Makalah Kunci Kesuskesan Menuntut Ilmu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH AGAMA



KUNCI KESUKSESAN MENUNTUT ILMU



DISUSUN OLEH KELOMPOK ALI BIN ABI THALIB MAHFIRA LEDIS TIKA INTAN JUITA AYU SISMI INTAN FARADILA SANDY SAPUTRA ANSORI SAPUTRA IKHSAN AKBAR



SMA NEGERI 01 LEBONG ATAS KABUPATEN LEBONG



TAHUN 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang Kunci Kesuksesam Menuntut Ilmu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Penulis,



DAFTAR ISI Cover............................................................................................... Kata Pengantar................................................................................ Daftar Isi.......................................................................................... Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang....................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................. C. Tujuan Masalah...................................................................... Bab II Pembahasan A Keutamaan Ilmu dan Kewajiban Mencarinya.............................. B Hadits-Hadits Yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu...................... C Syarat Sukses Mencari Ilmu Menurut Ali bin Abi Thalib.............. Bab III Penutup A Kesimpulan................................................................................. B Kritik dan Saran.......................................................................... Daftar Pustaka.................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu. Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut alGhazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan,



kemuliaan,



kewibawaan,



pengaruh,



jabatan,



dan



kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi. Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.



Uraian di atas hanyalah uraian singkat betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, baik untuk kehidupan dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-benda di sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada banyak hadits, firman Allah, dan pendapat para ulama tentang pentingnya ilmu pengetahuan. B. Rumusan Masalah 1. Apa Keutamaan Ilmu dan Hukum Mencarinya? 2. Hadits Mana dang Menjelaskan Pentingnya Ilmu? 3. Apa Saja Syarat Sukses Mencari Ilmu Menurut Ali Bin Abi Thalib C. Tujuan Masalah 1. Mengetahui Apa Keutamaan Ilmu dan hukum mencarinya 2. Mengetahui hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu 3. Mengetahui Apa Saja Syarat Sukses Mencari Ilmu Menurut Ali Bin Abi Thalib



BAB II PEMBAHASAN A. Keutamaan Ilmu dan Kewajiban Mencarinya Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT yang diturunkan kepada RasulrasulNya dan alam ciptaanNya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah. Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun



persoalan



yang



berhubungan



dengan



kehidupan



duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan. Islam adalah sebuah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan,



bukan



hanya



dalam



teori



tapi



juga



dalam



praktik/kenyataan. Penghargaan ini terungkap dengan adanya ayat Al-Qur’an dan hadits yangmemberikan pujian terhadap orang yang berilmu. Al-Qur’an mengumpamakan orang yag berilmu yakni orang yang melihat (al bashir) sedangkan orang yang tidak berilmu di umpamakan sebagai orang yang buta (al a’ma), dan tentunya antara keduanya ini sangat lebih utama orang yang mempunyai penglihatan. Selain itu penghargaan terhadap ilmu juga dapat kita lihat dari janji-janji Allah bagi orang yang berilmu seperti dalam ayat Al-Qur’an surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi: ‫نيرفخع لالله لال لذنين خءلامكننولا مكنك رم ولال لذني ر‬ ‫خببريرر‬ ‫ن خ‬ ‫ج ا ت‬ ‫خ ر‬ ‫مرلنو خ‬ ‫م د خخر خ‬ ‫م ا ت خعع خ‬ ‫ه بب خ‬ ‫ت خولالل ر‬ ‫ن أورتنولا لال ععبل ع خ‬ ‫ب ع خ ب خ‬ ‫ر ب خ‬ ‫خع ب‬ Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan



beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.



Selain dalam surah al-Mujadilah, Allah juga berfirman mengenai keutamaan ilmu dalam surah az-Zumar ayat 9 ‫م‬ ‫ه ع‬ ‫ق ع‬ ‫ن‬ ‫ل ن‬ ‫وا نل ل ذ‬ ‫نو ي ال ل ذ‬ ‫منو ن‬ ‫منو ن‬ ‫ن نل ي ن ع‬ ‫ن ين ع‬ ‫ل ين ع‬ ‫ذي ن‬ ‫ذي ن‬ ‫عل ن م‬ ‫عل ن م‬ ‫ن ن‬ ‫ست ن ذ‬ Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orangorang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9) Banyak hadits berbicara tentang ilmu pengetahuan terutama mengenai keutamaan ilmu. Bahkan Kewajiban menuntut ilmu terpikulkan kepada umat islam. Sebelum Al-Ghazali memerincikan, Tidak ada keterangan secara spesifik menerangkan ilmu apa yang harus dicari, bagaimana hukumnya apakah fardhu ain ataukan fardhu kifayah ilmu apa yang harus dicari, bagaimana hukumnya apakah fardhu ain ataukan fardhu kifayah.Dan baru ada setelah beliau menyatakan bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah fardhu ain dan ilmu non



agama



sepertihalnya



matematika,



kedokteran,



fisika



dihukumi sebagai fardhu kifayah yakni kewajiban bagi orang yang kompeten. Oleh karenanya, jika di sebuah wilayah telah ada yang menjalankannya dengan baik maka kewajiban yang lain telah gugur. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya penafsiran Al-Ghazali dinyatakan telah melemahkan semangat umat islam dalam mencari ilmu non agama. Oleh karena itu maka muncul pendapat baru bahwa hukum dari menuntut ilmu baik agama ataupun non agama adalah fardhu ain. Terlepas dari penafsiran diatas ada banyak manfaat dalam menuntut ilmu seperti yang dikatakan ali bin abi thalib dalam kitab ihya’ Al-Ghazali, ali berkata kepada kumail: hai kumail ! ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum dan harta itu



terhukum harta itu berkurang apabila dibelanjakan dan ilmu akan bertambah. Juga dikisahkan bahwa nabi Sulaiman bin Daud AS disuruh memilih antara ilmu, harta, dan kerajaan (kekuasaan). Dan nabi suliman memilih ilmu dengan alasan akan sia-sia harta dan akan hancur kerajaan tersebut jika tidak dibarengi dengan ilmu. Maka kemudian di berikan kepadanya harta dan kerajaan tersebut. Dari kisah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa hal yang bersifat duniawi maupun yang bersifat akhirat akan menghampiri kita dengan sendirinya apabila kita berilmu. B. Hadits-Hadits Yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka bahkan menulis sebuah kitab yang khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Sabda Rasulullah SAW: (‫ة اعل نن عب ذنياءذ )رواه أبنو داود والترمذ ي وابن ماجه وابن حبان‬ ‫ونرث ن م‬ ‫ا نل ع م‬ ‫عل ن ن‬ ‫ماءم ن‬ Artinya :“Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban) Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut. Rasulullah SAW bersabda: ‫ع ن‬ ‫ض )رواه أبنو داود والترمذ ي‬ ‫ست ن ع‬ ‫ما ذ‬ ‫غ ذ‬ ‫نوا ذ‬ ‫فمر ل ذل ع ن‬ ‫ف ي ال ل‬ ‫ين ع‬ ‫س ن‬ ‫عال ذم ذ ن‬ ‫ت ن‬ ‫م ن‬ ‫والعر ذ‬ (‫وابن ماجه وابن حبان‬ Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban) Rasulullah SAW bersabda:



‫ه نن ن‬ ‫أن ع‬ ‫م ع‬ ‫ض م‬ ‫ه‬ ‫ست م ع‬ ‫ ي ن‬ ‫ف ن‬ ‫ج إ ذل ني ع ذ‬ ‫م ال ل ذ‬ ‫ؤ ذ‬ ‫ف ن‬ ‫حت ذي ع ن‬ ‫نا ع‬ ‫ن ال ع ن‬ ‫نا ع‬ ‫م م‬ ‫عن ع م‬ ‫ذ ع‬ ‫عال ذ م‬ ‫س ال ع م‬ ‫وإ ذ ذ‬ ‫ع ن‬ ‫ ي إ ذ ذ‬ ‫غن ذ ن‬ ‫ل اللنا ذ‬ ‫أن ع‬ ‫غنن ى ن ن ع‬ (‫ه )رواه البيهق ي‬ ‫ف ن‬ ‫س م‬ Artinya: “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Baihaqi) Hadits



ini



menjelaskan



bagaimana



keutamaan



ilmu



bagi



seseorang, dimana ia akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya. Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda: ‫ف د‬ ‫خي عررا ي م ن‬ (‫ن )رواه البخار ي ومسلم‬ ‫ه ن‬ ‫ه ذ‬ ‫ه بذ ذ‬ ‫ف ي ال د‬ ‫ق ع‬ ‫م ع‬ ‫ه م‬ ‫رذد الل م‬ ‫ن‬ ‫ن يم ذ‬ ‫دي ذ‬ Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah menggantungkan kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama, dalam arti kwalitas dan kwantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi penentu baik dan buruk seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan halal dan haram. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda: ‫ن‬ ‫ل ن‬ ‫مث ن ن‬ ‫ضا‬ ‫وال ع ذ‬ ‫ب أ نعر ر‬ ‫غي ع ث‬ ‫ه ذ‬ ‫ه بذ ذ‬ ‫إ ل‬ ‫صا ن‬ ‫ه ن‬ ‫ما ب ن ن‬ ‫ن ال ع م‬ ‫م ع‬ ‫عل عم ذ ك ن ن‬ ‫عث نذن ي الل م‬ ‫ل ن‬ ‫ن ن‬ ‫ثأ ن‬ ‫مث ن ذ‬ ‫ ن‬, ‫د ى‬ ‫ ن ن‬, ‫قبل نت ال عماءن‬ ‫ها ن‬ ‫ف ن‬ ‫طائ ذ ن‬ ‫ن‬ ‫ع ع‬ , ‫ب ال عك نذثينر‬ ‫ة طني دب ن ة‬ ‫ف ة‬ ‫ت ذ‬ ‫ش ن‬ ‫وال ع م‬ ‫فأن عب نت ن ع‬ ‫ة ن ذ ع‬ ‫كان ن ع‬ ‫من ع ن‬ ‫ن‬ ‫ ن‬, ‫ت ال عك ننل ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫و ن‬ ‫س ن‬ ‫فن ن ن‬ ‫ ن‬, ‫ماءن‬ ‫ف ن‬ , ‫ها‬ ‫رمبنوا ذ‬ ‫ن ذ‬ ‫كا ن‬ ‫ف ن‬ ‫جاذد م‬ ‫ها أ ن‬ ‫سك ن ع‬ ‫من ع ن‬ ‫ه بذ ن‬ ‫م ن‬ ‫من ع ن‬ ‫ع الل م‬ ‫ت ال ع ن‬ ‫بأ ع‬ ‫ها اللنا ن‬ ‫ن‬ ‫ش ذ‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ب ن‬ ‫س م‬ ‫طائ ذ ن‬ ‫س ن‬ ‫ك‬ ‫ها أ ع‬ ‫ونزنر م‬ ‫ف ر‬ ‫ ي ذ‬ ‫م ذ‬ ‫ما ذ‬ ‫ة ذ‬ ‫عا ة‬ ‫قي ن‬ ‫صا ن‬ ‫من ع ن‬ ‫و ن‬ ‫ن نل ت م ع‬ ‫خنر ى إن ل ن‬ ‫وأ ن‬ ‫ ن‬, ‫عنوا‬ ‫ ن‬, ‫نوا‬ ‫ق ع‬ ‫ن‬ ‫ه ن‬ ‫فذنل ذ ن‬ ‫ون ن ن‬ ‫ف م‬ ‫ن ن‬ ‫ ن‬, ‫ت ك ننل ر‬ ‫مث ن م‬ ‫ما‬ ‫ه ذ‬ ‫ن الل ذ‬ ‫ف ن‬ ‫ونل ت من عب ذ م‬ ‫م ع‬ ‫ه بذ ن‬ ‫ع م‬ ‫ق ن‬ ‫ل ن‬ ‫ك ن‬ ‫ال ع ن‬ ‫ ن‬,‫ه‬ ‫ ن‬, ‫ماءن‬ ‫ف ي ذدي ذ‬ ‫فع بذنل ذ ن ع‬ ‫ ن‬,‫ه‬ ‫مث ن م‬ ‫م‬ ‫و ن‬ ‫ه بذ ذ‬ ‫ف ن‬ ‫بن ن‬ ‫ك نرأ ر‬ ‫م ع‬ ‫ول ن ع‬ ‫ن لن ع‬ ‫ل ن‬ ‫و ن‬ ‫عل ل ن‬ ‫عل ذ ن‬ ‫عث نذن ي الل م‬ ‫م ي نعر ن ع ذ‬ ‫ ن‬, ‫سا‬ ‫ ن‬,‫م‬ ‫ ن‬,‫م‬ ‫م‬ ‫ين ع‬ ‫قب ن ع‬ (‫ه )رواه البخار ي ومسلم‬ ‫ل م‬ ‫ت بذ ذ‬ ‫ذ ي أعر ذ‬ ‫ه ال ل ذ‬ ‫د ى الل ذ‬ ‫ه ن‬ ‫سل ع م‬



Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: ‫خي عةر ل ن ن‬ ‫ه بذ ن‬ ‫ن‬ ‫عم ذ )رواه‬ ‫دا ن‬ ‫وا ذ‬ ‫ك ذ‬ ‫ه ذ‬ ‫نونالل ذ‬ ‫ه نل ن ع‬ ‫ر الن ل ن‬ ‫ن م‬ ‫ح ر‬ ‫ك نر م‬ ‫ن ين ع‬ ‫م ع‬ ‫ح ع‬ ‫ ي الل م‬ ‫د ن‬ ‫ ن‬, ‫جرل‬ ‫ف ن‬ ‫م ذ‬ (‫البخار ي ومسلم‬ Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu, maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim) Rasulullah SAW bersabda: ‫كان ل نه من اعل نجر مث ع م م‬ ‫ص ذنل ذ ن‬ ‫ نل ي نن ع م‬, ‫ه‬ ‫ك‬ ‫دن ن‬ ‫عا إنل ى م‬ ‫ع ذ ذ‬ ‫ن ت نب ذ ن‬ ‫لأ م‬ ‫ه ر‬ ‫م ع‬ ‫د ى ن ن م ذ ع‬ ‫ع م‬ ‫ر ن‬ ‫ق م‬ ‫جنو ذ‬ ‫م‬ ‫ة ن‬ ‫مث ع م‬ ‫م ن‬ ‫ن ن‬ ‫ن دن ن‬ ‫عا إنل ى ن‬ ‫ن اعل ذث عم ذ ذ‬ ‫ه ذ‬ ‫عل ني ع ذ‬ ‫ضنلل ن ث‬ ‫ر ذ‬ ‫كا ن‬ ‫أ م‬ ‫م ع‬ ‫م ع‬ ‫و ن‬ ‫ه ع‬ ‫ ن‬, ‫شي عرئا‬ ‫جنو ذ‬ ‫ل آنثام ذ‬ ‫ص ذنل ذ ن‬ ‫ه نل ي نن ع م‬ (‫م )رواه مسلم‬ ‫ن آنثا ذ‬ ‫ك ذ‬ ‫ت نب ذ ن‬ ‫م ع‬ ‫ه ع‬ ‫ع م‬ ‫ق م‬ ‫م ذ‬ Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka



‫ن‬ ‫م ع‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫م ع‬ ‫ن‬ ‫م ع‬ ‫ن‬



baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-pahala itu. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosadosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu” (HR. Muslim) Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: ‫ن‬ ‫صدن ن‬ ‫م ان ع ن‬ ‫إ ن‬ ‫م‬ ‫ع ن‬ ‫ري ن ة‬ ‫ق ة‬ ‫و ذ‬ ‫ن ث ننل ث‬ ‫ه إلل ذ‬ ‫ة ن‬ ‫قط ن ن‬ ‫ن آدن ن‬ ‫ما ن‬ ‫م ع‬ ‫ت اب ع م‬ ‫عل ع ة‬ ‫مل م م‬ ‫ع ن‬ ‫ذا ن‬ ‫ ن‬:‫ث‬ ‫أ ع‬,‫ة‬ ‫جا ذ‬ ‫ن‬ ‫ي من عت ن ن‬ (‫ه )رواه مسلم‬ ‫ح ي ندع م‬ ‫ع بذ ذ‬ ‫صال ذ ة‬ ‫ف م‬ ‫عنو ل ن م‬ ‫ول ندة ن‬ ‫و ن‬ ‫أ ع‬,‫ه‬



Artinya: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya” (HR. Muslim)



C. Syarat Sukses Mencari Ilmu Menurut Ali bin Abi Thalib “Tidak akan berhasil seseorang dalam mencari ilmu kecuali dengan enam syarat maka akan aku sampaikan kepadamu keseluruhan syarat-syarat tersebut dengan jelas cerdas, giat, sabar, mempunyai biaya adanya petunjuk dari seseorang guru dan dalam waktu yang lama.” Syair ini dikemukakan oleh Ali bin Abi Thalib pada saat Islam sedang dalam masa perkembangannya. Makna syair tersebut, kemudian dijadikan pedoman syarat sukses mencari ilmu. Indikator sebuah kesuksesan (keberhasilan) mencari ilmu adalah daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tertinggi. Yaitu yang telah dia pelajari atau diterima dari seorang guru. Kesuksesan tidak dipandang dari segi material (material oriented), dimana seseorang baru dianggap berhasil dalam mencari ilmu apabila dapat mengumpulkan banyak materi yang bersumber dari ilmu yang didapat. Keenam syarat sukses mencari ilmu dalam syair Ali bin Abi Thalib, yaitu: 1. Cerdas Cerdas bisa diartikan sebagai sempurna dalam perkembangan akal dan budi (Untuk berpikir, mengerti). Anak yang cerdas juga bisa diartikan sebagai anak yang tajam pikirannya. sehingga anak tersebut dapat mengingat, menghafal dan memahami segala



sesuatu



dengan



cepat. Dalam definisi yang lain,



kecerdasan (intellegensi) adalah kemampuan untuk memahami keterkaitan antara berbagai hal, kemampuan untuk mencipta, memperbaharui, mengajar, berpikir, memahami, mengingat, merasakan, dan berimajinasi, memecahkan permasalahan, dan kemampuan untuk mengerjakan berbagai pekerjaan dalam berbagai tingkat kesulitan.



Pada umumnya anak-anak memiliki ingatan yang tajam dan otomatis. Hal ini dikarenakan ingatan seorang anak masih murni dan bersih, belum dikotori oleh anggapan-anggapan dan problem-problem.



Karena



itu,



ia



mampu



untuk



banyak



menghafal dengan tanpa pemahaman. Kecerdasan peserta didik dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, seperti belajar, pemeliharaan kesehatan, makanan, olah raga, kondisi emosi, motivasi, meningkatkan kemampuan berpikir: yaitu dengan cara melatih



seorang



anak



untuk



dapat



mengerjakan



suatu



pekerjaan, permainan, membaca dan menelaah, hobi dan relaksasi 2. Giat Giat dalam hal ini diartikan sebagai kegigihan dan keuletan dalam menghadapi problem-problem yang ada selama proses belajar. Dalam Islam dikenal kata jihad yang berarti sunguhsungguh. Giat dalam belajar berarti selalu berusaha untuk terus menerus menekuni pelajaran dan melawan hawa nafsu yang ada dalam diri yang selalu menginginkan untuk berhenti dalam berusaha (belajar), sedangkan jihad mempunyai pengertian untuk selalu melawan hawa nafsu yang ada dalam diri tiap-tiap manusia. Giat mempunyai suatu unsur penunjang yang sangat penting dan sangat menentukan, yaitu kemauan. Kemauan disebut juga sebagai kekuatan, kehendak, dapat diartikan sebagai kekuatan untuk memilih dan merealisasi tujuan, dan untuk merealisasikan suatu



tujuan



memerlukan



suatu



kekuatan



yang



disebut



kemauan. Kemauan disebut juga dengan istilah motivasi. 3. Sabar Sabar berarti tahan dalam menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak patah hati). Dalam pengertian



yang



lain,



sabar



adalah



tetap



dan



teguhnya



dorongan keagamaan dalam menghadapi dorongan hawa nafsu. Manusia



sabar



akan



terus



berupaya



untuk



selalu



mempertahankan dorongan keagamaan yang ada pada dirinya, walaupun terkadang dorongan keagamaan tersebut terkesan



sulit untuk bisa diperjuangkan, hal ini berkaitan dengan adanya dorongan hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia yang bertolak belakang dengan dorongan keagamaan. Dengan demikian orang yang menginginkan kesuksesan di dalam mencari ilmu, maka dia diharuskan untuk bersabar, yaitu dengan



terus



berusaha



belajar



dan



Allah



memberikan



penghargaan kepada orang-orang yang bersabar dalam mencari (menuntut) ilmu dengan memberi keutamaan tiga ratus derajat. 4. Mempunyai Biaya Mempunyai biaya diartikan sebagai ongkos yang mencukupi untuk biaya hidup, sekiranya yang menuntut ilmu tidak lagi membutuhkan pertolongan dari orang lain dalam masalah rejeki. Seseorang yang sedang mencari ilmu disyaratkan untuk mempunyai



biaya



(ongkos).



Dimaksudkan



supaya



orang



tersebut bisa berkonsentrasi secara penuh dalam mencari ilmu (belajar) sehingga tidak terganggu dengan pemikiran-pemikiran yang lain yang bisa mengganggu dalam proses belajarnya. 5. Petunjuk dari Guru Guru mempunyai peran yang sangat penting bagi seorang murid, guru bertanggung jawab tidak sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Penuntut ilmu (murid) harus bertawadlu



(merendah



diri)



kepada



gurunya



dan



mempercayakan segala urusan kepadanya secara keseluruhan, serta tunduk kepada segala nasehatnya, memohon keridloan Allah, melalui bakti dan khidmat pada gurunya, suka membantu dan menolongnya, bahkan ikhlas berkorban apa saja demi memuliakan dan menghormatinya. 6. Waktu yang Lama Bahwasanya di dalam mencari



ilmu



apabila



seseorang



menginginkan agar benar-benar menguasai suatu ilmu maka haruslah mempelajari ilmu tersebut dalam waktu yang relatif lama, sebab hal-hal yang berhubungan dengan ilmu tersebut sangat banyak sehingga tidak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat. Suatu ilmu mempunyai suatu rangkaian yang sangat erat dengan ilmu lain.



Walaupun pola pemikiran dan cara pandang akan nilai suatu ilmu sudah mengalami pergeseran, tetap saja syarat sukses mencari ilmu dalam syair Ali bin Abi Thalib masih bisa kita jadikan sebagai pedoman yang apabila betul-betul dipenuhi keenam syarat tersebut, maka seseorang akan mencapai kesuksesan dalam mencari ilmu, baik kesuksesan itu dipandang dari sudut pandang salafi (klasik) maupun sudut pandang khalafi (modern).



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain seperti hewan. Bumi diserahkan kepada hewan-hewan itu sudah siap pakai. Akan tetapi manusia tidak demikian, bumi diserahkan kepada manusia itu sudah siap olah, manusia berkewajiban mengolah. Yang berarti manusia dituntut berupaya, berusaha, dan bekerja keras. Dalam arti belajar dengan tekun bagi para penuntut ilmu untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan. Dengan demikian berarti kerja keras manusia itu adalah bagian dari kewajibannya. Atau belajar dengan tekun adalah bagian dari kewajiban penuntut ilmu untuk mencapai tujuannya yang lebih baik.



B. Kritik dan Saran Kritik yang membangun dari teman-teman kami tunggu demi terwujudnya karya tulis yang lebih baik



DAFTAR PUSTAKA http://www.mushlihin.com/2013/10/education/syarat-suksesmencari-ilmu-menurut-ali-bin-abi-thalib.php http://s2831133050.blogspot.co.id/2014/07/makalah-tentang-ilmudan-keutamaannya.html