Makalah Komponen Komponen Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN



Dosen pengampu: Doni Susanto, M.Pd Disusun oleh: Kelompok 3: 1. Rafidi



(220101032)



2. Yunani



(220101019)



INSTITUT AGAMA ISLAM AL ITTIFAQIAH INDRALAYA, OGAN ILIR 2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Meskipun penyusunan makalah ini belum sempurna tetapi penulis berusaha untuk menghasilkan yang terbaik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan’’ dengan materi pembahasan tentang “Komponen-Komponen Pendidikan’’. Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas baik yang digunakan sebagai penilaian proses belajar, maupun untuk penilaian hasil belajar. Selain itu makalah ini diharapkan ikut membantu pembaca untuk lebih memahami dan mendalami kajian teoritis pada buku sumber dan penunjang yang digunakan sehingga dapat terlatih serta mampu berpikir kritis, analitis dan sistematis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna khusunya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua yang membacanya.



Indralaya, Oktober 2022



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



Kata Pengantar...................................................................................................ii Daftar Isi............................................................................................................iii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang.....................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................2 C. Tujuan..................................................................................................2 BAB II Pembahasan A. Tujuan Pendidikan...............................................................................3 B. Isi pendidikan Atau Kurikulum...........................................................4 C. Anak Didik...........................................................................................5 D. Guru.....................................................................................................6 E. Alat Pendidikan....................................................................................8 F. Situasi Pendidikan................................................................................9 BAB III Penutup A. Kesimpulan........................................................................................13 B. Saran..................................................................................................13 Daftar Pustaka



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Pendidikan adalah hal yang paling penting dalam kehidupan bangsa dan negara, karena dengan adanya pendidikan masyarakat bisa belajar dan memahami ilmu pengetahuan baik teoritis maupun praktis. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam hidup ini, tanpa adanya pendidikan manusia akan bertindak semaunya tanpa tahu aturan. Pendidikan adalah sebuah sistem terdiri dari beberapa komponen, tanpa adanya gabungan dari beberapa komponen, sistem tersebut tidak akan bisa berdiri dan tidak akan bisa mencapai tujuannya. Sama dengan sistem pendidikan, pendidikan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuk pendidikan itu sendiri. Komponen pendidikan tersebut harus ada dalam sebuah pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika tujuan pendidikan sudah tercapai, maka pendidikan akan berfungsi sebagaimana mestinya. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar guru dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam pembelajaran keterampilan diambil dari kata terampil (skillfull) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai.



1



Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa komponen pendidikan itu penting untuk diketahui agar dapat mencapai tujuan pendidikan dan agar pendidikan itu berfungsi dengan baik. Dalam makalah ini akan dibahas secara rinci tentang komponen-komponen pendidikan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apa tujuan sebuah pendidikan? 2. Apa saja isi pendidikan atau kurikulum? 3. Apa saja ciri-ciri Anak didik yang perlu dipahami? 4. Bagaimana peran Guru dalam sebuah pendidikan? 5. Apa saja macam-macam alat pendidikan? 6. Bagaimana situasi sebuah pendidikan? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tujuan sebuah pendidikan. 2. Untuk mengetahui isi pendidikan atau kurikulum. 3. Untuk memahami anak didik. 4. Untuk mengetahui peran guru dalam sebuah pendidikan. 5. Untuk mengetahui macam-macam alat pendidikan. 6. Untuk memahami situasi sebuah pendidikan.



2



BAB II PEMBAHASAN A.



Tujuan Pendidikan Tujuan merupakan komponen pendidikan yang memiliki posisi



penting dalam proses pendidikan. Berbagai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik supaya dapat dicapai oleh peserta didik. Tujuan pendidikan ada yang sifatnya ideal dan ada pula yang sifatnya nyata.1 Dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3, “tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang



Maha



Esa,



berakhlak



mulia,



sehat,



berilmu,



cakap,



kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab". Menurut Langeveld, tujuan pendidikan ada enam macam, yaitu: 1. Tujuan Umum Tujuan ini disebut juga tujuan total, tujuan yang sempurna atau tujuan akhir. Dalam hal ini Kohnstam dan Gunning mengatakan bahwa tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Manusia sempurna adalah manusia yang memiliki tiga hakikat manusia yaitu, sebagai makhluk individu, makhluk social dan makhluk susila. 2. Tujuan Khusus Untuk menuju tujuan umum , perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan situasi tertentu yang hendak dicapai berdasar usia, jenis kelamin, sifat, lingkungan bakat, intelegensi dll. 3. Tujuan Tak Lengkap Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia misalnya tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja tanpa memperhatikan yang lainnya.



1



Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, cet. Ke-9, hlm. 8



3



4. Tujuan Insidentil (Sesaat) Tujuan seperti ini timbul secara mendadak dan hanya bersifat sesaat, misalnya untuk mengadakan hiburan maka diadakan kegiatan darmawisata. 5.



Tujuan Sementara Tujuan sementara adalah tujuan yang ingin dicapai dalam fase-fase



tertentu pendidikan. Misalnya anak dimasukan ke sekolah, tujuannya adalah agar anak dapat membaca dan menulis. 6. Tujuan Intimedier (Perantara) Tujuan ini merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Misalnya kita belajar bahasa inggris atau belanda untuk mempelajari buku-buku tertulis dalam bahasa Inggris. B.



Isi Pendidikan Atau Kurikulum Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta



didik isi atau materi yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan



moril,



pendidikan



estetis,



pendidikan



sosial,



pendidikan



kewarganegaraan, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.2 Lester D. Crow dan Alice Crow, yang melakukan penelitian tentang hasil studi terhadap anak menyarankan hubungan salah satu komponen pendidikan, yaitu kurikulum dengan anak didik adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak. 2. Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang akan datang. 3. Anak hendaknya didorong untuk belajar, karena kegiatannya sendiri dan tidak sekedar menerima pasif apa yang dilakukan oleh guru. 4. Materi yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang minat mereka.



Moh. Haitami Salimdan Syamsul Kurniawan,StudiIlmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012, cet. 1, hlm. 113 2



4



C.



Peserta Didik (Anak Didik) Peserta



didik



adalah



anggota



masyarakat



yang



berusaha



mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung berpendapat demikian karena sebjek didik bersifat tidak pandang usia. Karena, Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya ada orang dewasa.3 Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik adalah : 1. Individu (manusia seutuhnya) yang memiliki potensi fisik dan psikis yang unik. Individu disini diartikan sebagai orang yang tidak bergantung pada orang lain dan menentukan diri sendiri, tidak dipaksa orang lain serta mempunyai sifat dan keinginan sendiri. Dalam hal ini pendidik tetap memegang peranan, tidak selalu membenarkan tindakan peserta didik, melainkan



tetap membantu, memberi



pertolongan melayani



sesuai



eksistensinya agar menuju perkembangan yang dewasa sesuai dengan norma yang berlaku. 2. Individu yang sedang berkembang. Berkembang disini dimaksudkan sebagai perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Manusia berkembang melalui suatu rangkaian yang bertingkat-tingkat. Tiap fase berbeda dengan fase lainnya. Perbedaan ini meliputi perbedaan minat,



kebutuhan,



kegemaran, emosi intelegensi dan sebagainya. 3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Dalam perkembangannya, peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak bisa terlepas dari ibunya. Seharusnya setelah dewasa ia sudah bisa hidup sendiri, tetapi 3



Wens Tanlain, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Gramedia, 1989, hlm 29



5



kenyataannya



untuk



kebutuhan



perkembangan



hidupnya



ia



masih



membutuhkan bimbingan orang lain. Disinilah fungsi pendidik harus diaktualisasikan. 4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik mempunyai kemampuan berkembang ke arah kedewasaan. Karena itu peserta didik membutuhkan sebuah



pendidikan



agar



mereka



memperoleh



kebebasan



untuk



memerdekakan diri dan mampu menjadi manusia mandiri. D.



Pendidik (Guru) Pendidik ialah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam



melaksanakan pendidikan. Guru sebagai pendidik harus bertanggung jawab atas peserta didik dan memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan intelektual, dapat mengendalikan emosi serta memiliki sifat mendidik dengan dilandasi rasa cinta dan kasih kepada peserta didik. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik, yaitu: 1). orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.4 Seorang guru atau pendidik harus mempunyai sifat-sifat, watak dan perilaku dibawah ini: 1.



Adil Sebagai seorang guru sebaiknya harus berusaha bersikap adil



terhadap peserta didiknya. Tidak membedakan anak saudara, anak yang cantik, anak pejabat atau anak kesayangan tetap saja semua anak harus mendapat bimbingan dan pengajaran yang sama dari gurunya.



4



Dwi Nugroho Hidayanti, op.cit., hlm 46



6



2. Percaya dan menyukai anak didiknya Seorang guru harus berprasangka baik terhadap anak didiknya dan percaya bahwa anak didiknya memiliki kemauan dan kemampuan. 3.



Sabar dan rela berkorban Setiap pekerjaan pasti ada cobaan didalamnya terutama bagi



pendidik. Seorang pendidik harus sabar dalam menghadapi siswanya. 4.



Memiliki kewibawaan Kewibawaan merupakan suatu



pancaran batin yang dapat



menimbulkan kepada pihak lain untuk mengakui, menerima dengan penuh pengertian atas suatu kekuasaan. Menurut M. J. Langeveld ada 3 sendi kewibawaan yang harus dibina yaitu: kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan. 5.



Penggembira Seorang pendidik yang baik adalah yang bisa memberi kesempatan



tertawa kepada anak didiknya. Sifat humor sebaiknya dimiliki oleh seorang pandidik agar peserta didiknya tidak jenuh dan lelah. Humor juga berfungsi untuk mendekatkan guru dengan muridnya. 6.



Bersikap baik kepada orang lain Seorang akan diterima dan dipercaya sebagai pendidik jika perilaku



terhadap masyarakat baik. 7.



Menguasai mata pelajaran dan berpengetahuan luas Guru harus selalu menambah pengetahuannya karena mengajar



tidak dapat lepas dari belajar. Pengetahuan guru harus selalu bertambah seiring berkembangnya zaman, karena hal ini sangat diperlukan oleh muridmurid. E.



Alat Pendidikan Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan



untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat dan metode pendidikan bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dalam pendidikan diartikan sebagai usaha-



7



usaha atau perbuatan-perbuatan si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik.5 Tindakan pendidik untuk menciptakan ketenangan agar tercapai tujuan pendidikan tertentu dalam proses pengajaran, atau melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, umpamanya nasihat, teguran, hukuman dan teguran agar anak mau berbakti pada orang tua. Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatorial, metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Alat pendidikan menjadi beberapa kategori, sebagai berikut: 1. Alat pendidikan positif dan negatif Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik,misalnya pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran adalah baik. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya larangan atau hukuman agar anak agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut norma adalah buruk. 2. Alat pendidikan preventif dan kuratif Alat pendidikan preventif adalah alat yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki, contohnya larangan, peringatan dan pembiasan. Alat pendidikan kuratif/ korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan, misalnya nasihat dan hukuman. 3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan Alat pendidikan yang menyenangkan adalah alat yang digunakan agar peseerta didik menjadi senang, misalnya hadiah dan ganjaran. Alat pendidikan yang tidak menyenangkan adalah alat yang membuat peserta didik merasa tidak senang dan tidak nyaman melakukan sesuatu, misalnya hukuman dan celaan.



5



Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan,Kencana Prenada Media Group,thn 2012, cet 1, hlm 78



8



F. Situasi Pendidikan (Lingkungan Pendidikan) Manusia



dapat



mengembangkan



kemampuan



melalui



sebuah



pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, naik lingkungan fisik maupun lingkungan social manusia secara efisien dan efektif. Situasi pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang ada di alam semesta dan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya proses pendidikan. Situasi pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang sedikit anggotanya karena hubungan sedarah. Keluarga itu dapat terdiri dari keluarga inti (nucleus family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga berperan baik pada aspek pembudayaan maupun penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam mencapai



tujuan



pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memeberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan yang mendukung kehidupan yang bersangkutan (Pasal 10 ayat 4). Di lingkungan keluarga anak-anak bisa turut serta mengerjakan pekerjaan dalam keluarga dengan sendirinya. Mereka mempraktekan bermacam-macam kegiatan yang sangat berfaedah bagi pendidikan sosial, watak dan budi pekerti seperti kejujuran, keberanian,



ketenangan,



kebenaran, hidup hemat menghargai dan sebagainya. Decroly penah mengatakan 70 % dari anak-anak yang jatuh dalam jurang kejahatan berasal dari keluarga yang rusak kehidupannya. Oleh karena itu untuk perbaikan dalam masyarakat perlua adanya perbaikan dalam keluarganya. Pendidikan di keluarga berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah atau di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya keikutsertaan



9



keluarga pada tahap perencanaan, pemantauan dalam pelaksanaan evaluasi dan pengembangan pendidikan. 2. Sekolah Sekolah



merupakan



sarana



yang



sengaja



dirancang



untuk



melaksanakan pendidikan secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah. Karena berkembangnya zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap IPTEK sendiri. Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal, tetapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan. Sekolah dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: a. Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) Pelaksanaan pembelajaran di tingkat ini diintegrasikan dalam bidang



pengembangan



moral,



budi



pekerti,



nilai-nilai



agama,



pengembangan emosi dan pengembangan kemampuan dasar melalui pendidikan bahasa, kognisi dan fisik. a.



Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Penyelenggaraan



pendidikan



di



tingkat



SD



adalah



untuk



menghasilkan lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara optima, sehingga siswa memiliki keberhasilan dalam pendidikan lanjutan. b.



Sekolah Menengah Sekolah menengah terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP)



atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penyelenggaraan sekolah ini ditujukan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan, karakter dan keterampilan yang kuat untuk mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitar.



10



3. Masyarakat Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia laki-laki dan perempuan yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan. Masyarakat diartikan sebagai sekumpulam orang dengan berbagai ragam kualitas diri dari yang tidak berpendidikan sampai yang berpendidikan tinggi. Baik buruknya kualitas masyarakat ditentukan oleh kualitas pendidikan anggotanya, sehingga semakin baik pendidikan anggotanya, semakin baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu: a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan. b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung atau tidak langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif. c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik



yang



dirancang maupun yang dimanfaatkan. Manusia selalu mendidik dirinya dendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan sebagainya. Dalam pendidikan ketiga hal tersebut hanya dapat dibedakan, namun sulit dipisahkan. Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangan tergantung pada taraf perkembangan masyarakat dan sumbersumber belajar yang tersedia di dalamnya. Di dalam lingkungan masyarakat biasanya terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial yang mempunyai peran dan fungsi edukatif yang besar antara lain teman sebaya dan organisasi kepemudaan, organissasi keagamaan, organisasi ekonomi,



organisasi



politik, organisasi kebudayaan dan sebagainya. Setelah keluarga, kelompok sebaya (peer group) menjadi pengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian anak, karena pada saat itu anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan orang tua. Dampak edukatif dari peer group adalah anak dapa tberkomunikasi menyesuaikan 11



diri dengan orang lain sehingga pengetahuan menjadi bertambah serta memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga menjadi orang yang lebih kompleks. Kemudian organisasi kepemudaan juga mempunyai pengaruh penting dalam pendidikan, terutama sangat bermanfaat dalam membantu proses sosialisasi serta mengembangkan aspek afektif dari kepribadian, seperti kejujuran, disiplin, tangggung jawab dan kemandirian. Selain teman sebaya dan organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan juga mempunyai peran yang sangat penting karena berkaitan dengan pendidikan keyakinan terhadap Tuhan. Biasanya organisasi keagamaan menyediakan beberapa program, seperti mengajarkan keyakinan serta praktek-praktek keagamaan dengan cara memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi masyarakat dan mengajarkan kepada mereka tentang tingkah laku dan prinsip-prinsip moral sesuai keyakinan agamanya.



12



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Komponen pendidikan meliputi: tujuan pendidikan, isi pendidikan atau kurikulum, anak didik, guru, alat pendidikan, dan situasi pendidikan. Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Apabila salah satu komponen tidak dilakukan maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan efektif, bahkan tidak akan terlaksana jika salah satu komponen tersebut mengalami kendala. Secara garis besar, tujuan proses belajar mengajar merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. B. Saran 1. Guru sebagai pendidik hendaknya dapat melaksanakan amanah dari orang tua atau masyarakat dengan baik dan professional. 2. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan pendidikan si anak sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan pendidikan si anak. 3. Anak sebagai peserta didik hendaknya lebih bersungguh -sungguh dalam melaksanakan proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan akan mudah tercapai.



13



DAFTAR PUSTAKA



Hasbullah,2011,”Dasar Dasar Ilmu Pendidikan”,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. Kadir Abdul,2012,”Dasar Dasar Pendidikan”,Semarang,Kencana Prenada Media Group.



14