MAKALAH Komunitas Agregat Pria Dewasa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT PRIA DEWASA



DISUSUN OLEH:



1. LIDYA APRILLIA LANDE 2. YOSUA RIVO TOWEHI



DOSEN PENGAMPUH : Ns.Fauziah H.Tambuala.,M.Kep



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur, terima kasih kami ucapkan atas pimpinan serta berkatnya yang telah mempermudahkan kami dalam menyusun makalah ini . sehingga akhirnya terselesaikan tepat waktu. Tampa pimpinan Tuhan, kami bukanlah siapa-siapa, selain itu kami juga mengucapkan banyak terima kasih untuk orang tua,keluarga serta teman-teman yang sudah mendukung serta membantu kami,sehingga tugas kami ini boleh terselesaikan dengan baik.



Dalam makalah ini banyak yang akan kami sampaikan kepada teman-teman pembaca sekalian. Dalam hal ini juga,kami ingin membahas tentang” ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT PRIA DEWASA” . kiranya dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang managemen nyeri pada pasien terminal.



Dalam kami memyusun makalah ini kami menyadari banyak kekurangan bahkan kesalahan kami dalam penulisan,serta penyampain informasi berbeda sehingga mungkin tidak sama seperti pengetahuan teman-teman pembaca lainnya.kami mohon maaf yang sebesarbesarnya jika dalam kalimat atau kata-kata kami yang kurang baik.tidak ada manusia yang sempurna kecua Tuhan.



Poso,28 Mei 2022



Penulis



DAFTAR ISI Halaman judul……………………………………………………………………………….. Kata pengantar ……………………………………………………………………………… Daftar Isi …………………………………………………………………………………… Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………… 1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………… Bab II Tinjauan Teori………………………………………………………………....... Bab III Pengkajian …………………………………………………………………….. Bab IV Penutup .............................................................................................................. 2.1 kesimpulan ……………………………………………………………………… 2.2 Saran …………………………………………………………………………… Daftar Pustaka…………………………………………………………………………



Bab I Pendahuluan



1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan komunitas. Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).



1.2 Tujuan - Untuk mengetahui bagaiamana pria dewasa dalam komunitas - Untuk mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi pria dewasa dalam komunitas - Untuk mengetahui askep masalah kesehatan wanita pria dalam komunitas



BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Keperawatan Komunitas 1) Definisi Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (menurut CHN). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif. 2) Paradigma Keperawatan Komunitas Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat. 1. Individu Sebagai Klien Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien. 2.



Keluarga Sebagai Klien Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu :



a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri. c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. 3.



Masyarakat Sebagai Klien Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.



3) Sasaran Keperawatan Komunitas Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu 1.



Tingkat Individu.



Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu 2.



Tingkat Keluarga.



Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu : a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik). b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri. c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan



3. Tingkat Komunitas Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien. a. Pembinaan kelompok khusus b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah. 4) Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.



B. Pengertian tumbuh kembang Pria Dewasa Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga



terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam



pertumbuhan



manusia



terdapat



peristiwa



percepatan



dan



perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000). Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak. Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak. Menurut Knowles (1979), orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi sosial, dan psikologis. Ditinjau dari segi umur, bahwa yang disebut dewasa itu dimulai sejak menginjak usia 20 tahun (meskipun belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 20 tahun). Lebih lanjut Havighust membagi masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa awal 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir 55 tahun lebih (Armin, 2002).



Menurut Hurlock (1968) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu - Masa dewasa awal / dewasa muda (berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun) - Masa dewasa madya / setengah baya / paruh baya (40 - 60 tahun) - Masa dewasa lanjut / masa tua (berusia 60 tahun hingga akhir kehidupannya atau sampai mati).



C. Model Pengkajian Teori Community As Patner Model pengkajian yang akan dikembangkan pada agregate lansia adalah aplikasi dari community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan dari teori Betty Neuman (Anderson & Mc Farlan, 2011). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat adalah praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. Pada pengkajian model ini mempunyai dua komponen utama yaitu core dan subsistem.



Pada model



community as partner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada



komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan (Anderson & Mc Farlan, 2011). Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan social, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi.



Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat memberikan sebuah kerangka kerja bagi model community as partner yang didefinisikan sebagai berikut:



1.



Individu Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau sebuah agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan (populasi total) atau agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat) mencerminkan individu.



2.



Lingkungan Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan masyarakat dan sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam komunitas dapat terjadi dimana masyarakat tinggal, pekerjaan, suku bangsa dan ras, cara hidup, serta faktor lain yang umumnya dimiliki masyarakat.



3.



Kesehatan Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang menekankan pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan fisik.



4.



Keperawatan Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan upaya pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan primer yang bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan dengan stressor atau memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status kesehatan.



Delapan subsistem dibagi melalui garis putus-putus untuk menggambarkan bahwa delapan subsistem tersebut tidaklah terpisah tetapi saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh satu sama lain. Delapan divisi kedua-duanya menggambarkan subsistem yang utama suatu masyarakat dan menyediakan perawat komunitas dengan suatu framework untuk pengkajian.



Sumber: Anderson McFarlan, Community as Partner, 2011



Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas untuk membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang akan menjadi pedoman dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane (2011) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.



Roda pengkajian komunitas dalam community as partner (Anderson & McFarlane, 2011) terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.



Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis pertahanan yang normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai selama ini. Garis normal pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai imunitas yang tinggi, angka mortalitas infant yang rendah, atau tingkat penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga meliputi pola koping yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai sebuah garis putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal, merupakan daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah tingkat kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari respon sementara terhadap stressor. Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial. Kedelapan subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk mengingatkan bahwa subsistem tersebut saling mempengaruhi (Anderson & McFarlane, 2011).



BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS



Asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa melalui aplikasih keperawatn komunitas di masyarakat berlangsung mulai dari tanggal 1 Juni 2022 sampai dengan 6 Juni 2022. Dalam hal ini kami mendapat tempat praktek di RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan. A. Tahap Persiapan Kegiatan praktek mahasiswa di awali dengan pertama dengan warga dalam rangka saling mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan warga RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan poso kota selatan yang dilaksanakan pada tanggal 01 Juni 2022. Pada saat pertemuan selain acara perkenalan juga disampaikan tentang tujuan praktek dari mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Mandiri Poso. Pada saat ini juga disampaikan suat wadah kerja yang berasal dari masyarakat khususnya Lansia sehingga mandiri dalam memelihara atau menjaga kesehatan. Setelah melakukan diskusi yang cukup lama anatra mahasiwa dan warga RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan akhirnya tercapai kata sepakat untuk mengadaan penyuluhan tentang Kesehatan Lansia. Kemudian mahasiwa menyusun rencana kerja. Untuk memvalidasi data maslah kesehatan lansia di RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan maka diperlukan instrument yang disusun oleh mahasiswa untuk mendapattkan data yang real tentang masah kesehatan lansia, oleh karena itu mahasiswa melakukan pendataan melalui angket atau kusioner yang dibagikan kepada lansia yang ada di RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan.



Setelah pendataan di masyarakat RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan dilakukan, maka dilakukan perhitungan dan analisa oleh mahasiswa. Data yang telah di olah kemudian dipresentasikan pada pertemua kedua atau MMD II pada warga (Kepala Lurah, ketua RT 07 beserta ketua RT, Puskesmas, serta Kader) di RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan Kota Poso Sulawesi Tengah. B. Tahap Pengkajian Wilayah RT 07 Kelurahan Rannoncu Kecamatan Poso Kota Selatan Kota Poso memiliki jumlah lansia berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa selama melakukan pendataan adalah 118 orang yang dijadikan sampel sebanyak 10 orang. Secara umum gambaran wilayah berdasarkan “Winshield Survey” sebagai berikut: Batas Wilayah sebelah Utara



: Kelurahan Kawua



Batas Wilayah sebelah Timur



: Desa Maliwuko



Batas Wilayah sebelah Selatan



: Kelurahan Bonelanto



Batas Wilayah sebelah Barat



: Kelurahan Lembomawo



Fasilitas agama yang ada di RT 07 Kelurahan Ranononcu



terdiri dari Mesjid



Mujahidin dan Gereja Ebenhaezer. Fasilitas pendidikan meliputi TK Ebenhaezer , SDN 12, SMPN 1 Poso Kota Selatan, SMA N 2 Poso. Pelayanan Kesehatan meliputi Puskesmas Kawua, Klinik Shania , Polindes dan Posyandu. Di RT 7 juga terdapat mini market yang mudah diakses masyarakat dan juga pasar tradisional untuk mencukupi kebutuhan sandang dan pangan warga. Hasil observasi dilakukan di RT 07 Kelurahn Ranononcu didapatkan jalan tertata rapih dan bersih, hanya terlihat sedikit sampah plastik bekas jajan anak-anak . Terdapat tanaman hias di setiap rumah warga dengan jumlah beragam dan juga tempat sampah. Jalan-jalan menuju rumah warga juga sudah di aspal dan dapat di lewati kendaraan bermotor. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di RT 07 Ranononcu, mulai dari segi pengetahuan, sikap, dan perilaku, pada lansia, sudah berkurang sehingga menjadi



perhatian dan butuh penanganan khusus, hasil wawancara dengan warga dan didapatkan hasil bahwasannya memang belum ada program terkait dengan kesehatan lansia. Hal ini sejalan pula dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas puskesmas yaitu sudah ada program terkait dengan penyuluhan kesehatan lansia, Dikarnakan Terhalang adanya Wabah Global Covid-19.



C. Hasil Pengolahan Data Data dibawah ini adalah data yang didapatkan oleh Mahasiswa S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Mandiri Poso.



Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Usia di Rt 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan Kelompok Usia Frekuensi 60 1 61 1 62 1 63 2 64 3 65 1 68 1 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Juni 2022



% 10 10 10 20 30 10 10 100



Berdasarkan tabel 3.1 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kelompok usia didapatkan data 10 orang, kelompok usia yang terbanyak adalah usia 64 tahun dengan



jumlah



3



orang



(30%),



dan



yang



terendah



adalah



60(10%),61(10%),62(10%),65(10%),68(10%) dengan jumlah 5 orang.



usia



Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Jenis kelamin di Rt 07 Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan



Jenis Kelamin Frekuensi Laki-laki 3 Perempuan 7 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Juni 2022



% 30 70 100



Berdasarkan tabel 3.2 Disribusi frekuensi Lansia berdasarkan jenis kelamin didapatkan data 10 jenis kelamin, terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 7 orang (70%) dan yang terendah yaitu laki-laki dengan jumlah 3 orang (30%).



Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Pendidikan di Rt 07 Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan Pendidikan SMP SMA S1 Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi 3 6 1



% 30 60 10



10



100



Berdasarkan tabel 3.3 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pendidikan didapatkan data tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SMA dengan jumlah 6 orang (60%) dan yang terendah adalah yang S1 dengan jumlah 1 orang (10%).



Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan hubungan dengan keluarga di Rt 07 Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan Hubungan dengan keluarga ayah ibu Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi



%



3 7



30 70



10



100



Berdasarkan tabel 3.4 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan hubungan dengan keluarga didapatkan data hubungan dengan keluarga yang terbanyak adalah ibu dengan jumlah 7 orang (70%) dan yang terendah adalah ayah dengan jumlah 3 orang (30%).



Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan Agama di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Agama Frekuensi Kristen 10 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Desember 2022



% 100 100



Berdasarkan tabel 3.5 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan Agama didapatkan data tingkat agama mayoritas adalah Kristen dengan jumlah 10 orang (100%).



Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Suku di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Suku pamona Minahasa Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi 8 2



% 80 20



10



100



Berdasarkan tabel 3.6 Distribusi frekuensi remaja berdasarkan Suku didapatkan data Suku yang terbanyak adalah Pamona dengan jumlah 8 orang (80%) dan yang terendah adalah yang Minahasa dengan jumlah 2 orang (20%).



Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Pekerjaan Lansia di RT 07 ranononcu Kecamatan poso kota selatan Pekerjaan Frekuensi Wiraswasta 1 IRT 5 Petani 3 Pensiunan 1 Jumlah 10 Sumber : Data Primer juni 2022



% 10 50 30 10 100



Berdasarkan tabel 3.7 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pekerjaan lansia didapatkan data pekerjaan yang terbanyak adalah IRT dengan jumlah 5 orang (50%) dan yang terendah adalah yang terendah wiraswasta dengan jumlah 1 orang (10%), pensiunan degang jumlah 1 orang (10%). Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan Kebersihan dalam rumah di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Kebersihan dalam Frekuensi rumah Bersih 10 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Desember 2022



% 100 100



Berdasarkan tabel 3.8 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kebersihan dalam rumah didapatkan data kebersihan dalam rumah mayoritas adalah milik pribadi dengan jumlah 10 orang (100%).



Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan kebersihan halaman di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Kebersihan halaman Frekuensi bersi 3 tidak bersih 7 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Desember 2022



% 30 70 100



Berdasarkan tabel 3.9 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan keersihan halaman didapatkan data kebersihan halaman yang terbanyak yang tidak bersih dengan jumlah 7 (70%) Dan kebesihan halaman yang bersih yang terendah adalah 3 dengan jumlah 3 orang(30%).



Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan vektor disekitar rumah di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Vektor disekitar rumah Lalat Nyamuk Kecoa kucing ayam anjing Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi 2 2 1 2 1 2



% 20 20 10 20 10 20



10



100



Berdasarkan tabel 3.10 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan vektor sekitar rumah didapatkan data vektor sekitar rumah yang terbanyak adalah Lalat dengan jumlah 2 (20%). Dan jumlah luas rumah yang terendah adalah kecoa dengan jumlah 1 (10%).



Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan sumber air minum di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Sumber air minum Frekuensi sungai 1 PAM 1 galon 8 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Juni 2022



% 10 10 80 100



Berdasarkan tabel 3.11 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan sumber air minum didapatkan data sumber air minum yang terbanyak adalah galon dengan jumlah 8 orang (80%). Dan jumlah sumber air minum yang terendah adalah sungai dengan jumlah 1 orang (10%).



Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan sumber air untuk mandi dan mencuci di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Sumber air untuk mandi dan mencuci sungai PAM Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi



%



4 6



40 60



10



100



Berdasarkan tabel 3.12 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan sumber air untuk mandi dan mencuci didapatkan data sumber air untuk mandi dan mencuci yang terbanyak adalah PAM dengan jumlah 6 orang (60%). Dan jumlah sumber air untuk mandi dan mencuci yang terendah adalah sungai dengan jumlah 4 orang (40%).



Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan tempat penampungan air di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Tempat penampungan air tertutup terbuka



Frekuensi



%



5 5



50 50



10



100



Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022 Berdasarkan



tabel



3.13



Distribusi



frekuensi



lansia



berdasarkan



tempat



penampungan air didapatkan data tempat penampungan air yang terbanyak adalah dengan jumlah 5 orang (50%).



Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan keadaan bak mandi di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Keadaan bak mandi berlumut ada jentik nyamuk Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi 8 2



% 80 20



10



100



Berdasarkan tabel 3.14 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan keadaan bak mandi didapatkan data keadaan bak mandi yang terbanyak adalah berlumut dengan jumlah 8 orang (80%). Dan jumlah keadaan bak mandi yang terendah adalah ada jentik nyamuk dengan jumlah 2 orang (20%).



Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan cara pembuangan sampah di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Cara pembuangan Frekuensi sampah Dikumpulkan dan 8 dibakar 1 Ditimbun dalam tanah 1 diselokan Jumlah 10 Sumber : Data Primer Juni 2022



% 80 10 10 100



Berdasarkan tabel 3.15 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan cara pembuangan sampah didapatkan data cara pembuangan sampah yang terbanyak adalah dikumpulkan dan dibakar dengan jumlah 8 orang (80%). Dan jumlah cara pembuangan sampah yang terendah adalah di selokan dengan jumlah 1 orang (10%).



Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan keadaan tempat pembuangan sampah di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Keadaan tempat Frekuensi pembuangan sampah Banyak lalat 4 Bau busuk 3 Banyak kecoa 2 terpelihara 1 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Juni 2022



% 40 30 20 10 100



Berdasarkan tabel 3.16 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan keadaan tempat pembuangan sampah didapatkan data keadaan tempat pembuangan sampah yang terbanyak adalah banyak lalat dengan jumlah 4 orang (40%). Dan jumlah keadaan tempat pembuangan sampah yang terendah adalah terpelihara dengan jumlah 1 orang (10%).



Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan kepemilikan jamban di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan Kepemilikan jamban Milik sendiri Milik bersama Jumlah Sumber : Data Primer Juni 2022



Frekuensi 9 1



% 90 10



10



100



Berdasarkan tabel 3.17 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kepemilikan jamban didapatkan data kepemilikan jamban yang terbanyak adalah milik sendiri dengan jumlah 9 orang (90%). Dan jumlah kepemilikan jamban yang terendah adalah milik bersama dengan jumlah 1 orang (10%).



Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan pendapatan di RT 07 ranononcu kecamatan poso kota selatan pendapatan Frekuensi Rp500.000 2 Jumlah 10 Sumber : Data Primer Juni 2022



% 10 40 30 20 100



Berdasarkan tabel 3.18 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pendapatan didapatkan data pendapatan yang terbanyak adalah Rp200.000-Rp300.000 dengan jumlah 4 orang (40%). Dan jumlah pendapatan yang terendah adalah