Makalah Makki Dan Madani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap penyelidikan surat-surat Al-Qur’an. Mereka meneliti al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani. Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madani atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makki, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini telah menjadi perhatian urgen pada masa sahabat (Al-Qathathan, 1996:72). Bahkan salah satu tokoh Mufassir pada masa sahabat, misalnya Ibn Abbas pernah menyatakan, “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari kitab Al-Qur’an, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunginya”. Pernyataan Ibn Abbas ini, bukan suatu ungkapan kesombongan tetapi merupakan pernyataan betapa besar perhatian Ibn Abbas terhadap Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Tema-tema seputar Makki dan Madani ini sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu al-Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib alNasyaburi menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum alQur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori Madaniyah dan diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori



6



Makkiyah, tentang yang diturunkan di Mekkah mengenai penduduk Madinah dan yang diturunkan di Madinah mengenai penduduk Mekkah, tentang yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah (Makki) tetapi termasuk Madaniyah dan serupa dengan yang diturunkan di Madinah (Madaniyah) tetapi termasuk Makkiyah, dan tentang yang diturunkan di Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if maupun Hudaibiyyah. Demikian juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makki dan surat-surat Madani atau sebaliknya dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah tidak kurang dari 25 pokok bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makki dan Madani.



B. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas pada masalah : a. Definisi Makkiyah dan Madanniyah b. Tanda-Tanda Ayat-Ayat dan Surat-Surat Al-Qur’an c. Macam-Macam Surat Makkiyah dan Madanniyah d. Dasar penetapan makkiyah dan Madanniyah C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa definisi Makkiyah dan Madanniyah? 2. Bagaimana Tanda-Tanda ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an? 3. Apa Saja Macam-Macam Makkiyah dan Madanniyah? 4. Apa Dasar penetapan makkiyah dan Madanniyah? D. Tujuan 1. Mengetahui definisinya 2. Mengetahui klasifikasinya 3. Memahami macam-macam dari masing-masing 4. Memahami dasar penetapan



BAB 2 Pembahasan



6



A. Definisi Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah Ada beberapa definisi tentang al-Makkiyah dan al-Madanniyah yang diberikan oleh para ulama yang masing-masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan kriteria yang disebabkan oleh perbedaan kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Makkiyah atau Madaniyah sebuah surat atau ayat. Ada tiga pendapat yang dikemukakan ulama tafsir dalam hal ini : 1. Berdasarkan tempat turunnya suatu ayat.



‫اَعللمنكيي لماَ نللزلل بنلمككةَّ لوللعو بلععلد اَلنهلجلرنة لواَللملدننيي لماَ نللزلل‬ 1 َّ‫نباَللمندعينلنة‬ “ Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan di Madinah”. Berdasarkan rumusan di atas,Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah. Adapun kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua ayat al-Qur’an dimasukkan dalam kelompok Makiyyah atau Madaniyyah. Alasannya ada beberapa ayat al-Quran yang dinuzulkan jauh di luar Mekkah dan Madinah.Bahkan, ada sebgian ulam yang mendasarkan penentuan makiyyah atau madaniyyah sebuah surat atau ayat berdasarkan masal nuzul surat atau ayat.2 1



Muhammad Abd al Azhi al Zarqaniy, Manahil al ‘Irfan fii ‘Ulum Al-Qur’an, jilid ke-1 (Beirut: Dar al-Fikr,1998),hlm.193. Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, al-Madhal li Dirasah A-Qur’an Al-Karim (Cet. ke-1; Kairo : Dar al-Sunnah,1992), hlm.199. Muhammad Ali As-Sayyis, Tarikh al Fiqh al-Islamiy (Cet. ke-1; Beirut : Dar al-Kutub alIlmiyyah,1990), hlm.28. Bandingkan dengan redaksi yang dikemukakan al-Zarkasyi dalam al-Burhan fii Ulum al-Qur’an jilid 1 ke-1 (Cet. ke-1; Beirut : Dar al- Fikr,1998), hlm.239. 2



Dalam pada itu, ada ulama yang memberikan rumusan al-Makiy dan al-Madaniy di dasarkan pada 3 teori. Pertama, teori geografis (mulahazhah makan nuzulih), yaitu teori yang berorientasi kepada tempat nuzul ayat. Kedua, teori subjectif (mulahazhah mukhathabina fii nuzulih), teori yang berorientasi pada subyek siapa yang di seru dalam ayat itu. Ketiga, teori historis (mulahazhah zaman nuzulih) yaitu yang berorientasi pada sejarah waktu nuzul Al-Qur’an. Jadi standar teori ini adalah waktu hijrah nabi.



6



2. Berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut.



‫طاَبباَ ن ل‬ ‫لهَأِنل لملكةَّة لواَللملدننيي لماَ لوقللع نخ ل‬ ‫اَعللمنكيي لماَ لوقللع نخ ل‬ َ‫طاَببا‬ 3 َّ‫نلعهَأِنل اَللمندعينلنة‬ “ Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang khittabnya ditujukan kepada penduduk Madaniyah”. Berdasarkan rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang dimulai dengan redaksi ‫( ينناَ أيهنناَ اَلننناَس‬wahai sekalian manusia) dikategorikan Makkiyyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan َ‫( ينناَ أيهنناَ اَلننذين أمنننوا‬wahai orang-orang yang beriman) dikategorikan Madaniyyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman di dada mereka. Adapun kelemahankelemahan pada rumusan ini, antaa lain: a. Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi ‫ ياَ أيهاَ اَلناَس‬atau



َ‫ياَ أيهاَ اَلذين أمنوا‬. Maksudnya, tidak selalu yang menjadi sasaran surat atau ayat penduduk Mekkah atau Madinah. b. Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi ‫ياَ أيهاَ اَلناَس‬ meski Makkiyyah dan yang dimulai dengan redaksi ‫ياَ أيهاَ اَلذين‬



َ‫ أمنوا‬meski Madaniyyah.



3. Berdasarkan masa turunnya ayat tersebut.



‫اَلعللمنكيي لماَنهنزلل قلعبلل نهَأِعجلرنة‬,َّ‫لواَنعن لكاَلن نههزعولههه بنلغعينر لمككنة‬ ‫اَلكرهسعونل‬ 4 ‫ك‬ ‫لواَعللملدننيي لماَنهنزلل بلععلد هَأِلنذنه اَعلنهعجلرنة لواَنعن لكاَلن نههزعولههه بنلمكةَّل‬



3



4



6



“ Makkiyyah ialah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun turunnya di Mekkah”. Dibanding dua rumusan sebelumnya , tampaknya rumusan al-Makkiy dan al-Madaniy ini lebih populer karena di anggap tuntas dan memenuhi unsur penyusunan ta’rif (definisi). 3



Al-Zarqaniy, ibid. Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, ibid., hlm.200. Ali al-Sayyis ,ibid.al-Zarkasyi,ibid.



B. Macam-Macam Ayat-Ayat dan Surat-Surat Al-Qur’an Pada umunya, para ulama membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surat-surat Makiyyah dan Madaniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat, sedangkan Madaniyyah ada 20 surat. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat. Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surat yang seluruhnya ayat-ayat Makkiyyah atau Madaniyyah dan ada sebagian surat lain yang tergolong Makiyyah atau Madaniyyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam : 1. Surat-surat Makiyyah murni, yaitu surat-surat Makiyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makiyyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyyah. 2. Surat-surat Madaniyyah murni, yaitu surat-surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Madaniyyah semua, tidak ada satupun yang Makiyyah. 3. Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyyah, sehingga berstatus Makiyyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyyah. 4. Surat-surat Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebnyakan ayat-ayatnya adalah Madaniyyah, sehingga berstatus Madaniyyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Makiyyah. B



Al-Zarqaniy,ibid.,hlm.194. Ali al-Sayyis,ibid.al-Zarkasyi,ibid.



C. Tanda-Tanda Makiyyah dan Madaniyyah



6



 



Para ulama telah meneliti surah-surah Makkiyah dan Madanniyah, dan menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakan. Dari situ mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciriciri tersebut. Adapun ketentuan Makkiyah ialah : Setiap surah yang di dalamnya mengandung “sajdah” Setiap surah yang mengandung lafal “kalla”, lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an







Setiap surah yang mengandung seruan ya-ayyuhan naasu dan tidak mengandung ya-ayyuhalladzina amanu, terkecuali surah al-Hajj yang akhirnya terdapat ya-ayyuhalladzina amanu irka’u wasjudu







Setiap surah yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu kecuali surah al-Baqarah







Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan Iblis, kecuali surah alBaqarah







Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf hijaiyah, seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan lain-lain. Terkecuali surah al-Baqarah dan Ali Imran



 



Sedang dari segi ciri tema dan gaya bahasa atau bisa juga disebut sebagai keistimewaan ayat Makkiyah dapat diringkas sebagai berikut : Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah Penetapan dasar-dasar ibadah dan mu’amalah (pidana), etika, keutamaankeutamaan umum. Diwajibkannya shalat lima waktu, juga diharamkan memakan harta anak yatim secara zalim, sebagaimana sifat takabur dan sifat angkuh juga dilarang, dan tradisi buruk lainnya







Menyebutkan kisah nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan agama sebelum mereka







Suku katanya mengesankan



 



pendek-pendek



disertai



dengan



kata-kata



yang



Adapun ciri khusus dari surah-surah Madaniyah ialah : Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi)



6







Setiap surah yang di dalamnya disebutkan tentang orang-orang munafik, terkecuali surah al-Ankabut yang diturunkan di Makkah adalah termasuk surah Makkiyah







Setiap surah yang di dalamnya terdapat dialog antara Ahli Kitab, seperti dapat kita dapati dalam surah al-Baqarah, an-Nisa, Ali Imran, At-Taubah dan lain-lain















Adapun keistimewaan yang terdapat pada surah Madaniyah antara lain adalah sebagai berikut : Surat Madaniyah didominasi oleh pembahasan mengenai masalah legislasi hukum, hukum ibadah, muamalah, sistem sosial, jihad dan derivatnya, seperti hukum tawanan, ghanîmah, perdamaian, perjanjian dan gencatan senjata Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka Di dalam masyarakat Madinah tumbuh sekelompok orang-orang munafik, lalu Al-Qur’an membeicarakan sifat mereka dan menguak rahasia mereka C



Fath, Amir Faishol. Hakikat Al-Makkiyah – Al-Madaniyah dan Validitas kekiniannya, Jurnal Al-Insan Vol. 1, No. 1. Depok : Gema Insani , 2005



Para ulama telah menetapkan karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut : a. Karakteristik Makiyyah Ada beberapa karakteristik yang dimiliki Makiyyah di antaranya :5 1. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata Kata ini dipergunakan untuk memberi peringatan yang tegas dan keras kepada orangorang Mekkah yang keras kepala. 2. Setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat sajdah termasuk Makiyyah. 3. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umatumat terdahulu termasuk Makiyyah, kecuali surat al-Baqarah dan 5



6



Ali ‘Imran yang keduanya termasuk Madaniyyah. Adapun surat alRa’d yang masih diperselisihkan. 4. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan Iblis termasuk Makiyyah, kecuali surat Al-Baqarah yang tergolong Madaniyyah. 5. Setiap surat yang dimulai dengan huruf abjad, alphabet (tahjjiy) ditetapkan sebagai Makiyyah, kecuali Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud di antaranya ‫ ح‬,‫ ط ه س ي‬,‫ك ي ه ص ع‬



‫م‬, dll 6. Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayatayat Makiyyah ini menyeru untuk beriman kepada para rasul dan para malaikat serta menggunakan argumen-argumen akal, kealaman dan jiwa. 7. Membantah argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap berhala-berhala mereka. 8. Mengandung seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang hak tanpa terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan. 9. Terdapat banyak redaksi sumpah dan ayatnya pendek-pendek.



b. Karakteristik Madaniyyah Seperti halnya dalam Makiyyah, Madaniyyah pun mempunyai karakteristik6 : 1. Setiap surat yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk Madaniyyah. 2. Setiap surat yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian, termasuk Madaniyyah. 3. Setiap surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk Madaniyyah, kecual surat Al-Ankabut yang di nuzulkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk Madaniyyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik. 6



6



4. Menjelaskan hukum-hukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lain-lain. 5. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama. a b



Mhammad Bakr Isma’il, Dirasah fii ulum Al-qur’an (Kairo: Dar al-Manar, 1992), hlm.12. Muhammad bin Muhammad Abu Syuhba,op.cit.,hlm.204208. Al-Zarqaniy,op.cit.,hlm 197. Muhammad Ali As-Sayyis,loc.cit.



D. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madanniyah Dasar atau alasan penetapan Surat Makkiyah dan Madaniyah dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Aghlabiyah (mayoritas) - Jika suatu surat mayoritas ayatnya makkiyah, maka disebut surat makkiyah - Jika suatu surat mayoritas ayatnya madaniyah, maka disebut surat madaniyah 2. Taba’iyah (kontinuitas) - Kalau permulaan suatu surah didahului ayat-ayat yang turun di Makkah atau sebelum hijrah, maka suratnya disebut surat makkiyah. - Kalau permulaan suatu surat didahului ayat-ayat yang turun di Madinah atau sesudah hijrah, maka suratnya disebut surat madaniyah. Mengenai cara bagaimana ayat-ayat tersebut diketahui sebagai Makkiyah atau Madaniyah, menurut al-Bâqillâni, adalah dengan merujuk hafalan sahabat dan tabiin. Sebab, hal ini tidak dinyatakan oleh Nabi. Para sahabat ra. telah menyaksikan wahyu, tempat, waktu dan obyek yang menjadi sasarannya. Rasul saw. telah menyampaikan kepada mereka, lalu mereka menyampaikan apa yang disampaikan kepada mereka pada kita.



6



Ibn Mas’ûd ra. diriwayatkan pernah berkata:



‫لوان اَلكنذىِ لل إنللهل لغعيهرهه لمناَ أهعننزللن ع‬ ‫ب ان إنلك اَللنناَ ألععللنهم ألعينلن‬ ‫ت هسنعولرةة نمنعن نكلتناَ ن‬ ‫ب ان إنلك اَللناَ ألععللهم فنعيلم أهعننزلل ع‬ ‫ت لولل أهعننزلل ع‬ ‫أهعننزلل ع‬ َ‫ت لوللننعو ألععللننهم اَللحننبدا‬ ‫ت اَليلةَّة نمعن نكلتاَ ن‬ ‫ألععللهم نملنىِّ بننكلتاَباَ نلن تهبلللهغهه عاَنلعبهل لللرنكعب ه‬ ‫ت إنللعينه‬ Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, tidak satu surat pun dari Kitabullah ini yang diturunkan kecuali aku mengetahui di mana ia diturunkan, dan tidak ada satu ayat pun dari Kitabullah ini diturunkan kecuali aku mengetahui dalam konteks apa ia diturunkan. Kalau aku tahu ada orang yang lebih tahu daripada aku mengenai Kitabullah, yang bisa dijangkau oleh unta, pasti aku akan mengendarainya ke sana (H.R. al-Bukhârî) . Karena itu, masalah Makkiyah dan Madaniyah adalah masalah simâ’î. Artinya, rujukan utama untuk mengetahui masalah tersebut adalah mendengarkan penuturan para sahabat ra. Karena merekalah yang menjadi saksi hidup wahyu; waktu, tempat, peristiwa dan orang yang menjadi sasaran turunnya seruan al-Qur’an. Pernyataan mereka dalam hal ini dihukumi Marfû’, atau sama dengan hadits yang dinisbatkan langsung kepada Nabi saw. Sebab, dalam hal ini tidak ada ruang bagi pandangan pribadi sahabat. Jika riwayat yang dinyatakan dari sahabat tersebut sahih, maka harus diterima, dan tidak boleh diganti kecuali dengan dalil yang lebih kuat. Dalam hal ini, al-Bâqillâni menganalogikan pernyataan tabiin dengan sahabat. Alasannya, karena para tabiin senior telah menyaksikan para saksi hidup wahyu tersebut, yaitu sahabat. Merekalah yang menyampaikan informasi tersebut kepada kita. Dalam konteks inilah, as-Syâfi’i telah menerima hadits Mursal tabiin senior. D



Al-Zarqaniy,ibid., Muhammad Ali As-Sayyis, ibid., hlm.28. Manna al-Qathan, op.cit.,hlm.64.



6



Kesimpulan



Pengetahuan tentang ayat-ayat Mekkah dan Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam ‘Ulum Qur’an. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan. Sebagaian surat di dalam al-Qur’an berisi ayat-ayat dari kedua periode tersebut dan dalam beberapa hal muncul perbedaan pendapat dari kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat tertentu. Bagaimanapun juga secara keseluruhan memang sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan (pembagian) yang sudah mapan, dan telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan dari bukti-bukti internal yang ada dalam teks al-Quran itu sendiri. Definisi Al-Makiy dan Al-Madaniy oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya suatu ayat, berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut, berdasarkan masa turunnya ayat tersebut.



6



Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam antara lain : Suratsurat Makiyyah murni, Surat-surat Madaniyyah murni, Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, Surat-surat Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah. Karakteristik surat dan ayat-ayat Al-Qur’an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Al-Makkiy dan karakteristik Al-Madaniy. Adapun kegunaan mempelajari Ilmu ini antara lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan mansukh, agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong keyakinan yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh oleh AlQur’an secaa bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi, dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat-ayat Al-Qur’an, agar mengetahui gaya bahasanya yang berbeda-beda.



DAFTAR PUSTAKA



Chalik, Chaerudji Abd. 2007. ‘Ulumul Qur’an. Jakarta. Diadit Media Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an. Ponorogo. Prodial Pratama Sejati Press. Von Dennfer, Ahmad 1988. ‘Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rajawali Quthan,Mana’ul. 1993. ‘Pembahasan Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rineka Cipta Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu Fath, Amir Faishol. Hakikat Al-Makkiyah – Al-Madaniyah dan Validitas kekiniannya, Jurnal Al-Insan Vol. 1, No. 1. Depok : Gema Insani , 2005



6