Makalah KSBS Kel 2 - A3 - Berpikir Sistem [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KSBS “BERPIKIR SISTEM”



DOSEN PENGAMPU : CHRISTIANA TUTY ERNAWATI, SKM., M.Kes



KELOMPOK 2 WITRI PUTRI SARI



(1811216029)



DANI TIRTAJAYA PRAMANA



(1911211016)



AZZAH FADHILAH



(1911212001)



DIAN MUSLIMAH



(1911212017)



RIDA TARTILA



(1911212048)



NADHIYATUL ALHAMDA



(1911213007)



MEZI FRANSISKA



(1911213008)



FAJRI RAZES



(1911216003)



VIVI SUTIA DESMALINDA



(1911216004)



DINA OKTAVIA



(2011216011)



PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2020 i



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Berpikir Sistem”. Tidak lupa juga, kami sangat berterima kasih kepada ibuk dosen KSBS yaitu Ibu Christiana Tuty Ernawati, SKM., M.Kes, yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah tentang “Berpikir Sistem” dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Padang, 25 Oktober 2020



Kelompok 2



i



DAFTAR ISI



ii



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang..............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2 1.3 Tujuan...........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1 Berpikir Sistem.............................................................................................3 2.2 Teori Sistem..................................................................................................5 2.3 Kategori Sistem...........................................................................................10 2.4 Jenis Sistem.................................................................................................11 2.5 Perbedaan Berfikir Sistem dengan Berfikir Sistematik..............................13 2.6 Pendekatan Berpikir Sistem........................................................................13 2.7 Sistem Pemikiran dan Pemodelan dalam Kesehatan Masyarakat..............15 BAB III PENUTUP...............................................................................................17 3.1 Kesimpulan.................................................................................................17 3.2 Saran............................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19



i



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Berpikir sistem merupakan sebuah disiplin ilmu untuk membuat sesuatu secara menyeluruh. Dalam dunia yang semakin dinamis dan perkembangan teknologi yang semakin cepat, dibutuhkan pemimpin yang mampu melakukan perubahan menggunakan pendekatan berpikir sistem (system thingking). Berpikir sitem merupakan sebuah pendekatan teknis dalam mengelola kompleksitas dan kecepatan sebuah perubahan. Perubahan baik tercipta jika digerakkan oleh pemimpin yang baik pula. Memahami berpikir sistem sebagai pendekatan dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, merupakan upaya menjaga integritas dan tanggung jawab dalam memimpin. Selain berpikir sistem telah diterapkan dalam cara kerja mekanis berbagai ilmu, dan digunakan oleh para filsuf unutk memahami kinerja alam semesta, serta oleh para manajer dalam penerapan manajemen organisasi secara efektif. Dalam perspektif berpikir sistem, pemahaman yang menyeluruh akan suatu fenomena dihasilkan dari analisis berbagai kegiatan komponen menyusun dengan melihat keterkaitan anatr komponen yang mencirikan bagian dari suatu sistem. Berpikir sistem merupakan suatu model kognisiuntuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh. Keterampilan berpikir sistem di masa depan, seperti halnya pengembanagn strategi back casting, strategi permainan kata-kata, strategi permainan kata-kata, strategi pemetaan konsep, pengembangan model pembelajaran dan penugasan, serta pengembangan melalui aplikasi perangkat lunak. Selain fokus pada pemunculan gagasan-gagasan baru, pengembanagn keterampilan berpikir sistem dalamm pembelajaran juga harus melibatkan unsur pedagogik yang umum dilakukan.



ii



1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan masalahnya yaitu bagaimana kepemimpinan manajerial dalam dinas kesehatan?



1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kepemimpinan manajerial dalam dinas kesehatan.



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Berpikir Sistem Definisi



sistem



menurut



World



Health



Organization



(WHO)



menekankan pada suatu pendekatandalam memecahkan masalah. Dalam laporan tentang aplikasi Berfikir Sistem dalam sistem kesehatan, WHO (2009) mendefinisikan sistem sebagai berikut: “an approach to problem solving that views "problems" as part of a wider, dynamic system”. Terjemahan secara bebas definisi tersebut adalah sistem merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah dengan “masalah” sebagai bagian dari masalah yang lebih luas yang besifat dinamis. Misalnya



masalah



kepatuhan ibu hamil dalam menjalankan pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care/ANC) merupakan bagian dari masalah sosial dan budaya yang ada di keluarga dan wilayahnya. Artinya masalah kepatuhan itu bukan hanya dilekatkan pada si ibu hamil sendiri. Penyebaran merupakan



masalah



yang



diturunkan



dari



penyakit



leptospirosa



masalah lingkungan dan



ekologis yang lebih luas seperti kebiasaan buang sampah, banjir, lingkungan kumuh dan sebagainya. Para ahli, pemikir, dan praktisi di bidang sistem telah membuat berbagai



definisi tentang sistem. Menurut Ludwig von



Bertalanfy,



penggagas General System Theory, menyatakan “system is an entity that maintains its existence through the mutual interaction of its parts to achieve”. Secara bebas dapat diartikan sistem adalah suatu entitas yang berusaha menjaga keberadaannya dengan melakukan hubungan yang menguntungkan dengan elemen-elemennya untuk mencapai tujuan. Bertalanfy mendefinisikan sistem dengan berfokus pada entitas, yaitu suatu obyek atau benda (hidup atau mati), eksistensi, dan tujuan. Sistem pelayanan kesehatan di klinik berusaha mencapai tujuan yaitu mencapai efisiensi yang optimal dengan melakukan koordinasi antar bagian dari pelayanan di klinik seperti poli



ii



dokter umum, radiologi, laboratorium klinik, keuangan, administrasi, dan pemasaran (Battle-Fisher, 2015). Menurut



Battle-Fisher



(2015)



dalam



bukunya



yang



berjudul



Application of System Thinking to Health Policy and Public Health Ethicsmenyatakan ada delapan karakteristik berfikir sistem yaitu: a. Memandang masalah secara keseluruhan; b. Cenderung mendorong pada kemajuan; c. Selalu melihat adanya ketergantungan antar elemen; d. Lebih memperhatikan jangka panjang; e. Fokus pada struktur masalah, bukan saling menyalahkan; f. Sebelum membuat keputusan, kadang menyertakan/mempertimbangkan sesuatu yang paradoks (tidak biasa); g. Membuat pemetaan dan simulasi untuk memperlihatkan sistem; dan h. Menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem. Berpikir sistem merupakan suatu bentuk alternatif cara berpikir di luar paradigma mekanistik dan reduksionis yang melihat suatu fenomena melalui analisis bagianbagian penyusunnya secara terpisah. Dalam perspektif berpikir sistem, pemahaman yang menyeluruh akan suatu fenomena dihasilkan dari analisis berbagai tingkatan komponen penyusun dengan melihat keterkaitan antar komponen yang mencirikan bagian dari suatu sistem. Berpikir sistem merupakan suatu modal kognisi untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh. Walaupun demikian, berpikir sistem tidak bersifat intuitif atau bawaan. Diperlukan waktu untuk melatih keterampilan ini dengan sangat eksplisit. Berbagai strategi pedagogis digunakan dalam konteks pendidikan tinggi terkait dengan pembelajaran yang berkelanjutan, termasuk proyekproyek visioner yang berfokus pada pengembangan Keterampilan



berpikir



sistem



di



masa



depan,



seperti



halnya



pengembangan strategi back casting, strategi permainan kata-kata, strategi pemetaan konsep, pengembangan model pembelajaran dan penugasan, serta pengembangan melalui aplikasi perangkat lunak. Selain fokus pada pemunculan gagasan-gagasan baru, pengembangan keterampilan berpikir



3



sistem dalam pembelajaran juga harus melibatkan unsur pedagogik yang umum dilakukan.



2.2



Teori Sistem Teori sistem lahir karena gagalnya pendekatan reduksionis dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang semakin kompleks. Pendekatan reduksionis adalah cara untuk mengatasi masalah dengan membagi-bagi permasalahan tersebut menjadi elemen- elemen yang lebih kecil tanpa adanya hubungan di antara berbagai elemen tersebut. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan mekanis. Teori sistem telah ada sejak tahun 1930-1940an dan melihat permasalahan tidak secara mekanis dan terpecah-pecah, melainkan memandangnya sebagai satu kesatuan yang utuh. Tokoh teori sistem yang berpengaruh antata lain Norbert Wiener yang menggagas aplikasi sistem pada teknik Komunikasi dan Kontrol (Sibernetika), dan Ludwig von Bertalanffy yang mengaplikasikan sistem pada ilmu biologi dan melahirkan General System Theory (Leveson, 2011). Hester & Kevin (2014) dalam bukunya yang berjudul Systemic Thinking: Fundamentals for Understanding Problem and Mess mendefinisikan teori sistem sebagai berikut: “a unified group of specific propositions which are brought together to aid in understanding systems, thereby invoking improved explanatory power and interpretation with major implications for systems practitioners” atau terjemahan secara bebas Teori Sistem adalah sekumpulan pernyataan yang berfungsi membantu pemahaman tentang “Sistem”, sehingga dapat meningkatkan penjelasan dan pemahaman bagi praktisi di bidang sistem. Lebih lanjut Hester & Kevin (2014) mengelompokkan teori sistem ke dalam 6 (enam) jenis yaitu: 1) General system theory (GST); 2) Living system theory; 3) Mathematical models theory; 4) Cybernetics; 5) Social system theory; dan 6) Philosophical system theory.



4



1. General system theory (GST) Teori ini dikembangkan pertama kali oleh Ludwig von Bertalanffy, Kenneth Boulding, Anatol Rapport, dan Ralph Gerard. Para penganut teori ini membentuk komunitas yang disebut dengan International Society for System Science (ISSS). Teori ini pada mulanya digunakan untuk membantu seseorang dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan secara umum. Namun dalam perjalanannya konsep GST melenceng dari pemikiran awal, salah satunya digunakan dalam ilmu biologi. Ada 7 (tujuh) prinsip yang dianut oleh GST, yaitu: a. Holism, yaitu pada sistem terdapat suatu sifat ‘keseluruhan’ yang jumlahnya lebih besar dari penjumlahan sub-subsistem b. Boundaries, yaitu sistem berupaya membuat aturan untuk membatasi dirinya dengan lingkungan c. Hierarchy, yaitu setiap elemen sistem harus ‘patuh’ terhadap peraturan yang dimiliki sistem d. Mutuality, yaitu setiap elemen dalam sistem saling tergantung dengan yang lain e. Equilibrium, yaitu setiap sistem cenderung mencari kondisi keseimbangan (steady state) di antara dua kekuatan yang saling berlawanan f. Equifinality, yaitu sistem selalu menggunakan berbagai macam cara/jalan untuk mencapai tujuan g. Entropy, yaitu sistem yang tidak pernah dikontrol cenderung akan mengalami perbaikan yang berulang. 2. Living system theory Kontributor utama teori ini adalah James Grier Miller (1916-2002). Miller mendeskripsikan sistem kehidupan dari aspek pengorganisasian, cara kerja, perkembangannya, hingga mati, serta menganggap sistem kehidupan sebagai sistem yang terbuka (open system) yaitu menerima umpan balik (masukan) dari lingkungan.



5



Teori ini memberi kontribusi berupa “8 levels of living system” yang membagi sistem kehidupan dalam delapan tingkatan yaitu: 1) cell (sel); 2) Organ; 3) Organism (organisme); 4) Group (kelompok); 5) Organization; 6) Community (komunitas); 7) Society (peradaban); dan 8) Supranational system (sistem supranasional).



3. Mathematical models theory Kontributor utama teori ini adalah Mesarovic, Wymore, dan Klir. Para peng



gagas teori ini menggunakan model-model persamaan



matematika yang kaku untuk menjelaskan sebuah sistem, termasuk melibatkan pendekatan aksioma matematika ke dalam teori sistem. Misalnya untuk menjelaskan kondisi status gizi seseorang apakah termasuk obesitas atau tidak, penjelasannya menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu 𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝐵 (𝑇𝐵) 2 dimana BB adalah berat badan dalam kg dan TB adalah tinggi badan dalam cm. Seseorang dalam kondisi obesitas jika IMT > 25 kg/cm2 . Sehingga rumus matematika ini menjelaskan



sistem



metabolisme



gizi



dalam



tubuh



yang



direpresentasikan dalam indeks massa tubuh sebagai perbandingan antara berat badan terhadap kuadrat tinggi badan. 4. Cybernetics Kontributor utama teori ini adalah Norbert Wiener (1894-1964). Kata “cybernetics” sendiri berasal dari bahasa Yunani “kybernetes” yang artinya pilot atau pengemudi. 6



Teori ini menggunakan konsep regulasi (kebijakan) dan komando (perintah) dalam menjelaskan sistem. Regulasi dan komando dipahami penganut teori ini sebagai Komunikasi dan Kontrol, yang menghasilkan Umpan Balik (feedback). Kontribusi dari teori ini adalah robot yang dijalankan dengan komunikasi (berbentuk bahasa program) dan kontrol (berupa panel-panel pengontrol gerak). Teori ini kemudian dikembangkan oleh Ashby (seorang dokter) dalam menjelaskan sistem tubuh manusia, dan Jay Forrester (dari MIT) dalam mengembangkan dinamika sistem (system dynamics) untuk menjelaskan sistem yang sangat kompleks. Pengontrolan kedisiplinan lalu lintas menggunakan CCTV pada lampu merah di beberapa kota di Indonesia akhir-akhir ini merupakan salah satu bentuk sibernetik. Pada sistem ini ada Kontrol (berupa layar pengendali di ruang kontrol) dan Komunikasi (penyampaian informasi oleh operator mengenai pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi). 5. Social system theory Kontributor utama teori ini adalah Talcott Parsons (1902-1979), dan Niklas Luhmann (1927-1988). Kedua penggagas teori ini menggunakan konsep hubungan antar manusia (HAM) untuk membentuk elemen struktural sistem sosial. Kontribusi teori ini adalah menghasilkan dasar-dasar untuk menganalisis hubungan manusia dengan organisasi berdasarkan sistem (ecological system) Namun demikian antara kedua tokoh ini terdapat dua pandangan berbeda, yaitu: b. Menurut Talcott, sistem sosial ditentukan kegiatan atau aktivitas manusia c. Menurut Luhman, sistem sosial tidak mungkin hanya terbentuk oleh aktivitas manusia namun membutuhkan proses komunikasi 6. Philosophical system theory Kontributor teori ini adalah Ervin Laszlo dan Mario Bunge. Kontribusi kedua tokoh ini adalah sebagai berikut:



7



a. Kontribusi Ervin Laszlo 1) Mengembangkan memudahkan



mengembangkan



“bahasa”



sistem



yang



pemahaman antar disiplin ilmu yang terbagi atas



“konsep khusus” dan “terminologi khusus”. 2) Memastikan



agar



praktisi



sistem



tidak



gagal



dalam



mengkomunikasikan idenya yang disebabkan oleh lemahnya pemahaman akan disiplin ilmu tertentu . b. Kontribusi Mario Bunge 1) Memahami bahwa “mekanisme” merupakan bagian dari sistem dan tidak dapat dipisahkan (Bunge’s utilization of mechanism) 2) Mekanisme ini disebut dengan Proses dalam sistem. 3) Kontribusi pemikiran Bunge menguatkan pemikiran bahwa ‘Sistem’ merupakan sesuatu yang unik, dapat berkembang, dan filosofis. Menurut teori ini suatu ilmu dapat dipelajari, jika memiliki tiga elemen berikut: 1) Systems epistemology (Epistemologi); 2) Systems ontology (Ontologi); dan 3) Systems axiology (Aksiologi). Epistemiologi merupakan cara sebuah ilmu pengetahuan menginterpretasikan suatu realitas pada masyarakat, atau epistemelogi memberikan pemetaan terhadap posisi ilmu pengetahuan.Ontologi merupakan elemen-elemen dari ilmu pengetahuan yang berisi istilah-istilah (vocabulary) untuk memahaminya. Sedangkan Aksiologi menerangkan nilai-nilai dan pilihan-pilihan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan, atau menerangkan manfaat dari ilmu pengetahuan. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda tentang sistem. Misalnya pada sistem pelayanan kesehatan, bagi mereka yang aktif dalam membela hak-hak anak memandang sistem tersebut harus ramah terhadap anak. Bagi orang-orang yang berfokus pada kesehatan lansia, mengharapkan sistem pelayanan kesehatan harus mengutamakan lansia. Persepsi si A tentang perilaku si B, akan berbeda dengan persepsi si C tentang perilaku si B.



8



2.3 Kategori Sistem Gerald Weinberg dalam bukunya yang berjudul An introduction to General System Thinking (1975) membagi sistem dalam tiga kategori, yaitu 1) Organized simplicity; 2) Unorganized complexity; dan 3) Organized complexity. Ketiga kategori sistem tersebut disajikan pada gambar 2 berikut ini (Leveson, 2011). Menurut Weinberg, sebuah sistem memiliki dua karakteristik yang berbeda yakni degree of randomness dan degree of complexity. Degree of randomness menggambarkan tingkat keragaman masalah yang ada dalam sistem yang sifatnya dapat dikendalikan oleh sistem dengan melakukan pembatasan. Degree of complexity menggambarkan tingkat kerumitan masalah dalam sistem yang sifatnya sulit dikendalikan.



Gambar 2.1 Tiga kategori sistem menurut Weinberg (1975) 1. Organized simplicity Kondisi sistem yang organized simplicity memiliki tingkat keragaman masalah dan kerumitan masalah yang rendah. Permasalahan pada kondisi ini tidak rumit dan dapat diatasi dengan pendekatan reduksionis yaitu memilah-milah masalah besar menjadi masalah yang



9



lebih kecil. Misalnya pada pelayanan pendaftaran pasien di klinik ada masalah dengan komputer yang tidak menyala. Masalah ini dapat diatasi dengan menyerahkan komputer ke bagian pemeliharaan untuk diperbaiki. 2. Unorganized complexity Pada kondisi ini, tingkat kompleksitas masalah sedang, namun keragamannya sudah tinggi sehingga timbul kompleksitas yang belum terorganisasi dengan baik. Misalnya unit pelayanan pasien rawat jalan di rumah sakit yang kunjungan pasiennya semakin meningkat (degree of randomness tinggi) tetapi masih dapat dikendalikan oleh bagian pelayanan (degree of complexity rendah-sedang). Untuk memecahkan masalah kunjungan pasien yang tinggi ini, sistem dapat memanfaatkan analisis statistik, misalnya dengan menggunakan aplikasi sistem informasi untuk mengendalikan pasien yang berkunjung. 3. Organized complexity Pada kondisi ini, tingkat keragaman masalah tidak begitu tinggi, namun kompleksitasnya sangat tinggi dan sulit dikendalikan oleh sistem. Misalnya pada unit pelayanan pasien rawat jalan di rumah sakit dengan kunjungan pasien yang dapat dikendalikan namun terdapat kompleksitas masalah yang sulit dikontrol (seperti masalah absensi petugas kesehatan karena sistem remunerasi/gaji yang buruk, terdapat lonjakan jumlah pasien karena adanya bencana alam, dan sebagainya. Menurut Weinberg, kondisi ini hanya dapat diatasi dengan pendekatan sistem.



2.4 Jenis Sistem Terdapat dua jenis sistem yang ada di dunia ini yaitu sistem manusia (man system) dan sistem buatan manusia (man-made system). Sistem manusia terdiri dari subsistem-subsistem yang membetuk manusia dan menyebabkan manusia dapat berinteraksi dengan sistem manusia lainnya.



10



Subsistem tersebut antara lain sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem syaraf, sistem peredaran darah, sistem reproduksi, sistem hormonal, dan sebagainya. Manusia dalam kehidupannya dapat menciptakan sistem yang dibentuk untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan. Sistem informasi dibuat manusia untuk mengolah berbagai data sehingga menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan. Sistem kesehatan diciptakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan pada masyarakat seperti akses pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sebagainya. Sistem juga terbagi atas sistem yang terbuka (open system) dan sistem yang tertutup (closed system). Sistem tertutup ditandai dengan tidak adanya interaksi elemen-elemen sistem dengan lingkungan luar. Hampir seluruh sistem buatan manusia dapat bersifat tertutup, tergantung pada desain yang ditentukan oleh pembuatnya. Sistem akuntansi pada sebuah perusahaan karena mengandung data keuangan yang sangat rahasia, dapat dibuat tertutup dari lingkungan luar. Sementara sistem manusia yaitu manusia itu sendiri merupakan sistem yang terbuka dan dipengaruhi oleh lingkungan. Ungkapan manusia adalah makhluk sosial menguatkan pernyataan bahwa manusia adalah sistem yang terbuka. Secara grafis sistem tertutup dan terbuka disajikan pada gambar 2 berikut.



Dari gambar diatas terlihat bahwa sistem tertutup “menolak” informasi atau umpan balik dari lingkungan, sedangkan sistem terbuka selalu menerima informasi dan umpan balik dari lingkungan. Sifat ketertutupan dan



11



keterbukaan sistem mempengaruhi karakteristik sistem yang akan dibahas secara lengkap pada sub topik berikutnya.



2.5 Perbedaan Berfikir Sistem dengan Berfikir Sistematik Terdapat kesalahan pengertian antara berfikir sistem dengan berfikir sistematik. Meski terlihat mirip, namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan. Hester & Kevin (2014) menganalogikan berfikir sistematik dengan otak kiri yang identik dengan logika, urutan, rasional, analitis, obyektif, dan terpisah-pisah. Sedangkan berfikir sistem identik dengan otak kanan dengan karakteristik yang bersifat random, intuisi, holistik, sintesa, subyektif, dan menyeluruh. Secara terperinci Hester &Kevin (2014) membedakan keduanya pda tabel 2.1 berikut.



2.6 Pendekatan Berpikir Sistem Pendekatan System Thinking merupakan pendekatan yang mengenali hubungan saling bergantung (interdependent) dan berkaitan (interrelated) dari unsur-unsur dalam suatu sistem. Pada awalnya pendekatan ini digunakan dalam ilmu biologi (1950 –1960), yang kemudian diadaptasi oleh ilmu sosial sebagai metode dalam memahami fenomena di dunia nyata. Dalam pendekatan berfikir sistem dikenal adanya paradigma yang menyatakan bahwa suatu perubahan (perilaku atau dinamika) dimunculkan oleh suatu struktur (unsur-unsur pembentuk yang saling bergantung/interdependent).



12



Selanjutnya, hubungan unsu-unsur yang saling bergantung itu merupakan hubungan sebab akibat umpan balik bukan hubungan sebab akibat searah dan merupakan proses yang berlanjut (on going process) bukan potret-potret sesaat. (Senge, 1990 dalam Tasrif, 2004). Dalam paradigma berfikir sistem, hubungan sebab akibat yang mempunyai polarisasi digambarkan dengan menggunakan anak panah yang di bagian sebelah kiri atau kanan ujung runcingnya diberi tanda positif (+) atau negatif (-). Anak panah bertanda positif dapat berarti sebab akan menambah akibat atau sebab akan mempengaruhi akibat dalam arah perubahan yang sama (pengaruh variabel yang lain terhadap akibat, jika ada, dianggap tidak ada). Arah perubahan yang sama berarti bahwa jika sebab meningkat (atau menurun), pengaruhnya terhadap akibat akan menyebabkan akibat yang meningkat (atau menurun pula). Sedangkan anak panah bertanda negatif dapat berarti sebab akan mengurangi akibat atau sebab mempengaruhi akibat dalam arah perubahan yang berlawanan (pengaruh variabel yang lain, jika ada, dianggap tidak ada). Arah perubahan yang berlawanan berarti bahwa jika sebab meningkat (atau menurun), pengaruhnya terhadap akibat akan sebaliknya yaitu menyebabkan akibat yang menurun (atau meningkat) Pendekatan berpikir sistem memiliki alat (tools) yang dikenal dengan nama sistem Archetype yang berguna untuk mengenali pola tingkah laku sistem. Tiap Archetype menggambarkan garis cerita dengan tema tersendiri, pola tingkah laku secara khusus dapat digambarkan dan struktur sistem yang unik dapat dilukiskan dengan diagram sebab akibat (causal loop diagram/CLD). Dalam paradigma berfikir sistem, struktur (sekumpulan lingkar sebabakibat) ini menentukan perilaku (behaviour atau dinamika) suatu fenomena. Lingkar sebab-akibat positif akan menghasilkan suatu perilaku pertumbuhan (growth) atau penurunan (peluruhan). Lingkar sebab akibat positif dikenal juga sebagai tipe Loop Reinforcing atau digunakan notasi “R”. Sedangkan lingkar sebab-akibat negatif akan menghasilkan suatu perilaku pencapaian tujuan (goal seeking) walaupun terkadang goal atau tujuan dalam lingkar itu



13



tidak tampak secara eksplisit. Lingkar sebab akibat negatif merupakan pula suatu proses penyeimbangan(Balancing process) dengan menggunakan notasi ”B”. Tahapan selanjutnya setelah terbentuk diagram sebab-akibat adalah dengan membuat perilaku beberapa unsur kunci dari struktur. Fenomena yang tampak dan terlihat pada kejadian di dunia nyata merupakan peristiwa yang bisa dilihat dan dirasakan. Peristiwa tersebut dalam perspektif waktu kemudian akan menghasilkan pola perilaku (behaviour over time/BOT) yang terbentuk dari struktur persoalan yang dibuat dalam bentuk diagram sebab akibat (causal loop diagram/CLD). BOT berisikan perilaku variabel atau unsur di masa lalu dan perkiraan perilaku variabel atau unsur di masa yang akan datang apabila tidak melakukan suatu perubahan apapun (Sulistyowati, 2012). 2.7 Sistem Pemikiran dan Pemodelan dalam Kesehatan Masyarakat Pemikiran sistem adalah konsep umum orientasi berkaitan dengan hubungan timbal balik antara bagian dan hubungan mereka keseluruhan yang berfungsi, sering dipahami di dalam konteks keseluruhan yang lebih besar. Sistem pemodelan adalah tradisi metodologis itu melibatkan penggunaan model atau simulasi formal sebagai alat bantu eksplisit untuk meningkatkan pemahaman kita sistem yang kompleks dan meningkatkan efektivitas tindakan kami di dalamnya.Pemodelan dan simulasi komputasi, sebagai  melengkapi eksperimen dan teori, adalah keunggulan dari pemikiran sistem terkini dan ilmu system.



14



15



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Berpikir sistem merupakan suatu bentuk alternatif cara berpikir di luar paradigma mekanistik dan reduksionis yang melihat suatu fenomena melalui analisis bagian-bagian penyusunnya secara terpisah. Teori Sistem adalah sekumpulan pernyataan yang berfungsi membantu pemahaman tentang “Sistem”, sehingga dapat meningkatkan penjelasan dan pemahaman bagi praktisi di bidang sistem.Hester & Kevin (2014) mengelompokkan teori sistem ke dalam 6 (enam) jenis yaitu: 1) General system theory (GST); 2) Living system theory; 3) Mathematical models theory; 4) Cybernetics; 5) Social system theory; dan 6) Philosophical system theory. Tiga kategori sistem menurut Weinberg (1975) yaitu: Organized simplicity, Unorganized complexity, dan Organized complexity. Terdapat dua jenis sistem yang ada di dunia ini yaitu sistem manusia (man system) dan sistem buatan manusia (man-made system). Pendekatan System Thinking merupakan pendekatan yang mengenali hubungan saling bergantung (interdependent) dan berkaitan (interrelated) dari unsur-unsur dalam suatu sistem. Pendekatan berpikir sistem memiliki alat (tools) yang dikenal dengan nama sistem Archetype yang berguna untuk mengenali pola tingkah laku sistem. Pemikiran sistem adalah konsep umum orientasi berkaitan dengan hubungan timbal balik antara bagian dan hubungan mereka keseluruhan yang berfungsi, sering dipahami di dalam konteks keseluruhan yang lebih besar. Sedangkan sistem pemodelan adalah tradisi metodologis itu melibatkan penggunaan model atau simulasi formal sebagai alat bantu eksplisit untuk meningkatkan pemahaman kita sistem yang kompleks dan meningkatkan efektivitas tindakan kami di dalamnya.



16



3.2 Saran Dari penulisan makalah ini, kelompok berharap agar pembaca ataupun pendengar dapat memahami penjelasan tentang Berpikir Sistem serta menjadikan makalah ini sebagai satu acuan. Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kelompok mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat ditulis lebih baik lagi.



19



DAFTAR PUSTAKA Heryana, Ade. 2017. “Pengertian Sistem dan Berfikir Sistem”. Jakarta Barat:Universitas



Esa



Unggul.



Diakses



online



di



https://www.researchgate.net/publication/321012052 pada 22 Oktober 2020 pukul 11.00 WIB. Nursani Zamzam.2014. Analisis Argumentasi Dan Penguasaan Konsep Dalam Menggambarkan Keterampilan Berpikir Sistem Pada Pemebelajaran Fisiologi Manusia. Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia. Supyandi Dika, Heryanto Mahra Arari. 2013. Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian : Pendekatan Analisis Berpikir Sistem. Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian Universitas Padjadjaran.



18