Makalah Konsep Perawatan Luka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP PERAWATAN LUKA



DI S U S U N OLEH: KELOMPOK : Riska Anjani



20010133



Fina Isnanda



2001011



Dara Ayu Kanasya



20010131



Nur Akmalia



20010134



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI TAHUN 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan baik, shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia didunia dan diakhirat. Kami sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.



Sigli,



Oktober 2021



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perawatan luka, penjahitan, dan pelepasan jahitan pada luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Di samping itu manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal. Dengan



demikian,



mahasiswa



keperawatan



DIV



dituntut



untuk



mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka.  Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. B. Rumusan Masalah 1. Untuk mengetahui anatomi luka 2. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi penyembuhan luka 3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka 4. Untuk mengetahui perihal pengkajian luka



BAB II PEMBAHASAN



A. Anatomi Luka Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit. Selain itu, luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan. Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal padakulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membrandan tulang atau organ tubuh lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul: 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel



B. Fisiologi Penyembuhan Luka Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh,melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997). 1. Prinsip Penyembuhan Luka Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang b.



Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga



c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma d.



Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka



e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri. Terdapat dua pendapat terkenal mengenai proses fisiologi luka, yaitu pendapat yang dikemukan oleh O’Leary pada tahun 2007, dan pendapat Kozier yang dikemukakan pada tahun 1995. Menurut O’Leary, proses fisiologi penyembuhan luka sendiri dibagi menjadi 4 fase utama, yaitu: 1. Hemostasis Hemostatis : Pada fase ini terjadi peningkatan perlekatan platelet. Platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah.Jaringan yang rusak akanmerangsang adenosin diphosphat (ADP) membentuk platelet. Platelet yang



dibentuk berfungsi untuk merekatkan kolagen dan mensekresi faktor yang merangsang pembekuan darah. Pembekuan darah diawali dengan produksi trombin yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Platelet juga mensekresi platelet yang terkait dengan faktor pertumbuhan jaringan (platelet-associated growth factor). Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan. 2. Inflamasi Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris. Respon jaringan yang rusak : jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan plasma dan



polimorfonuklear



ke



sekitar



jaringan.



Neutropil



memfagositosis



mikroorganisme dan berperan sebagai pertahanan awal terhadap infeksi. Jaringan yang rusak juga menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta meningkatkan penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga menjadi merah dan hangat. Permeabilitas kapiler-kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein mengalir kedalam spasium intertisial, menyebabkan edema lokal dan mungkin hilangnya fungsi di atas sendi tersebut. Makrofag mengadakan migrasi keluar dari kapiler dan masuk ke dalam darah yang rusak sebagai reaksi terhadap agens kemotaktik yang dipacu oleh adanya cedera. Makrofag mampu memfagosit bakteri. Makrofag juga mensekresi faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL1). 3. Fase Proliferasi Fibroblas meletakkan subtansi dasar dan serabut-serabut kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Begitu kolagen diletakkan, maka terjadi peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. Kapiler-kapiler dibentuk oleh tunas endothelial, suatu proses yang disebut angiogenesis. Bekuan fibrin yang dihasilkan pada fase I dikeluarkan begitu kapiler baru menyediakan enzim yang diperlukan. Tanda-tanda inflamasi mulai berkurang. Jaringan yang dibentuk dari gelung kapiler baru, yang menopang kolagen dan subtansi dasar,



disebut jaringan granulasi karena penampakannya yang granuler dan warnanya merah terang. Fase ini berlangsung selama 3-24 hari. 4. Maturasi (Remodelling) Pada tahap maturasi terjadi proses epitelisasi, kontraksi dan reorganisasi jaringan ikat. Setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula sudorivera membelah dan mulai bermigrasi diatas jaringan glandula baru. Karena jaringan tersebut hanya dapat bergerak diatas jaringan yang hidup, maka mereka hidup dibawah eskar atau dermis yang mengering. Apabila jaringan tersebut bertemu dengan sel-sel epitel lain, yang juga mengalami migrasi, maka mitosis berhenti, akibat inhibisi kontak. Kontraksi luka disebabkan karena miofibroblas kontraktil membantu menyatukan tepi-tepi luka. Terdapat suatu penurunan progresif alam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dalam penampilannya dari merah kehitaman menjadi putih. Serabut-serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regangan meningkat. Lalu, pendapat dari Kozier yang dikemukakan pada tahun 1995, yaitu Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan. 3 fase fisiologis penyembuhan luka yaitu: a. Fase Inflamatori Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3– 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar



di



daerah



luka,



retraksi



pembuluh



darah,



endapan



fibrin



(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis. Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati.



Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka



tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit



(terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dansel debris melalui proses yang disebut pagositosis.Makrofag juga



mengeluarkan faktor



angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan b. Fase Proliferatif Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantusebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblas berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah. c. Fase Maturasi



Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih. C. Jenis - Jenis Luka Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997). 1. Berdasarkan tingkat kontaminasi a. Clean Wounds(Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yangmana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%. b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%. c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%. d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi),yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka. 2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka



superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas. 3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen. D. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka 1. Usia Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripadaorang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah. 2. Nutrisi Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.



3. Infeksi Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumberpenyebab infeksi. 4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka. 5. Hematoma Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka. 6. Benda asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”). 7. Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadiakibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.



8. Diabetes Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh. 9. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan danefektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu. 10. Obat Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin),



heparin dan anti



neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. E. Pengkajian Luka Model dan seni perawatan luka sesungguhnya telah lama di kembangkan yaitu sejak jaman pra sejarah dengan pemanfaatan bahan alami yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya, yang akhirnya perkembangan perawatan luka menjadi modern seiring ditemukannya ribuan balutan untuk luka. Menurut Carville (1998) tidak ada satu jenis balutan yang cocok atau sesuai untuk setiap jenis luka. Pernyataan ini menjadikan kita harus dapat memilih balutan yang tepat untuk mendukung proses penyembuhan luka. Pemilihan balutan luka yang baik dan benar selalu berdasarkan pengkajian luka. 1.



Tujuan Pengkajian a.



Mendapatkan informasi yang relevan tentang pasien dan luka



b. Memonitor proses penyembuhan luk



c.



Menentukan program perawatan luka pada pasien



d. Mengevaluasi keberhasilan perawatan 2. Pengkajian Riwayat Pasien Pengkajian luka harusnya dilakukan secara holistic yang bermakna bahwa pengkajian luka bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan berbagai factor yang dapat menghambat penyembuhan luka. (Carvile K 1998). Faktor –faktor penghambat penyembuhan luka didapat dari pengkajian riwayat penyakit klien. Faktor yang perlu diidentifikasi antara lain : 1. Faktor Umum a. Usia b. Penyakit Penyerta c. Vaskularisasi d. Status Nutrisi e. Obesitas f. Gangguan Sensasi atau mobilisasi g. Status Psikologis h. Terapi Radiasi i. Obat-obatan j. Faktor Lokal k. Kelembaban luka l. Penatalaksanaan manajemen luka m. Suhu Luka n. Tekanan, Gesekan dan Pergesera o.



Benda Asing



p. Infeksi Luka Sedangkan



pada



penatalaksanaan



perawatan



luka



perawat



mengevaluasi setiap pasien dan lukanya melalui pengkajian terhadap : Penyebab luka (trauma, tekanan, diabetes dan insuffisiensi vena) a. Riwayat penatalaksanaan luka terakhir dan saat ini



harus



b. Usia pasien c. Durasi luka; akut ( 12 minggu) d. Kecukupan saturasi oksigen e. Identifikasi faktor-faktor sistemik yang mempengaruhi penyembuhan luka; obat-obatan (seperti prednison, tamoxifen, NSAID) dan data laboratorium ( kadar albumin, darah lengkap dengan diferensial, hitung jumlah limposit total) f. Penyakit akut dan kronis, kegagalan multi sistem: penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, anemia berat, diabetes, gagal ginjal, sepsis, dehidrasi, gangguan pernafasan yang membahayakan, malnutrisi atau cachexia. g. Faktor-faktor lingkungan seperti distribusi tekanan, gesekan dan shear pada jaringan yang dapat menciptakan lingkungan yang meningkatkan kelangsungan hidup jaringan dan mempercepat penyembuhn luka. Menurut Carville (1998), Pengkajian luka meliputi : a. Type luka b. Type Penyembuhan c. Kehilangan jaringan d. Penampilan klinis e. Lokasi f. Ukuran Luka g. Eksudasi h. Kulit sekitar luka



i. Nyeri j. Infeksi luka k. Implikasi psikososial



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dewasa ini perawatan luka, penjahitan, dan pelepasan jahitan pada luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit. Terdapat 4 tahap penyembuhan luka, yaitu hemostasis, inflamasi, fase proliferasi, dan maturasi. A. Saran Sebagai calon perawat gawat darurat, menguasai materi perawatan luka sudah menjadi kewajiban kita. Materi perawatan luka akan kita gunakan ketika sudah bertugas nanti, dan jika kita tidak menguasai materi perawatan luka, bisa diperkirakan kita tidak akan tanggap dalam mengatasi luka yang dialami pasien.



Menjaga kebersihan ketika menangani luka pasien juga harus diutamakan, lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan luka pasien mengalami infeksi dan menghambat penyembuhan luka pasien.



DAFTAR PUSTAKA Gitarja, Widasari Sri.2014.Perawatan 2014.Bogor:WOCAREcenter.



Luka:Student



Handbook



CWCCA



http://www.wounds1.com/care/procedure20.cfm/35 diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 pada pukul 13.00 WITA Suriadi. 2007.Manajemen luka. Pontianak: Stikep Muhammadiyah. https://www.google.co.id/url?q=https://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/ modul%2520labskill/genap%2520IGenap%2520I%2520%2520Hecting.pdf&sa=U&ved=0ahUKEwi20fqxzeXWAhWCbrwKHW DtCa0QFgglMAA&usg=AOvVaw diakses pada tanggal 25 Oktober 2017 pada pukul 16.00 WITA