Makalah Masalah Kebidanan Dalam Komunitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan Nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dalam Pembangunan Nasional. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Sudah merupakan tugas seorang bidan sebagai tenaga kesehatan untuk mengetahui masalah pelayanan kebidanan yang meliputi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis, dan IMS. B.



Rumusan Masalah Apa saja masalah kebidanan di komunitas ?



C.



Tujuan Untuk mengetahui masalah pelayanan kebidanan.di komunitas



BAB II PEMBAHASAN 1.1 Kematian Ibu dan Bayi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. a. Kematian Ibu. Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan komunitas terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi. b. Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%). c. Upaya menurunkan AKI dan AKB: 1. Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas 2. Pelaksanaan P4K yang berkualitas 3. Membangun kemitraan bidan dan dukun 4. Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan 5. Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa 6. Peningkatan fungsi PONED 7. Optimalisasi desa siaga d. Peran bidan 1. Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat. 2. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu. 3. Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi “suami, bidan dan desa SIAGA” 1.2. a.



Kehamilan Remaja



Pengertian Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Hal masa depanpun



menjadi masalah misalnya malu terhadap teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan ekonomi juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan. b. Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain : 1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap orang tua. 2. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasiinformasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku 3. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua c. Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja 1. Masalah Kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehingga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal. 2. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya. 3. Masalah sosial dan ekonomi keluarga Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut seperti: 1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan 2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar 3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial ekonomi 4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin) 5) Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri, masyarakat belum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama



4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja 1) Keguguran Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. 2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. 3) Mudah terjadi infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas. 4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis. 5) Keracunan Kehamilan Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian. 6) Kematian ibu yang tinggi Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun). a. Pencegahan Kehamilan Remaja 1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah 2. Kegiatan positif 3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex. 4. Jangan terjebak pada rayuan gombal 5. Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal 6. Mendekatkan diri pada Tuhan 7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja,Keluarga Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama. 8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik. b.



Peran Bidan Bersikap bersahabat jangan mencibir Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan. 3. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan secara kekeluargaan, segera menikah. 4. Periksa kehamilan sesuai standart 5. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG 6. Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus. 1. 2.



1.3. UNSAFE ABORTION



Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI). Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien. (Behrman Kliegman, 2000:167). Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998). Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu. Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis. 1. Penyebab Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti : a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil. b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi. c. Kehamilan di luar nikah. d . Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi. e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan. f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. g. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi. 2. Ciri – Ciri a. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis b. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana c. Kurangnya fasilitas dan sarana d. Status illegal 3.



Dampak



a. Dampak sosial Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi. b. Dampak kesehatan Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi. c. Dampak psikologis



4.



Trauma Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman terhadap



kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum jamu-jamuan, ramuan. Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis tersebut. Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi, perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera. Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko kematian ibu.



Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah satu syarat



pembangunan sumber daya manusia. Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling. Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. 5. Hukum Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang menggugurkan kandungan seorang wanita, juga wanita yang digugurkan kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak dihukum adalah dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan tujuan untuk menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang bersangkutan. Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita yang merupakan peninggalan masa kolonialisasi Belanda melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan. 6. Peran Bidan a. Sex education



b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan c. Peningkatan sumber daya manusia d. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya 7. Kriteria Aborsi yang Aman 1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi 2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak. 3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri. 4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid. 1.4. BBLR Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%. a.



Definisi Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006). BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999) Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi : 1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram 2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram 3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan. b. Ciri-ciri BBLR 1. Berat < 2.500 gram 2. Panjang badan < 45 cm 3. Lingkar dada < 30 cm 4. Lingkar kepala < 33 cm 5. Usia kehamilan < 37 minggu 6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak 7. Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah. 8. Pernafasan tidak teratur, dll. c.



Penyebab BBLR Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu: 1. Faktor Ibu a. Gizi ibu hamil yang kurang



Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun. c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. d. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. 2. Faktor Kehamilan a. Hamil dengan polihidramnion Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. b. Hamil ganda Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus. c. Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia. d. Preeklamsi dan eklampsi Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Preeklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang. e. Ketuban pecah dini Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan



normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu. 3. Faktor Janin a. Cacat bawaan / kelainan congenital Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. b. Infeksi dalam Rahim Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin. c.



Penanganan 1. Pengaturan suhu lingkungan Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu BB < 2 kg : 350C BB 2 kg – 2,5 kg : 34 oC, suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan (24 – 27 oC). 2. Makanan bayi Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan (lipase) masih kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007)



d.



Pencegahan 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan 2. Meningkatkan gizi masyarakat 3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB 4. Penyuluhan kesehatan 5. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm.



e. Peran bidan 1. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan membantu membuat keputusan mengenai persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga untuk bayi baru lahir. 2. Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau menerima pelayanan KIA sebagai upaya untuk mencegah kejadian BBLR dan penangananya. 3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.



1.5 Tingkat kesuburan 1.



PUS dengan Fertilitas tinggi Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah dengan memberikan KB yang sesuai. 2. PUS dalam masa prakonsepsi Masa prakonsepsi adalah masa persiapan sebelum memasuki masa pembuahan dan kehamilan. Pada masa ini pasutri (PUS) dapat merencanakan kehamilan dengan berbagai persiapan yang lebih matang. Peran bidan disini adalah membantu persiapan pra konsepsi dengan: a) Pemberian informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat cukup, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok. b) Konseling variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur. c) Pemeriksaan fisik dan tes-tes kesehatan. 3. PUS dengan masalah Infertilitas (Kemandulan) Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan suami istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang serius. Untuk itu bidan harus mampu mengenal masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami istri. a. Definisi Infertil Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497). Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008). Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1). Infertile primer Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. 2) . Infertile sekunder Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun. (Djuwantono,2008, hal: 2). Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut: 1) Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak. 2) Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan. 3) Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya. 4) Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan. (Djuwantono,2008, hal: 3). b. Pencegahan 1) Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).



2)



Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985). 3) Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985). 4) Berperilaku sehat (Dewhurst,1997). Peran bidan 1) Meningkatkan peran serta kedua pasangan untuk dapat saling bekerjasama dalam menangani masalah infertilitas. 2) Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat 3) Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri.



c.



1.6 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis a.



Definisi Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan. b. Penyebab Penyebab persalinan di tenaga non medis: 1. Disparitas antar wilayah (Jauh dari nakes) 2. Pendidikan (Pendidikan yang rendah) 3. Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar melakukan persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran tinggi) c. Penanganan Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya. d. Peran bidan Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu. 1.7 PMS/IMS a. Definisi IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007). b.



Gejala Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu dengan mengecek apakah ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan ini biasanya berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental. Terasa pedih atau panas ketika buang air kecil atau saat melakukan hubungan seksual, nyeri di perut bagian bawah (pada wanita) dan di buah zakar (pada pria), serta bokong dan kaki. Gejala umum IMS yaitu:



1. Perubahan pada kulit disekitar kemaluan 2. Gatal pada alat kelamin. 3. Terasa nyeri saat buang air kecil. 4. Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal 5. Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil, ruam atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin. 6. Ada benjolan yang mencurigakan 7. Berdarah dan nyeri saat berhubungan c. Pengobatan IMS 1. Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks, berhubungan hanya dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu gunakan kondom. juga jangan bertukar alat suntik. 2. Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan. 3. Bila ada keluhan segera periksa ke dokter. 4. Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter akan sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri. 5. Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter. d.



Peran Bidan Peran bidan dalam pemberantasan IMS ditegaskan dalam kompetensi kedua Permenkes No. 900 /MENKES/SK/VII/2002 yaitu: 1. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS. 2. Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan : a) Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada masyarakat. b) Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan suami istri tentang kesehatan reproduksi. c) Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat. d) Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya IMS 1.8 Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas a. pengertian Budaya adalah suatu pola hidup yang menyeluruh. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Beberapa perilaku dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas antara lain : 1. Health believe Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun temurun dalam pemberian makanan bayi. Contohnya : di daerah nusa tenggara barat ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang 2. Life style Gaya hidup yang berpengaru terhadap kesehatan Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok 3. Health seeking behavior Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apa bilah seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun b. Perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin 1. Hamil Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yangh berkaitan dengan kehamilan antara lain :



a. b. c. d. e. f. g. 2. a. b. c. d. e. f.



Upacara –upacara yang di lakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan,dan brokohan Mengidam, dikotomi panas dingin Larangan masuk hutan Pantangan keluar waktu maghrib Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat Tidak boleh duduk di depan pintu Tidak boleh makn pisang dempet Persalinan Beberapa contoh perilaku sosial budaya dalam persalinan yang ada di masyarakat antara lain : Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan Memasuki minyak ke dalam vagina supaya bersalin lancar Melahirkan di daerah terpencil hanya dengan dukun Minum minyak kelapa memudahkan persalinan Makan daun kemangi membuat jari-jari lengket sehinggga mempersulit persalinan



c. a.



Peran bidan komunitas terhadap perilaku selama persalinan Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan b. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan c. Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat d. Contoh kasus perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang positif a.



Selamatan 7 bulan (pada ibu hamil)



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh tenaga non medis, dan IMS. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB.



Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan. IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS. B.



Saran Sebaiknya seorang bidan mengetahui tentang masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan kesehatan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan pencegahan akan timbulnya masalah yang terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur masalah kesehatan tersebut muncul maka bidan akan lebih cepat dalam penanganannya dan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Mochtar, Rustam.1998. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC. Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta Wong, donna,L. 2004 . Pedoman klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC. http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.