Makalah Mioma Uteri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



Mioma uteri



Disusun Oleh: 1. Nova Nastika 2. Irna 3. Indra Febra Mawarni 4. Bogi Albersia



STIKES INDONESIA PADANG 2019/2020



KATA PENGANTR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin, kuasa dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Mioma Uteri“ Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang diberikan kepada kami. Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara menyusun makalah dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh. Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini . Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Keperawatan Maternitas yaitu Ibu yepni. Selaku dosen yang memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.



Padang ,23 Oktober 2019



Penulis



DAFTAR ISI



2



HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2 DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4 A.



Latar Belakang...........................................................................................................................4



B.



Tujuan........................................................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7 A.



Anatomi Uterus..........................................................................Error! Bookmark not defined.7



B.



Pembagian Uterus......................................................................Error! Bookmark not defined.8



C.



Pembagian Dinding Uterus........................................................................................................8



D.



Defenisi Mioma.......................................................................Error! Bookmark not defined.10



E.



Klasifikasi................................................................................Error! Bookmark not defined.11



F.



Etiologi....................................................................................Error! Bookmark not defined.13



G.



Manifestasi Klinis....................................................................Error! Bookmark not defined.17



H.



Patofisiologi.............................................................................................................................17



I.



Pathway....................................................................................................................................19



J.



Pemeriksaan Penunjang...........................................................Error! Bookmark not defined20.



K.



Komplikasi..............................................................................Error! Bookmark not defined.21



L.



Penatalaksanaan ......................................................................Error! Bookmark not defined.22



M. Pencegahan..............................................................................Error! Bookmark not defined.27 N.



Askep.......................................................................................................................................28



BAB III PENUTUP.............................................................................Error! Bookmark not defined.46 A.



Kesimpulan..............................................................................Error! Bookmark not defined.46



B.



Saran........................................................................................................................................49



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................50



BAB I PENDAHULUAN 3



A. Latar Belakang Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Salah satu masalah kesehatan pada kaum wanita yang insidensinya terus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka kejadian penyakit. Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian Boynton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okizei O (2006) di Nigeria (Departement of Gynecology, University of Nigeria Teaching Hospital Enugu) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1.938 kasus ginekologi dengan prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India (Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital) terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi 30%. Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang memperhatikan kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada



4



berbagai aspek kehidupan. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor dan resikonya meningkat seiiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko mioma uteri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam menjawab kebutuhan klien dengan mioma uteri. Yaitu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan mioma uteri serta menjalankan fungsi perannya sebagai health educator.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan menyusun Asuhan Keperawatan Mioma Uteri 2.



Tujuan Khusus



1. Mengetahui Anatomi Uterus pada Wanita 2. Memahami Definisi dari Mioma Uteri 3. Memahami Klasifikasi dari Mioma Uteri 4. Memahami Etiologi dari Mioma Uteri 5. Memahami Klasifikasi dari Mioma Uteri 6. Memahami Patofisiologi dari Mioma Uteri 7. Memahami Pathway dari Mioma Uteri



5



8. Memahami Pemeriksaan Penunjang dari Mioma Uteri 9. Memahami Komplikasi dari Mioma Uteri 10 . Memahami Penatalaksanaan dari Mioma Uteri 11 . Memahami Pencegahan dari Mioma Uteri 12 . Memahami dan Menyusun Asuhan Keperawatan Mioma Uteri



BAB II TINJAUAN TEORI



6



A. Anatomi Uterus



Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh



estrogen



dan



progesterone



yang



kadarnya



meningkat.



Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara



7



maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen B. Pembagian Uterus 1) Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak antara kedua pangkal saluran telur. 2) Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. 3) Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.



C. Pembagian Dinding Uterus 1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin. 2. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir 8



berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka. 3. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima igamentum yang menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu: a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterine. b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat. c. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. d. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.



D. Definisi Mioma Uteri 9



Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007). Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)



E. Klasifikasi



10



Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas: 1)      Mioma sub mukosum Mioma



yang



berada



di



bawah



lapisan



mukosa



uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma



submukosum



walaupun



hanya



kecil



selalu



memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt). 2)      Mioma intramural Berada diantara serabut miometrium. Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.



11



Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. 3)      Mioma subserosum Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum



atau



omentum



dan



kemudian



bebas



disebut



wondering / parasitic fibroid. (Sarwono, 2005).



F. Etiologi



12



Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor: 1) Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi 2) Atropi setelah menopause 3) Cepat membesar saat hamil 4) Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002). Faktor-faktor penyebab mioma uteri  belum diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat : 1. Teori stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa: 1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil 2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche 3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause 4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri.



13



Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormone estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan



mioma



tidak



membesar



dengan



pemakaian



pil



kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan. yang berkisar sebesar 0,04%. 2. Teori Cellnest atau genitoblas Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002). Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :



14



1.   Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun. 2.   Paritas : Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. 3.   Faktor ras dan genetik : Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.



G. Manifestasi Klinis Gejala klinik mioma uteri adalah: 1) Perdarahan tidak normal Merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah:



pengaruh



ovarium



sehingga



terjadilah



hiperplasia



endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena



15



adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi a. Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi b. Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi c. Gangguan kontraksi otot rahim d. Perdarahan berkepanjangan Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi. 2)      Penekanan rahim yang membesar Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi: a. Terasa berat di abdomen bagian bawah b. Sukar miksi atau defekasi c. Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. 3)      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan



16



Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi: a. Kehamilan dapat mengalami keguguran b. Persalinan prematurus c. Gangguan saat proses persalinan d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas e. Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan



H. Patofisiologi Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding miometrium normal. Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramuskular dan subserosum. Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat



17



tumbuh



diatas



pembuluh



darah



endometrium



dan



menyebabkan



perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit



I. Pathway



18



J. Pemeriksaan Penunjang



19



Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :



1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun. 2. USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus. 3.



Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.



4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut. 5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi. 6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi. 7.  Ultrasonografi Ultrasonografi



transabdominal



dan



transvaginal



bermanfaat dalam menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling



baik



diobservasi



melalui



ultrasonografi



transabdominal. Mioma Uteri secara khas menghasilkan gambaran irregularitas



ultrasonografi kontur



yang



maupun



mendemonstrasikan pembesaran



uterus.



Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik



20



dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik. 8.  Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. 9. MRI (Magnetic Resonance Imaging) MRI



sangat



jumlah,ukuran



akurat dan



dalam



lokasi



mioma,



menggambarkan tetapi



jarang



diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap



terbatas



tegas



dan



dapat



dibedakan



dari



miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk



mioma



submukosa.



MRI



dapat



menjadi



alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.



K. Komplikasi 1. Perdarahan sampai terjadi anemia 2. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari : 1) Mioma uteri, subsemsa 2) Mioma uteri subumatosa



21



Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguans irkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri 3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis



dan



infeksi 4. Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan 1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan 2) Infeksi 3) Abortus 4) Persalinan premature dan kelaianan letak 5) Infeksia uteria 6) Gangguan jalan persalinan 7) Retensi plasenta 5.Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai



L. Penatalaksaaan Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu :



22



1. Penatalaksanaan koservatif sebagai berikut : a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan b. anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC c. Pemberian zat besi d. Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat



ini



mengakibatkan



menghilangkan



gejala.



pengerutan



Obat



ini



tumor



menekan



dan



sekresi



genedropin dan menciptakan keadaan hipohistrogonik yang serupa yang ditekankan pada periode postmenopause efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi GnRH . Ini dapat pula diberikan sebelum



pembedahan,



karena



memberikan



beberapa



keuntungan , mengurangi kehilangan  darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfuse darah, namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis pada waktu tersebut. 2.      Penatalaksanaan operatif bila a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu b. Pertumbuhan tumor ceppat c. Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya 23



e. Hipermenoria pada mioma submukosa f. Penekanan pada organ sekitarnya



3. Radioterapi. a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient). b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan. c. Bukan mioma jenis submukosa d. Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum. e. Tidak



dilakukan



pada



wanita



muda,



sebab



dapat



menyebabkan menopause. 4. Operasi a. Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Miomektomi dilakukan pada wanita yang masih menginginkan keturunan. Syaratnya harus dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan kemungkinan keganasan. KERUGIAN: a) Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture uteri pada waktu hamil. b) Menyebabkan perlekatan. c) Residif. 24



b. Histerektomi/ Pengangkatan Rahim Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi



dapat



dilakukan



bila



pasien



tidak



menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma



yang simptomatik



atau



yang sudah



bergejala.



Histrektomi dilakukan pada mioma yang ukurannya besar dan multipel. Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua ovarium, maksudnya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya dan menjaga gangguan coronair atau arteriosklerosis umum. Sebaiknya dilakukan histerektomi total, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan bisa dilakukan



histerektomi



supravaginal.



Untuk



menjaga



kemungkinan keganasan pada cervix, sebaiknya dilakukan pap smear pada waktu tertentu. Ada dua cara histerektomi, yaitu : 1)      Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi



25



2)      Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).



Kriteria



menurut



American



College



of



Obstetricians



Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut : 1)      Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien. 2)      Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau berulangulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. 3)      Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005). 5. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan



26



indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.



M. Pencegahan 1. Pencegahan Primordial Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah. 2. Pencegahan Primer Pencegahan



primer



merupakan



awal



pencegahan



sebelum



seseorang menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormone estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen . 3. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.



27



Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.



4. Pencegahan Tertier Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa pemulihannya.



N. ASKEP a. PENGKAJIAN a. Anamnesa 1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat. 2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.



1. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama



28



Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid



b. Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri. c. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya. d. Riwaya Penyakit Keluarga Tanyakan



kepada



keluarga



apakah



ada



anggota



keluarga



mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental. e. Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui adalah 1) Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause. 2) Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan



29



dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.



f. Faktor Psikososial 1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri. 2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain. g. Pola Kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.



h. Pola eliminasi Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.



i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain



30



Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi j. Pola Istirahat dan Tidur Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur. 2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan. c. Pemeriksaan Fisik Head to toe 1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut. 2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris 3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka nasal/tidak 4) Telinga : lihat kebersihan telinga. 5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil. 6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar getah bening/tidak. 7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan abdomen. 8) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus 9) Ekstremitas/



muskoluskletal



terjadi



pembengkakan



pada



ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri



31



10) Genetalia



dan



anus



perhatikan



kebersihan,adanya



lesi,



perdarahan diluar siklus menstruasi.



b. Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor. 2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan. 3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan) 4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik. 5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum) 6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)



32



c. Intervensi N O . 1 .



Intervensi Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungandengan nekrosis atau trauma jaringandanrefleks spasme ototsekunderakibat tumor Definisi: Pengalaman sensoridan emosionaltidak menyenangkan yang muncul akibatkerusakan jaringan aktual atau potensial atauyangdigambarkans ebagaikerusakan(Intern ationalAssociation for the Study ofpain)awitanyangtibatibaataulambatdariinten sitasringanhingga beratdenganakhiryang dapatdiantisipasi ataudiprediksi. Batasankarakteristik: a)Bukti nyeri dengan menggunakanstandar daftar periksa nyeri untukpasien yang tidak dapat



NOC



NIC



NOC:Setelahdilaku kantindakankeperaw atanselama1x24 jam,pasienmiomaute ri mampumengontrol nyeridibuktikan dengankriteriahasil:



ManajemenNyeri 1) Lakukan pengkajiannyeri komprehensipyangmeli putilokasi,karakteristik, onset/durasi,frekuensi, kualitas,intensitasataub eratnya nyeri danfaktor pencetus 2) Observasiadanyapentu njuknonverbalmengena iketidaknyamanan terutamapada merekayangtidakdapatb erkomunikasi secaraefektif 3) Pastikan perawatan analgesik bagipasien dilakukandengan pemantauanyangketat 4) Gunakanstrategi komunikasiterapeutik untuk mengetahuipengalaman nyeri dan sampaikanpenerimaan pasienterhadap nyeri 5) Gali pengetahuan dan kepercayaanpasien mengenainyeri 6) Pertimbangkan pengaruh budaya terhadaprespon nyeri 7) Tentukan akibat dari



Mengontrol Nyeri 1) Mengenalikapa n nyeri terjadi 2) Menggambarka n faktor penyebabnyeri 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri(nyeri)tan pa analgesik 5) Menggunakan analgesik yang direkomendasik an 6) Melaporkan perubahan



33



mengungkapannya b)Ekspresiwajah nyeri (misal: matakurangbercahay a, tampak kacau,gerakanmatab erpencar atautetap pada satufokus, meringis) c)Fokusmenyempitmis al: Persepsiwaktu, proses berpikir, interaksi denganorangdan lingkungan) d)Fokus padadiri sendiri e)Keluhantentanginten sitasmenggunakansta ndarskalanyeri f) Keluhan tentangkarakteristik nyeridengan menggunakanstandar instrumen nyeri g)Laporan tentangperilaku nyeri/perubahanaktiv itas h)Perubahan posisi untukmenghindariny eri i) Putus asa j) Sikapmelindungi areanyeri Faktoryang berhubungan: a) Agens ciderabiologis b) Agens cidera fisik Agens ciderakimiawi



terhadap gejala nyeri padaprofesional kesehatan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol padaprofesional kesehatan 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia untukmenangan i nyeri 9) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri 10) Melaporkan nyeriyangterko ntrol



pengalaman nyeri terhadap kualitas hiduppasien (misalnya,tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan, performa kerja dan tanggungjawab peran) 8) Galibersama pasienfaktorfaktoryang dapat menurunkan ataumemperberat nyeri 9) Evaluasipengalamanny eridimasa lalu yang meliputiriwayatnyeri kronik individuatau keluargaatau nyeriyang menyebabkan disability/ ketidak mampuan/kecatatan, dengan tepat 10) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai efektifitas, pengontrolannyeriyang pernahdigunakansebelu mnya 11) Bantu keluarga dalam mencari danmenyediakandukun gan 12) Gunakanmetodepeneliti anyangsesuai dengantahapanperkemb anganyangmemungkin kan untukmemonitorperuba han nyeri danakan dapat membantumengidentifi kasi faktor pencetus aktual dan potensial (misalnya, catatan perkembangan, catatan harian) 13) Tentukan kebutuhan



34



frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan pasien dan mengimplementasikanr encanamonitor 14) Berikan informasi mengenai nyeri,sepertipenyebabn yeri,berapa nyeriyang dirasakan,danantisipasi dari ketidaknyamananakibat prosedur 15) Kendalikan faktor lingkungan yang dapatmempengaruhi respon pasien dariketidaknyamanan( misalnya, suhu ruangan,pencahayaan, suarabising) 16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri 17) Pertimbangkantipedans umbernyeriketika memilih strategi penurunan nyeri 18) Kolaborasi dengan pasien, orangterdekatdan timkesehatan lainnyauntuk memilih danmengimplementasik antindakanpenurunan nyeri nonfarmakologi,sesuai kebutuhan 19) Gunakan tindakan pengontrolan nyerisebelumnyeriberta mbahberat 20) Pastikanpemberiananal gesikdanataustrategino nfarmakologi sebelum proseduryangmenimbul kan nyeri



35



21) Periksa tingkat ketidaknyamananbersa ma pasien, catatperubahandalamca catan medis pasien,informasikan petugaskesehatanlainya ng merawat pasien 22) Mulai dan modifikasi tindakanpengontrolan nyeriberdasarkanrespon pasien 23) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri 24) Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai kebutuhan 25) Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalamannyeri sebelumnya 26) Gunakan pendekatan multi disiplin untuk menajemen nyeri, jikasesuai Pemberiananalgesik 1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobatipasien 2) Cek perintah pengobatanmeliputi obat, dosis, dan frekuesi obatanalgesikyang diresepkan 3) Cek adanyariwayatalergi 36



obat 4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik sesuailebihdari satukalipemberian 5) Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikananalgesikp ada pemberiandosispertama kaliataujika ditemukan tanda-tanda yang tidakbiasanya 6) Berikankebutuhankeny amanandan aktivitaslainyang dapatmembantu relaksasi untuk memfasilitasi penuruna nyeri 7) Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya,terutamapada nyeriyang berat 8) Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanyaefek samping 9) Lakukan tindakantindakan yang menurunkanefeksampi ng analgesik (misalnya,konstipasi dan iritasi lambung) 10) Kolaborasikan dengandokter apakah obat,dosis,rute,pemberi an,atau perubahan intervaldibutuhkan, buatrekomendasi khusus bedasarkanprinsip 2



Resiko



syok



NOC:Setelahdilaku kanperawatanselam



analgesik Pencegahan Syok 1)Monitoradanyaresponkon



37



.



a1x24 jam diharapkan tidak perdarahan terjadi syokhipovolemik Definisi: beresiko dengan kriteria: terhadapketidakcukupan 1)Tandavital dalam batas normal. alirandarah kejaringan 2)Tugorkulit baik. tubuh,yang dapat 3)Tidak adasianosis. mengakibatkandisfungsi 4)Suhu kulit hangat. 5)Tidak seluler yangmengancam adadiaporesis. 6)Membran jiwa. mukosakemeraha Faktor resiko n. berhubungandengan



1) Hipotensi. 2) Hipovolemi 3) Hipoksemia 4) Hipoksia 5) Infeksi 6) Sepsis 7) Sindrom respon inflamasi sestemik



pensasiterhadapsyok(misa lnya,tekanandarah normal, tekanannadimelemah,perl ambatanpengisiankapiler, pucat/ dinginpadakulitatau kulitkemerahan, takipnearingan,mualdanm unta, peningkatanrasahaus, dankelemahan) 2)Monitoradanyatandatandaresponsindroma inflamasisistemik (misalnya,peningkatan suhu, takikardi, takipnea,hipokarbia,leuko sitosis,leukopenia) 3)Monitorterhadapadanyata nda awalreaksialergi(misalnya ,rinitis, mengi, stridor, dipnea, gatal-gatal disertai kemerahan,gangguan saluranpencernaan,nyeria bdomen,cemasdangelisa) 4)Monitor terhadapadanyatanda ketidak adekuatanperfusi oksigen kejaringan (misalnya,peningkatan stimulus, peningkatan kecemasan, perubahan status mental, egitasi, oliguria dan akral teraba dingin dan warna kulit tidak merata) 5)Monitor suhu dan status respirasi 6)Periksa urinterhadapadanyadarahd an protein sesuai kebutuhan 7)Monitor terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomenataupunggung. 8)Lakukan skin-test untuk



38



mengetahui agen yangmenyebabkananaphi ylaxis atau reaksi alergi sesuai kebutuhan 9)Berikansarankepadapasien yang beresiko untuk memakai atau membawa tanda informasi kondisimedis. 10) Anjurkan pasien dan keluarga mengenaitanda dangejala syokyang mengancam jiwa 11) Anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok



39



3 Resiko Infeksi berhubungandengan . penurunan imun tubuhsekunderakibatgan gguan hematologis(perdarahan) Definisi: Mengalami peningkatanresiko terserangorganismepatoge nik Faktoryang berhubungan: a. Penyakitkronis 1) Diabetes melitus b. Obesitas b. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan patogen c. Pertahanan tubuh primer yangtidakadekuat 1) Gangguan peritalsis 2) Kerusakan integritas kulit (pemasangankateter intravena, prosedur invasif) 3) Perubahan sekresi PH 4) Penurunan kerjasiliaris 5) Pecah ketuban dini 6) Pecah ketuban lama 7) Merokok 8) Stasis cairan tubuh 9) Trauma jaringan(misalnya, traumadestruksi jaringan) d. Ketidak adekuatan jaringan sekunder 1) Penurunan hemoglobin 2) Supresi respon inflamasi



NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatans elama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri menunjukkan pasien mampu melakukan pencegahan infeksi secara mandiri, ditandai dengan kriteria hasil: 1) Kemerahan tidak ditemukan pada tubuh 2) Vesikel yang tidak mengeras permukaanny a 3) Cairan tidak berbauk busuk 4) Piuria /nana h tidak ada dalam urin 5) Dema m berkur ang 6) Nyeri berkur ang



ManajemenAlatterapipervag inam 1) Kaji ulangriwayat kontraindikasih pemasanganalat pervaginam pada pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi,atauadanyamassa sekitar vagina) 2) Diskusikan mengenai aktivitas- aktivitas seksualyang sesuai sebelum memilih alatyangdimasukan 3) Lakukan pemeriksaan pelvis 4) Intruksikan pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,perubahanwarna,ko nsistensi, dan frekuensi cairan vagina 5) Berikan obat-obat berdasarkan resep dokteruntukmengurangiirit asi 6) Kajikemampuan pasien untukmelakukanperawatan secaramandiri 7) Observasi adatidaknya cairanvagina yangtidak normal dan berbau 8) Infeksiadanyalubang,lasera si,ulserasi padavagina Kontrol Infeksi 1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuksetiap pasien 2) Isolasi orang yang terkena penyakit menular 3) Batasi jumlah pengunjung 4) Anjurkanpasienuntukmencu citangan yangbenar 5) Anjurkanpengunjung untukmencuci tanganpada saatmemasukidan meninggalkan ruangan



40



e. Vaksinasi tidak adekuat f. pemajananterhadappato gen lingkungan meningkat g. prosedurinvasif h. malnutrisi



4 Retensiurine berhubungandenganpen . ekanan oleh massajaringan neoplasma padaorgansekitarnya,ga ngguan sensorikmotorik. Definisi: pengosongankantung kemih tidak komplit Batasan karakteristik: 1)Tidak adakeluaran urin 2)Distensi kandungkemih



7) Nafsu makan meningkat



NOC:setelah dilakukan tindakan keperawatan1 x 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali normaldengan kriteriahasil: 1)Pola eliminasike mbali normal 2)Bau urin



pasien 6) Gunakansabunantimikroba untukcuci tanganyangsesuai 7) Cucitangansebelumdansesu dah kegiatan perawatan pasien 8) Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan olehkebijakan pencegahan universal 9) Pakai sarungtangan steril dengan tepat 10) Cukur dan siapkan untuk daerah persiapanprosedur invasif atau opersai sesuai indikasi 11) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat 12) Tingkatkan intekenutrisiyangtepat 13) Dorongintakecairanyangses uai 14) Doronguntuk beristirahat 15) Berikan terapiantibiotikyangsesuai 16) Ajarkanpasiendankeluarga mengenai tanda dangejalahinfeksidankapan harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan 17) Ajarkanpasiendankeluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi Manajemeneliminasi urin: 1)Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi,konsistensi,bau,vol ume dan warnaurin sesuai kebutuhan. 2)Monitor tandadangejalaretensio urin. 3)Ajarkanpasientanda dangejala infeksi saluran kemih. 4)Anjurkanpasienatau keluarga untuk melaporkan urin uotputsesuai kebutuhan.



41



tidakada 5)Anjurkanpasienuntukbanyak 3)Jumlah minumsaat makan danwaktu urindalam pagi hari. batasnormal 6)Bantupasien 4)Warnaurin dalammengembangkan normal rutinitas toiletingsesuai 5)Intakecairan kebutuhan. dalam 7)Anjurkan pasien untuk batasnormal memonitor tanda dan 6)Nyeri saat gejalah infeksi saluran kencingtidak kemih. Faktoryang berhubungan ditemukan Kateterisasi Urin 1) Sumbatan 1)Jelaskan prosedurdanalasan 2) Tekanan uretertinggi dilakukan kateterisasi urin. 3) Inhibishi arkusreflex 2)Pasangkateter sesuai kebutuhan. 3)Pertahankan teknikaseptikyangketat. 4)Posisikan pasien dengan tepat (misalnya, perempuan terlentang dengankedua kakidiregangkanatau fleksi padabagian panggul dan lutut). 5)Pastikan bahwa kateter yang dimasukan cukup jauh kedalam 6)Anjurkanpasienuntukbanyak minumsaat makan danwaktu pagi hari. 7)Bantupasien dalammengembangkan rutinitas toiletingsesuai kebutuhan. 8)Anjurkan pasien untuk memonitor tanda dan gejalah infeksi saluran kemih. Kateterisasi Urin 1)Jelaskan prosedurdanalasan dilakukan kateterisasi urin. 2)Pasangkateter sesuai kebutuhan. 3)Pertahankan teknikaseptikyangketat. 4)Posisikan pasien dengan tepat(misalnya, perempuan



3)Menetes 4)Disuria 5)Seringberkemih 6)Inkontinensiaaliran berlebih 7)Residu urin 8)Sensasi kandung kemih penuh 9)Berkemih sedikit



42



5 Konstipasi .



berhubungandenganpen ekanan padarectum(prolaps rectum) Definisi: penurunanpada frekuensinormaldefekasiya ngdisertai oleh kesulitan ataupengeluarantidaklengk apfeses atau pengeluaran feses yangkering, keras, danbanyak. Batasan karakteristik 1)Nyeri abdomen 2)Nyeritekanabdomenden gan terabaresistensi otot



terlentang dengankedua kakidiregangkanataufleksi padabagian panggul dan lutut). 5)Pastikan bahwa kateter yang dimasukan cukup jauh kedalam kandung kemih untuk mencegahtrauma pada jaringan uretra dengan inflasi balon 6)Isibalonkateteruntukmenetap kan kateter, berdasarkanusia danukurantubuh sesuai rekomendasi pabrik (misalnya, dewasa10 cc,anak 5 cc) 7)Amankankateter padakulitdengan plesteryangsesuai. 8)Monitor intakedan output. 9)Dokumentasikanperawatante rmasuk ukuran kateter, jenis, dan pengisian bola kateter NOC: setelah Manajemensalurancerna dilakukanper 1) Monitorbisingusus awatan 2) Laporpeningkatanfrekuensi selama1x24 danbising usus bernadatinggi 3) Lapor jam pasien berkurangnyabisingusus diharapkan 4) Monitor adanya tanda dan gejalah diare, konstipasi konstipasi dan impaksi tidak ada 5) Catatmasalah BAByang sudahada sebelumnya, dengan BAB rutin, dan kriteriahasil: penggunaan laksatif 6) Masukansupositorialrektal, 1) Tidak sesuai dengan kebutuhan adairita 7) Intruksikanpasienmengenai bilitas makanan tinggi serat, dengan cara yangtepat 2) Mual tidak 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan efek ada samping gastrointestinal 3) Tekanan 43



3)Nyeri tekan abdomentanpa terabaresistensi otot



darah dalam batas normal4) Berkeringat



4)Anoraksia 5)Penampilantidakkhaspad a lansia 6)Darah merah padafeses 7)Perubahan pola defekasi 8)Penurunan frekuensi 9)Penurunan volume feses 10)



Distensia abdomen



11)



Rasa rektal penuh



12)



Rasatekananrektal



13)



Keletihan umum



14)



Feses keras



danberbentuk 15)



Sakitkepala



16)



Bisingusus



hiperaktif 17)



Bisingusus



hipoaktif 18)



Peningkatan



tekanan abdomen 19)



Tidakdapat makan,



mual 20)



Rembesan feses



cair 21)



Nyeri padasaat



defekasi 22)



Massaabdomenyan



gdapat diraba



KeparahanG ejalah 1) Intensitasgeja lah 2) Frekuensi gejalah 3) Terkaitketida k nyamanan 4) Gangguan mobilitas fisik 5) Tiduryangkur ang cukup 6) Kehilangan nafsu makan



Manajemen konstipasi/inpaksi 1) Monitortandadangejalako nstipasi 2) Monitortandadangejalaim paksi 3) Monitorbisingusus 4) Jelaskanpenyebabdarimas alah dan rasionalisasi tindakan padapasien 5) Dukung peningkatan asupan cairan, jikatidak adakontraindikasi 6) Evaluasi pengobatan yang memilikiefek sampingpadagastrointesti nal 7) Intruksikan pada pasien dan atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi dari feses 8) Intruksikan pasien atau keluarga mengenaihubunganantara dietlatihan dan asupan cairanterhadap kejadian konstipasi atau impaksi 9) Evaluasicatatanasupanunt ukapa saja nutrisiyangtelah dikonsumsi 10) Berikanpetunjukkepadapa sienuntuk dapatberkonsultasidengan dokter jika konstipasiatau impaksimasihtetap terjadi 11) Informasukankepadapasie nmengenai prosedur untukmengeluarkan feses secaramanual jika di perlukan 12) ajarkanpasienataukeluarga mengenaiproses pencernaan normal



44



Faktoryang berhubungan 1) Funfsional a) Kelemahan ototabdomen b) Ketidak adekuatantoileting c) Kurangaktifitas fisik d) Kebiasaandefekasit idakteratur 2) Psikologis a) Defresi, stres, emosi b) Konfusi mental 3) Farmakologi 4) Mekanis 5) fiologis



d. IMPLEMENTASI Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu dan catat apa pun yang telah dilakukan pada klien. e.



EVALUASI



Evaluasi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan klien mulai membaik, hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.



BAB III



45



PENUTUP A. Kesimpulan Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami menyusun Asuhan Keperawatan Mioma Uteri meliputi : 1. Definisi dari Mioma Uteri : Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). 2. Klasifikasi dari Mioma Uteri : 1. Mioma sub mukosum 2. Mioma intramural 3. Mioma subserosum 3. Etiologi dari Mioma Uteri : Beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor: 1. Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi 2. Atropi setelah menopause 3.



Cepat membesar saat hamil



4.



Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002) 46



Faktor-faktor penyebab mioma uteri  belum diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat : 1. Teori stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa: 1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil 2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche 3. Mioma



uteri



biasanya



mengalami



atrofi



sesudah



menopause 4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri. 2. Teori Cellnest atau genitoblas Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002) 4. Patofisiologi dari Mioma Uteri : Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat



47



menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. 5. Pemeriksaan Penunjang dari Mioma Uteri : Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :



1.      Pemeriksaan Darah Lengkap 2.      USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus. 3.      Vaginal Toucher 4.      Sitologi 5.      Rontgen 6.      ECG 7.     Ultrasonografi 8.     Histeroskopi 9.      MRI (Magnetic Resonance Imaging) 6. Komplikasi dari Mioma Uteri : 1. Perdarahan sampai terjadi anemia 2. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari : 1. Mioma uteri, subsemsa



48



2. Mioma uteri subumatosa 3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi 4. Pengaruh timbal balik mioms dan kehamilan 5.Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai 7. Penatalaksanaan dari Mioma Uteri : Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu 1. Penatalaksanaan koservatif 2. Penatalaksanaan operatif 3. Radioterapi. 4. Operasi 8. Pencegahan dari Mioma Uteri : 1. Pencegahan Primordial 2. Pencegahan Primer 3. Pencegahan Sekunder 4. Pencegahan Tertier



B. Saran Kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan pada makalah kami ini agar dapat lebih baik lagi untuk terbitan makalah selanjutnya.



49



.DAFTAR PUSTAKA



Mansjoer Arief, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Medikal Aesculapius,FKAUI : Jakarta Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC



Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama



50