Makalah - Langkah Pengembangan Tes - Matkul Penilaian Kelas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penilaian Kelas



Dosen Pengampu: Dr. Edi Istiyono, M.Si.



Kelompok 9 Eli Meivawati



NIM 16701251017



Zarkasi



NIM 16701251012



PROGRAM STUDI S2 PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah dengan judul “Langkah-langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Kelas. Kami menemui banyak kendala dan kesulitan selama menyusun proposal ini, namun dengan berkat, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak kendala tersebut dapat teratasi. Karena itu, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih dengan setulus hati kepada: 1. Dr. Edi Istiyono, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Penilaian Kelas yang telah membimbing dan menyalurkan ilmu selama perkuliahan. 2. Teman-teman PEP Kelas A angkatan 2016 yang mau berbagi dan saling membantu dalam menyumbangkan ide, saran, dan perhatian selama menyusun makalah ini. Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca.



Yogyakarta, November 2017



Tim penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 A. B. C. D.



LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................... 1 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 2 TUJUAN PENULISAN ......................................................................................... MANFAAT PENULISAN .....................................................................................



BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. A. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN TES ............................................ B. CONTOH PENGEMBANGAN TES .................................................................... BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... A. KESIMPULAN ..................................................................................................... B. SARAN .................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Indonesia kebanyakan memiliki paradigma kuantitatif terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat diamati ketika banyak orang tua yang berlombalomba untuk memberikan anaknya les bimbingan belajar kesana-kemari agar anaknya menjadi nomor satu di sekolah. Sikap orang tua seperti itu tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Sebagai seorang guru dan akademisi, ada baiknya untuk memberikan pemahaman kepada mereka bahwa hasil belajar siswa tidak hanya sekedar angka yang diberikan oleh guru untuk siswa. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa, untuk itu tes hasil belajar merupakan dasar untuk memberikan penilaian hasil belajar yang seharusnya memiliki kemampuan secara nyata menimbang secara adil bagaimana kemampuan siswa yang sesungguhnya. Hasil belajar harus bisa merepresentasikan sejauh mana usaha siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan salah satu bentuk yang digunakan untuk mengukur perkembangan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Banyak orang tua yang meminta anaknya untuk belajar lebih giat ketika akan mengikuti tes hasil belajar, namun jika tidak diiringi dengan proses pembelajaran yang baik maka akan mengakibatkan hasil belajar yang tidak baik. Hal tersebut memicu permasalahan pada orang tua yang tidak mengetahui secara pasti usaha anaknya selama mengikuti proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat orang tua yakin dengan hasil belajar yang diinformasikan guru adalah dengan menunjukan sejauh mana tes kredibel untuk mengukur kemampuan siswa. Selain dari pada itu, sebagai pendidik sekaligus akademisi, maka sudah seharusnya kita



untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar yang baik dan benar sehingga tes dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pada penjelasan masalah diatas, tim penulis akan mengupas tuntas langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar. Dikaji dari pemikiran beberapa ahli di bidang tes dan dideskripsikan dengan memaparkan contoh dari setiap tahapan langkah pengembangan tes. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana langkah-langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar? 2. Bagaimana contoh pengembangan tes hasil belajar?



C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan langkah-langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar. 2. Mendeskripsikan contoh pengembangan tes hasi belajar.



D. MANFAAT PENULISAN 1. Memberikan informasi kepada mahasiswa sebagai calon guru dalam memahami dan mengetahui penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar yang akan dilakukan. 2. Bagi guru makalah ini akan menambah wawasan guru tentang penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.



BAB II PEMBAHASAN



A. TES HASIL BELAJAR Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan oleh Brown (1972:2) “A test will be defined as a systematic procedure for measuring a sample of an individual’s behaviour”. Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes. Pertama adalah kata systematic procedure yang artinya bahwa suatu tes harus disusun, dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Kedua adalah measuring of an individual’s is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu tingkah laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan terbatas pada isi (butir soal) tes yang bersangkutan. Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan atau soal-soal yang harus dijawab dan atau dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka disebut tes hasil belajar (achievement test). Hal ini sependapat dengan pendapat dari Thorndike &Hagen (1975:5) yang menyatakan bahwa “The type of ability test that describes what a person has learned to do is called an achievement test”. Berdasarkan pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test. Maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan. Dalam penyusunan tes setidak-tidaknya harus ada ciri atau karakteristik yang harus dimiliki agar tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik. Menurut Raharjo (2012), ciri-ciri penyusunan tes hasil belajar yaitu: 1. Tes hasil belajar yang baik adalah bahwa tes bersifat valid atau memiliki validitas. Kata “valid” dapat diartikan dengan : tepat, benar, shahih, absah,



sehingga kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan memiliki “validitas” apabila tes tersebut dengan secara tepat dan benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. 2.



Tes hasil belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Kata “reliabilitas” dapat diterjemahkan dengan keajegan (=stability) atau kemantapan (=cosistence). Apabila istilah tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur mengenai keberhasilan belajar peserta didik, maka tes dinyatakan reliabel jika hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah memiliki reabilitas (daya keajegan mengukur) apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja ujian tersebut dilaksanakan, diperiksa, dan dinilai.



3.



Tes hasil belajar tersebut bersifat objektif. Tes hasil belajar dikatakan sebagai tes yang obyektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan “menurut apa adanya”. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, maka istilah “apa adanya” tersebut arti bahwa materi tes diambil atau bersumber dari materi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Dilihat dari segi pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya, maka dengan istilah “apa adanya” itu terkandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilainya terhindar dari unsur-unsur subyektifitas yang melekat pada diri penyusun tes. Tester harus dapat menghindar sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan munculnya “hallo effect” sehingga tes hasil belajar tersebut menghasilkan nilai-nilai yang objektif.



4.



Tes tersebut bersifat praktis (practicability) dan ekonomis. Bersifat praktis mengandung arti bahwa tes hasil belajar dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes tersebut: a. Bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan yang banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya. b. Lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya, pedoman scoring, dan penentuan nilainya. c. Bersifat ekonomis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut tidak memakan waktu panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak.



Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pelajaran tertentu. Menurut Doni (2010), prinsip-prinsip penyusunan tes hasil belajar yaitu. 1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam menyusun butir-butir soal tes hasil belajar. 2. Butir-butir soal tes hasil belajar merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran. 3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. Untuk mengukur hasil belajar yang berupa ketrampilan misalnya, tidak tepat jika hanya menggunakan soal-soal berbentuk essay test yang



jawabannya hanya menguraikan dan bukan melakukan atau mempraktekkan sesuatu. 4. Tes didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa desain tes hasil belajar harus disusun relevan dengan kegunaan yang dimiliki masing-masing jenis tes. Desain dari placement test (tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu) tentu akan berbeda dengan desain dari formative test (tes yang digunakan untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses pembelajaran, baik guru maupun bagi siswa). Kemudian summative test (tes yang digunakan mengukur atau menilai sampai di mana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang bersangkutan). Demikian pula dengan diagnostic test (tes yang digunakan dengan tujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa). 5. Tes harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya setelah tes dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama. Dengan demikian tes hasil belajar hendaknya memiliki keajegan hasil pengukuran yang tidak diragukan lagi. 6. Tes hasil belajar di samping dapat dijadikan alat pengukuran keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri. Menurut Arikunto (2009), langkah-langkah dalam penyusunan tes ada 6, yaitu: 1. Menentukan tujuan mengadakan tes 2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. 3. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan 4. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan TIK itu



5. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. 6. Menuliskan butir-butir soal, didasar atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.



B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN TES Terdapat beberapa langkah yang harus dilalui dalam melakukan pengembangan tes. Beberapa para ahli telah mengemukakan langkah-langkah pengembangan tes dan terdapat beberapa persamaan yang mendasar. Pada dasarnya, langkah-langkah pengembangan tes memberikan jalan yang secara sistematis menuntun pengembang tes untuk menghasilkan instrumen tes yang berkualitas baik. Berikut merupakan langkah-langkah pengembangan tes menurut para ahli. Mardapi (2016) mengemukakan langkah-langkah dalam pengembangan tes hasil belajar diantaranya yaitu. 1. Menyusun Spesifikasi Tes, terdiri dari: a. Menentukan Tujuan Tes b. Menyusun Kisi-Kisi Tes c. Memilih Bentuk Tes d. Menentukan Panjang Tes 2. Menulis Butir Soal 3. Menelaah Butir Soal 4. Melakukan Uji coba 5. Menganalisis Butir Soal 6. Memperbaiki Tes 7. Merakit Tes, terdiri dari: a. Menentukan persiapan dan tujuan mengadakan tes. b. Pemilihan materi dan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. c. Menentukan bentuk dan jenis tes.



d. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan. e. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati. f. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terinci tentang tabel spesifikasi, akan disajikan pada bab berikutnya. g. Menentukan jumlah butir tes dan menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup. h. Menentukan skor. i. Membuat kisi-kisi. j. Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi. 8. Melaksanakan Tes Langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar menurut Jaedun (2013) yakni sebagai berikut. 1. Menyusun kisi-kisi tes dari kompetensi terpilih. 2. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. 3. Menelaah soal (mereview kembali soal-soal yang telah disusun) 4. Mengujicobakan soal, untuk mencari dukungan empiris terhadap soal yang telah disusun. 5. Menganalisis butir soal (untuk soal tertulis) 6. Memperbaiki tes. 7. Merakit tes. 8. Melaksanakan tes. 9. Menafsirkan hasil tes



Terdapat sebelas tahap pengembangan tes menurut Widhiarso (2010) diantaranya sebagai berikut. 1. Identifikasi Tujuan 2. Penguraian Komponen dan Isi 3. Batasan Perilaku & Kompetensi 4. Pengembangan Tabel Spesifikasi Tes 5. Penulisan Soal 6. Review Soal 7. Perakitan Soal 8. Uji Coba dan Analisis 9. Uji Coba dan Analisis 10. Perakitan Soal 11. Cetak Alat Tes 12. Penyusunan Skala dan Norma



C. CONTOH PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR Contoh pengembangan tes hasil belajar yang dipaparkan merupakan benang-merah dari berbagai pendapat para ahli yang saling berpotongan dan melengkapi satu sama lain. Berikut merupakan contoh pengembangan tes hasil belajar yang telah tim penulis susun. 1. Identifikasi hasil belajar Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang hendak diukur hasil belajarnya. Tujuannya agar pengajar bisa memahami dan menilai kondisi hasil belajar setiap siswa. Disamping itu hasil belajar juga harus diidentifikasi aspek mana yang diukur ranah kognitif, afektif atau psikomotorik.



2. Deskripsi materi Dalam pengumpulan data atas gejala alam, objek kajian adalah objek objek dalam alam, sedangkan hasil belajar dalam pendidikan objek kajiannya adalah perilaku siswa dalam suatu hasil belajar. Untuk mengukur objek alam maka pengukur harus mengetahui objek yang hendak di ukur dengan baik, sedang dalam pendidikan pengukur harus mengetahuidengan baik hasil belajar yang hendak diukur. Informasi mengenai hasil belajar yang hendak diukur dalam usaha memahami hasil belajar diperoleh dari materi tentang hasil belajar. Materi sangat menentukan dalam pengembangan tes hasil belajar. Data hasil belajar yang ingin dikumpulkan didasarkan pada informasi mengenai hasil belajar sebagaimana sudah dideskripsikan dalam materi, sehingga macam data sangat ditentukan oleh uraian materi tentang hasil belajar yang akan diukur datanya. Dalam kedudukan ini, materi mengarahkan dalam pengumpulan data dan menjadi acuan kumpulan dalam memahami hasil belajar. Oleh karena data yang dikumpulkan adalah data tentang hasil belajar maka materi yang dikembangkan adalah yang berhubungan dengan hasil belajar tersebut. 3. Pengembangan spesifikasi Spesifikasi dikembangkan agar dua atau lebih pengembangan (developer) tes hasil belajar menghasilkan tes hasil belajar yang sama kualitasnya. Dengan demikian pengembangan tes hasil belajar oleh dua orang atau lebih akan memberikan hasil yang sama. Spesifikasi juga memungkinkan satu pengembang tes hasil belajar dapat membuat dua atau lebih perangkat tes hasil belajar yang setara / ekuivalen sehingga memungkinkan tes hasil belajar diuji kemampuannya melakukan pengukuran dengan hasil ukur yang relative stabil dan konsisten (reliable). Dengan bekerja berdasarkan spesifikasi yang sama, dua orang atau lebih akan membuat hasil yang sama. Kattsoff (1996: 137) berpendapat bahwa apa yang tidak dapat dilacak kembali bukanlah pengetahuan. Spesifikasi yang dikembangkan



menyangkut penentuan jenis tes hasil belajar, banyak butir, waktu uji coba, peserta uji coba, aturan scoring, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus dan menyusun kisi-kisi tes. a. Menentukan jenis tes hasil belajar Dari cara yang dilakukan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan ara observasi, wawancara, tertulis dan dokumen. Tes berupa observasi biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan praktik dengan rancangan butir tes hasil



belajar



yang



telah



disiapkan.



Misalnya:



untuk



mengukur



“Keterampilan mengetik” dilakukan pengamatan sambil memberikan respon atas pertanyaan yang telah disiapkan sehubungan dengan hasil pengamatannya. Contoh : 1) Menempatkan jari Sangat bagus Bagus Sedang Jelek Sangat jelek



2) Mengatur penggunaan jari Sangat bagus Bagus Sedang Jelek Sangat jelek



Tes juga dapat disampaikan dengan cara wawancara satu persatu yang dikenal dengan tes lisan. Tes tertulis (CBT & PBT) dibuat apabila tidak diinginkan menanyakan satu persatu, tetapi dengan menuliskan, menggandakan sebanyak peserta, mengumpulkan di satu tempat dan mengujikan secara serempak. Tes juga dapat dilakukan dengan enilai dokumen hasil kerja peserta tes. Menurut bentuknya tes hasil belajar dapat berbentuk esai dan objektif. Tes esai adalah tes yang jawabannya harus dibuat sendiri oleh peserta tes.



Berdasarkan jawabannya, tes esai dapat berupa tes esai jawaban terbatas (extended essal test). Sedang dalam tes objektif pilihan jawaban telah disediakan oleh pengembang tes dan tugas peserta tes adla melakukan pilihan yang diperlukan untuk menjawab soal. Tes objektif dapat berupa benar salah, pilihan ganda, sebab akibat, menjodohkan, dan sebagainya. b. Menentukan banyak butir tes hasil belajar Banyak butir tes hasil belajar harus ditentukan dalam pengembangan spesifikasi. Banyaknya butir yang dapat ditulis dari suatu daerah ukur hasil belajar tidak terhingga jumlahnya. Seluruh butir yang mungkin mustahil dapat dituliskan secara lengkap. Butir yang ditentukan merupakan sampel dari populasi butir yang jumlahnya tidak terbatas. Dalam sampling, di manapun butir sampel diambil akan mempunyai karakteristik yang sama. Banyak butir merupakan ukuran sampel yang harus dibuat pada siapapun yang hendak melakukan uji coba kualitas tes hasil belajar. c. Menentukan waktu pengerjaan Tes hasil belajar dapat dibagi menjadi dua berdasarkan waktu pengerjaannya, yaitu tes kecepatan (speed test) dan tes kemampuan (power test). Pada tes kecepatan, penilaian kemampuan peserta memperhitungkan kecepatan peserta menyelesaikan soal, sehingga waktu pengerjaannya dibatasi. Sebaliknya pada tes kemampuan, kecepatan menyelesaikan soal tidak menjadi bagian dari penilaian sehingga waktu pengerjaan tidak dibatasi. Bila tes yang diujikan merupakan tes kecepatan, maka waktu pengerjaan ditentukan dalam spesifikasi. d. Menentukan peserta uji coba Peserta uji coba harus ditentukan dalam spesifikasi agar orang lain dapat memberikan penilaian apakah responden uji coba dapat diambil sehubungan dengan kegiatan pengumpulan data. Pada tes hasil belajar, uji coba harus dilakukan pada peserta yang telah juga mendapatkan materi tes



yang diujicobakan dan mempunyai karakteristik sedekat mungkin dengan responden testing. Peserta uji coba dapat berupa: (1) kelompok diluar populasi yang mempunyai karakteristik mendekati responden testing, atau (2) peserta uji coba sekaligus menjadi respon testing. e. Menentukan waktu uji coba Waktu uji coba harus dituliskan dalam pengmbangan instrument. Pada keadaan dimana responden bukan peserta uji coba, waktu uji coba mungkin tidak terlalu penting. Namun, bila peserta uji coba sekaligus responden penelitian, waktu menjadi sangat penting diinformasikan untuk melihat berapa lama jarak antara waktu uji coba dengan waktu penelitian untuk memperhitungkan seberapa besar kemungkinan masuknya efek belaja (carry over effect) dalam pengumpulan data hasil belajar. f. Menentukan aturan scoring Aturan scoring harus ditentukan dalam pengembangan spesifikasi. Pengukuran adalah pemberian angka pada objek-objek atau kejadiankejadian menurut aturan tertentu (Kerlinger, 1996: 687) dan aturan scoring menjadi aturan mengubah gejala kualitatif menjadi ukuran kuantitatif. Misalnya: 1) Pada sebuah tes, bila seorang peserta menjawab benar dalam sebuah butir diberikan skor 1 (satu) dan bila salah 0 (nol), bila kemungkinan menebak tidak diperhitungkan maka kesalahan menjawab tidak dikenakan denda, sebaliknya dikenakan denda. 2) Dalam sebuah butir soal tes esai: “Jelaskan pengertian evaluasi” , seorang diberikan skor 1 (satu) bila menampilkan jawaban “membuat keputusan” dan skot 1 (satu) bila menampilkan jawaban “atas dasar hasil pengukuran”. Bila keduanya muncul diberikan skor 2 (dua) dan di berikan skor 0 (nol) bila keduanya tidak di tuliskan.



g. Menentukan kriteria kualitas tes hasil belajar Butir butir tes hasil belajar yang dituliskan sesudah spesifikasi tes dikembangkan harus dilakukan uji kualitas agar tes hasil belajar memenuhi syarat sebagai alat ukur. Criteria tentang alat ukur yang baik dan dapat diterima harus terlebih dahulu ditentukan sebelum uji kualitas tes hasil belajar dilakukan. kualitas tes hasil belajar menyangkut kualitas butir dan perangkat. kualitas butir berhubungan dengan tingkat kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecohan. Kualitas perangkat berhubungan dengan validitas dan reliabilitas. h. Menentukan Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Umum (TIU) harus diinformasikan dalam spesifikasi tes hasil belajar. setelah membahas uraian materi hasil belajar, maka terbentuk konsep dalam pikiran pengumpulan data mengenai konstruksi hasil belajar. Definisi ini masih bersifat konseptual, belum tampak perilakunya dan belum dapat diukur. Rumusan TIU yang masih bersifat konseptual memungkinkan penafsiran yang beragam pada satu orang dengan orang lain, untuk mengubah TIU ini ke dalam rumusan yang dapat disepakati semua orang TIU ini ke dalam rumusan yang dapat disepakati semua orang TIU harus dijabarkan kedalam Tujuan Instruksional Khusus. Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda. i. Menentukan Tujuan Instuksional Khusus Tujuan Instruksional masih berupa konsep yang belum dapat diambil perilaku yang menggambarkan dimilikinya hasil belajar dan karenanya tidak dapat diukur. Untuk keperluan pengukuran, hasil belajar harus dijabarkan dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Menurut Kerlinger (1996: 47), ilmuan harus bekerja pada dua tingka, yaitu: teori dan observasi.



Dia harus menggunakan konsep/konstruk dan menghimpun data untuk menguji hipotesis. Konstruk harus didefinisikan sehingga memungkinkan observasi. Contoh TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”. j. Menyusun Kisi-kisi tes Kisi-kisi artinya jarring-jaring. Kisi-kisi dibuat untuk menjaring data. Jarring ikan dibuat sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Begitu pula kisi-kisi instrument harus dibuat sesuai dengan jenis data yang akan diajarinya. Kisi-kisi merupakan sebuah perencanaan sebelum menuliskan butir butir tes hasil belajar. Kisi-kisi yang dirancang harus mampu meliput perilaku dalam hasil belajar yang tampak, sehingga darinya dapat dituliskan butir-butir yang mengukur perilaku tersebut. Sesuatu yang menandai dilakukannya perilaku dalam hasil belajar dikenal sebagai TIK. Dalam pengembangan tes hasil belajar, kisi-kisi harus membuat materi (TIK) yang akan diukur dan konstruksi hasil belajarnya. TIK dikembangkan berdasakan kurikulum. Konstruksi hasil belajar sangat tergantung domainnya dan jenjangnya. Domain hasil belajar dapat meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jenjang ranah kognitif mulai dari yang sederhana hingga



yang kompleks



meliputi kemampuan hafalan,



pemahaman, penerapan, analisi, sintesis dan evaluasi. Kisi-kisi harus merencanakan butir tes hasil belajar dalam jumlah yang banyak. Hal itu perlu dilakuan karna butir yang ditulsi akan menganalisis masing masing butir untuk melihat apakah butir-butir mempunyai karakteristik butir yang baik dan layak diguakan untuk mengukur hasil belajar. Bila butir yang dikembangkan tidak banyak maka pada suatu pokok bahasan mungkin tidak diukur TIKnya karena seluruh butir gugur dalam



analisis butir. Apabila satu atau lebih pokok bahasan tidak diukur Tujuan Instruksional Khususnya maka tes hasil belajar itu tidak lagi mengukur hasil belajar bidang studi yang diinginkan. 4. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban Kisi-kisi adalah rancangan sebagai dasar penulisan butir-butir tes. Butir ditulis untuk mengukur variable dengan berpedoman pada kisi-kisi. Sehubungan dangan penulisan butir tes, Suryabrata (1987: 54 – 64) memberikan pedoman. a. Nyatakan soal sejelas mungkin, kesukaran soal hendaklah bersumber dari problem yang dipersoalkan, bukan pada bahasa yang digunakan untuk mempersoalkan problem tersebut, kecuali untuk



tes kosakata dan



kemampuan membaca. b. Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat. c. Hindarilah pengaturan kata yang kompleks dan janggal. d. Masukkan semua keterangan yang diperlukan untuk membuat jawaban. e. Hindarilah memasukkan kata-kata yang tidak berfungsi. f. Rumuskan soal secepat mungkin. g. Sesuaikan taraf kesukaran soal dengan kelompok dan tujuan yang dimaksudkan. h. Hindarilah isyarat ke arah jawaban benar yang tidak perlu. Kunci jawaban harus ditentukan dalam spesifikasi tes hasil belajar supaya orang lain dapat mengikuti perolehan hasil belajar responden dari jawaban yang dibuatnya. Sebagaimana jenis jawaban yang dituntutnya, kunci jawaban soal esai berupa uraian, sedang objektif berupa pilihan dari beberapa alternatif. 5. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar Pengumpulan data uji coba dilakukan dengan mengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar yang ditulis berdasarkan kisi-kisi. Jawaban siswa peserta uji coba dalam merespons tes hasil belajar uji coba diubah menjadi skor



berdasarkan aturan skoring uji coba. Skor-skor selanjutnya menjadi data uji coba hasil belajar. 6. Uji Kualitas tes hasil belajar Butir tes hasil belajar yang ditulsi berdasarkan kisi-kisi adalah butir yang secara teori baik. Untuk memastikan apakah butir yang secara teori baik juga baik secara empiris perlu dilakukan uji coba kualitas. Kegiatan uji coba kualitas merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan alat ukur dalam ilmu alam. Uji kualitas dilakukan untuk menjamin bahwa tes hasil belajar layak sebagai sebuah alat ukur. Setelah berdasarkan uji kualitas menunjukkan bahwa tes hasil belajar memenuhi syarat, maka tes hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data hasil belajar. Banyak pengumpulan data hasil belajar yang dilakukan menggunakan tes hasil belajar yang belum diuji kualitasnya. Pada keadaan demikian tidak terdapat jaminan bahwa data hasil belajar yang dikumpulkan mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi karena penguasaan diukur menggunakan alat ukur yang kualitasnya belum terjamin. Pengumpulan data hasil belajar dengan cara lain dapat digambarkan sebagai berikut :



Tes hasil belajar belum jelas kualitasnya



Testing



Skor



Dalam pengukuran hasil belajar menggunakan tes hasil belajar yang telah diuji kualitasnya, terdapat jaminan bahwa data hasil belajar yang dikumpulkan memcerminkan penguasaan siswa terhadap materi. Pengumpulan data hasil belajar dengan cara demikian dapar digambarkan sebagai berikut: Tes hasil belajar belum jelas kualitasnya



Uji Coba



Tes hasil belajar berkualitas



Testing



Skor



7. Kompilasi tes Komplikasi tes adalah menyusun kembali butir setelah uji coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang baik. Butir komplikasi adalah butir yang siap digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar merupakan power test, maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa



dalam menjawab



pertanyaan atau permasalahan.Terdapat beberapa langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar diantaranya adalah menyusun spesifikasi tes, menulis soal, menelaah soal, mengujicobakan soal, menganalisis butir soal (untuk soal tertulis), memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.



B. SARAN Tes hasil belajar disusun dengan memperhatikan beberapa kaidah seperti prinsip pengembangan tes, dasar penyusunan tes, dan langkah-langkah pengembangan tes. Guru harus bijak memanfaatkan hasil belajar siswa dengan menyampaikan laporan hasil belajar secara kredibel. Tes hasil belajar berdasarkan langkah-langkah pengembangan mampu meyakinkan siswa dan orang tua terhadap hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah.



DAFTAR PUSTAKA Aikaen, Lewis R. (1996) Rating scale and checklist. New York: John Wiley and Sons, Inc. Arikunto, Suharsimi (1995) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Kattsoff, Louis O (1997). Pengantar filsafat. Terjemahan oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana Kerlinger, Fred N (1996) Asas-asas penelitian behavioral. Terjemahan Landung R Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Naga, Dali S. (1992). Pengantar teori skor pada pengukuran Pendidikan. Jakarta: Penerbit Gunadarma Soekarno, Soejono (1997). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suryabrata, Sumadi (1987). Pengembangan tes hasil belajar. Jakarta: Rajawali Press http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%20Amat%20Jaedun,%20M.P d./Taksonomi%20Hsl%20Belajar%20[Compatibility%20Mode].pdf. http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Merancang%20Blue%20Print%20Tes.pdf. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.



Baskoro. 2012. Penyusunan dan Pengembangan Tes. Tersedia Pada



http://baskoro.blogspot.com/2012/12/tes-hasil-belajar.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015. Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers. Oktaviandy,



Nevel.



2012.



Tes



Hasil



Belajar.



Tersedia



Pada



http://nevel.blogspot.com/2012/12/tes-hasil-belajar.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015. Paradita, Surya. 2007. Penyusunan dan Pengembangan Tes. Jakarta: Bumi Aksara Suharsimi, Arikunto. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 53-54 M. Ngalim, Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm 110 Anas, Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada. Hlm 151 Djuju, Sudjana. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm 278 [6]M. Ngalim, Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip…Hlm 154-156 [7]Ibid. Hlm 156-157 Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Doni, I Nyoman Pramana, dkk. 2010. Evaluasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Raharjo, Arif Budi. 2012. Penyusunan Tes. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.