhana yaitu, selalu dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Kesalahan yang kadang terjadi penulisan imbuhan di seperti penulisan kata depan, misalnya di lakukan, di tulis, seharusnya dilakukan, ditulis. Untuk membedakan kata depan di dengan kata imbuhan di sebetulnya tidak sulit, yaitu kata depan di selalu diikuti oleh kata atau frase benda saja, sedangkan imbuhan di tidak demikian. Kemudian cirri lain dari imbuhan di- adalah bila imbuhan tersebut diikuti kata benda maka pasti siikuti oleh akhiran –I atau –kan, misalnya dibuahi, dirumahkan. 9) Pemakaian tanda baca Kesulitan yang dihadapi para siswa dalam penggunaan tanda baca adalah sebagai berikut: 



Pemakaian tanda koma dalam gelar akademik.



Tanda baca dipakai untuk memisahkan nama seseorang dengan gelar akademik yang di tulis dibelakang nama orang tersebut. Contohnya : Mangasi, S.P.



15







Pemakaian tanda koma dalam penulisan kalimat majemuk.



Apabila ada kalimat mendahului induk kalimat dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat, tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat. 



Pemakaian tanda titik dua.



Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap yang diikuti dengan suatu perincian. 



Penulisan tanda petik.



Berikut ini rambu-rambu pemakaian tanda petik dalam tulisan: a) Tanda petik mengapit kalimat langsung atau petikan langsung yang dipetik dari percakapan atau suatu bahan tulisan. b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, artikel, bab dari suatu buku yang dipetik dalam kalimat. c) Menulis paragraf Dalam sebuah paragraf, gagasan utama atau pikiran utama atau topik utama dapat dikemukakan dalam sebuah kalimat topik atau disebut juga dengan kalimat utama. Kemudian, kalimat topic tersebut diikuti serangkaian kalimat lain yang disebut kalimat penjelas yang berisi pikiran penjelas, contoh-contoh dan fakta.



F. Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Menulis Secara dikotomis, kita dapat membedakan tulisan atas dua jenis, yaitu fiksi dan nonfiksi. Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah drama. Sedangkan contoh nonfiksi, yaitu makalah, artikel dalam jurnal, artikel berita dalam surat kabar, dan laporan penelitian. Dari contoh tersebut kita dapat mengatakan bahwa fiksi merupakan hasil kegiatan kreatif-imanjinatif penulisnya yang berupa karya tulis yang biasanya digolongkan ke dalam tulisan kesastraan.



16



Nonfiksi merupakan hasil kegiatan penulisan yang mengandalkan logika dan pengamatan penulisnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan nonfiksi cenderung bersifat logis dan empiris. A. Merencanakan Tulisan Fiksi Tulisan fiksi adalah hasil kegiatan kreatif dan imajinatif penulisnya. Kalaupun terdapat fakta-fakta yang disajikan didalamnya, fakta-fakta itu hanyalah hasil imanjinasi penulisnya. Mungkin juga tulisan itu diciptakan berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta itu hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi. Setelah diramu menjadi suatu tulisan fiksi, apakah berbentuk cerpen, novel, atau naskah drama, fakta-fakta empiris itu berubah menjadi fakta imajinatif. Pada umumnya, proses penulisan fiksi yang dilakukan setiap pengarang tidaklah sama. Ada yang mengatakan bahwa kadang-kadang sebuah inspirasi muncul secara tiba-tiba. Ada pula inspirasi itu sengaja dicari dengan cara bepergian ke berbagai sudut desa dan kota, dengan menuruni lembah dan ngarai, mengarungi sungai dan lautan, dan ada pula yang mencari inspirasi untuk menulis fiksi dengan cara menekuni berbagai bahan basaan di perpustakaan. Hal yang sama yang ditempuh oleh penulis fiksi adalah mereka membuat catatan-catatan mengenai peristiwa-persitiwa dan kesan-kesan imajinatif yang muncul dalam kepalanya. Selanjutnya, peristiwa –peristiwa dan kesan – kesan imajinatif itu dirangkaikan menjadi sebiah synopsis atau sebuah ringkasan cerita. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa penulisan sebuah fiksi dimulai dengan penulisan sebuah synopsis cerita. Setelah sebuah synopsis terwujud, lalu si penulis dapat meramunya menjadi sebuah cerita pendek, sebuah novel ataukah meramunya mennjadi babak-babak drama.



17



B. Merencanakan Tulisan Nonfiksi Pada tahap perencanaan, antara lain seorang penulis harus melakukan pemilihan terhadap topik karangan, merumuskan tujuan karangan, dan menulis kerangka karangan. 1. Pemilihan Topik Langkah pertama dalam perancanaan sebuah karangan adalah memilih topik karangan. Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai dalam pemilihan topic karangan. Berikut ini dikemukakan satu per satu kriteria tersebut. Kriteria pertama, topic yang dipih untuk ditulis hendaklah yang menarik bagi penulis itu sendiri dan dikuasai betul oleh penulis. Bayangkan bila topic yang dipih tidak menarik bagi penulis, pekerjaan manulis pastilah menjadi sangat membosankan. Kemudian, apabila topik yang dipilih tidak begitu dikuasai maka sudah tentu tulisan yang disusun pasti tidak dapat dikembangkan dengan baik atau dangkal isinya. Oleh karena itu, topic yang kita pilih untuk ditulis haruslah menarik bagi kita dan kita kuasai substansinya. Kriteria kedua, topik yang dipilih hendaklah aktual, sedang hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran. Apabila topic yang kita pilih untuk sesuatu yang sudah basi, tentu tidak ada yang akan membacanya. Sebaliknya, bila topik yang kita pilih untuk ditulis adalah sesuatu masalah yang sedang dihadapi masyarakat pembaca maka tentu akan banyak yang menyukai tulisan kita sehingga akan banyak pembacanya. Apa gunanya sesuatu tulisan apabila tidak ada yang membacanya.



18



Kriteria ketiga, bahan- bahan yang kita perlu untuk menulis sehubungan dengan topik yang kita pilih tersedia atau dapat dijangkau. Misalnya, data atau informasi yang kita perlukan untuk menulis berkenaan dengan topik tersebut dapat diperoleh dalam batas waktu dan sumber dana yang tersedia. Kita akan mengalami kesulitan dalam menulis apabila data atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan tulisan kita berada jauh, misalnya di kutub utara, sedangkan waktu dan dana yang tersedia, tidak mencukupi untuk itu. Jadi, dalam pemilihan topic ,pertimbangan aspek keterjangkauan terhadap data dan informasi yang kita perlukan. Kriteria keempat, topic yang kita pilih hendaklah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang tersedia. Jadi, jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit. Dalam menentukan ruang lingkup topic, kita dapat dengan menggunakan diagram, Jadi, melalui diagram kita dapat melihat ruang lingkup topic pendidikan. Setelah



mencermati



diagram



kita



pun



harus



bertanya-tanya pada diri sendiri, dengan waktu dan dana yang tersedia, sanggupkah menulis sebuah artikel atau buku dengan topik pendidikan? Kalau tidak memungkinka, kita harus mempersempit ruang lingkup tulisan kita dengan memilih salah satu aspek dari topik pendidikan tersebut yang akhirnya kita harus memilih subtopic, yaitu hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa. 2. Perumusan Tujuan Setelah topik tulisan dipilih, kita harus merumuskan tujuan tulisan kita. Dengan tulisan yang akan disusun, kita dapat bermaksud member pengetahuan atau penjelasan kepada pembaca menyangkut topik yang telah kita pilih. Mungkin pula tujuan yang ingin dicapai dalam menulis adalah berupaya mempengaruhi sikap pembaca atau kita menginginkan



19



pembaca melakukan suatu tindakan sehubungan dengan topik yang kita tulis. Tujuan yang kita rumuskan akan berpengaruh terhadap kerangka karanagn yng akan kita susun serta terhadap jenis data atau infoemasi yang kita perlukan dalam menulis.              Sebagai contoh, berikut ini dikemukakan topik karangan serta perumusan tujuan penulisan. Topik



; Hubungan antara konsep diri fisik dengan prestasi belajar



Tujuan



; Melalui tulisan yang bersifat argumentatif, penulis



bermaksud menjelaskan hubungan antara konsep diri fisik dengan prestasi belajar, serta perlunya bimbingan mengenai konsep diri bagi para siswa yang sedang berada pada masa puber. 3. Penulisan Kerangka Karangan Kerangka karangan perlu ditulis sebagai bagian dari perencanaan karangan. Penulisan kerangka karangan bermanfaat terutama sebagai pedoman bagi penulis agar tidak ke luar dari topic dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, kerangka karanagn merupakan panduan bagi penulis dalam penentuan struktur karangan serta dalam pengumpulan bahan bagi karangan. Ada 2 cara penulisan kerangka karangan. Cara pertama  adalah dengan mendaftarkan seluruh subtopik dari topik yang telah dipilih, kemudian memilah-milah, mengelompokkan dan menyusun nya menjadi suatu struktur kerangka tertentu. Cara ini biasanya dipakai oleh para penulis pemula. Selanjutnya, cara kedua, penulis langsung menentukan



subtopik



apa



yang



perlu



ditulis



dan



langsung



mengurutkannya. Kemudian, setiap subtopik tersebut diperinci lagi sesuai dengan keperluan penulisan. Berikut ini disajikan contohnya sebuah kerangka karangan.



20



BAB 3 PENUTUP KESIMPULAN



Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Pendidikan sangat memerlukan tulisan sebagai hasil menulis karena menulis dapat berperan untuk mempermudah para pelajar berpikir kritis, merasakan dan menikmati hubungan-hubungan bahasa, memperdalam daya tangkap, memecahkan persoalan yang dihadapi dan memperjelas pikiran-pikiran. Penulis yang baik akan menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir logis guna mencapai tujuan dari tulisan.



21



DAFTAR PUSTAKA



Munirah,



2015.



Pengembangan



Keterampilan



Menulis



Paragraf,



Yogyakarta: Deep Publish Dosen Bahasa.com (2017, 21 Desember). 3 Syarat-Syarat Paragraf yang Baik dan Benar dalam Bahasa Indonesia. Diakses pada 25 Oktober 2020 dari, https://dosenbahasa.com/syarat-syarat-paragraf-yang-baik-dan-benar Kompasiana.com (2012, 20 November). 10 Manfaat Menulis, Diakses pada



25



Oktober



2020



dari,



https://www.kompasiana.com/nisrina_saed/55196fcaa33311d917b65980/10manfaat-menulis Wordpress.com



(2009,16



Desember).



Hambatan



Menulis



Cara



Mengatasinya, Diakses pada 25 Oktober 2020 dari, https://supersuga.wordpress.com/2009/12/16/hambatan-menulis-cara mengatasinya Kompasiana.com (2016, 01 Mei). Kemampuan Dasar Dalam Kegiatan Menulis, Diakses pada 25 Oktober 2020 dari, https://www.kompasiana.com/sinur/5725ac379593736b0785a156/kemampuandasar-dalam-kegiatan-menulis?page=all



22