Makalah Matrilineal Lengkap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DASAR-DASAR ILMU BUDAYA Negara yang Menganut Sistem Kekerabatan Matrilineal Terbesar



Oleh: Kelompok 4 1. Elinda Safitri



(1810729001)



2. Mike Ermila



(1810721021)



3. Nabilla Hanifah Suci (1810722001) 4. Ummul Hafizhah



(1810722023)



SEMESTER II PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2019



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada baginda tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar nantinya menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya bapak Dr. Syafril, M.Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Budaya. Tanpa beliau kami tidak bisa membuat makalah ini dengan baik Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ..................................................................................................... HAL KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1 C. Tujuan ................................................................................................................. 1 D. Manfaat ............................................................................................................... 1



BAB II



PEMBAHASAN



A. Pengertian Matrilineal ........................................................................................ 2 B. Ciri-Ciri Matrilineal ............................................................................................ 2 C. Negara Penganut Matrilineal .............................................................................. 3



BAB III



NEGARA TERBESAR YANG MENGANUT SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL TERBESAR



A. Negara ................................................................................................................. 7 B. Asal Mula Sistem Matrilineal di Minangkabau .................................................. 8 C. Perkembangan Suku Minangkabau .................................................................... 9



BAB IV



PENUTUP



A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11 B. Saran ................................................................................................................. 11



Daftar Pustaka .............................................................................................................. 12



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Di dunia ini ada banyak manusia yang hidup. Dalam kehidupan kekeluargaan manusia ada namanya hubungan kekeluargaan atau kekerabatan, yang mana merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya (Wikipedia). Seperti yang kita ketahui, di dunia ini ada sistem kekerabatan patrilineal, matrilineal, dan bilateral. Namun sedikit yang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Hal ini yang mendorong kami menyusun makalah dengan tema matrilineal. Dalam makalah ini, kami mencoba untuk menguraikan apa itu matrilineal, Negara mana saja yang menerapkannya, ciri-cirinya, dan perkembangannya. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa itu sistem kekerabatan matrilineal? b. Apa ciri-ciri sistem kekerabatan matrilineal? c. Negara mana saja yang menganut sistem kekerabatan matrilineal? d. Bagaimana proses perkembangan sistem kekerabatan matrilineal sekarang ini? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui apa itu sistem kekerabatan matrilineal. b. Apa pengaruh sistem kekerabatan matrilineal di suatu Negara. c. Perkembangan apa saja yang terjadi di sistem kekerabatan matrilineal. 1.4 Manfaat a. Mengetahui bagaimana perkembangan sistem kekerabatan matrilineal di berbagai belahan dunia. b. Negara mana yang paling banyak menganut sistem kekerabatan matrilineal.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Matrilineal Menurut Wikipedia, Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari bahasa Latin, yaitu mater yang berarti ibu, dan linea yang berarti garis. Jadi, matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu. Kata matrilineal sering disamakan dengan matriarkhat atau matriarkhi, padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Matriarkhat berasal dari bahasa Yunani pula, yaitu mater yang berarti ibu, dan archein yang berarti memerintah. Jadi, matriarkhi berarti kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan. Bisa ditarik kesimpulan, bahwa sistem kekerabatan matrilineal ini membuat seorang anak mempunyai suku atau marga yang diambil dari garis keturunan ibu.



2.2 Ciri-Ciri Matrilineal Ciri-ciri sistem kekerabatan matrilineal bisa dilihat pada anak-anak menjadi hak ibu, termasuk dalam kekerabatan ibu. Sistem waris diturunkan kepada pihak perempuan dan derajat sosial perempuan lebih tinggi dari pada kaum laki-laki. Akan tetapi, lelaki tetap berperan sebagai pengelola waktu, harta, usaha, dan adat keluarga. Di sebagian daerah, penganut matrilineal bagi kaum perempuan yang menikah dengan lelaki dari sesama matrilineal atau tidak, maka si anak akan mendapatkan suku dari ibunya atau kedua suku bila si ayah menganut sistem kekerabatan patrilineal. Begitu juga sebaliknya, bila kaum lelaki menikah dengan perempuan yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, maka si anak tidak akan diakui dari kedua suku orang tuanya.



2.3 Negara Penganut Matrilineal



Sebagian besar di dunia ini banyak yang menerapkan sistem kekerabatan patrilineal, yang mana pihak keturunan yang ditarik dari garis keturunan ayah. Namun, ada bebarapa Negara yang menerapkan sistem kekerabatan matrilineal, yaitu: a. Suku Indian Suku Indian adalah pemukim pertama Amerika Utara datang dari Asia lebih dari 20.000 tahun lalu. Karena mengikuti hewan buruan, mereka mengembara melewati Selat Bering (dulu tanah genting, kini pemisah titik paling timur Benua Asia dan titik paling barat Benua Amerika). b. Suku Indian Pueblo Suku Pueblo di daerah barat daya Amerika Selatan adalah suku yang cinta damai. Mereka bertanam sayuran untuk dimakan dan terampil menenun kain berwarna cerah dari kapas serta membuat tembikar. Mereka membuat rumah bertingkat dari batu atau adobe (tanah liat yang dijemur), yang dihuni beberapa keluarga. Kini banyak dari mereka hidup di reservat Arizona dan New Mexico. c. Suku Indian Navajo Secara historis, struktur masyarakat Navajo sebagian besar merupakan matriarkal sistem di mana wanita hanya diizinkan untuk memiliki ternak dan tanah. Setelah menikah, seorang pria Navajo akan pindah ke rumah istrinya dan klan, dan anak-anak perempuan secara tradisional akan menerima warisan. d. Suku Khasi Suku Khasi di Meghalaya adalah suku yang menempatkan perempuan sebagai pusat masyarakatnya. Jika Anda berkunjung ke sana dan mampir ke rumah sakit bersalin maka Anda akan melihat perbedaan kelahiran bayi perempuan dan bayi laki-laki. Jika yang lahir adalah bayi laki-laki, Anda akan mendengar keluarga itu berkata seperti: “Oh, oke, tak apalah”. Tapi jika yang lahir anak perempuan maka ada sukacita dan tepuk tangan.’ e. Suku Nakhi



Antithetic Marriage still happens in Modern china. Di Yunnan, terdapat kaum minoritas yang disebut Nakhi. Mereka biasa memanggil pasangannya dengan sebutan Ahchu dibanding sebutan suami atau istri. Kalau sudah menikah, ‘Ahchu laki-laki’ biasanya tinggal dirumah ‘ahchu perempuan’. Suami juga harus mengubah namanya mengikuti nama istri. Itulah kenapa konsep pernikahan mereka disebut sebagai antitesis. Mungkin karena memang berlawanan dengan konsep pernikahan pada umumnya. f. Suku Lenape Lenape ( /ləˈnɑːpi/) adalah suku Pribumi Amerika di Kanada dan Amerika Serikat. Mereka juga disebut Indian Delaware karena tanah mereka dulunya berada di sepanjang Sungai Delaware. Akibat intervensi pasca Perang Revolusi Amerika Serikat dan pengusiran Indian dari Amerika Serikat timur, suku utamanya sekarang menetap di Ontario (Kanada), Wisconsin, dan Oklahoma. Di Kanada, mereka menjadi bagian dari Munsee-Delaware Nation 1, Moravian of the Thames First Nation, dan Delaware of Six Nations. Di Amerika Serikat, mereka terbagi menjadi tiga suku resmi, yaitu Bangsa Delaware dan Suku Indian Delaware, keduanya di Oklahoma, dan Komunitas Stockbridge-Munsee di Wisconsin. Indian Pegunungan Ramapough dan Nanticoke Lenni-Lenape mengaku sebagai keturunan Lenape dan diakui sebagai suku oleh negara bagian New Jersey. g. Suku Hopi Suku Indian di daratan besar Amerika Utara bukanlah sebuah suku tunggal, tapi merupakan gabungan beberapa suku yang berbeda, bahasa dan sejarah kultur mempunyai kemiripan satu sama lainnya. Banyak yang berpendapat nenek moyang suku Indian dan orang kulit kuning di Asia sangat erat kaitannya. Banyak ramalan dan legenda beredar di kalangan rakyatnya, terutama suku Hopi, diibaratkan sebagai pencatat sejarah. Lewat cerita lisan yang turun-temurun dan cara lainnya seolah mereka buat notulensi tentang legenda-legenda kuno, salah satu adalah ramalan Hopi yang terkenal itu. h. Suku Iroquois



Iroquois ( /ˈɪrəkwɔɪ/ atau /ˈɪrəkwɑː/), dikenal pula sebagai Haudenosaunee atau "Suku Rumah Panjang", adalah konfederasi yang terdiri dari beberapa bangsa dan suku pribumi Amerika Utara. Pada abad ke-16 atau sebelumnya, setelah suku berbahasa Iroquois di wilayah yang sekarang menjadi New York tengah dan utara bersatu, mereka membentuk asosiasi bernama Liga Iroquois, atau "Liga Perdamaian dan Kekuatan". Suku Iroquois adalah masyarakat yang matriarkal. Mereka mempunyai ibu klan atau wanita utama di liga tersebut. i. Suku Tuareg Tuareg (Arab:‫ ) طوارق‬adalah grup etnis Berber nomaden. Kebanyakan bangsa Tuareg kini tinggal di Afrika Barat, tetapi mereka nomaden dan pindah di sepanjang Sahara. Mereka memiliki penulisan mereka sendiri yang disebut tifinaɤ. Kini, kebanyakan Tuareg beragama Muslim. Namun, tidak seperti Muslim lainnya, mereka sangat mengutamakan wanita seperti suku Minangkabau. Pemimpin mereka yang paling penting adalah seorang wanita. j. Suku Minangkabau Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnis ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam. Sistem matrilineal di Indonesia yang terbesar adalah suku Minangkabau, walaupun ada suku lain yang menerapkannya di beberapa daerah. Namun, biasanya daerah yang mengembangkannya, merupakan masyarakat Minangkabau yang pergi merantau ke daerah lain dan membangun sebuah peradaban di daerah tersebut. Seperti, suku Enggano, Petalangan, Aneuk Jamee, Sakai, dan lain-lain.



BAB III NEGARA TERBESAR YANG MENGANUT SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL TERBESAR 3.1 Negara Sebuah Negara terdiri dari berbagai macam latar belakang masyarakat, seperti ras, suku, budaya, dan agama. Semua itu tidak terpisahkan semenjak seorang manusia lahir ke dunia. Di suatu Negara, mempunyai daerah atau distrik yang dikuasainya. Dari beberapa daerah sebagian besar menerapkan sistem kekerabatan patrilinieal. Namun, ada yang menerapkan sistem kekerabatan matrilineal. Negara yang paling banyak menerapkan sistem matrilineal adalah Indonesia, tepatnya suku Minangkabau. Banyak tulisan yang memuat bahwa suku Minangkabau adalah penganut sistem matrilineal terbesar di dunia. Namun ada penelusuran yang menyatakan populasi inti (core population) bangsa Yahudi 2016 berjumlah 14,4 juta jiwa. Core Population adalah jumlah orang Yahudi yang mengamalkan agama leluhur Judaism dan belum memeluk agama lain. Disebutkan sebagian besar Yahudi masih menganut matrilineal, artinya berdasarkan core population jumlahnya sudah lebih dari 7,2 juta. Hal ini membuktikan jumlah suku Minangkabau yang berjumlah 7,1 juta jiwa pada tahun 2016 lebih sedikit pouplasinya dari Yahudi. Namun, dilihat dari sejarah suku Minangkabau dapat dikatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari bangsa Yahudi. Hampir semua masyarakat Minang percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari Raja Alexander Agung atau Iskandar Zulkarnain. Menurut sejarah Kristen, raja tersebut hidup dari tahun 356 SM – 323 SM. Dia dikenal sebagai Raja Alexander III dari Macedonia, ia seorang pimpinan militer yang berhasil sepanjang masa dan sudah banyak menguasai daerah. Daerah yang termasuk adalah Anatolia, Syiria, Phoenicia, Judea, Gaza, Mesir, Batricia, Mesopotamia (Irak), dan batas-batas imperium sejauh Punjab, India. Diyakini bahwa ia memiliki tiga putra, yaitu Maharaja Alif (raja Turki), Maharaja Depang (raja China), dan Mahara Diraja (raja Minangkabau). Menurut Tambo, Maharaja Diraja berlayar ke selatan bersama istri-istrinya dan Cati Bilang Pandai. Dalam pelayaran, mahkota Maharaja



Diraja terjatuh ke laut dan tidak dapt diambil lagi karena mahkota itu dililit naga laut yang ganas. Cati Bilang Pandai menurunkan kaca dan dari pantulan kaca itulah ia membuat tiruan mahkota persis seperti yang asli. Dapat dikatakan bahwa pemerintahan di Minangkabau tidak seperti asli yang dibawa dari benua Asia. Lalu Maharaja Dirasa dan pasukannya sampai ke tempat Lagundi Nan Baselo, seterusnya sampai ke Gunung Merapi, yang semula sebesar telur itik yang menyentak naik, sedangkan laut menyentak turun. Kemudian dibangun sebuah nagaro di lereng Gunung Merapi itu, yang lalu diberi nama Pariangan. 3.2 Asal Mula Matrilineal di Minangkabau Menurut Legenda, pada pertengahan Abad ke-12, Raja Maharaja Diraja mendirikan kerajaan Koto Batu, wafat dan meninggalkan tiga orang putra dan tiga istri. Istri pertama , Puti Indo Jalito, kemudian mengambil alih kepemimpinan dan tanggung jawab keluarga, yang menjadi cikal akal dari masyarakat matrilineal. Ada pula novel Negara Kelima karya ES Ito, yang meyebutkan bahwa pada masa kejayaan Majapahit, datanglah seorang panglima Adityawarman yang ingin menyerang dan menguasai Minangkabau. Minangkabau adalah kerajaan ynag dikenal sebagai nagari tanpa polisi, karena mengutamakn kedamaian bahkan untuk daerah rantau.



Dicarilah runding dan mufakat bagaimana menghadapi tentara Majapahit. Demi kemaslahatan rakyat, perang harus dihindari, tapi mulihat haruslah dicari. Tipu muslihat itu dengan cara Adityawarman dinikahkan dengan Puteri Jamilan Saudara dari Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang, dan tentara mereka akan disambut dengan adat dan lembaga. Tidak akan perang yang terjadi.



Akhirnya Adityawarman sampai di ranah Minangkabau, dan menyetujui usulan tersebut dengan diimingi menjadi pucuk pimpinan alam Minangkabau atau raja Minagkabau. Dengan syarat, Adityawarman dan pasukannya tidak memerangi rakyat Minangkabau. Menyadari Adityawarman menerima tawaran tersebut, maka Datuk Perpatih Nan Sabatang mencari siasat agar



raja-raja



berikutnya



tetap



dianggap



menerima



warisan



kerajaan



dari



Datuk



Katumanggungan, bukan dari Adityawarman. Ditetapkanlah adat batali bacambua yang merubah struktur kemasyarakatan Minangkabau.



Adat ini mengatur hubungan antara bapak dan mamak. Intinya, di dalam rumah tangga terdapat dua kekuasaan, pertama kekuasaan bapak, kedua kekuasaan mamak, yaitu saudara lakilaki dari pihak ibu. Pemikiran itu dibawa Datuk Papatiah Nan Sabatang pada musyawarah dengan cerdik di balirung sari. Hal itu membuat susunan aturan masyarkat Minangkabu yang dahulu sistem patrilineal menjadi sistem matrilineal. Raja Adityawarman kemudian hanyalah menjadi raja transisi, bukan raja alam Minangkabau yang sebenarnya.



3.3 Perkembangan Suku Minangkabau Perkembangan suku Minangkabau dapat dilihat di zaman saat ini. Perempuan memegang harta warisan, seperti sawah dan rumah, dan diturunkan kepada anak perempuan. Lelaki mendapat bagian warisan bila harta tersebut banyak, namun jauh lebih sedikit dari perempuan. Lelaki juga berperan mengelola harta warisan tersebut. Anak-anak juga mengambil nama keluarga ibu dan pria dianggap seorang tamu di rumah istrinya. Dalam adat perkawinannya, pengantin laki-laki pindah dan tinggal di rumah keluarga istrinya. Mas kawin ditentukan oleh keluarga pengantin perepmuan, berdasarkan pendidikan dan profesi calon suami. Pengantin lelaki pada perkawiannya disambut dengan oleh keluarga besar mempelai wanita, diirigi penari dan penabuh gendang tambua dan talempong. Keluarga pengantin perempuan mengenakan pakaian terbaiknya dengan membawa uang tunai, hadiah, dan makanan di atas kepalanya untuk diberikan kepada calon suami. Menurut adat, perempuan yang ingin menikah dengan seorang pria tidak boleh mempunyai suku yang sama. Walaupun dalam Islam, tak ada yang melarang, kecuali mempunyai hubungan tali darah. Hal ini dikatakan memiliki kesamaan dengan aturan Islam, walaupun ada perbedaan.



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Sebagian besar di dunia ini menerapkan sistem kekerabatn patrilineal, dan sebagian kecil sistem kekerabatan matrilineal. Sistem kekerabatan matrilineal adalah sistem yang menarik garis keturunan ibu. Negara yang populasinya menganut sistem matrilineal ini adalah Indonesia, tepatnya suku Minangkabau. Suku Minangkabau mempunyai tambo yang bisa dipelajari mengapa menganut sistem matrilineal ini. Dilihat dari perkembangannya sampai saat ini, masyarakatnya masih memegang nilai-nilai tradisi tersebut.



4.2 Saran Dalam perkembangan sistem kekerabatan matrilineal ini masih sedikit informasi yang didapatkan. Diharapkan kedepannya ada penambahan informasi yang akurat tentang sistem kekerabatan matrilineal.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2017. “Suku Minangkabau Penganut Matrilineal Terbesar Kedua Setelah Yahudi?”, diakses pada 6 Maret 2019 pukul 08.00. Ismoro. 2011. “Makalah Sistem Kekerabatan”, esai-esai.blogspot.com, diakses pada 6 Maret 2019 pukul 08.00. Navis,AA.1986. Alam takambang jadi guru. Jakarta:Grafiti Press. Sankari, Ratna. 2016. “Masyarakat Matrilineal Terbesar dunia ada di Sumater Barat”, https;//www.bbc.com, diakses pada 6 Maret 2019 pukul 08.00. Suryawan, Willy. 2009. “Orang Minang=Bangsa Yahudi?”, willysuryawan.blogspot.com, dikases pada 6 Maret 2019 pukul 08.00. Wikipedia. 2015. “Hubungan Kekerabatan”, id.m.wikipedia.org, diakses pada 6 Maret 2019 pukul 08.00. Wikipedia. 2019. “Matrilineal”, id.m.wikipedia.org, diakses pada 6 Maret 2019 pukul 08.00.