Makalah Masa Nifas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MASA NIFAS



DISUSUN OLEH :



1. SELVI EFRIANI 2. MISNAWATI 3. FRISKA CURYANI. P 4. NADA IRWANDA



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGRI (STIKES PAYUNG NEGRI) PEKANBARU 2016



1



KATA PENGANTAR



Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Masa Nifas” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memberikan informasi kepada para mahasiswa serta guna memenuhi tugas yang telah dibebankan. Kami menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Makalah ini sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga Makalah ini berguna bagi kita semua.Amin.



Pekanbaru, November 2016



Penulis



i



DAFTAR ISI



Kata Pengantar ................................................................................................ i Daftar Isi ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2 2.1 Pengertian ................................................................................................ 2 2.2 Klasifikasi ................................................................................................ 2 2.3 Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir ........................................... 2 2.4 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas ......................................................... 6 2.5 Kunjungan Masa Nifas ........................................................................... 7 2.6 Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas ................................................... 8 2.7 Gangguan Psikologis pada Masa Nifas .................................................... 8 2.8 Peran Bidan pada Masa Nifas .............................................................. 12 2.9 Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas ......................... 13 BAB III PENUTUP...................................................................................... 14 3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14 3.2 Saran ....................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Masa nifas (purperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta



sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Secara psikologi, pasca persalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahanperubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu Kebidanan, Sarwono, hal.237).



1



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 640 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122). Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi



kembali



ke



keadaan



tidak



hamil



yang



normal.



(F.Gary



cunningham,Mac Donald,1995:281).



2.2 Klasifikasi Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.



2.3 Respon Orang tua Terhadap Bayi Baru Lahir Menjadi orangtua merupakan krisis tersendiri dan mereka harus dapat melewati masa transisi. Berikut adalah masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan oleh pasangan. 1) Fase Honeymoon Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang



2



memerlukan hal – hal romantis, masing – masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. 2) Bounding Attachment Bounding merupakan satu langkah awal unutk mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang ). Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus – menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya. Bounding attachment ini dimulai sejak dini bagitu bayi dilahirkan / pada kala IV. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami Fasefase psikologi yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain : 1.



Fase Taking In Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini



fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima, suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 – 3 hari. Penelitian yang lebih baru (Ament, 1990) mendukung pernyataan Rubin, kecuali bahwa wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase menerima. Fase menerima yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama pascapersalinan. Selama beberapa jam atau beberapa hari pasca persalinan, wanita sehat yang dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab sehari-hari. Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan. Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu oang



3



tua untuk berpindah ke fase berikutnya. Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit tingkat persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang. Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules, nyeri luka jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah : -



Kekecewaan pada bayinya.



-



Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.



-



Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.



-



Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.



2.



Fase Taking Hold Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari



pascapersalinan. Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Dalam 6 – 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Harapan yang realitis mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga selanjutnya sebagai suatu unit. Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab dirumah dan merawat bayi. Ibu yang terlimat memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut : -



Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.



-



Wanita karier.



-



Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat berbagi.



-



Ibu yang berusia remaja.



-



Wanita yang tidak bersuami.



4



Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa timbul akibat berbagai faktor. Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari anggota keluarga dan teman-teman ketika dia hamil. Beberapa ibu menyesal tentang hilangnya hubugan antara ibu dengan anak yang belum lahir. Beberapa yang lain mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah selesai. Keletihan pasca persalinan diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga mudah dapat timbul perasaan depresi. Dikatakan bahwa masa puerperium ini, kadar gluko kortiokid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan. Reaksi depresif tidak perlu diekspresikan secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku yang khas (menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis). Ketika tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan, tercapailah suatu keadaan stabil. Pada saat ini, tanggung jawab baru sebagai orang tua, yang harus dihadapi selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian. 3.



Fase Letting Go Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem



dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkna anak pasangan ini harus berbagi kesenangan yang bersifat dewasa. Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ketiga atau keempat setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan lebih awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.



5



Jika keadaan seperti diatas terjadi, disarankan untuk : a. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan; b. Memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu rasakan serta meminta dukungan dan pertolongannya; c. Membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat bayi karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri; d. Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut: 1.



Fisik, berupa istirahat, asupan gizi, dan lingkungan bersih.



2.



Psikologi berupa dukungan dari keluarga sangat diperlukan.



3.



Sosial, berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian. Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold, dan letting go



yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang diraasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.



2.4 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang di perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “ibu”. Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan



6



seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut : 1. Fungsi menjadi orang tua 2. Respon dan dukungan dari keluarga. 3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan. 4. Harapan, keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.



2.5 Kunjungan Masa Nifas Kunjungan masa nifas terdiri dari : 1.



Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan) Tujuannya : a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d. Pemberian ASI awal. e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.



2.



Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) Tujuannya: a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.



7



e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari. 3.



Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan) Tujuannya : a.



Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi



b.



Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan



c. 4.



Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan



Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) Tujuannya



2.6



a.



Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami



b.



Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).



Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :



a.



Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.



b.



Melaksanakan skrining yang komprehesif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.



c.



Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui, serta pemnerian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.



d.



Membarikan pelayanan keluarga berencana.



e.



Memulihkan kesehatan umum



f.



Mempertahankan kesehatan psikologis.



g.



Mencegah infeksi dan komplikasi.



h.



Memperlancar pembentukan air susu ibu ( ASI)



2.7 Gangguan Psikologis pada Masa Nifas 1.



Baby blues a.



Pengertian Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.



8



b. Faktor Penyebab 1) Faktor Hormonal Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah. 2) Faktor Usia. 3) Pengalam dalam pross kehamilan dan persalinan. 4) Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi. 5) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya. c.



Gejala Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggung atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.



d. Pencegahan 1) Beristirahat ketika bayi tidur 2) Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu 3) Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi 4) bicarakan rasa cemas dan komunikasikan 5) bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru



2.



Depresi Post partum a.



Pengertian Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.



b. Faktor Penyebab a. Faktor konstitusional Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.



9



b. Faktor fisik Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. c. Faktor psikologi Paraliahan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada penyesuaian psikologis individu. c.



Gejala 1) Kelelahan dan perubahan mood 2) Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur 3) Tidak mau berhubungan dengan orang lain 4) Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.



d.



Pencegahan Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi cerita dengan orang lain, bersikap fleksible, bergabung dengan orangoarang baru, sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.



3.



Post Partum Psikosa a. Pengertian Depresi yang paling berat, terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. b. Faktor Penyebab 1) Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik ). 2) Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi ). 3) Karakter personal seperti harga diri yang rendah. 4) Perubahan hormonal yang cepat.



10



5) Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan. 6) Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan 7) Merasa terisolasi. c.



Gejala 1. Curiga berlebihan 2. Kebingungan 3. Sulit konsentrasi 4. Bicara meracau atau inkoheren 5. Pikiran obsesif ( pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang ) 6. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )



d.



Pencegahan 1) Pelajari diri sendiri Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat. 2) Tidur dan makan yang cukup Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum. 3) Olahraga Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan. 4) Beritahukan perasaan ibu Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan



ibu.



11



Jika



mempunyai



masalah,



segera



beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat. 5) Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan. 6) Persiapan diri dengan baik Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan. 7) Lakukan pekerjaan rumah tangga Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah. 8) Dukungan emosional Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.



2.8



Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas Cara mengatasi gangguan psikologi pada Ibu selama masa nifas



diantaranya : a.



Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih.



b.



Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, bernbagi cerita dengan orang lain, bersikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru.



c.



menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.



d.



Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan mental ibu.



12



e.



Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara : -



Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi



-



Dapat memahami dirinya



-



Dapat mendukung tindakan konstruktif



f.



Meningkatkan suport mental/dukungan keluarga.



g.



Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.



h.



Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah dukungan dan pertolongannya.



i.



Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.



j.



Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri



2.9



Peran Bidan pada Masa Nifas Hal-hal yang dapat dilakukan seorang Bidan dalam menjalankan perannya



selama ibu dalam masa nifas diantaranya yaitu : a.



Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin melalui IMD.



b.



Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.



c.



Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.



d.



Memberikan bantuan dalam merawat bayi



e.



Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi



13



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Dalam menjalani masa nifas (peurperium) ibu akan mengalami fase taking in, taking hold dan letting go. Dalam melalui fase – fase tersebut Ibu nifas memerlukan asuhan dari seorang bidan agar masa nifasnya berjalan dengan lancar. Peran bidan sangat mempengaruhi masa nifas ibu dalam mencegah maupun mengatasi gangguan psikologi terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan.



3.2 Saran Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan bayinya tetap baik.



14



DAFTAR PUSTAKA



Ambarwati,2008.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia. (hlm: 8796). Saleha,2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba Medika (hlm: 63-69). Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100). Saifudin.2002.BukuPanduanPraktisPelayananMaternaldanNeonatal.Jakarta : YBPSP. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)



15