Makalah Konsep Gizi Kesehatan Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KONSEP GIZI KESEHATAN MASYARAKAT



OLEH : MACHRANDA 2011211001 KELAS IKM A1



DOSEN PENGAMPU : Dr. HELMIZAR, SKM, M. Biomed



PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS 2020



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Gizi Kesehatan Masyarakat ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup kepada umat manusia. Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah turut membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa penulis sendiri adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna dalam makalah ini. Maka dari itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis penulis di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. .



Padang, 1 Desember 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1 1.1Latar Belakang......................................................................................................1 1.2Rumusan Masalah.................................................................................................2 1.3Tujuan...................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3 2.1 1000 Hari Pertama Kehidupan.............................................................................3 2.2 Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan..........................................................5 2.3 Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam 1000 HPK......................................6 BAB III PENUTUP..................................................................................................9 3.1.Kesimpulan..........................................................................................................9 3.2.Saran.....................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10 SOAL DAN PEMBAHASAN..................................................................................12



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012).Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007 (5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013 (5,7%), sedangkan target Millenium Development Goals(MDGs) tahun 2014 sebesar 3,6%. Jadi prevalensi gizi buruk di indonesia masih di bawah target. Periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis, karena mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih walaupun kebutuhan gizi di masa selanjutnya terpenuhi (Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, 2013). Kejadian gizi buruk akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan akan mudah terkena penyakit infeksi. Gizi buruk jika tidak ditanggulangi dengan cepat, maka akan mempengaruhi kualitas pada generasi selanjutnya (Yanti, 2015). Dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak yakni anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang mengalami penurunan skor tes Intelligence Quotient(IQ) 10-13 poin, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah (Nency dkk, 2005; Moehji, 2003). Penyebab gizi buruk secara langsung yaitu asupan makanan yang kurang dan penyakit infeksi. Kedua penyebab langsung tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yang merupakan penyebab tidak langsung, yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, dan pelayanan kesehatan dan lingkungan yang kurang memadai (Achmadi, 2013). Beberapa penelitian telah banyak menghasilkan kesimpulan terkait faktor-faktor penyebab terjadinya masalah gizi tersebut.



4



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Gizi dalam Kesehatan Masyarakat ? 2. Bagaimana Konsep 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) ? 3. Bagaimana Masalah Gizi Utama di Indonesia dan Kebijakan Penanggulangannya ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Konsep Gizi dalam Kesehatan Masyarakat 2. Untuk mengetahui Konsep 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) 3. Untuk mengetahui Masalah Gizi Utama di Indonesia dan Kebijakan Penanggulangannya



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Gizi dalam Kesehatan Masyarakat A. Indikator Gizi Masyarakat Indikator gizi masyarakat secara umum tercatat diantaranya adalah persentase malnutrisi balita (dengan menggunakan BB/U dan TB/U) serta persentase overweight Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh zat gizi terbafi dua : 1. Zat gizi makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram(g). Zat gizi makro terdiri ataskarbohidrat, lemak, dan protein. 2.



Zat gizi mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg) untuk sebagian besar mineral dan vitamin. Status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian status gizi secara



langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu : 1. Antropometri Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh 39 dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat



gizi.



Antropometri



secara



umum



digunakan



untuk



melihat



ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak otot dan jumlah air dalam tubuh. 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubaban-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit mata, rambut, dan 6



mukosa oral atau pada orgaorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk su rvei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tandatanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih 40 parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness).Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Seseorang : 1. Faktor Lingkungan Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman patogen. Lingkungan yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat hidup sehingga berhubungan dengan produksi tanaman. 2. Faktor Ekonomi Di banyak negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar penduduknya berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada umunya masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang lebih kecil. Masalah gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan adalah mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk 7



petumbuhan, perbaikan jaringan, dan pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya. 3. Faktor Sosial Budaya Indikator masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya antara lain stabilitas keluarga dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang. Juga indikator demografi yang meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk, seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah anggota keluarga, serta jarak kelahiran. 4. Faktor Biologis/Keturunan Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh anak. Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang



memperlihatkan



perbaikan



gizi



pada



tahuntahun



terakhir



mengakibatkan perubahan tinggi badan yang jelas. 5. Faktor Religi Religi atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat, contohnya seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan. Indikator masalah gizi adalah indikator yang digunakan untuk menilai besaran masalah gizi yang terjadi di satu wilayah. Indikator masalah gizi terdiri atas: 1. Persentase Balita Berat Badan Kurang (Underweight) Berat Badan Kurang merupakan masalah gizi yang bersifat umum dapat disebabkan karena masalah kronis ataupun akut, sehingga perlu konfirmasi lebih lanjut. Masalah Berat Badan Kurangyang terjadi lama akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Indikator ini sebagai indikator outcome yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari upaya program gizi yang telah dilakukan. 2. Persentase Balita Pendek (Stunting) Balita Pendek merupakan masalah gizi yang bersifat kronis yang disebabkan oleh banyak faktor baik dari masalah kesehatan maupun di luar kesehatan dan berlangsung lama. Balita Pendek berdampak pada gangguan kognitif dan risiko 8



menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa. Indikator ini sebagai indikator outcome yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari upaya program gizi yang telah dilakukan 3. Persentase Balita Gizi Kurang (Wasting) Gizi kurang merupakan masalah gizi yang bersifat akut terutama disebabkan oleh asupan yang kurang atau penyakit infeksi. Gizi kurang berdampak pada gangguan pertumbuhan pada anak. Indikator ini sebagai indikator outcome yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari upaya kinerja gizi yang telah dilakukan. 4. Persentase Remaja Putri Anemia Anemia pada remaja putri berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran dan produktivitas. Dampak yang lebih serius akan terjadi karena mereka adalah calon ibu yang akan hamil dan melahirkan bayi yang berisiko terhadap kematian ibu melahirkan dan bayi lahir prematurserta BBLR. Anemia sebagai indikator rendahnya kualitas kesehatan dan gizi. 5. Persentase Ibu Hamil Anemia Anemia pada ibu hamil menjadi salah satu penyebab terjadinya bayi BBLR dan pendarahan pada saat persalinan yang berujung pada kematian ibu. Anemia sebagai indikator rendahnya kualitas kesehatan dan gizi 6. Persentase Ibu Hamil Risiko Kurang Energi Kronik (KEK) Kurang Energi Kronik adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung relatif lama. Keadaan KEK pada ibu hamil jika tidak segera ditangani akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi ibu dan janin yang dilahirkan seperti keguguran, bayi BBLR bahkan kematian. Sehingga wajib dilakukan pengukuran status gizi pada ibu hamil untuk dapat menentukan tindakan segera. 7. Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (Berat Badan kurang dari 2500 gram) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor determinan terjadinya masalah pendek.Indikator ini sebagai indikator outcome dari kondisi gizi ibu selama kehamilan.



9



B. Masalah Gizi Masyarakat Indonesia saat ini mengalami beban ganda masalah gizi. Di satu sisi Indonesia masih berhadapan dengan masalah kekurangan gizi,namun disisi lain juga mulai mengalami masalah kelebihan gizi. Masalah gizi secara langsung dipengaruhi oleh factor konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, social ekonomi, budaya, dan politik. Masalah gizi yang terus terjadi tentunya dapat menjadi factor penghambat dalam pembangunan nasional sehingga investasi gizi dalam hal ini sangat diperlukan untuk memutus lingkaran masalah yang pada jangka panjang akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu : 1. Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP, namun selain kemiskinan faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat. 2. Anemia Gizi Besi (AGB) Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewan), dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau persalinan. AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik, penurunan kemampuan berpikir



dan



penurunan



antibodi



sehingga



mudah



terserang



infeksi.



Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran. 3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan dimana tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran 10



kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium kepada semua wanita usia subur dan anak sekolah di daerah endemik. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur. 4. Kurang Vitarnin A (KVA) KVA merupakan suatu gangguan yang disebabkan karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. KVA dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Faktor yang menyebabkan timbulnya KVA adalah kemiskinan dan minim pengetahuan akan gizi. Penyakit yang dipengaruhi oleh gizi : 1. Stunting Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, stunting adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila



dibandingkan



dengan



standar



baku



WHO-MGRS



(World



Health



Organization) (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006, nilai z scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, 2016). Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas padausia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2016). 2. Marasmus 11



Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nurarif, 2013). Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu : a. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan dengan anoreksia. b. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup. c. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan anak yang terganggu atau tidak harmonis. d. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. 3. Anemia pada Ibu Hamil Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Menurut WHO secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Anemia pada wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Noverstiti, 2012). Pada masa kehamilan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, untuk itu ibu hamil membutuhkan 2-3 mg zat besi tiap hari (Manuaba, 2010). Pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi hewani yang rendah dan tinggi sumber besi nabati yang merupakan penghambat penyerapan gizi (FKM UI, 2007). Penanggulangan Masalah Gizi Seperti yang telah kita ketahui, masalah gizi yang salah kian marak di negara kita. Dengan demikian diperlukan penanggulangan guna memperbaiki gizi masyarakat Indonesia. Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi gizi salah, baik gizi kurang maupun gizi lebih. 1. Penanggulangan masalah gizi kurang 12



a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan; b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga; c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit; d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat; f. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak beriodium; h. Peningkatan kesehatan lingkungan; i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi; j. Upaya pengawasan makanan dan minuman k. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi. 2. Penanggulangan masalah gizi lebih Dilakukan dengan cara menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makanan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. Sedangkan berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan masalah gizi buruk menurut Depkes RI (2005) dirumuskan dalam beberapa kegiatan berikut : a.



Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu.



b.



Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di puskesmas / RS dan rumah tangga.



13



c. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin. d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI). e. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita C. Peran Program Gizi dalam Pencapaian Target Pembangunan (SDGs) SDGs disahkan pada tanggal 25 September 2015 di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dimana ada 193 kepala negara yang hadir untuk menandatangani kesepakatan pembangunan global. Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, menghadiri peresmian tersebut. 1. Visi dan Prinsip-prinsip utama SDGs Komitmen



terhadap



SDGs



memperkuat



komitmen



terhadap



Tujuan



Pembangunan Milenium (MDGs) atau dikenal pula sebagai MDGs plus, serta berlandaskan Agenda 21 yang menekankan pada Visi dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Adapun SDGs menekankan pada Visi Bersama (Shared Visions) sebagai berikut: 



Komprehensif: berlandaskan pada tiga pilar, yaitu Pilar Ekonomi, Sosial dan Lingkungan serta Pilar Tata Kelola (Governance);







Tematik: terdiri dari 17 Tujuan (Goals);







Holistik dan terintegrasi: ke 17 Tujuan tidak berdiri sendiri, namun saling terkait dan terintengrasi;







Inklusif: tidak ada satu pihakpun yang tertinggal (no one left behind);







Kolaborasi (partnership): membutuhkan kerjasama yang erat dari seluruh pemangku kepentingan: pemerintah, dunia usaha, LSM, universitas dan masyarakat. SDGs merupakan komitmen bersama yang jauh lebih komprehensif bila



dibandingkan MDGs. Tujuan yang ditekankan tidak hanya pada outcome dari pembangunan yang berakhir pada peningkatan kesejahteraan saja, tetapi aspek keadilan, inklusivitas serta cara dalam percapaian tujuan juga merupakan hal yang ditekankan. Penekanan dari SDGs mencakup 60 pada pemenuhan Hak Asasi Manusia, non-diskriminasi, perhatian terhadap kaum marjinal dan difabel,



14



pentingnya



partisipasi



dan



kolaborasi



semua



pemangku



kepentingan



pembangunan (pemerintah, dunia usaha, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat). 2. Tujuan/ Goals SDGs SDGs hasil Deklarasi berisi 17 (tujuh belas) goals, jumlah goal yang banyak apabila dibandingkan dengan MDGs yang hanya 8 (delapan) goals. SDGs juga memiliki 166 target dengan indikator terukur, yang 61 diantaranya berupa cara pelaksanaan (means of implementations). Secara lengkap, indikator berjumlah 241 indikator. Penyediaan indikator secara dini pada bulan Maret 2016 (meskipun baru selesai 6 bulan setelah Deklarasi SDGs pada bulan September 2015) berdasarkan pengalaman adanya jeda (lag) dalam penyediaan dan pengerjaan indikator untuk pelaksanaan MDGs. 2.2 Konsep 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) A. Defenisi 1000 HPK Yang dimaksud dengan 1000 hari ialah 1000 hari pertama kehidupan anak. Dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai anak berusia 2 tahun. Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ini terdiri dari 270 hari masa kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Periode ini disebut periode emas (golden periode) periode ini termasuk periode sensitif karena masalah yang timbul selama periode ini sifatnya akan permanen dan tidak dapat diubah. Jika 1000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka ada 5 titik kritis yang harus diperhatikan pada seorang anak ialah : 1. Masih dalam kandungan = 280 hari 2. Umur 0-6 bulan = 180 hari 3. Umur 6-8 bulan = 60 hari 4. Umur 8-12 bulan = 120 hari 5. Umur 12-24 bulan = 360 hari Beberapa ahli mengatakan bahwa periode umur anak dibawah 2 tahun dikenal dengan “periode emas” atau “Window of Opportunity”. Jadi, untuk medapatkan generasi yang sehat dan kuat dan mewujudkan Indonesia prima, maka skala prioritas program ialah mulai anak masih dalam kandungan sampai ia berumur 2 tahun. Ada beberapa hal yang bisa lakukan, antara lain adalah : 1. Periode dalam kandungan (280 hari)  Pastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak mengalami kurang energi kronik (KEK) dan anemia.  Selama hamil ibu mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan, porsi kecil tapi sering jau lebih baik serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah.  Suplemen tablet besi (Fe), asam folat, vitamin C sangat dibutuhkan untuk menjaga ibu dari kemungkinan mengalami anemia.  Ibu harus memeriksakan kehamilan secara rutin.  Memasuki kehamilan trimester ke-3, sebaiknya ibu dan suami sudah mendapatkan informasi tentang menyusui, seperti manfaat menyusui, posisi 15



dan teknik menyusui yang tepat, cara menangani masalah-masalah yang muncul saat menyusui (seperti puting lecet, ASI tidak keluar dll). 2. Periode 0-6 bulan (180 hari)  Semua anak yang lahir harus mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini.  Pemberian ASI Eksklusif Membantu ibu mengatasi masalah-masalah yang timbul selama menyusui dengan menyediakan Hotline atau nomor telepon yang bisa dihubungi 24 jam oleh ibu jika ia mengalami masalah dan membutuhkan bantuan.  Beri dukungan ke ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.  Memantau pertumbuhan secara teratur. 3. Periode 6-24 bulan (540 hari)  Pastikan ibu mengetahui jenis dan bentuk (konsistensi) makanan serta frekuensi pemberian makanan yang tepat diberikan pada periode ini.  Ajarkan ke ibu transisi pemberian makan mulai dari makanan cair atau lumat (6-8 bulan), lembek dan lunak/semi padat (8-12 bulan) dan padat (12-24 bulan).  Dukung ibu untuk terus memberikan ASI sampai periode ini.  Ajarkan ibu untuk mengolah dan memilih makanan yang murah dan bernilai gizi tinggi.  Memantau pertumbuhan dan memeriksakan kesehatan anak secara teratur. B. Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam 1000 HPK Tenaga Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu tenaga kesehatan telah menjadi tulang punggung dalam pembangunan kesehatan di Indonesia bersama dengan profesi kesehatan lainnya. Tenaga kesehatan masyarakat dapat berperan di berbagai posisi dan berbagai bidang. Tenaga Kesehatan Masyarakat dapat bekerja pada 7 bidang di area kesehatan masyarakat, yaitu bidang epidemiologi, kesehatan lingkungan, bidang gizi, promosi kesehatan, administrasi dan kebijakan kesehatan, keselamatan kerja, serta biostatistik dan kependudukan. Nutrition-sensitive program memerlukan keterlibatan S.KM dalam program socialsafety net, perkembangan anak usia dini, penyediaan air bersih dan sarana sanitasi dan keluarga berencana. Program ini juga membutuhkan peran profesi dan sektor lain. Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan masa terpenting dalam daur kehidupan manusia. Status gizi pada 1000 HPK akan memengaruhi kualitas kesehatan, intelektual,dan produktivitas pada masa yang akan datang. 1. Pendidikan Kesehatan tentang pentingnya ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang mengandung semua unsur zat gizi yang dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan. ASI dapat memengaruhi tumbuh kembang bayi, termasuk perkembanga nmental emosional melalui kelekatan yang terbentuk lewat menyusui. Riwayat pemberian ASI, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mental emosional anak. (AnySetyarini, 2015). Pada masa pertumbuhan dan perkembangan apabila sejak awal kehidupan mengalami kekurangan gizi yang bersifat kronik maka akan terjadi stunting pada balita. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita, seperti karakteristik balita dan faktor sosial ekonomi. Terdapat hubungan antara panjang



16



badan lahir balita, riwayat ASI eksklusif, pendapatan keluarga, pendidikan ibu,dan pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Oleh karena itu, diharapkan bagi tenaga kesehatan agar memberikan informasi tentang ASI Eksklusif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga. 2. PendidikanKesehatan tentang 1000 HPK Mengadakan kegiatan Pendidikan Kesehatan kepada ibu yang memiliki bayi dan balita tentang pentingny pertumbuhan dan perkembangan bayi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk mencegah kejadian stunting pada balita yang dilakukan pada saat kegiatan Posyandu. Menurut Menteri Kesehatan bahwa upaya perbaikan gizi pada 1000 hari kehidupan, telah ditetapkan beberapa kebijakan, diantaranya, meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kehamilan dan persalinan, melakukan sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan UU nomor 36/2009 tentang Kesehatan dan PP nomor 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanangizi dan kesehatan melalui penyediaan dukungan tenaga, penyediaan obat gizi dan suplementasi yang cukup, meningkatkan kegiatan edukasi kesehatan dan gizi melalui budaya perilaku hidup bersih dan sehat, serta dengan meningkatkan komitmen berbagai pemangku kepentingan terutama lintas sektor, dunia usaha serta masyarakat untuk bersama-sama memenuhi kebutuhan pangan tingkat keluarga (KemenkesRI, 2012). 3. Pendidikan Pola Asuh Ibu terhadap Balita Salah satu penyebab stunting adalah pola asuh ibu terhadap balitanya. Pola asuh ibu berkaitan dengan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan ibu yang rendahakan lebih sulit menerima informasi daripada ibu dengan tingkat pendidikan tinggi. Pengetahuan yang kurang dapat menjadikan pola asuh ibu kurang sehingga memengaruhi kejadian stunting pada balita. Upaya Pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang, kesehatan anak, dan masalah gizi balita kepada ibu balita,dan ibu hamil untuk mencegah stunting dengan melakukan promosi kesehatan dan konseling secara rutin. Selain itu juga, pengetahuan ibu tentang pemberian makan yang kurang baik, masalah ekonomi serta penyakit infeksi dapat berkontribusi terhadap kejadian stunting. Peran tenaga kesehatan dalam 1000 HPK adalah dengan melakukan upaya promotive dan preventive. Mengajak dan mengedukasi masyarakat dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan mengenai 1000 HPK baik melalui sosialisasi di puskesmas atau posyandu.



1 Alisjahbana. Armida Salsiah , Endah Murniningtyas. 2018. TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA: KONSEP, TARGET DAN STRATEGI IMPLEMENTASI. http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/TujuanPembangunan-Berkelanjutan-SDGs-di-Indonesia_compressed.pdf. Diakses pada 2 Desember 2020 pukul 17.03 WIB



17



http://digilib.uinsgd.ac.id/20833/1/gizi%20pdfmasyarakat.pdf. Diakses pada 2 Desember 2020 pukul 16.30 WIB http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1333/4/Chapter%202.pdf. Diakses pada 2 Desember 2020 pukul 16.50 WIB http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__14_Th_2019_ttg_Pelaksanaan _Teknis_Surveilans_Gizi.pdf. Diakses pada 2 Desember 2020 pukul 17.10 WIB



2 http://repository.unigal.ac.id/bitstream/handle/123456789/527/jurnal.pdf? sequence=1&isAllowed=y Diakses pada 2 Desember 2020, pukul 19.00 WIB. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57341/Chapter%20II.pdf? sequence=4&isAllowed=y Diakses pada 2 Desember 2020, pukul 19.13WIB Rahayu Atiqah, dkk. 2018. Buku Ajar Gizi 100 Hari Pertama Kehidupan. Yokyakarta: Cv Mine melalui http://kesmas.ulm.ac.id/id/wp-content/uploads/2019/02/BUKU-AJAR-1000HARI-PERTAMA-KEHIDUPAN.pdf Diakses pada 2 Desember 2020, pukul 19.25 WIB



18