Makalah Metode Penggemukan Sapi Potong [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Metode Penggemukan Sapi Potong MAKALAH Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Ilmu Nutisi Ternak Ruminansia



DISUSUN OLEH



Diah Agustina 155050107111133 Kelas N



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA ini dengan baik meskipun banyak



kekurangan



didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Malang , 1 Desember 2016



1



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN



1



1



Latar Belakang



1



2



Rumusan Masalah



1



3



Tujuan



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PEMBAHASAN



2



3



3.1 Sapi Potong di Indonesia



3



3.2 Penggemukan Sapi Potong



3



3.2.1



Jenis Sapi Potong di Indonesia



4



3.2.2 Pemilihan Bibit Sapi Potong 5 3.2.3 Syarat Pakan 6 3.2.4 Jenis-Jenis Pakan 7 3.2.5 Pemberian Pakan 7 3.2.6 Tata Laksana Pemeliharaan 8 BAB IV PENUTUP 9 DAFTAR PUSTAKA 10



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha penggemukan sapi di Indonesia saat ini sangat berkembang dilihat dengan semakin banyaknya masyarakat maupun daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang diikuti peningkatan penghasilan per kapita menjadikan masyarakat semakin menyadari arti gizi yang menyebabkan pergeseran pola makan masyarakat dari mengkonsumsi kabrohidrat ke protein (hewani), berupa daging, telur dan susu. Sapi memberikan peran yang sangat besar (khususnya ternak ruminansia) dalam memproduksi bahan makanan protein hewani yang dibutuhkan bagi peningkatan mutu sumber daya manusia, namun besarnya biaya dalam pakan sangat dirasakan oleh peternak serta lahan penanaman hijauan terus mengalami penurunan. Untuk mendukung produksi sapi harus diupayakan mencari pakan alternatif yang potensial, murah dan mudah didapat serta selalu tersedia. Sistem pemeliharaan ternak sapi di Indonesia pada umumnya adalah tradisional, dimana pemberian pakan tergantung pada hijauan tanaman pakan ternak yang tersedia di alam dengan sedikit atau tidak ada pakan tambahan. Hal ini akan menyebabkan produksi sapi rendah. Salah satu untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki kualitas pakan, namun pakan komersil yang berkualitas harganya relatif mahal, disamping itu penggunaan pakan komersil tidak selalu menjamin penambahan pendapatan dari usaha penggemukan tersebut. Maka untuk itu perlu dicari bahan pakan yang relatif murah dan mengandung nilai nutrisi yang baik serta mudah diperoleh. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja hasil dari ternak perah ? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi susu ? 3. Berapa produksi susu per ekornya ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hasil dari ternak perah ? 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi susu ? 3. Untuk mengetahui jumlah produksi susu per ekornya ?



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Metode pemberian pakan pada penggemukan ternak ruminansia juga dapat berpengaruh terhadap kualitas daging. Metode Penggemukan meliputi: (1) Dry lot fattening (penggemukan Dalam kandang dengan pemberian biji--‐bijian dan limbah industri pertanian), (2) Pasture fattening (penggemukan Dalam padang penggembalaan) dan (3) Kombinasi dry lot fattening dan pasture fattening (Nurwanto dkk 2012) Upaya yang dapat ditempuh untuk mempercepat peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri adalah melalui pengembangan usaha penggemukan sapi potong. (Richard dkk, 2014) Konsentrat yang lebih mudah dicerna akan memacu pertumbuhan mikroba dan meningkatkan proses fermentasi



dalam rumen. Namun, pemberian pakan tambahan



terlebih dahulu sebelum hijauan dapat menurukan pH rumen karena konsentrasi VFA rumen yang menurun terlalu tinggi akibat konsumsi karbohidrat mudah terfermentasi. (Astuti dkk, 2015) Ciri-ciri pemeliharaan dengan pola tradisional yaitu kandang dekat bahkan menyatu dengan rumah, dan produktivitas rendah. Sudarmono (2008), menyatakan bahwa ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyrakat. (Yulianti dkk 2013) Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah (Suryana 2009) 



2



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sapi Potong di Indonesia Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. Menurut Suryana (2009) Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Sapi potong adalah sapi yang tujuan pemeliharaannya adalah untuk diambil dagingnya. Kebutuhan daging yang tinggi di masyarakat membuat beberapa orang memikirkan cara untuk menggemukkan sapi agar daging yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan daging dari sapi biasa. Teori Tersebut sesuai dengan penjelasan Suryana (2009) yang menyatakan bahwa Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Ciri-ciri pemeliharaan dengan pola tradisional yaitu kandang dekat bahkan menyatu dengan rumah, dan produktivitas rendah. Sudarmono (2008), menyatakan bahwa ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyrakat. (Yulianti dkk 2013) 3.2 Penggemukan Sapi Potong Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Teori Tersebut sesuai dengan penjelasan Richard dkk (2014) menyatakan bahwa Upaya yang dapat ditempuh untuk mempercepat peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri adalah melalui pengembangan usaha penggemukan sapi potong. Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :



3



3.2.1



Pemilihan Bibit Sapi Potong Pemilihan sapi sebagai calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan sering dirasa sulit. Sebab, pada saat peternak itu melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta kriteria dasar. Kriteria dasar tersebut meliputi bangsa dan sifat genetis, bentuk luar serta kesehatan. Setiap bangsa sapi memiliki sifat genetis yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Secara teoritis peternak sapi potong pasti memilih bangsa sapi tipe potong jenis unggul yang sudah populer seperti hereford, aberdeen angus, beef master, charolais dan sebagainya karena persentase hasil karkas sapi-sapi tersebut lebih dari 60%, sedangkan jenis lokal kurang dari 60%. Namun, bila peternak memandang iklim setempat di rasa tidak menunjang mereka pasti akan menernakan sapi-sapi potong jenis lokal seperti sapi bali, madura, dan ongole walaupun sapi-sapi itu persentase karkasnya kurang dari 60% sebab sapi lokal adaptasinya terhadap iklim dan pakan yang sederhana cukup bagus. Itulah sebabnya peternak selalu memperhtikan ciri-ciri atau bentuk luar sapi potong yang diuraikan sebagai berikut: 1. Pejantan, Seleksi menyangkut kesehatanfisik, kualitas semen dan kapasitas servis. Pada betina Seleksi menyangkut kondisi fisik dan kesehatan, kemiringan vulva tidak terlalu keatas, 2. Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak. 3. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan bagian depan, tengah, dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar . 4. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging. 5. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan 6. Kaki besar, pendek, dan kokoh 7. Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik 8. Baik dalam reproduksi 9. Gerak lincah, riang dan kuat 10. Sikap berdiri tegak. Kuat dan semua bagian tubuh didukung oleh keempat kaki, dengan teracak yang rata



3.2.2



Jenis – Jenis Sapi Potong di Indonesia Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : 1. Sapi Bali



4



Sapi Bali adalah Banteng (Bos Sondaicos) yang telah mengalami domistikasi (penjinakkan). Terdapat di Indonesia di Pulau Bali, yang dibudidayakan secara alami. Merupakan sapi tipe dwiguna



(pedaging



dan



pekerja).



Sapi



Bali



mempunyai bentuk dan tanda-tanda yang sama dengan Banteng, hanya ukurannya lebih kecil akibat proses domistikasi. Tinggi sapi dewasa mencapai 130 cm, berat badan antara 300-400 kg, Jantan kebiri dapat mencapai 450 kg. Sapi Bali memiliki warana bulu yang khas. Pedet (anak sapi atau sapi yang belum dewasa) warna bulunya merah sawo matang atau merah bata. Pada sapi dewasa betina warna akan tetap, tetapi untuk yang jantan berubah menjadi kehitam-hitaman. 2. Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan Bos



Indicus



(Zebu)



dengan



Bos



Sondaicus(Banteng). Pada tubuhnya dijumpai tanda-tanda sebagai warisan dari kedua golongan sapi tersebut. Sapi Madura merupakan sapi tipe dwiguna (pedaging dan pekerja). Sapi jantan memiliki tubuh bagian depan lebih teguh daripada tubuh bagian belakang, sedikit berpunuk yang betina tidak berpunuki. Warna baik jantan maupun yang betina adalah merah bata. Tanduk melengkung setengah bulan dengan ujungnya menuju ke arah depan. Berat badan maksimum dapat mencapai 350 kg dengan tinggi ratarata 118 cm. 3. Sapi Peranakan Ongole (PO) Bangsa sapi ini berasal dari India dan termasuk golongan Zebu atau sapi berponok. Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah hasil perkawinan antara sapi ongole dengan sapi Jawa. Sapi ini adalah jenis pekerja yang baik. Tenaga besar, ukuran tubuh besar, sifat sabar, tahan terhadap panas lapar dan haus, serta mampu mengkonsumsi pakan berkualitas rendah. Sifat dan daya reproduksi sapi PO betina lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bali dan madura. 4. Sapi Brahman



5



Sapi ini termasuk golongan sapi Zebu yang berkembang di Amerika yang beriklim panas. Sap Brahman memiliki karakteristik ponok besar dan kulit yang longgar dengan lipatan kulit dibawah leher dan perut yang lebar, telinga menggantung. Warna kulit umumnya abu-abu, tetapi ada juga yang merah. Tidak bertanduk dan hanya berupa bungkul, kepala relatif pendek dengan profil melengkung, dengan kaki panjang dan kokoh 5. Sapi Limousin Sapi Limousin kadang disebut juga Sapi Diamond Limousine (termasuk Bos Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental. Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. 3.2.3



Syarat Pakan Pakan yang baik yang cocok untuk menggemukkan sapi potong adalah pakan yang disukai oleh ternak. Pakan sebaiknya mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan tubuh sapi yaitu mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pakan yang baik adalah pakan yang bersih dan tidak tercemar kotoran dan bibit penyakit serta tidak rusak atau busuk. Saat mencari pakan, hindari mencari pada pagi hari karena rentan akan telur cacing dan karena pakan tersebut berembun. Jika berembun, sebaiknya pakan dikeringkan terlebih dahulu agar tidak menyebabkan kejang perut atau



3.2.4



kembung pada ternak. Jenis Pakan Jenis dari pakan sapi potong diantaranya yaitu :  Pakan hijau yang berupa rumput, leguminosa, limbah agroindustri dan pertanian misalnya jerami. Yang termasuk leguminosa diantaranya adalah dari jenis kacang-kacangan yaitu siratro, lamtoro, gamal, centro. Daun lamtoro yang diberikan sebanyak 20% dari pakan hijau.



6







Pakan penguat atau konsentrat misalnya dedak padi. Salah satu campuran yang dapat menggemukkan sapi yaitu campuran dari 70% dedak dan 30% bungkil kelapa ditambahkan 0,5% tepung tulang dan 1% garam dapur. Hasil penjelasan tersebut sebanding dengan penjelasan Astuti dkk (2015) bahwa Konsentrat yang lebih mudah dicerna akan memacu pertumbuhan mikroba dan meningkatkan proses fermentasi



dalam rumen. Namun,



pemberian pakan tambahan terlebih dahulu sebelum hijauan dapat menurukan pH rumen karena konsentrasi VFA rumen yang menurun 3.2.5



terlalu tinggi akibat konsumsi karbohidrat mudah terfermentasi. Pemberian Pakan Pakan yang diberikan untuk penggemukan sapi dapat diatur dengan perbandingan 10-12% pakan hijau dan 1-2% pakan konsentrat dari bobot badan sapi. Waktu pemberian pakan hijau sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 17.00. Pakan hijau sebaiknya dipotong agar



memudahkan



sapi



untuk



memakannya. Pemberian pakan konsentrat yaitu pada pagi sebelum diberikan pakan hijau. Saat pemberian, sebaiknya diberi sedikit pakan hijau sebelum pakan konsentrat. Pakan hijau tersebut berfungsi untuk merangsang air liur agar lambung sapi tidak asam. Tidak hanya pakan, kebutuhan air minum harus tersedia. Per harinya, dibutuhkan minimal 20-40 liter untuk 1 ekor sapi. Metode pemberian pakan pada penggemukan ternak ruminansia juga dapat berpengaruh terhadap kualitas daging. Metode Penggemukan meliputi: (1) Dry lot fattening (penggemukan Dalam kandang dengan pemberian biji--‐bijian dan limbah industri pertanian), (2) Pasture fattening (penggemukan Dalam padang penggembalaan) dan (3) Kombinasi dry lot fattening dan pasture fattening (Nurwanto dkk 2012). 3.2.6



Tata Laksana Pemeliharaan Berikut adalah beberapa Tata Laksana dalam pemeliharaan sapi potong 1. Perkandangan. Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode 7



penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. 2. Pakan. Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa



penggemukan



dengan



mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.



8



BAB IV PENUTUP Kesimpulan Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak – ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini untuk di konsumsi, karena kandungan protein yang tinggi. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan daging yang juga meningkat. Oleh karena itu sebagian dari peternak melakukan penggemukan pada ternaknya guna memenuhi konsumsi dan meningkatkan daya jual, karena usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam usaha ternak sapi potong, ada beberapa tahap untuk menghasilkan sapisapi yang mempunyai produktifitas tinggi, diantaranya dengan mengetahui tatalaksana perkandangan yang sesuai, pakan yang cukup, tatalaksana reproduksi , tatalaksana penggemukan, pasca panen serta pemasarannya.



9



DAFTAR PUSTAKA



Astuti, Ayu., Erwanto dan Santosa, Purnama Edy. 2015. Pengaruh Cara Pemberian Konsentrat-Hijauan Terhadap Respon Fisiologis dan Performa Sapi Peranakan Simmental. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4):201-207. Makkan, Richard J., Makalew, Anie., Elly, F. H dan Lumenta, L. D. R. 2014. Analisa Keuntungan Penggemukan Sapi Potong Kelompok Tani “Keong Mas” Desa Tambalbulango Kecamatan Sangkub Bolaang Mongondow Utara (Studi Kasus). Jurnal Zootek. 32(1):28-36 Nurwantoro,V., Bintoro, P., Legowo, A. M dan Purnomoadi, A. 2012. Pengaruh Metode Pemberian Pakan Terhadap Kulaitas Spesifik Daging. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.1(3):54-59. Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis Dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian. 28(1):29-38 Yuliati, Ista., Fenani, Fanani dan Hartono, Budi. 2012. Analisis Proffitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong. Jurnal Teknologi Peternakan. 7(2):35-42.



10