Makalah Metode Fungsional Kel. 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN METODE FUNGSIONAL



Dosen Pembimbing : Duwi Basuki, M.Kep



Disusun Oleh Kelompok 1: Kelas 3 C / Semester VI Putri Mayang Sari



(201601111)



Faiqatul Munajjah



(201601113)



Khoridatul Bahiyah



(201601112)



Krisna Rini K



(201601085)



Erika Widiya Novita



(201601106)



Bella Ernanda Ika



(201601081)



Oktavia Mahandi P



(201601083)



Ibnu Nafi



(201601090)



Denofan Agung W



(201601107)



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Metode Fungsional dengan tepat waktu tanpa halangan apapun. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Asuhan Keperawatan Metode Fungsional. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :



1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI. 2. Ana Zakiyah.M.Kep Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan. 3. Dwi Basuki, M.Kep Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Manajemen yang telah membimbing penulis. 4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.



Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin. Mojokerto, 23 April 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI



Kata Pengantar…………………………………………………………………...i Daftar Isi…………………………...……………………………………...……...ii Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2 Bab 2 Pembahasan ................................................................................................ 3 2.1 Definisi Mpkp........................................................................................... 3 2.2 Komponen Mpkp ...................................................................................... 4 2.3 Tujuan Mpkp ............................................................................................ 5 2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Mpkp ........................................................... 5 2.5 Karakteristik Mpkp................................................................................... 6 2.6 Langkah-Langkah Implementasi Dan Evaluasi Mpkp ............................. 6 Bab 3 Tinjauan Teori ............................................................................................ 9 3.1 Metode Fungsional ................................................................................... 9 3.2 Struktur Organisasi ................................................................................. 11 3.3 Pembagian Mpkp Metode Fungsional .................................................... 12 3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Mpkp ......................................................... 13 3.5 Contoh Mpkp Metode Fungsional .......................................................... 13 Bab 4 Penutup ..................................................................................................... 14 4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14 4.2 Saran ....................................................................................................... 14 Daftar Pustaka………………………………….……………………………….15



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan fungsional (MPKP) yang memungkinkan perawat fungsional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai. Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan managemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang fungsional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model



1



fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah Model Keperawatan Metode Fungsional 2. Apakah kelebihan dan kelemahan metode fungsional 1.3 Tujuan Tujuan umum : 1. Mahasiswa dapat memahami Model Keperawatan metode fungsional Tujuan khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan tentang : 1. Pengertian Model Praktik Keperawatan fungsional 2. Tujuan Model Praktik Keperawatan fungsional 3. Kelebihan dan kelemahan keperawatan fungsional



2



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1 Definisi MPKP Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan salah satu sistem terstruktur yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan berkualitas. Sebagaimana menurut Hoffart & Woods (1996), model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu system, yaitu struktur, proses dan nilai- nilai, yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Tujuan utama MPKP adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) diyakini dapat menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan



3



mutu asuhan keperawatan dirumah sakit. Dengan model ini, pengembangan keilmuan keperawatan ditatanan pelayanan dapat difasilitas. Karena model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatn yang berfokus pada profesionalisme keperawatan. 2.2 Komponen MPKP



Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai–nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan. 1. Nilai–nilai professional Pada



model



ini



PP



dan



PA



membangun



kontrak



dengan



klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional. 2. Hubungan antar professional Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu



4



memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik. 3. Metode pemberian asuhan keperawatan Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien. 4. Pendekatan manajemen Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif. 5. Sistem kompensasi dan panghargaan. PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur. 2.3 Tujuan MPKP 1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan. 2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan. 3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan. 5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan. 2.4 Kelebihan dan kekurangan MPKP 1. Kelebihan MPKP 1). Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.



5



2). Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. 3). Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota lain. 4). Bila diimplementasikan di Rumah Sakit meningkatkan mutu asuhan keperawatan. 5). Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar. 6). Ruang MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing. 2. Kekurangan MPKP 1). Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk. 2). Akuntabilitas konsep pada tim. 3). Beban kerja yang tinggi. 4). Pendelegasian tugas terbatas. 5). Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama tugas perawat penanggung jawab klien. 2.5 Karakteristik MPKP 1. Pendapatan jumlah tenaga keperawatan. 2. Penetapan jenis anggota keperawatan. 3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan. 4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer. 2.6 Langkah-Langkah Implementasi dan Evaluasi MPKP 1. Tahap persiapan 1). Tahap persiapan tim (terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP). 2). Rancangan penilaian mutu (kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien). 3). Presentasi MPKP (untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi).



6



4). Penetapan



tempat



implementasi



(dalam



menentukan



tempat



implementasi perlu memperlihatkan mayoritas tenaga keperawatan apakah ada staff baru atau tidak). 5). Identifikasi jumlah klien (kelompok klien terdiri dari 3 kriteria yaitu minimal, persial, dan total). 6). Penempatan tenaga keperawatan. 7). Penetapan jenis tenaga. a. Kepala ruang rawat. b. Clinical care manager. c. Perawat primer. d. Perawat associate. 8). Pengembangan standar asuhan keperawatan (bertuuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan). 9). Penetapan format dokumentasi keperawatan. 10). Identifikasi fasilitas a. Badge atau kartu nama tim. b. Papan nama c. Papan MPKP 2. Tahap pelaksanaan 1). Pelatihan MPKP. 2). Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi. 3). Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA. 4). Memberikan bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra. 5). Memberikan bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim. 6). Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA. 7). Memberikan bimbingan tetang dokumentasi keperawatan. 3. Tahap evaluasi 1). Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang. 2). Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian.



7



3). Penilaian infeksi nosocomial diruang rawat. 4). Penialian rata-rata lama di rawat.



8



BAB 3 TINJAUAN TEORI



3.1 Metode Fungsional Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obatobatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan



kriteria



efisiensi,



tugas



didistribusikan



berdasarkan



tingkat



kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua. Metode Fungsional adalah pengorganisasian yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua klien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini



9



digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua klien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang klien. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan



kriteria



efisiensi,



tugas



didistribusikan



berdasarkan



tingkat



kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua. Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) Model Fungsional ( bukan model MAKP)



Deskripsi



Penanggung Jawab



 Berdasarkan orientasi tugas Perawat dari filosifi keperawatan.  Perawat



melaksanakan



tugas (tindakan) tertentu berdasarkan kegiatan



jadwal



yang ada.



 Metode



fungsional



dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan pilihan



sebagai



utama pada



10



yang



bertugas



pada tindakan tertentu.



saat perang dunia Pada



kedua.



saat itu, karena



masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap



perawat



hanya melakukan 1–2 jenis intervensi



keperawatan



kepada semua



pasien



di bangsal.



3.2 Struktur Organisasi Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Fungsional (bukan model MAKP). Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.



Kepala Ruang



Perawat Pengobatan



Asisten perawat perawatan diri



Perawat Treatment



Perawat : Merawat luka



Pasien



Gambar : Struktur Organisasi Asuhan Keperawatan Dengan Model Fungsional



11



3.3 Pembagian MPKP Metode Fungsional Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut : 1. Kepala Ruangan, tugasnya diantaranya yaitu : 1) Merencanakan pekerjaan. 2) Menentukan kebutuhan perawatan klien. 3) Membuat penugasan. 4) Melakukan supervise. 5) Menerima instruksi dokter. 2. Perawat staf, tugasnya diantaranya yaitu : 1) Melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada paasien. 2) Membantu supervise asuhan keperawatan yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan. 3) Perawat pelaksana, tugasnya yaitu melaksanakan asuhan keperawatan langsung kepada klien dengan asuhan keperawatan sedang, klien dalam masa pemulihan kesehatan dan klien dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL). 3. Pembantu perawat, tugasnya diantaranya yaitu : 1) Membantu klien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi. 2) Membenahi tempat tidur. 3) Membagikan alat tenun bersih. 4. Tenaga administrasi ruangan, tugasnya diantaranya yaitu : 1) Menjawab televon. 2) Menyampaikan pesan. 3) Memberi informasi. 4) Mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan. 5) Mencatat klien masuk dan pulang. 6) Membuat duplikat rosterna ruangan. 7) Membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas interuksi kepala ruangan.



12



3.4 Kelebihan dan kekurangan MPKP Kelebihan: a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas. Kekurangan: a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. d. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan e. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk 3.5 Contoh MPKP Metode Fungsional Dalam metode ini perawat hanya melakukan 1-2 intervensi saja, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat saat itu. Metode ini dilakukan sebagai pilihan utama sejak perang dunia ke dua. Setiap perawat diberikan 1-2 tugas untuk dilaksankan kepada semua pasien di suatu ruangan. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh



untuk perawatan seorang pasien. Kepala ruangan



bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.



13



BAB 4 PENUTUP



4.1 Kesimpulan Dalam model keperawatan metode fungsional Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. 4.2 Saran Dalam metode ini memang sangat efisien untuk menyelesaikan tugas keperawatan namun alangkah baiknya untuk tindakan keperawatan pada pasien dilakukan dengan sebaik mungkin agar kebutuhan pasien terpenuhi.



14



DAFTAR PUSTAKA



Dr . AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG PROGRAM PASCASARJANA KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSJD Dr . AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. (2006). Gillies, D. (1989) , Nursing Management Company A Sistem Approach, Philadelphia, W.B. Saunders. Huber,. D., (2000). Leadershi~ And Nursing Care Management Philadelpia: Journal, I. N., Kamil, H., Aceh, B., & Aceh, B. (2006). AKSIOLOGI ILMU KEPERAWATAN ; MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL Nursing Science Axiology ; Professional Nursing Practice Model Hajjul Kamil, 79–88. Keperawatan, T. M. (2014). Manajemen Asuhan Keperawatan, 1–25. Kepuasan, E., Perawat, K., Ruang, D. I., Rahmat, I., Nugraheni, M., & Werdati, S. (N.D.). Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Mpkp, Persiapan Mpkp Dan Non Mpkp. Kepuasan, T., Di, K., Ngudi, R., & Wlingi, W. (2011). FERLIN MEGA LIYANA STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL ASUHAN. Kesehatan, J., Hidayah, N., Ilmu, F., Universitas, K., Negeri, I., & Makassar, A. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit, VII(2). Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4 . Jakarta Selatan: Salemba Medika . Pratiwi, A. (2006). DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA Heru Pujihastono Wiryatmo *, 57–62. Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit : Penataan Struktur Dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat. Jakarta : EGC. Sutriyanti, Y., Bakara, D. M., Warsit, S., Keperawatan, P., Poltekkes, C., & Bengkulu, K. (N.D.). Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Terhadap Pelaksanaan Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Karu Dalam Komitmen Perawat Dalam Mengimplementasikan Mpkp. Tim-Fungsional, K. A. M., & Fungsional, D. A. N. (N.D.). PRODUKTIFITAS PERAWAT DI RS. Dr.MOEWARDI: STUDI KOMPARASI ANTARA METODE TIM-FUNGSIONAL DAN FUNGSIONAL, 157–168. Trimumpuni, E. N., Pascasarjana, P., & Diponegoro, U. (2009). Analisis Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Terhadap Kepuasan Klien Rawat Inap Di Rsu Puri Asih Salatiga.



15



Lampiran



NO 1



JUDUL



NAMA PENGARANG



TAHUN TEMPAT 2009



METODE



ANALISIS



Heru



PERBEDAAN



Pujihastono



KEPUASAN



Wiryatmo,



digunakan



PASIEN



Arum Pratiwi



Rumah



HASIL



Rumah



Dua



metode Dari



penelitian



sakit



yang



banyak yang dilaksanakan di didapatkan Sakit bahwa



hasil



83.3



%



TERHADAP



Islam Surakarta responden



ASUHAN



adalah



KEPERAWATAN



Fungsional dan terhadap



ANTARA



Alokasi pasien / Fungsional dan



METODE



keperawatan



metode menyatakan



puas metode



73.3 & menyatakan



FUNGSIONAL



puas



DAN



metode alokasi



ALOKASI



PASIEN DI SAKIT



dengan



pasien. Sedangkan RUMAH



uji



ISLAM



perbedaan



kepuasan antara ke



SURAKARTA



dua



metode



didapatkan



hasil



bahwa tidak ada perbedaan kepuasan



dari



responden



baik



yang



mengalami



dirawat



dengan



metode fungsional maupun pasien.



alokasi Hal



ini



diperkuat dengan penelitian sebelumnya



16



dimana didapatkan kesamaan persepsi



pasien



terhadap



mutu



asuhan keperawatan antara metode tim dengan



metode



fungsional. Kepuasan



pasien



adalah suatu situasi dimana pasien dan



keluarga



menganggap bahwa biaya yang dikeluarkan sesuai dengan



kualitas



pelayanan yang diterima



dan



tingkat



kemajuan



kondisi kesehatan yang dialaminya . Mereka



merasa



pelayanan yang diberikan merupakan penghargaan terhadap diri dan



kehormatan



yang



dimilikinya



(Winsley dalam Nurrohmah,2002)ll



17



mu



keperawatan



sesungguhnya suatu



kebenaran



dengan



manfaat



yang



terus



berkembang. 2



AKSIOLOGI



Hajjul Kamil



1996



Banda



Model



aceh



keperawatan



hasil pengujian dan



KEPERAWATAN;



vokasional



pembuktian ilmiah



MODEL



adalah



PRAKTEK



penugasan



meningkatkan



KEPERAWATAN



keperawatan



kesehatan,



PROFESIONAL



fungsional,



kebahagiaan,



namun dalam



kesejahteraan bagi



perkembangan



manusia.



ILMU



praktik Berdasarkan



metode dalam



ilmu keperawatan model praktik keperawatan ini tidak sesuai lagi dan terus



berubah



sesuai



dengan



tuntutan profesionalitas pelayanan keperawatan, salah



satunya



adalah



Model



Praktek Keperawatan



18



dan



Profesional (MPKP). 3



PRODUKTIFITAS



pemberian



Hasil



penelitian



PERAWAT DI RS.



asuhan



adalah



perbedaan



Dr.MOEWARDI:



keperawatan



proporsi



STUDI



masih



KOMPARASI



menggunakan



produktivitas



ANTARA



metode



perawat



fungsional



metode fungsi-tim



METODE



Supratman



1979



Surakarta



TIM-



(dalam



banyak jumlah)



antara



FUNGSIONAL



dan



metode



DAN



fungsional Namun



FUNGSIONAL



secara



statistik



perbedaan (bandingkan) tidak signifikan



dengan



X-2.38 p 0 05 Kata kunci



fungsional-



tim dan fungsional, metode pemberian asuhan keperawatan, produktivitas keperawatan kinerja yang



perawat Memasuki



abad ke-21 perawat akan dapat 4



PENGGUNAAN



Ferlin



MODEL



liyana



mega 2011



RSUD



Model



NGUDI



Keprawatan



penelitian



ASUHAN



WALUY



Profesional



didapatkan



KEPERAWATAN



O



(MAKP) di



Utab = 123 maka



PROFESIONAL



WLINGI



RSUD



19



Asuhan Dari



Ngudi Maka



hasil



dan



Sehingga



(MAKP)



TIM



KABUPA



Waluyo Wlingi menunjukkan



DAN



TEN



terhadap



klien bahwa HA diterima



FUNGSIONAL



BLITAR



rawat



inap dan



H0



ditolak.



TERHADAP



menerapkan dua Dengan



KEPUASAN



model



KLIEN DI RSUD



Model Asuhan



perbedaan



NGUDI WALUYO



Keperawatan



penggunaan Model



WLINGI



Profesional



Asuhn Keperawaan



KABUPATEN



(MAKP)



BLITAR



dan Fungsional.



yaitu kesimpulan



ada



Tim Profesional (MAKP) Tim dan Fungsional Terhadap Kepuasan Klien di RSUD



Ngudi



Waluyo



Wlingi



Kabupaten Blitar. 5



MANAJEMEN



Nur Hidayah



2014



Makassar



Model



Asuhan Hasil



analisis



MODEL



Keperawatan



menun-jukkan



ASUHAN



Profesional



bahwa



KEPERAWATAN



(MAKP)



Asuhan



PROFESIONAL



Fungsional



Keperawatan



(MAKP) DALAM



Model



Profesional



PENINGKATAN



fungsional



(MAKP)



KEPUASAN



dilaksanakan



berbanding



PASIEN



DI



oleh



RUMAH SAKIT



Model



lurus



perawat dengan



dalam



peningkatan



pengelolaan



pelayanan



asuhan



kesehatan



keperawatan



kepuasan pasien di



sebagai



mutu



serta



pilihan Rumah Sakit



utama pada saat perang



20



dunia Hasil penelitian ini



kedua. Pada saat menunjukan itu



ada



ka-rena pengaruh pelatihan



masih



terhadap



terbatasnya



kepemimpinan



jumlah



dan pelaksanaan



kemam-puan perawat setiap



standar



kepala



maka ruangan



(Karu)



perawat terhadap komitmen



hanya



perawat



dalam



melakukan 1 – 2 mengimplementasi jenis intervensi kan keperawa-tan kepada



MPKP



RSUD



Di



Curup



semua Kabupaten Rejang



pasien



di Lebong.



Setelah



bangsal. Model mendapatkan ini berdasarkan pelatihan orientasi dari



tugas kepemimpinan filosofi terdapat perbedaan



keperawatan,



rerata



tingkat



perawat



komitmen perawat



melaksanakan



dalam



tugas ( tindakan) mengimplemetasik tertentu



an



MPKP



berdasarkan



kelompok



jadwal kegiatan dengan yang



pada kontrol



kelompok



ada intervensi



dalam



(Nursalam,



hal



2002).



MPKP Di RSUD Curup



pelaksanaan



Kabupaten



Rejang Lebong



6



PENGARUH



Yanti



2014



Di RSUD Survei



21



pada Hasil



penelitian



PELATIHAN



Sutriyanti1,



Curup



pelaksanaan



menunjukkan



KEPEMIMPINAN



Derison



Kabupaten metode tim di bahwa perawat



TERHADAP



Marsinova



Rejang



ruangan



PELAKSANAAN



Bakara1, Surani



Lebong



sepenuhnya



STANDAR



Warsit



belum di



mengacu



ruang



sebagian



besar



pada berada



MANAJEMEN



pengembangan



PELAYANAN



metode praktek kerja



KEPERAWATAN



keperawatan



KARU



profesional.



DALAM



MPKP



dalam



tingkat



kepuasan



tinggi (77,78%).



KOMITMEN



Pelaksanaan



PERAWAT



metode tersebut



DALAM



tidak



MENGIMPLEME



berkesinambung



NTASIKAN



an



MPKP



cenderung



bahkan



kembali kepada metode fungsional.



7



EVALUASI



Ibrahim



KEPUASAN KERJA



Rumah



Sistem



penelitian



Rahmat,



Sakit



pemberian



menyebutkan



Maulina



Grhasia



asuhan



pentingnya



Yogyakart



keperawatan



manajemen asuhan



a.



telah



keperawatan



PERSIAPAN



berkembang



seperti



MPKP



seiring



Hafizurrachman



perkembangan



(2012),



bahwa



dan Aturan



atau



PERAWAT RUANG MPKP,



2016



DI Nugraheni, Sri Werdati



ilmu teknologi



22



penelitian



yang kebijakan



berkaitan



keperawatan



dengan



diperlukan



kesehatan



mengawal



ini untuk



dengan



terwujudnya



menggunakan



kinerja



metode



maksimal.



fungsional,



Marquis,



yang



(2010),



pengintegrasian peran kepemimpinan dan fungsi manajemen memastikan bahwa tipe



model



pemberian asuhan kepada pasien yang dipilh



akan



memberikan kualitas perawatan dan kepuasan staf. 8



MANAJEMEN



Muh.Aswar



ASUHAN



Anas



2014



Makassar



KEPERAWATAN



Metode



Hasil



Fungsional



menunjukan



Menurut



pelaksanaan



Hidayah,



manajemen asuhan



(2013),



Model keperawatan



pemberian



baik



Asuhan



Persepsi



perawat



Keperawatan



pelaksana



tentang



ini, berorientasi fungsi



(65,4%).



manajerial



pada



kepala ruang yaitu



penyelesaian



(1)



tugas



23



penelitian



dan perencanaan



fungsi baik



prosedur



(53,8%), tidak ada



keperawatan.



hubungan



Perawat



(p=0,857),



ditugaskan



tidak ada



dan



untuk



pengaruh (p=0,543,



melakukan tugas Exp B=0,700). (2) tertentu



untuk fungsi



dilaksanakan kepada



pengorganisasian



semua baik (55,8%), tidak



pasien



yang ada



dirawat disemua hubungan ruangan. Model (p=0,982),



dan



ini digambarkan tidak ada pengaruh sebagai



(p=0,982,



Exp



keperawatan



B=1,013).



(3)



yang



fungsi



berorientasi



pengarahan



pada dimana



tugas (75%),



baik ada



fungsi hubungan



keperawatan



(p=0,002), dan ada



tertentu



pengaruh (p=0,035,



ditugaskan



Exp



kepada



setiap B=4,888).



(4)



anggota



staf. fungsi pengawasan



Setiap



staf tidak baik (51,9%),



perawat



hanya ada



melakukan



hubungan



1-2 (p=0,007) dan ada



jenis intervensi pengaruh (p=0,068, keperawatan pada



Exp B=3,679). (5)



semua fungsi



pasien



di pengendalian tidak



bangsal.



baik (59,6%), tidak



Misalnya



ada



hubungan



seorang perawat (p=0,873),



24



dan



yang



tidak ada pengaruh



bertanggung



(p=0,873,



Exp



jawab



untuk B=1,100).



pemberian obatobatan, seorang lain



untuk



tindakan perawatan luka, seorang



lagi



mengatur pemberian intravena, seorang



lagi



ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan dan tidak



ada



perawar



yang



bertanggung jawab



pada



seorang pasien. 9



PENGARUH



Bambang



PERSEPSI



Warsito



Edi 2006



SEMARA



menganalisis



Hasil



penelitian



NG



pengaruh



menunjukan



PERAWAT



persepsi perawat pelaksanaan



PELAKSANA



pelaksana



TENTANG



tentang



FUNGSI



manajerial



baik



MANAJERIAL



kepala ruang



Persepsi



perawat



KEPALA RUANG



terhadap



pelaksana



tentang



TERHADAP



pelaksanaan



fungsi



PELAKSANAAN



manajemen



kepala ruang yaitu



MANAJEMEN



asuhan



(1)



ASUHAN



keperawatan di perencanaan



KEPERAWATAN



ruang rawat inap (53,8%), tidak ada



25



manajemen asuhan fungsi keperawatan (65,4%).



manajerial



fungsi baik



RSJD Dr.



hubungan



Amino



(p=0,857),



Gondohutomo



tidak ada



Semarang.



pengaruh (p=0,543,



dan



Exp B=0,700). (2) fungsi pengorganisasian baik (55,8%), tidak ada hubungan (p=0,982),



dan



tidak ada pengaruh (p=0,982,



Exp



B=1,013).



(3)



fungsi pengarahan (75%),



baik ada



hubungan (p=0,002), dan ada pengaruh (p=0,035, Exp B=4,888).



(4)



fungsi pengawasan tidak baik (51,9%), ada



hubungan



(p=0,007) dan ada pengaruh (p=0,068, Exp B=3,679). (5) fungsi pengendalian tidak baik (59,6%), tidak ada



26



hubungan



(p=0,873),



dan



tidak ada pengaruh (p=0,873,



Exp



B=1,100). 10



DIANALISIS



ESTER



PENGARUH



NUNUK



SEMARA



Pelaksanaan



Dari



NG



model



penelitian diketahui



PERSEPSI MUTU TRIMUMPUNI



keperawatan



pula



PELAYANAN



pada



perawat kurang



ASUHAN



kepuasan



KEPERAWATAN



rawat



TERHADAP



RSU Puri Asih



menjadikan pasien



KEPUASAN



Salatiga



tidak puas adalah



KLIEN



2009



RAWAT



INAP DI



RSU



PURI



hasil



bahwa



klien terjamin/kurang



inap



di meyakinkan



yang



43,3%,



ini



lebih



besar



dibanding



dengan pasien yang



ASIH SALATIGA



merasa



puas



sebesar 10,6%, sedangkan perawat



yang



terjamin/meyakink an dalam pelayanan asuhan keperawatan yang menjadikan pasien merasa



puas



sebesar 89,4%, ini



lebih



dibanding yang



besar pasien



tidak



puas



sebesar 56,7%. Hal ini menunjukkan



27



bahwa



ada



hubungan persepsi



antara jaminan



perawat dengan kepuasan



klien



rawat inap di RSU Puri Asih Salatiga, yaitu



semakin



terjamin seorang



perawat



maka



persepsi



pasien/klien rawat inap



terhadap



pelayanan asuhan keperawatan semakin puas



28



akan