Makalah Laktasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS KONSEP DAN ASKEP MANAJEMEN LAKTASI Dosen Pengampu : Ns. Dora Samaria.,M. Kep



Disusun Oleh : Kelompok 3 Apriani Dwi Susanti 2010701012 Rima Siti Fadila



2010701043



Fina Afyanita



2010701049



Valvi Oktaviyani



2010701061



Winy Devirahayu



2010701064



Laila Nur Hafizah



2010701072



UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Ns. Dora Samaria.,M. Kep selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan Maternitas karena telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini. Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak makalah ini dibuat ,kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang “Konsep Dan Askep Manajemen Laktasi” dalam proses belajar mahasiswa D3 Keperawatan UPN Veteran Jakarta dan semoga materi ini dapat membimbing mahasiswa menjadi perawat yang berkompetensi dan profesional dimasa yang akan datang. Kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya tujuan dari penulisan makalah ini.



Jakarta ,4 September 2021



ii



DAFTAR ISI BAB 1...........................................................................................................................................1 A. Latar Belakang.…………………………………………………………………………...1 B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...2 A. Pengertian Manajemen Laktasi...........................................................................................2 B. Tujuan Manajemen Laktasi.................................................................................................2 C. Proses Laktasi......................................................................................................................3 D. Refleks pada proses laktasi………………………………………………………………..3



E. Refleks dalam Mekanisme Isapan………………………………………………………...4 F. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi..........................................................................4 G. Jenis ASI Berdasarkan Faktor Produksi ASI......................................................................6 BAB III ASUHAN KEPRAWATAN...........................................................................................8 A. B. C. D. E.



Pengkajian Keprawatan........................................................................................................8 Diagnosis Keprawatan..........................................................................................................8 Intervensi Keprawatan..........................................................................................................11 Implementasi Keprawatan....................................................................................................12 Evaluasi Keprawatan............................................................................................................12



BAB IV PENUTUP......................................................................................................................13 A. Kesimpulan...........................................................................................................................13 B. Saran.....................................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………14



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen Laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Maryunani, 2015). Menyusui dalam hal ini memberikan ASI eksklusif merupakan cara yang terbaik untuk bayi karena ASI mudah dicerna dan memberikan gizi dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi. Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Persiapan ASI eksklusif atau Manajemen Laktasi merupakan upaya yang dilakukan ibu dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting dilakukan, sebab dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap menyusui bayinya dan menunjang keberhasilan ASI eksklusif . Menyusu Dini , membantu terjadinya kontak langsung antara ibu-bayi selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal, dan yang paling penting ialah menciptakan suasana tenang agar ibu dapat berfikiran dengan penuh kasih sayang terhadap bayinya dan penuh rasa percaya diri untuk menyusui bayinya. B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan Pengertian Manajemen Laktasi 2. Menjelaskan Anatomi Payudara 3. Menjelaskan Tujuan Manajemen Laktasi 4. Menjelaskan Proses Laktasi 5. Menjelaskan Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi 6. Menjelaskan Refleks pada proses laktasi C. Tujuan Penulisan 1. 2. 3. 4.



Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Manajemen Laktasi Mahasiswa dapat mengetahui Tujuan Manajemen Laktasi Mahasiswa dapat mengetahui proses Laktasi Mahasiswa dapat mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manjemen Laktasi Manajemen Laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu Ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu Ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009). Manajemen Laktasi merupakan tata laksana yang dipelukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005) Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Laktasi ialah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusui. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011). B. Tujuan Manjemen Laktasi Manajemen laktasi merupakan usaha atau cara yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan menyusui. Menguasai manajemen laktasi merupakan hak dan kewajiban ibu dan calon ibu. Calon ibu dapat mempelajari manajemen laktasi sebagai bagian dari usaha mempersiapkan persalinan dan menyusui sehingga komplikasi dan hal-hal yang menghambat proses menyusui dapat dicegah. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia 2



(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari). C. Proses Laktasi Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain berfungsi memperlancar pembentukan ASI(sintesa pprotein) adalah insulin, kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain. Proses laktasi timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin ( hormon plasenta). yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, ASI pun mulai keluar. D. Refleks pada proses laktasi Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi. 1) Refleks Prolaktin Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. 2) Refleks Aliran (let down reflex) Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hifofisis depan tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dindng alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan ASI makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran ASI yang



3



mengalami bendungan tidak hanya mengganggu proses menyusui tetapi juga mudah terkena infeksi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas



E. Refleks dalam Mekanisme Isapan Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah refleks menangkap (rooting refleks), refleks menghisap, refleks menelan.



1) Refleks Menangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.



2) Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.



3) Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya F. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi 1. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), berdasarkan waktu produksinya komposisi ASI terdiri dari 3 macam yaitu: a. Kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI matang. b. ASI masa transisi yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. c. ASI matang yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah gizi, ketenangan jiwa dan pikiran, penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis payudara, faktor fisiologi, pola istirahat, hisapan anak atau frekuensi penyusuan,



4



berat bayi lahir, umur kehamilan saat melahirkan dan konsumsi rokok. (Ria, 2012). Gizi Status nutrisi berhubungan linier dengan status kesehatan seseorang, maka status nutrisi bayi juga berhubungan dengan status nutrisi maternal. Nutrisi ibu menyusui lebih tinggi dari pada ibu hamil (Pramusinto, 2010). Ibu yang sedang dalam masa menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari agar bisa menyusui bayinya dengan sukses. Sebanyak 300 kalori yang dibutuhkan berasal dari lemak yang ditimbun selama kehamilan (Prasetyono, 2012). Ibu menyusui memerlukan diet yang bervariasi, cukup untuk mempertahankan beratnya dan tinggi cairan, vitamin serta mineral. Ibu menyusui juga harus mengihindari diet penurunan berat badan, (Barness dan Curran, 2012). Kebutuhan energi pada masa menyusui sebanding dengan jumlah ASI yang diproduksi. Jumlah energi rata-rata pada ASI sekitar 70 kkal/100 ml. Sebanyak 80% energi ibu diubah menjadi energi susu, sehingga diperkirakan 85 kkal untuk setiap 100 ml ASI. Perhitungan produksi ASI per hari sebesar 750 ml pada enam bulan pertama dan sebesar 600 ml/hari pada enam bulan kedua, maka kebutuhan energi rata-rata untuk membentuk ASI pada enam bulan pertama dan kedua masing-masing 640 kkal/hari dan 510 kkal/hari (Pramusito, 2010) 2. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Menurut (Rini & D, 2017) hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI sebagai berikut: a. Makanan Produksi ASI Dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu menyusui. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. b. Ketenangan jiwa dan pikiran Untuk menghasilkan ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI. c. Penggunaan alat kontrasepsi Agar tidak mengurangi produksi ASI penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah IUD, kondom, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan. d. Perawatan payudara Hormon prolaktin dan oksitosin dihasilkan oleh hipofise dengan cara merangsang payudara melalui perawatan payudara. e. Anatomi payudara Jumlah lobus pada payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu. f. Faktor fisiologi ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu. 5



g. Pola istirahat Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu lelah maka ASI juga berkurang. h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan Semakin sering bayi disusui oleh ibu melalui payudara, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Frekuensi pemeberian ASI pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil studi mengatakan bahwa produksi ASI bayi prematur akan maksimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan ASI dilakukan karena bayi prematur belum bisa menyusu langsung pada ibu. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan frekuensi pemberian ASI 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berkaitan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali pe hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. i. Berat bayi lahir Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih baik dibanding Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kekuatan menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI yang lebih rendah pada bayi premature dibanding pada bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam menghasilkan ASI. j. Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap putting ibu secara efektif sehingga produksi ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. k. Konsumsi rokok dan alkohol Merokok menyebabkan tergganggunya hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat mengurangi volume ASI yang akan diproduksi. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasam oksitosin. Minuman beralkohol dosis rendah dapat menjadikan ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI, namun etanol yang terdapat dalam alkohol dapat menghambat produksi oksitosin. G. Jenis ASI berdasarkan faktor produksi ASI Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis menurut (Purwanti, 2004), yaitu : a. Kolostrum Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum yaitu susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak daripada susu matang.



6



Kolostrum adalah cairan yang lumayan kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan Asi mature, bentuknya lumayan kasar karena menyimpan butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat: - Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencerna siap untuk menerima makanan. - Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. - Mengandung zat antibody yang dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai macam penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan. Jika di bandingkan dengan ASI mature, kolostrum memiliki kandungan zat-zat sebagai berikut: 1. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI mature 2. Kolostrum lebih banyak mengandung antibody daripada ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan pertama. 3. Kolostrum lebih banyak mengandung immunoglobulin A (igA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi. 4. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature. Selain itu, protein utama pada ASI mature adalah kasein, sedangkan protein utama pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. 5. Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan mineral dibanding ASI mature. b. Air susu masa peralihan (masa transisi) Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih rendah daripada kolostrum. c. ASI mature Asi mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan byi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih kebirubiruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori daripada susu kolostrum ataupun transisi.



7



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



A. Pengkajian Keperawatan



Ibu harus memahami perilaku bayi sehubungan dengan menyusui. Ketika bayi lapar mereka biasanya menangis dengan keras hingga kebutuhannya terpenuhi. Bayi akan menunjukkan tanda bahwa dia siap untuk disusui yang bisa dikenali. Bayi menunjukkan beberapa tanda sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.



Gerakan tangan ke mulut atau tangan ke tangan Gerakan menghisap Reflek menoleh (rooting) Menggerakan mulut



Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu : 1. Riwayat menyusui Riwayat menyusui yang dimaksud : apakah ibu pernah menyusui sebelumnya atau belum. Bila sudah pernah menyusui sebelumnya perlu diketahui bagaimana posisi ketika menyusui, apakah sudah benar atau belum, apabila belum pernah menyusui maka hal ini dapat digunakan sebagai data untuk melakukan intervensi pendidikan kesehatan. 2. Pemeriksaan fisik pada ibu Pemeriksaan ini di fokuskan pada area mamae ibu , pemeriksaan ini meliputi : a. Inspeksi Perawat melihat bagaimana kondisi area mamae ibu, perawat memeriksa bagaimana warna mamae, apabila warna mamae terlihat kemerahan hal ini menandakan adanya peradangan pada daerah mamae. Kemudian melihat adanya pembengkakan. Pembengkakan merupakan respon umum pada payudara terhadap perubahan mendadak dalam hormone dan onset meningkatnya volume ASI secara signifikan. 8



b. Palpasi Perawat akan memeriksa payudara dengan cara memegang area mamae. Perawat akan mengidentifikasi apakah ada nyeri tekan. Nyeri ringan biasanya terjadi pada daerah putting susu selama beberapa hari pertama menyusui. Nyeri berat mengelupas, pecah-pecah atau berdarah pada putting susu tidak normal dan sering terjadi akibat posisi yang salah. B. Diagnosa Keperawatan



Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada periode laktasi menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). a) Menyusui efektif D.0028 Definisi : Pemberian ASI secara langsung dari payudara kepada bayi yang dapat memenuhi kenutuhan nutrisi. Penyebab Fisiologis 1. Hormon oksitosin dan protaktin adekuat 2. Payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI 3. Tidak ada kelainan pada sruktur payudara 4. Puting menonjol 5. Bayi aterm 6. Tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi Situasional 1. Rawat gabung 2. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan adekuat 3. Faktor budaya Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui Objektif 1. Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar 2. Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar 3. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam 4. Berat badan bayi meningkat 5. ASI menetes/memancar 6. Suplai ASI adekuat 7. Puting tidak lecet setelah minggu kedua 9



Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Bayi tidur setelah menyusui 2. Payudara ibu kosong setelah menyusui 3. Bayi tidak rewel dan menangis stelah menyusui Kondisi Klinis Terkait 1. Status kesehatan ibu baik 2. Status kesehatan bayi baik b) Menyusui tidak efektif D.0029 Definisi : Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui. Penyebab Fisiologis 1. Ketidakadekuatan suplai ASI 2. Hambatan pada neonatus (mis. prematuritas, sumbing) 3. Anomali payudara ibu (mis. puting yang masuk ke dalam) 4. Ketidakadekuatan refleks oksitosin 5. Ketidakadekuatan refleks menhispa bayi 6. Payudara bengkak 7. Riwayat operasi payudara 8. Kelahiran kembar   Situasional 1. Tidak rawat gabung 2. Kurang terpapar informasi tentang pentinya menyusui dan/atau metode menyusui 3. Kurangnya dukungan keluarga 4. Faktor budaya   Gejala dan Tanda mayor Subjektif 1. Kelelahan maternal 2. Kecemasan maternal   Objektif 1. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu 2. ASI tidak menetas/memancar 10



3. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam 4. Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua   Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia)   Objektif 1. Intake bayi tidak adekuat 2. Bayi menghisap tidak terus menerus 3. Bayi menangis saat disusui 4. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui 5. Menolak untuk mengisap   Kondisi Klinis Terkait 1. Abses payudara 2. Masititis 3. Carpal tunnel syndrome C. Intervensi Keperawatan



Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). 1) Diagnosa I : Menyusui efektif D.0028 a. Tujuan umum : Status Menyusui (L.03029) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status menyusui membaik dengan kriteria hasil: 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat 2. Kemampuan ibu mampu memposisikan bayi dengan benar meningkat 3. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam meningkat 4. Berat badan bayi meningkat 5. ASI menetes/memancar meningkat 6. Suplai ASI adekuat meningkat 7. Puting tidak lecet setelah minggu 2 minggu melahirkan meningkat b. Intervensi : Konseling Laktasi (I.03093) a. Observasi  Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui.  Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.  Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling menyusui. b. Terapeutik  Gunakan tehnik mendengar aktif.  Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar. 11







c. Edukasi Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu



2) Diagnosa II : Menyusui tidak efektif D.0029 a. Tujuan umum : Status Menyusui (L.03029) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status menyusui membaik dengan kriteria hasil:  Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat  Tetesan/pancaran ASI meningkat  Suplai ASI adekuat meningkat  Lecet pada putting menurun  Kelelahan maternal menurun  Kecemasan maternal menurun  Bayi tidak rewel b. Intervensi : Edukasi Menyusui (I.12393)  Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi. 2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui.  Terapeutik 1. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui. 2. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat.  Edukasi 1. Berikan konseling menyusui 2. jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi 3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan pelekatan (lacth on) dengan benar 4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan kapas yang telah diberikan minyak kelapa 5. Ajarkan perawatan payudara postpartum (mis memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitosin) D. Implementasi Keperawatan



Menurut Mitayani (2009),setelah keperawatan Selanjutnya tindakan yang nyata untuk rencana tersusun, dilakukan keperawatan mencapai hasil yang Diharapkan berkurangnya atau hilangnya masalah pada klien. E. Evaluasi Keperawatan



Menurut Mitayani (2012), evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri pasien dan menilai sejauh mana masalah klien dapat diatasi. 12



BAB IV PENUTUP



A. KESIMPULAN Menyusui yaitu proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan. Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota masyarakat para Ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan pada Ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan tetapi juga Ibu – Ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.



B. SARAN Tentunya kami sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.



13



DAFTAR PUSTAKA



Ambarwati, 2011, Asuhan Kebidanan Nifas,Yogyakarta : Mitra Cendikia Program Manajemen Laktasi, 2010, Buku Bacaan Manajemen Laktasi Jakarta : Perinasia http://wiyati.wordpress.com/2008/06/25/managemen-laktASI/ Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 6 September 2010; aku-anakpeternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html http://eprints.undip.ac.id/43466/3/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_-.pdf Bobak .(2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC



14