Makalah Konsep Dasar Logika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KONSEP DASAR LOGIKA (Pengertian, Objek, Fungsi, dan Komponen Logika) Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kulian Logika 1



Di Buat Oleh : Kelompok 1 1. Nur Syafni Pradita Zuda (07020120047) 2. Nisa Asada Fat Ilma Arof (07020120044) 3. M. Nasruddin Alhalimuridlo (07020120042) Dosen Pengampu : Dr. Anas Amin Alamsyah, M.Ag.



PROGRAM STUDI AQIDAH dan FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USLUHUDDIN dan FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020/2021



KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Logika (Pengertian, Objek, Fungsi, dan Komponen Logika)”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan dirihoi oleh Allah SWT. Makalah ini disususn untuk memenuhi tugas mata kuliah Logika 1 pada semester 2 tahun ajaran 2020/2021. Makalah ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penjelasan logika, objek logika, fungsi logka, dan komponen logika. Penulis menyadari jika dalam maklah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Demikian makalah ini penulis susun, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Wassalamuaaikum wr.wb.



Surabaya, 11 Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI



Halaman Judul...............................................................................



I



Kata Pengantar..............................................................................



II



Daftar isi........................................................................................



III



BAB 1 Pendahuluan:....................................................................................



IV



BAB 2 Pembahasan:................................................................. 1. Pengertian Logika............................................................... 2. Objek-Objek Logika........................................................... 3. Fungsi Logika..................................................................... 4. Komponen Logika.............................................................. BAB 3 Penutup:........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling sempurn memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sebagai ciptaan Alllah SWT yang paling sempurna, manusia dibekali akal pikiran untuk bisa dikembangkan, berbeda dengan hewan yang juga memiliki akal dan pegetahuan akan tetapi hanya sebatas untuk mempertahankan dirinya. Suhatrtono (2005:1) mengatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena manusia mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya. Dalam menemukan kebenaran, pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan yang didapatkan dari hasil usaha yang aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, melalui penalaran ataupun melalui kegiatan lainnya. Kemudian pengetahuan yang bukan merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil usaha aktif manusia. Dari sisni dapat dikatakan, bahwa pengetahuan yang didapat itu bukan berupa kesimpulan dari produk dari usaha aktif manusia dalam menemukan kebnaran, akan tetapi berupa pengetahuan yang ditawarkan. Dalam menemukan kebenaran ini, manusia bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut yang nantinya dipercaya atau tidak dipercaya berdasarkan keyakinannya masing-masing.



1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4.



Apa yang dimaksud dengan logika? Apa saja objek-objek logika? Apa fungsi-fungsi logika? Apa saja yang termasuk komponen-kompoen logika?



1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4.



Mengetahui pengertian logika Mengerti objek - objek dalam logika Mengetahui fungsi - fungsi logika Mengetahui komponen-konponen logika



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Logika Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos (Yunani Kuno) yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), percakapan, yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur, namun sekarang ini lazim disebut logika saja (Rapar, Jon Hendrik.1978: 9). Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemempuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam sebuah tindakan. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa logika membahas tentang pemikiran dan persoalan berpikir. Logika mempelajari masalah penalaran (reasoning). Penalaran merupakan cara berpikir, namun tidak semua pemikiran merupakan penalaran. Irving M (Dalam Gie et al. 1978:10) mengemukakan bahwa yang sesungguhnya dipelajari oleh logika bukanlah proses bagaimana manusia sehingga mendapatkan kesimpulan benar atau salah, melainkan pada aspek-aspek penalaran yang digunakan. Logika membahas tentang ketepatan jalan pikiran dalam suatu proses penalaran yang komplit. Logika tidak dilihat selaku ilmu, tetapi merupakan metode. Logika dapat didefinisikan sebagai metodemetode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. Kata kuncinya adalah penalaran yang tepat atau penalaran yang valid. Logika membahas antara konklusi (kesimpulan) dan premispremis yang ada. Pada dasarnya, logika tidak lepas dari penalaran logis (logical reasoning). Maka logika dan kelahirannya tidak bisa lepas dari filsafat ataupun pemikiran ilmiah pada umumnya. Beberapa definisi logika yang tepat menurut beberapa ahli : a. Drs. Hasbullah Bakry dalam bukunya Systematik Filsafat (1964) merumuskan definisi dari ilmu (pengetahuan) logika sebagai berikut: a.) Logika ialah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. b.) Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran c.) Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari pekerjaan akal dipandang dari jurusan benar atau salah.



b. Dalam buku Pembimbing Ke Filsafat dan Logika Formal (tanpa tahun) Prof. Dr. N. Drijarkara telah membatasi pengertian logika yaitu,“Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia, juga menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.” c. Drs. Nuril Huda dalam Prakata buku Logika Praktis Jilid I (1974/stensil) yang merupakan saduran dari buku Applied Logic karya Little, Wilson & Moore, menguraikan definisi logika sebagai berikut, “Diperlukan hukum-hukum dan kaidahkaidah berpikir untuk mengontrol proses berpikir yang panjang dan berlibat-libat. Hukum-hukum dan kaidah-kaidah berpikir itu terdapat dalam satu cabang ilmu yang disebut logika. Dengan kata lain, logika adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan-kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijaksana.” d. Dalam buku Logika : Filsafat Berpikir (1969), I. R. Poedjawijatna menjelaskan bahwa, “Logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya (seharusnya)” e. Menurut Alston.1964, “Logika adalah penelaah tentang penyimpulan (inferensi), secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan-penyimpulan yang sah dan yang tak sah”. f. Menurut Muhammad Nur Ibrahimi (2012: 5), proses berpikir tidak selamanya akan menghasilkan kesimpulan yang sahih (benar). Tidak jarang, dalam berpikirtersebut, tanpa disadari manusia sampai pada kesimpulan yang keliru (fals) sehingga mengaburkan batas antara benar dan salah. Agar manusia terbebaskan dari sesat pikiran, sehingga pengetahuannya benar-benar dapat terjamin dari kekeliruan, maka disusunlah kaidah-kaidah berpikir yang baku, yang selanjutnya dikenal dengan logika. g. Menurut Brennan.1953, “Diambil dalam suatu suatu arti yang sangat luas, logika adalah penelaahan tentang penyimpulan pada umumnya. Sesuatu penjelasan sistematis mengenai bagaimana kesimpulan-kesimpulan diturunkan dari berbagai ragam pembuktian dapat disebut logika. Secara lebih cermat logika mengacu pada studi tentang inferensi”. Dari semua pengertian yang telah dijabarkan dapat disimpulkan, bahwa logika merupakan ikmu yang mengajarkan aktivitas akal atau berpikir sebagai objek material, sedangkan bentuk dan hukum berpikir merupakan objek formal dari logika.



2. Objek - Objek Dalam Logika Ruang lingkup logika adalah manusia itu sendiri karena hanya manusialah yang mampu melakukan aktivitas berpikir. Manusia tersebut hanya dipelajari menurut aspek tertentu, yaitu budi atau berpikirnya, terutama berkaitan dengan aturan berpikir. Aspek berpikir dari manusia itulah yang kemudian disebut dengan istilah objek material logika.Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir atau penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika bersifat a priori. Kebenaran logika tidak dapat ditemukan dan diuji secara empiris, tetapi kebenaran diuji secara akal. Menurut Muhammad Zinuddin, objek logika terdiri dari : a. Objek materiil : penalaran atau cara berpikir b. Objek formal : hukum, prinsip, asas c. Produk : produk berpikir (konsep, proporsi yang diekspresikan dalam bentuk ungkapan lisan atau tulisan). Objek materiil logika adalah penalaranMenurut Alex Lanur, yang dimaksudkan dengan berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah, mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Objek formal logika adalah hukum, prinsip, asas. Menurut Poedjawijatna, obyek formal logika adalah mencari jawaban: bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya. Mencari jawaban atas sesuatu pada dasarnya merupakan suatu proses. Berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses dari adanya suatu input melalui proses akan melahirkan output. Kemudian oleh Alex Lanur dikatakan bahwa dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan, ketepatannya. Karena itu berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Pada intinya asas logika itu ada tiga, yaitu asas identitas, asas pengingkaran, dan asas menolak kemungkinan. Ketiga asas tersebut mengalami perkembangan yang selanjutnya produk berpikir dapat berupa konsep, proporsi yang diekspresikan dalam bentuk tulisan maupun lisan.



3. Fungsi – Fungsi Logika Logika atau ilmu logika yang memiliki tujuan untuk membimbing manusia menuju arah berpikir yang benar, logis, dan sistematis memiliki banyak fungsi, diantranya : a. Membuat daya pikir menjadi lebih tajam dan berkembang melalui latihan-latihan berpikir. Oleh karenanya akan mampu menganalisis serta mengungkap permasalahan secara runtut dan ilmiah. b. Membuat seseorang berfikir tepat sehingga mampu meletakkan sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya (berfikir efektif dan efisien). c. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. d. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. e. Membuat seseorang mampu membedakan alur pikir yang benar dan alur pikir yang keliru, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar dari menarik kesimpulan yang keliru. f. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan. g. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. h. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asasasas sistematis. i. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. j. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa : gugon-tuhon) 4. Komponen – Komponen Logika Berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapar untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. Maka hasil dari berpikir logis adlah diperolehnya pemikiran yang logis. Aturan-aturan logika yang dipakai untuk mendapatkan pemikiran yang logis adalah tata cara yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam berpikir lurus dan benar. Untuk mewujudkan sebuah pemikirn yang logis seeorang harus memenuhi prasyarat dalam berpikir lurus dan benar, salah satunya dengan memenuhi komponen dasar berpikir.



Komponen diartikan sebagai unsur yang membentuk suatu sistem tertentu. Seperti komponen dalam pendidikan berarti bagian dari pembentuk terwujudnya suatu kegiatan pendidikan, yaitu pendidik, anak didik, materi atau isi pedidikan, tujuan pendidikan, alat dan metode, dan lingkungan pendidikan. Maka dari itu, komponen dalam logika adalah unsur yang membentuk suatu proses berpikir atau menalar. Adanya komponen dalam proses berpikir dan menalar adalah sesuatu yang mutlak adanya. Logika atau pemikiran manusi terdiri atas tiga unsur yang mana ketiganya harus ada dalam proses berpikir lurus dan benar, karena ketiganya memiliki keterkaitan struktural satu sama lain dalam membentuk dan proses sahnya suatu penyimpulan pemikiran, diantaranya: a. Pengertian Pengertian adalah hasil penangkapan dari inti suatu obyek. Istilah mengerti berarti menangkap inti sesuatu, sedangkan memiliki pengertian berarti memiliki tangkapan terhadap inti sesuatu (obyek). Oleh karenanya, seseorang dikatakan telah mengerti, apabila ia telah menangkap inti obyek (sesuatu yang dimengerti). Inti sesuatu di sini disebut "hakekat". Istilah lain dalam penyebutan pengertian adalah ide. Kata ‘ide’ berasal dari kata ‘idea' yang artinya sebenarnya adalah gambar. Hal-hal yang tergambar secara abstrak mengenai sesuatu benda atau bukan benda adalah ‘idea’. Orang yang telah memiliki ide sama dengan telah memiliki gambaran tentang sesuatu, sehingga dapat menjelaskan secara panjang lebar bila diminta menjelaskannya. Plato mengartikan ide atau idea dengan pengertian atau maksud. Penggunaan istilah ide pada abad pertengahan dipakai istilah universal, dan jamaknya adalah universalia yang artinya "umum". Dikarenakan pengertian ini sifatnya berlaku umum. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa mengerti adalah menangkap inti atau hakekat sesuatu, sedangkan hakekat sesuatu ini dapat dibentuk oleh akal budi manusia dalam wujud ide yang memiliki kebenaran bersifat umum, maka istilah pengertian juga dapat disamakan dengan istilah ide atau idea dan universale. Kata lain dari pengertian adalah konsep atau conceptus yang artinya menangkap. Orang yang memiliki konsep berarti telah memiliki tangkapan tentang identitas objek. Tangkapan atas identitas objek yang merupakan hasil abstraksi dari suatu obyek tersebut. Sehingga pengertian atau ide atau konsep adalah gambar dari hasil penangkapan terhadap suatu obyek. Contoh ide atau konsep adalah: gedung sekolah, buku, balpoin, pencil, penggaris, penghapus, tas, lapangan sepak bola, raket, guru, wali kelas, dan lain-lain adalah contoh ide atau konsep tentang hal-hal yang kasat mata di lingkungan sekolah. Sedangkan kurikulum, cerdas, prestasi akademik, kefahaman, keteladanan, kerajinan, ketekunan, sekolah unggul, evaluasi, dan lain-lain adalah contoh ide atau konsep tentang hal-hal yang abstrak. Ide atau konsep tersebut dapat dibuat rumusan pengertiannya. Rumusan dari pengertian atau ide atau konsep disebut "definisi". Ide bukanlah realita



yang kongkrit, melainkan abstrak. Cara manusia menangkap ide adalah dengan apa yang disebut "abstraksi". Yaitu, mencari aspek- aspek yang sama dan mengabaikan aspek yang berbeda. b. Keputusan Keputusan dalam logika diartikan sebagai aksi manusia dalam dan dengan manaa ia mengakui atau memungkiri suatu hal tentang hal lain. Keputusan merupakan kegiatan rohani yang menyebabkan akal budi manusia menyatakan sesuatu tentang sesuatu yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan adalah tindakan budi manusia yang mengakui atau mengingkari sesuatu terhadap sesuatu yang lain. Keputusan yang merupakan hasil tindakan akal budi manusia dalam mengakui atau mengingkari sesuatu terhadap sesuatu dapat dirumuskan dalam sebuah pernyataan kalimat terdiri dari unsure subjek dan predikat. Misalnya: Semua manusia akan mati, gunung itu tinggi, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon mangga, sebagian mahasiswa adalah laki-laki, beberapa mahasiswa UNY memperoleh beasiswa Toyota, semua mahasiswa FIP rajin dan pandai. Pada contoh-contoh keputusan tersebut, akal budi manusia mengakui sesuatu terhadap sesuatu yang lain: manusia terhadap mati, gunung terhadap tinggi, pohon kelapa terhadap pohon mangga, dan lain-lain. Pengakuan akal budi tentang manusia terhadap kematian tersebut sesungguhnya menggambarkan adanya pengakuan yang dapat dinyatakan dengan bahasa akan berbunyi "semua manusia akan mati". Pengakuan akal budi tentang gunung terhadap tinggi yang digambarkan bahwa pengakuan tersebut bila dinyatakan dengan bahasa akan berbunyi "gunung itu tinggi". Adapun pengakuan akal budi manusia tentang pohon kelapa terhadap pohon mangga, yang digambarkan bahwa pengakuan tersebut bila dinyatakan dalam bahasa berbunyi "pohon kelapa lebih tinggi dari pohon mangga". c. Penalaran Yang dimaksud dengan penalaran adalah suatu proses rangkaian kegiatan budi manusia untuk sampai pada suatu kesimpulan (pendapat baru) dari satu atau lebih pendapat yang telah diketahui. Hal-hal yang merupakan pendapat yang telah diketahui itu disebut: data, sedangkan hal-hal yang belum diketahui merupakan pendapat baru sebagai kesimpulan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, proses penalaran yang berpijak pada beberapa data untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan umum tersebut disebut “metode ilmiah". Data merupakan informasi empirik yang diketahui manusia. Sedangkan data ini bisa menjadi fakta kalau data tersebut diyakini kebenarannya.



BAB III PENUTUP



KESIMPULAN Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos (Yunani Kuno) yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), percakapan, yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Pada dasarnya, logika tidak lepas dari penalaran logis (logical reasoning). Maka logika dan kelahirannya tidak bisa lepas dari filsafat ataupun pemikiran ilmiah pada umumnya. logika merupakan ikmu yang mengajarkan aktivitas akal atau berpikir sebagai objek material, sedangkan bentuk dan hukum berpikir merupakan objek formal dari logika. Ruang lingkup logika adalah manusia itu sendiri karena hanya manusialah yang mampu melakukan aktivitas berpikir. Manusia tersebut hanya dipelajari menurut aspek tertentu, yaitu budi atau berpikirnya, terutama berkaitan dengan aturan berpikir. Logika bersifat a priori. Kebenaran logika tidak dapat ditemukan dan diuji secara empiris, tetapi kebenaran diuji secara akal. Menurut Muhammad Zinuddin, objek logika terdiri dari :Objek materiil : penalaran atau cara berpikir, objek formal : hukum, prinsip, asas, produk : produk berpikir (konsep, proporsi yang diekspresikan dalam bentuk ungkapan lisan atau tulisan). Logika atau pemikiran manusi terdiri atas tiga unsur yang mana ketiganya harus ada dalam proses berpikir lurus dan benar, karena ketiganya memiliki keterkaitan struktural satu sama lain dalam membentuk dan proses sahnya suatu penyimpulan pemikiran, diantaranya:pengertian, keputusan, penalaran.



DAFTAR PUSTAKA Poespoprodjo, W, Gilarso, T . EK, Logika Ilmu Menalar, Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis, Jakarta: Pustaka Grafika, 2006 Mundiri, Logika, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Poedjawijatna, Logika Filsafat Berpikir, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 Hidayat, Ainur Rahman, Filsafat Berpikir, Teknik-Teknik Berpikir Logis, Kontra Kesehatan Berpikir, Pamekasan: Duta Media Publishing, 2018 https://www.slideshare.net/DiyanHardiyanti/komponenkomponen-logika. (diakses tanggal 09 Maret 2021) Firman . 2013 . KONSEP DASAR LOGIKA. http://firman25.blogspot.com/2013/09/konsep-dasarlogika.html . (diakses tanggal 10 Maret 2021)