MAKALAH Konsep Kejang Demam MANDA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan bahwa setiap penduduk mempunyai kemampuan hidup sehat yaitu keadaan sejahtera badan dan jiwa, dan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara bertahap. Untuk mencapai tujuan tersebut sangat dibutuhkan eksistensi tenaga keperawatan yang profesional dimana dalam memberikan pelayanan digunakan pelaksanaan



asuhan



keperawatan.



Sejalan



dengan



perkembangan



ilmu



pengetahuan dan tehnologi bidang keperawatan, untuk memenuhi tuntunan masyarakat. Maka perawat dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan secara komprehensif yang meliputi aspek biopsikososial spiritual melalui pendekatan proses keperawatan, sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara tepat guna dengan penuh tanggung jawab. Salah satu masalah penyakit yang sering terjadi dan menyerang pada bayi dan balita yaitu Kejang Demam yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti, akan tetapi akan menimbulkan komplikasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak.         Masih tingginya angka kejadian kejang demam menjadi dasar perlunya  penerapan asuhan keperawatan pada kasus Kejang Demam untuk membantu proses penyembuhan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga angka kejadian Kejang Demam dapat menurun.



1



B. TUJUAN Untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada keluarga An “P” Dengan gangguan Neurologi ; Kejang Demam  di Ruang Perawatan Anak RSMH- Sayap B. Mendapatkan gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan secara komfrehensif dan sistimatis mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. C. RUMUSAN MASALAH 1. Apa Pengertian dari Kejang Demam ? 2. Etiologi dari Kejang Demam ? 3. Patofisiologi dari Kejang Demam ? 4. Prognosa dari Kejang Demam ? 5. Manifestasi Klinis dari Kejang Demam ? 6. Klasifikasi dari Kejang Demam ? 7. Penatalaksanaan dari Kejang Demam ? 8. Komplikasi dari Kejang Demam ? 9. Pemeriksaan Penunjang dari Kejang Demam ?



2



BAB II PEMBAHASAN KONSEP DASAR KEJANG DEMAM A. PENGERTIAN 1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38 0C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium ( Mansjoer, 1999 ). 2. Kejang demam atau convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih diatas 380 C ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium ( Ngastiyah, 1997: 229 ). 3. Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu ( Hardiono, 2004: 11 ). 4. Kejang ( konfulsi ) merupakan akibat dari pembebasan lostrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tibatiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktifitas motorik dan atau atas gangguan fenomena sensori ( Doegoes, 2000: 476 ). Menurut pengertian di atas maka dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu lebih dari 380C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium atau akibat dari pembesaran listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral. B. ETIOLOGI Sebesar 10% – 20% tidak dapat ditemukan etiologinya dan sebaliknya tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada anak. 1. Gangguan vaskuler. Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi intraserbal atau antraventrikel, sedangkan Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural, terjadi Trombosis,



3



adanya



penyakit



perdarahan



seperti



defisiensi



vitamin



K,



Sindrom



hiperviskositas disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari peninggian kadar hematokrit. Gejala klinisnya antara lain pletora, sianosis, letargi dan kejang. 2. Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme meliputi Hipokalsemia, hipomagnesia, hipoglikemia, defisiensi dan ketergantungan akan piridoksin, aminoasiduria, hiponatremia, hipernatremia, hiperbilirubinemia. 3. Infeksi Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi : Meningitis sapsis, ensefalitis, toksoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic inclusion, 4. Kelainan kongenital Kelainan kongenital meliputi : Porensetali, hidransefali, agnesis ( sebagian dari otak ) 5. Lain-lain Disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma. C. PATOFISIOLOGI Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi faktor keturunan atau genetik Penyakit infeksi (extra kranial) Kenaikan suhu Disfungsi neurologis pada jaringan serebral Episode Paroksisimal berulang



suplay O2



(Kejang)



menurun



potensial cidera otak



Resiko Cidera



4



Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikkan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C sebab anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjai hipoksemia, hiperkapnia, asidosis lakta disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya keruskan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting dalam gangguan peredaran darah yang mngakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakkan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi ( Ngastiyah,1997 ). D. PROGNOSA Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian.Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi : 1. Kejang demam berulang



5



2. Epilepsi 3. Kelainan motorik  4. Gangguan mental dan belajar  E. MANIFESTASI KLINIS Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lainlain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologik. Gejala yang mungkin timbul saat anak mengalami Kejang Demam antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan. Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti: 1. Anak hilang kesadaran 2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak 3. Sulit bernapas 4. Busa di mulut



6



5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan 6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat. Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu: 1. Kejang demam sederhana (simple febrile confulsion) 2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam (epilepsy triggered of by fever) Kriteria livingston tersebut setelah dimodifikasi dipakai sebagai sebuah pedoman untuk membuat diagnosa kejang demam sederhana yaitu: 1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun 2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit 3. Kejang bersifat umum 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam 5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang demam normal 6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normaltidak menunjukan kelainan 7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali             Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam, kejang ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja. 



F. KLASIFIKASI Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana ( simple febrile seizure ), kejang demam komplek ( complec febrile seizure ). 1. Kejang demam sederhana. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 menit, sifat bangkitan dapat berbentuk tonik, klnik, tonik dan klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.



7



2. Kejang demam kompleks. Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahulai kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam. Kejang berulang adalah kejang 2 kali / lebih daalm 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. G. PENATALAKSANAAN Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu : 1. Pengobatan Fase Akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena. Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam



8



kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkan fenitoin dengan dosis 4-8mg/Kg BB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal 2. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama. 3. Pengobatan profilaksis Ada 2 cara profilaksis, yaitu: (1) profilaksis intermiten saat demam atau, (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan



adalah



asam



valproat



dengan



dosis



15-40



mg/kgBB/hari.



Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan



9



Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu : 1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal) 2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan menetap. 3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung. 4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam. Bila hanya memenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik. H. KOMPLIKASI 1. Kerusakkan neurotransmiter. Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel ataupun ke membran sel yang menyebabkan kerusakkan pada neuron. 2. Epilepsi. Kerusakkan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. 3. Kelainan anatomis di otak. Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan sampai 5 tahun. 4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejang yang disertai demam. 5. Kemungkinan mengalami kematian



10



I. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Uji laboratorium 1) Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrosppinal, terutama dipakai untuk menyingkir kemungkinan infeksi. 2) Hitung darah lenglkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai penyebab dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma, dapat mengevaluasi hematokrit dan jumlah trombosit. 3) Panel elektrolit serum elektrolit, Ca total dan magnesium serum sering diperiksa pada sat pertama kali terjadi kejang. 4) Skrining toksik dari serum dan urin digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan keracunan. 5) Pemantauan



kadar



obat



antiepileptik



digunakan



pada



fase



awal



penatalaksanaan. b. Elektroensefalografi. Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang atau memperlihatkan gambaran interektal EEG. Pemeriksaan Eeg segera setelah kejang dalam 24 – 48 jam atau sleep deprivation dapat memperlihatkan berbagai macam tekanan. c. Neuroimaging. 1) Pemerik 2) saan fotorontgen kepala dapat memperlihatkan adanya fraktur tulang kepala, tetapi mempunyai nilai diagnostik yang minimal. Kenaikkan jaringan otak pada trauma kepala dapat dilihat dengan menggunakan gambaran Computed Tomagraphy Scan ( CT Scan ) kepala. 3) Magnetic Resonange Imaging ( MRI ) Lebih superior dibanding CT Scan dalam mengevaluasi lesi epileptogenik atau tumor kecil di daerah temporal atau daerah yang tertutup oleh struktur tulang, misal: sereblum atau batang otak ( Erny,Darto, 2007:6 ).



11



J. PENANGANAN KEJANG DEMAM Penting untuk tetap tenang saat menangani kejang demam pada anak. Pada umumnya kejang terjadi di awal masa demam anak. Memberikan obat penurun panas kepadanya, seperti paracetamol atau ibuprofen, hanya bermanfaat membuat anak lebih nyaman dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, tapi tidak mencegah timbulnya kejang demam itu sendiri. Hindari pemberian aspirin karena dapat berisiko memicu terjadinya sindrom Reye pada sebagian anak dan dapat berujung kematian. Obat diazepam, lorazepam, dan clonazepam dapat diresepkan oleh dokter jika anak mengalami kejang demam kompleks atau kejang berulang. Jika kejang demam pada anak terjadi untuk kedua kalinya saat Anda belum berada di rumah sakit atau ke dokter: 



Jangan tahan gerakan kejang anak Anda. Namun letakkan ia di permukaan yang aman seperti pada karpet di lantai.







Untuk menghindari tersedak, segera keluarkan jika ada sesuatu di dalam mulutnya saat ia kejang. Jangan taruh obat dalam bentuk apa pun di dalam mulutnya saat anak sedang kejang. Untuk mencegah agar ia tak menelan muntahnya sendiri, letakkan ia menyamping, bukan telentang, dengan salah satu lengan berada di bawah kepala yang juga dimiringkan ke salah satu sisi. Hitung durasi kejang demam. Panggil ambulans atau segera bawa ke instalasi gawat darurat (IGD) jika kejang terjadi lebih dari 10 menit. Tetaplah berada di dekatnya untuk menenangkannya. Pindahkan benda tajam atau berbahaya dari sekitarnya. Longgarkan pakaiannya.



    



Untuk mendiagnosis penyebab kejang demam, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, di antaranya adalah tes urine, tes darah, atau pemeriksaan cairan tulang belakang (lumbar puncture) untuk mengetahui apakah terjadi infeksi sistem saraf pusat, seperti meningitis. Dokter bisa saja menyarankan electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas otak, jika anak mengalami kejang demam kompleks. Selain itu, jika kejang hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh, maka kemungkinan dokter akan merekomendasikan pemeriksaan MRI. Jika kejang diiringi dengan infeksi serius,



12



apalagi sumber infeksi belum terdeteksi, maka si Kecil mungkin perlu dirawat inap di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut. Kejang demam pada anak sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Terutama kejang demam lebih dari 10 menit, diiringi gejala sesak napas, leher kaku, muntah, dan anak tampak sangat mengantuk. K. KONSEP TERSEDAK DEFINISI Tersedak adalah batuk kejang tertahan/seperti tercekik, yang disebabkan masuknya benda padat atau cairan ke pita suara atau ke dalam saluran napas. Biasanya anak-anak tersedak karena sedang minum, dan cairan yang mereka minum turun melalui jalan yang salah. Tersedak juga dapat terjadi setelah muntah. L. PENANGANANNYA Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang masih sadar 



Untuk tersedak ringan:



Jika korban masih bisa batuk, anjurkan korban untuk batuk terus menerus sekeraskerasnya Yang tidak boleh dilakukan: 



Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)







Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing







Untuk tersedak berat:







Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas langkah ini terlihat agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan untuk membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang menyebabkan gawat napas.







Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar.



Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan Heimlich manuever: 



Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh sesuai dengan tinggi tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan harus berlutut)



13







Kepalkan salah satu telapak tangan







Letakkan kepalan tangan dengan arah ibu jari menempel ke dinding perut korban, posisikan kepalan tangan 2 jari di atas pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul atas)







Kencangkan kepalan tangan dengan tangan satunya sehingga kedua lengan melingkar di perut korban.







Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar



Abdominal thrust atau Hemlich manuever



Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk (obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust” yaitu dengan meletakkan kepalan tangan di tengah-tengah tulang dada.



14



Pengganti Hemlich manuever pada korban wanita hamil



Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang tidak sadar Jika korban menjadi jatuh tidak sadar lakukan langkah-langkah berikut: 



Panggil bantuan medis segera







Buka jalan napas korban, jika benda asing dapat terlihat lakukan finger swab atau sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing







Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR biasa adalah setelah melakukan 30 kali kompresi dada, periksalah mulut korban terlebih dahulu sebelum memberikan 2 kali napas bantuan.



Dikatakan telah sukses menangani korban tersedak yang tidak sadar jika ada tanda-tanda berikut: 



Dada korban terlihat naik ketika memberikan bantuan napas 15







Melihat benda asing keluar dari mulut korban.



Lakukan langkah-langkah berikut ini jika sudah berhasil menangani korban tersedak. Karena ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi setelah benda asing keluar dari mulut korban: 



Berikan 2 kali napas







Lihat respons korban (batuk, muntah, pergerakan), kemudian periksa nadi di leher korban selama 10 detik.







Jika nadi tidak teaba dan korban juga tidak bernapas, lanjutkan CPR dan pasang AED segera (jika tersedia). Jika nadi ada tetapi napas tidak ada maka berikanlah bantuan napas saja selama 2 menit, dalam 1 menit harus memberikan 10 kali napas (jadi jeda antara napas adalah 6 detik). Setelah 2 menit periksalah apakah napasnya sudah ada atau belum, jika korban sudah bernapas normal posisikan korban miring (posisi pemulihan) sambil menunggu bantuan datang.



Penanganan tersedak untuk bayi ( 10 x/hari, lama kejang ± 10 menit, stelah mengalami nyeri kepala yang hebat pasien tidak sadar, dan dibawa ke RSUD Sekayu, pasien masih demam tinggi, kejang frekuensi 57x/hari lama kejang 5-10 menit, pasien masih tidak sadar karena tidak ada perbaikan dirujuk ke RSMH.



25



TTV - Kesadaran



: E2M3V2



- Tekanan Drarah



: 90/60 mmHg



- Nadi



: 150 x/menit



- Suhu                       : 38°C - Pernafasan           : 20 x/menit b. Riwayat Kesehatan Lalu Pasien pernah dirawat di RS (ICU RSUD Sekayu) selama 2 minggu, pada usia 2 tahun karena kejang, menurut pamannya radang otak. 1) Pre Natal Care a) Ibu pasien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya 3  kali di puskesmas / bidan b) Ibu klien mengatakan Keluhan selama hamil : muntah dan sering pusin c) Tidak ada riwayat terkena sinar dan theraphy obat-obatan tertentu d) Kenaikan berat badan selama hamil : 12 kg e) Ibu klien mengatakan selama hamil mendapatkan suntikan TT sebanyak 2 kali f) Golongan darah Ibu : AB, dan ayah tidak diketahui 2) Natal a) Tempat melahirkan : di Rumah b) Bersalin dengan spontan / normal c) Penolong persalinan oleh bidan dan dukun d) Ibu klien mengatakan tidak ada komplikasi saat melahirkan dan tidak ada infeksi setelah melahirkan 3) Post Natal a) Berat badan waktu lahir : 3000 gram, Panjang Badan : 48 cm



26



b) Ibu mengatakan waktu lahir tidak ada kelainan c) Kien tidak mempunyai masalah menyusui d) Klien pernah mengalami sakit batuk dan demam, dan diare sembuh setelah berobat ke Puskesmas. e) ada riwayat hospitalisasi sebelumnya dengan penyakit yang sama f) Tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan, zat kimia.



c. Riwayat Kesehatan Keluarga 1) Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit alergi 2) Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah 3) genogram



Perempuan Laki-laki Pasien Laki-laki meninggal Perempuan meninggal G1 : 1. Kakek dari Ayah dan Ibu sudah meninggal karena faktor usia 27



2. Nenek dari Ayah sudah meninggal dan nenek dari Ibu masih hidup dan sehat G2 : 1. Ayah dan Ibu Klien masih hidup dan sehat 2. Saudara Ayah masih hidup dan sehat, saudar Ibu ada yang meninggal karena sakit.



4) Riwayat Imunisasi No.



Jenis Imunisasi



Waktu pemberian



Reaksi setelah pemberian



1.



BCG



ü



Nyeri



2.



DPT ( I, II, III )



ü



Nyeri,Panas



3.



Polio ( I, II, III, IV )



-



-



4.



Hepatitits



-



-



5.



Campak



ü



Nyeri



Ibu klien mengatakan anaknya telah diimunisasi hanya lupa tanggal pemberiannya. Klien tidak mendapatkan Jenis imunisasi polio (I,II,III,IV), dan Hepatitis, karna orang tuanya lupa membawa ke posyandu. 4. Riwayat tumbuh kembang a) Pertumbuhan Fisik 1) BB                               : 13 kg 2) TB                               : 104 cm 3) Waktu pertama tumbuh gigi : 6 bulan b) Perkembangan tiap tahap 1) Berguling        :  5 bulan 2) Merangkak      : 7 bulan 3) Duduk             :  7 bulan 28



4) Berdiri             :  11 bulan 5) Berjalan           :  12 bulan 6) Tersenyum pada orang pertama kali :  4 bulan



5. Riwayat Nutrisi a. Pemberian ASI 1. Klien pertama kali disusui setelah lahir 2. Asi diberikan setiap 3 jam 3. Asi masih diberikan sampai 1 tahun b. Pemberian susu formula Klien tidak diberikan susu formula bebelac c. Pemberian makanan tambahan 1. Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 6 bulan 2. Makanan tambahan ( beras merah ) hanya diberikan sekali dan tidak pernah lagi sampai sekarang d. Pola perubahan nutrisi No.



Usia



Jenis Nutrisi



1.



0 – 4 bulan



ASI



2.



4 – 12 bulan



ASI + Beras Merah



3.



Saat ini



ASI



Lama Pemberian Sampai sekarang Beras Merah hanya sekali diberikan Sampai Sekarang



6. Riwayat Psikososial a. Klien tinggal serumah dengan Ayah, Ibu dan Saudaranya 29



b. Lingkungan Rumah berada di Desa c. Rumah tidak dekat dengan Sekolah d. Ada tangga yang berbahaya bagi Klien e. Hubungan dengan Keluarga sangat Harmonis f. Klien diasuh oleh Orang Tua



7. Riwayat Spiritual a. Keluarga klien menganut agama Islam b. Keluarga klien sering mengikuti sholat jum’at dan kadang mengikuti pengajian, dan taat sholat lima waktu serta sering berdoa untuk kesembuhan anaknya. 8. Reaksi Hospitalisasi a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap 1) Ibu Klien mengatakan anaknya dibawa ke Rumah Sakit karena sangat khawatir melihat klien saat kejang 2) Ibu klien mengatakan masih sangat khawatir melihat keadaan anaknya 3) Ibu klien mengatakan sangat berharap agar anaknya cepat sembuh 4) Ekspresi wajah ibu klien nampak cemas dan tegang. 5) Ibu klien selalu mendampingi anaknya di Rumah Sakit 6) Ibu klien mengatakan cemas melihat keadaan anaknya 7) Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mandi selama di rumah sakit b. Pemahaman anak tentang Rumah Sakit dan rawat Inap 1) Klien sudah dua kali masuk dan dirawat rumah sakit dengan gejala yang sama 2) Keluarga klien dapat menerima pengobatan 3) Keluarga dapat menerima perawat 4) Klien dibantu segala pemenuhannya oleh ibunya



30



9. Aktivitas Sehari-hari a. Nutrisi No .



Kondisi



Sebelum Sakit



Setelah Sakit



1.



Selera makan



Baik



(tidak sadar) 



2.



Menu makan



Nasi, sayur, Ikan



Susu



3.



Frekwensi makan



3x/hari



3x/hari



4.



Makanan yang disukai



Ikan



-



5.



Pembatasan pola makan



Tidak ada



Tidak ada



6.



Cara Makan



 Makan sendiri



NGT



b. Cairan No.



Kondisi



Sebelum Sakit



Setelah Sakit



1.



Jenis minuman



Air putih



Susu (NGT)



2.



Frekwensi minum



4-6 gelas/hari



Terjadwal



c. Eliminasi No.



Kondisi



1.



BAB



Sebelum Sakit



Setelah Sakit



31



2.



Tempat pembuangan



Toilet



Pempers



Frekwensi



1 x / hari



1 x / hari



Konsistensi



Lembek



Lembek



Tempat pembuangan



Toilet



Urine bag (cateter)



Frekwensi



4 - 6 x / hari



-



Konsistensi



Jernih



Kuning



BAK



d. Istirahat Tidur No.



Kondisi



Sebelum Sakit



Setelah Sakit



1.



Jam Tidur : - Tidur siang



Dari jam 12.00 – 14.00



-



- Tidur malam



Dari jam 20.00 – 05.30



-



2.



Pola tidur



Baik



-



3.



Kebiasaan sebelum tidur



Minum susu



-



4.



Kesulitan tidur



Tidak ada



-



e. Personal hygiene No.



Kondisi



1.



Mandi



2.



Sebelum Sakit



Setelah Sakit



- Cara



Mandiri



-



- Frekwensi



2 x sehari



-



- Alat mandi



Sabun, gayung



Cuci rambut - Frekwensi



3 x seminggu



Belum pernah



- Cara



Mandiri



-



32



3.



- Alat



Shampoo



Gunting kuku



Apabila mulai panjang



Belum pernah



- Frekwensi



-



-



- Cara



Mandiri



-



f. Aktivitas Olah Raga No.



Kondisi



Sebelum Sakit



Setelah Sakit



1.



Program Olah raga



Bermain sesuai dengan



-



2.



Jenis dan Frekwensi



pertumbuhan dan



-



3.



Kondisi setelah olah raga



perkembangannya



-



g. Aktivitas / Mobilitas Fisik No .



Kondisi



Sebelum Sakit



1.



Kegiatan sehari-hari



Bermain



2.



Pengaturan jadwal harian



Tidak ada



3.



Penggunaan alat bantu aktivitas



Mainan



4.



Kesulitan pergerakan tubuh



Tidak ada



Setelah Sakit



Tidak ada, klien hanya terbaring di tempat tidur



10. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum klien     : Buruk b. Tanda-tanda Vital 1) TD   



: 90/60 mmhg



2) N      



: 150 x / menit



33



3) T        



: 380C



4) RR     



: 20 x / menit



c. Antropometri 1) BB



: 13 kg



2) TB   



: 104 cm



3) LILA     : 18 cm 4) LK   



: 50 cm



5) LD  



: 48 cm



d. Sistem Pernapasan - Tidak bebas, Pangkal lidah jatuh - Terpasang O2 sungkup 5 L - Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak nampak pernapasan cuping hidung dan secret - Leher     : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid - Dada      : simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal, terdapat retraksi dada e. Sistem Cardio Vaskuler - Conjungtiva nampak pucat - Bunyi jantung normal - Tidak terdengar bising aorta f. Sistem Pencernaan 1. Skelera tidak Ikterus, bibir tampak kering 2. Tidak Nampak ada Labioskizis 3. Mulut tidak ada stomatitis, tidak Nampak ada Palatoskizis 4. Tidak ada lecet pada anus, tidak ada nyeri tekan 5. Tidak Nampak ada Hemoroid g. Sistem Indra 1. Mata



34



a) Isokor b) Bulu mata nampak tebal tersebar rata tapi sedikit c) Konjungtiva nampak pucat 2. Hidung a) Lubang hidung simetris kiri dan kanan b) Tidak ada secret c) Tidak tampak adanya pembesaran polip d) Tidak tampak adanya sekret yang menutupi liang hidung 3. Telinga Telinga simetris kiri dan kanan h. Sistem Syaraf 1) Fungsi Cerebral Kesadaran menurun dengan nilai GCS 7 2) Fungsi Cranial tidak dikaji (Kesadaran menurun) 3) Fungsi Motorik tidak dikaji (Kesadaran menurun) 4) Fungsi Sensorik tidak dikaji (Kesadaran menurun) 5) Fungsi Cerebellum tidak dikaji (Kesadaran menurun) 6) Refleks : Terjadi kontraksi otot dengan gerakan refleks pada bagian bawah jika diberikan stimulus. 7) Fungsi Meningen : Babinzki + i. Sistem Muskuloskeletal 1) Kepala      



: Bentuk kepala Mesocepal



2) Leher       



: Tidak ada pembengkakan dan tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, Vena Jugularis tidak ada peningkatan



3) Vertebra



: Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang chyposis maupun lordosis



4) Pelpis



:-



35



5) Lutut    



: simetris kiri dan kanan, Tidak terdapat pembengkakan



6) Kaki



: simetris kiri dan kanan tidak ada keluhan



7) Tangan



: simetris kiri dan kanan tidak ada keluhan



j. Sistem Integumen 1) Rambut : nampak kotor , warna hitam, penyebaran pertumbuhan rata 2) Kulit



: warna kulit sawo matang dan kering, nampak kotor, ibu klien mengatakan selama anaknya dirawat belum pernah mandi



3) Kuku



: nampak panjang dan kurang bersih.



k. Sistem Imun Keluarga mengatakan klien tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, obatobatan dan zat kimia l. Sistem ekdokrin 1) Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar 2) Suhu tubuh tidak seimbang m. System Reproduksi Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada tanda – tanda infeksi. n. Sistem Perkemihan 1) Tidak ada oedem palpebra 2) Klien terpasang kateter 11. Test Diagnostik - CT-Scan - Lumbal Pungsi : Warna jernih, pancaran kuat - Hasil Lab : Leukositosis 12. Theraphy Saat Ini - Dexametason



3 x 4 mg



36



- D5



1 NS 4



gtt 10x/ menit



- Ampicilin



3 x 450 mg



- O2 sungkup



5L



B. ANALISIS DATA Data



Etiologi



Problem



adanya retraksi dada



Ketidakefektifan jalan nafas



hipertermi



Resiko terjadi kejang ulang



Ds : Ibu pasien mengatakan pasien sering sesak Do: - Tampak adanya retraksi dada - Lidah pasien jatuh - RR : 20 Ds : Ibu pasien mengatakan Pasien sering demam. Do: Bibir kering T : 380C Ds : kurangnya koordinasi otot  



Resiko terjadi trauma fisik



Do : Saat kejang anak beresiko untuk cidera Ds :



37



Ibu selalu mengatakan “ saya takut” keterbatasan informasi



Do :



Kurangnya pengetahuan keluarga



Ibu selalu tampak sangat khawatir dengan keadaan anaknya



38



No 1.



Tanggal 30-072013



Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan adanya retraksi dada



Tujuan



Intervensi



- respirasi normal 24 – 28 kali/menit, tidak ada retraksi otot.



1. Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang). 2. Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut. Suction bila perlu 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.



- Tidak terjadi serangan kejang ulang. - 36 – 37,5 º C (anak) - Nadi 110 – 120x/menit (bayi) 100-110 x/menit (anak) - Respirasi 30 – 40x/menit (bayi) 24 – 28 x/menit (anak) - Kesadaran



1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. 2. Berikan kompres dingin 3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll) 4. Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam 5. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.



Ds : Ibu pasien mengatakan pasien sering sesak Do: - Tampak adanya retraksi dada - Lidah pasien jatuh RR : 20 2.



30-072013



Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi



Ds : Ibu pasien mengatakan Pasien sering demam. Do: Bibir kering T : 380C



Rasional 1. Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kejalan nafas. Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk bernafas. 2. Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia. 3. Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen skunder terhadap spasme selama serangan kejang.



1. proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat. 2. perpindahan panas secara konduksi 3. saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat. 4. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan. 5. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis



39



3.



01-072013



Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot  



Ds : Do : Saat kejang anak beresiko untuk cidera



5



02-072013



Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi



Ds : Ibu selalu mengatakan “ saya takut” Do : Ibu selalu tampak sangat khawatir dengan keadaan anaknya



composmentis - Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan. - Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang. - Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.



1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah 2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang. 3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. 4. Letakkan klien di tempat yang lembut. 5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang 6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga - Keluarga tidak sering 2. Beri penjelasan kepada keluarga bertanya tentang sebab dan akibat kejang demam penyakit anaknya. 3. Jelaskan setiap tindakan perawatan - Keluarga mampu yang akan dilakukan diikutsertakan dalam 4. Berikan Health Education tentang proses keperawatan. cara menolong anak kejang dan - keluarga mentaati mencegah kejang demam setiap proses 5. Berikan Health Education agar keperawatan. selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas 6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.



1. meminimalkan injuri saat kejang 2. meningkatkan keamanan klien 3. menurunkan resiko trauma pada mulut. 4. membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang. 5. membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu. 6. mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal



1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat. 2. penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga 3. agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan 4. sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan 5. mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang. 6. sebagai upaya preventif serangan ulang 40



Tanggal 30-07-2013



Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan adanya retraksi dada



Ds : Ibu pasien mengatakan pasien sering sesak Do: - Tampak adanya retraksi dada - Lidah pasien jatuh RR : 20 30-07-2013



Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi



Ds : Ibu pasien mengatakan Pasien sering demam. Do: Bibir kering T : 380C 01-07-2013



Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot  



Ds : -



Implementasi 1. Meletakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang). 2. Melonggarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut. Suction bila perlu 3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.



1. Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. 2. Memberikan kompres dingin 3. Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll) 4. Mengobservasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam 5. Memberikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.



1. Memberi pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah 2. Keluarga tinggal (menjaga) bersama klien selama fase kejang. 3. Memberikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.



41



Do : Saat kejang anak beresiko untuk cidera



02-07-2013



Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi



Ds : Ibu selalu mengatakan “ saya takut” Do : Ibu selalu tampak sangat khawatir dengan keadaan anaknya



4. Meletakkan klien di tempat yang lembut. 5. Mencatat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang 6. Mencatat tanda-tanda vital sesudah fase kejang 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga 2. Memberi penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam 3. Menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan 4. Memberikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam 5. Memberikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas 6. Menjaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.



42



CATATAN PERKEMBANGAN Nama klien : An.P



Diagnosis Medi : Kejang Demam



No. MR



Ruang Rawa



Tanggal 01-08-2013



: 0000750470 No. Diagnosis Keperawata n 1



: Sayap B-RSMH



SOAP



Tanda Tangan



S: O : Kesadaran 5 KU buruk RR : 20 x/menit A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan



01-08-2013



2



S:O : Kesadaran 5 KU buruk T : 38,40C N : 150 x/menit RR : 20x/menit A : Masalah Belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan



02-08-2013



3



S:O : Kesadaran 5 KU buruk Frekuensi kejang 5 x/hari Kejang pada ekstremitas atas dan bawah A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan



43



01-08-2013



4



S : Ibu pasien mengatakan demam anaknya berkurang O : KU buruk, GCS 5 T : 38,00C N : 156 x/menit RR :19 x/menit A :Masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan



02-08-2013



5 S : Ibu memahami perawatan pada pasien O : Ibu mempraktekan dengan baik A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



Intervensi dihentikan Pasien An.P dengan Kejang Demam telah meninggal



44



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Penyakit Kejang demam merupakan penyakit yang paling sering menyerang pada bayi dan balita dan lebih banyak menyerang pada anak laki-laki. Yang jika tidak diobati dengan cepat dan baik akan meyebabkan gangguan pada syaraf dan berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita. Penyebab Kejang demam belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan



infeksi



saluran



pernafasan



atas,



otitis



media,



pneumonia,



gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Faktor resiko kejang pertama yang penting adalah demam, selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah. Pada landasan teori diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Kejang demam adalah : a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan adanya retraksi dada b. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi c. Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi. e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam penanganan kasus Kejang demam. 45



1. Untuk meningkatkan kualitas perawatan dan sekaligus mewujudkan kualitas profesionalisme keperawatan perlu terus menerus menerapkan asuhan keperawatan sebagai metode pemecahan masalah. 2. Perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang Kejang demam, sehingga dapat mendidik klien dan keluarga untuk mengenal penyakit Kejang demam yang diderita serta perawatannya dan tindakan penanganannya. 3. Keluarga diharapkan dapat bekerjasama dalam penyembuhan penderita dengan memberikan dukungan yang dibutuhkan dalam penanganan klien dengan Kejang demam. 4. Institusi pendidikan hendaknya dapat meningkatkan mutu dan kualitas didikannya dengan memperbanyak buku-buku literatur keperawatan sehingga menjadi dasar bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya. 5. Pihak Rumah Sakit hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dan fasilitas kesehatan yang lebih memadai guna memudahkan dalam memberikan pelayanan kesehatan.



46