18 0 853 KB
Asuhan Keperawatan pada Tumor Jinak Sistem Reproduksi Mioma Uteri
Fasilitator : Dr. Esty Yunitasari, S.Kp., M.Kes.
KELAS A2 Nama Anggota Kelompok :
1. Shella Panca Oktaviana
(131711133013)
2. Mega Puji Ayu Lestari
(131711133050)
3. Wildan Fajrul Falah
(131711133073)
4. Annisa Nur Ilmastuti
(131711133089)
5. Ismatulloh Jihan Alim
(131711133111)
6. Yulia Mariska
(131711133127)
7. Joanka Delaneira
(131711133147)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I dengan membahas Asuhan Keperawatan pada Tumor Jinak Sistem Reproduksi “Mioma Uteri” dalam bentuk makalah. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Dr. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep. Terima kasih kepada Ibu Dr. Esty Yunitasari, S.Kp., M.Kes. sebagai dosen pengampu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat memakluminya. Sekian dan terima kasih.
Surabaya, 28 Maret 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2 1.3 Tujuan Makalah .................................................................................2 1.4 Manfaat Makalah ...............................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita ............................3 2.2 Definisi Mioma Uteri .........................................................................5 2.3 Klasifikasi Mioma Uteri .....................................................................6 2.4 Etiologi Mioma Uteri .........................................................................7 2.5 Patofisiologis ......................................................................................7 2.6 WOC Mioma Uteri.............................................................................8 2.7 Manifestasi Klinis ..............................................................................9 2.8 Faktor Risiko ......................................................................................11 2.9 Komplikasi .........................................................................................12 2.10 Penatalaksanaan ...............................................................................13 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan ........................................................15 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ........................................................................................25 4.2 Saran ...................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................26
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Asuhan keperawatan adalah proses atau tahapan kegiatan dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan (Sozen, 2000). Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan Human Placental Lactogen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa mioma uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil pada saat menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu juga jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause (Hart, 2000). Pada kesempatan kali ini, penulis akan lebih memfokuskan pembahasan mengenai Tumor Jinak Sistem Reproduksi, lebih tepatnya mengenai Mioma Uteri, dan dan bagaimana asuhan keperawatan yang akan disusun.
1.2 Rumusan Masalah 1
1. Bagaimana anatami dan fisiologi sistem reproduksi wanita? 2. Bagaimana definisi mioma uteri? 3. Bagaimana klasifikasi dari mioma uteri? 4. Bagaimana etiologi mioma uteri? 5. Bagaimana patofisiologi dari mioma uteri? 6. Bagaimana WOC mioma uteri? 7. Bagaimana manifestasi klinis dari mioma uteri? 8. Bagaimana faktor risiko dari mioma uteri? 9. Bagaimana komplikasi dari mioma uteri? 10. Bagaimana penatalaksanaan mioma uteri? 11. Bagaimana asuhan keperawatan mioma uteri?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita. 2. Mengetahui definisi dari mioma uteri. 3. Mengetahui klasifikasi dari mioma uteri. 4. Mengetahui etiologi mioma uteri. 5. Mengetahui patofisiologi dari mioma uteri. 6. Mengetahui WOC dari mioma uteri. 7. Mengetahu manifestasi klinis dari mioma uteri. 8. Mengetahui faktor risiko dari mioma uteri. 9. Mengetahui komplikasi dari mioma uteri. 10. Mengetahui penatalaksanaan mioma uteri. 11. Mengetahui asuhan keperawatan mioma uteri.
1.4 Manfaat 1. Bagi pembaca memberikan manfaat berupa pemberian informasi mengenai Tumor Jinak Sistem Reproduksi, lebih tepatnya mengenai Mioma Uteri. 2. Bagi mahasiswa keperawatan memberikan penjelasan mengenai asuhan keperawatan untuk kasus penyakit Mioma Uteri
BAB II 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genetalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk senggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin. Organ genitalia eksterna:
Vulva atau pundenda Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
Mons veneris (mons pubis) Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
Labia mayora Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
Labia minora (nymphae) Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujungujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitive.
Klitoris 3
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitive.
Vestibulum Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette).
Introitus vagina Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.
Perineum Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.
Organ genitalia interna:
Vagina (liang senggama) Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. belakang
Dinding depan dan vagina
berdekatan
satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi. Vagina dapat darah dari (1) arteri uterin, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2) arteri vesikalis 4
inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah.
Uterus Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otototot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks uteri.
Tuba Fallopi Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang terbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi yang terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria.
Ovarium (indung telur) Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5cm (Prawirohardjo, 2010).
2.2 Definisi Mioma Uteri Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017). 2.3 Klasifikasi Mioma Uteri Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 5
a. Mioma Uteri Intramural Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. penatalaksanaan yang digunakan bisa dengan Ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keberadaan tumor tersebut. b. Mioma Uteri Subserosa Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. (Prawirohardjo, 2009). c. Mioma Uteri Submukosa Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering 6
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Perdarahan submukosa sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
2.4 Etiologi Mioma Uteri Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, dan dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promoter. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dan miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatic dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormone steroid seks dan growth factor local. Mutasi somatic ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor. Tidak di dapat bukti bahwa hormone estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rndah dibanding endometrtoum. Hormone progesterone meningkatkan aktifitas mitotic dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesterone memungkinkan pembesaran tumor dengan cara downregulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.
2.5 Patofisiologi Patofisiologi jika tumor dipotong akan menonjol di atas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu keputihan, tersusun atau berkas-berkas otot jalin-mejalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik dan serat otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama, antara tumor dan miometrium normal terdapat lapisan jaringan aeroalt tipis yang membentuk pseudo kapsul tempat masuknya pembuluh darah ke dalam mioma. Pada pemeriksaan dengan mikroskop kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang di pisahkan menjadi berkas-berkas oleh jaringan ikat, karena seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk dapris pseudo kapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu
7
melampaui suplai darahnya ini menyebabkan degenerasi terutama pada bagian tengah mioma uteri (Llewellyn, 2009).
2.6 WOC Mioma Uteri
2.7 Manifetasi Klinis
8
Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma. Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan penderita berupa. 1) Perdarahan uterus yang abnormal Perdarahan menjadi manifestasi klinis utama pada mioma dan hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.
2) Nyeri panggul Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi mengedan. Nyeri
9
pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan pensyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis. Penekanan Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ sekitar. Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan berkemih, defekasi maupun dyspareunia. Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada pelvic sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas posterior.
3) Efek Penekanan Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia dan infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri. Semua efek penekanan dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna,rontgen dan MRI (M. Anwar, 2011).
10
2.7 Faktor Resiko Faktor resiko yang terjadi pada mioma uteri adalah sebagai berikut: 1) Usia Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma uteri. Mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche. Setelah menopause kira-kira hanya 10% mioma uteri masih tumbuh. 2) Usia Menarche Beberapa penelitian mengeukakan bahwa peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen. Insidensi mioma uteri meningkat signifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini (6 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri. 3) Paritas Mioma uteri sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya mempunyai 1 anak. Penelitian yang dilakukan oleh Parker menunjukkan bahwa semakin meningkat jumlah kehamilan akan menurunkan kejadian mioma uteri. Suatu penelitian ditunjukkan bahwa resiko menurun hingga 70% pada wanita yang melahirkan 2 anak atau lebih. 4) Kehamilan Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma. Jika pertumbuhan mioma terlalu cepat akan melebihi suplai darah sehingga terjadi 11
perubahan degenerative tumor ini. Hasil yang paling serius adalah nekrobiosis (degenerasi merah). Pasien dapat mengeluh nyeri dan demam derajat rendah, biasanya pada kehamilan sepuluh minggu kedua. Palpasi menunjukkan bahwa mioma sangat luak. 5) Riwayat Keluarga Wanita dengan garis keturunan tingat pertama dengan penderita mioa uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan resiko untuh menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (α myomarelated growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri. 6) Kebiasaan Merokok Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak factor yang bisa menurunkan bioavalibilitas hormone estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Kurniasari, 2010).
2.8 Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri 1) Degenerasi Ganas Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause (Prawirohardjo, 2007). 2) Torsi (Putaran Tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul keganasan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian, terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum (Prawirohardjo, 2007). Sarang mioma dapat mengalami mikrosis dab infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai 12
leukore dan gangguan yang disebakan oleh infeksi dari uterus sendiri (Prawirohardjo, 2007).
2.9 Penatalaksanaan Secara umum, pentalaksanaan mioma uteri terdiri atas 2 metode, yaitu sebagai berikut 1) Terapi medicinal (hormonal) Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH) agnois memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gekala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan. pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat estrogen akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak mengurangi ukruan dari mioma. 2) Terapi Pembedahan Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians and gynecologist (ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien mioma uteri, yaitu a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif b. Sangkaan adanya keganasan c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause d. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena aklusi tuba e. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius g. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi 13
a. Miomektomi Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi produksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani segera. b. Histerektomi Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomy), vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi. Tibdakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia. Metrorrhagia, keluhan pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu. Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Subtotal abdominal histerektomi dilakukan untuk menghidari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rectum.
BAB III 14
TINJAUAN KASUS
2.1 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Mioma Uteri Pasien bernama Ny.Y, umur 45 tahun dibawa keluarganya kerumah sakit pada tanggal 9 Maret 2014 dengan keluhan perdarahan pervagina sejak bulan Januari berhenti hanya sekitar ±15 hari yang lalu dan keluar darah yang menggumpal. Pasien mengatakan nyeri dibagian perut seperti ditusuk-tusuk dan datang secara tiba-tiba. Diagnosa medis oleh dokter adalah Myoma Uteri. Pasien beragama Islam, beralamat Guwokajan, Sawit Boyolali. Setelah dilakukan pemeriksaan dihasilkan pasien tampak lemah, konjungtiva mata Anemis dan putih pucat. Sklera mata Ikterik. Terlihat keluar darah dari vagina pasien. Pasien mengalami perdarahan menstruasi yang sangat berat, sakit dan berlebihan. Hb 7.6 g/dl. Pasien mengaku nyeri dibagian perut dengan skala 7 dan datang secara spontan, seperti ditusuk–tusuk secara tiba-tiba. Pasien hanya menghabiskan 5 sendok dari porsi yang disediakan rumah sakit dan terasa mual. A. Pengkajian 1) Identitas pasien a) Nama
: Ny. Y
b) Umur
: 45 tahun
c) Jenis kelamin
: Perempuan
d) Agama
: Islam
e) Status Pernikahan
: Kawin
f) Alamat
: Guwokajan Sawit Boyolali
g) Suku
: Jawa
2) Keluhan utama
: Perdarahan pervagina dan nyeri
3) Riwayat penyakit sekarang
: Myoma Uteri
4) Riwayat penyakit dahulu
: Tidak ada
5) Riwayat kesehatan keluarga
: Tidak ada
6) Riwayat Menstruasi
: Menorrhagia, perdarahan menstruasi
sangat berat, sakit, dan berlebihan. B. Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum
Tampak lemah
Pucat
:
15
Tampak kesakitan
Konjungtiva mata pucat dan sclera mata ikterik
b) Kesadaran
: Komposmentis
c) Tanda-tanda vital
Suhu
: 37,7oC
Nadi
: 80x
RR
: 14x
TD
: 116/70 mmHg
Hb
: 7,6 g/dL
C. Pemeriksaan penunjang
USG
Radiologi
Tes laboratorium darah lengkap
D. Analisis data KELOMPOK DATA
ETIOLOGI
DS:
Perdarahan
Hipovolemia
Merasa lemah Kehilangan cairan aktif
DO:
MASALAH
Hematocrit meningkat Kekurangan volume cairan
DS:
Agen pencedara fisik Mengungkapkan secara
Nyeri Akut
neoplasma
verbal atau melaporkan Nekrosa dan perlengketan
nyeri DO:
Tampak meringis
Gelisah
Nafsu makan berubah
Kontraksi otot rahim
Nyeri
DS:
Nyeri
Gangguan mobilitas fisik
Nyeri saat bergerak Pembatasan gerak
DO:
16
Rentang gerak menurun
Fisik lemah
Gerakan terbatas
Gangguan mobilitas fisik
DS:
Nyeri abdomen
Nyeri bagian abdomen
Nafsu makan menurun
Factor psikologis nyeri
Bising usus hiperaktif
Nafsu makan menurun
Defisit Nutrisi
DO:
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Deficit nutrisi DS: -
Perdarahan pervagina
Risiko Syok
DO: Berlangsung lama dan banyak
Resiko tinggi kekurangan cairan
Hypovolemia
Risiko syok
E. Diagnosis, Kriteria Hasil, dan Intervensi Keperawatan DIAGNOSA
KRITERIA
KEPERAWATAN
(OUTCOME)
(SDKI) Hipovolemia (D.0023) Hypovolemia
HASIL
Setelah
INTEERVENSI
melakukan Pencegahan perdarahan
b.d. tindakan keperawatan 2 x Aktivitas keperawatan:
kehilangan cairan aktif 24 jam diharapkan klien akan 17
d.d.
hematocrit Keseimbangan cairan
meningkat
Kriteria hasil:
volume intravascular
penurunan cairan
dan/atau intraseluler
darah
tidak terganggu
perdarahan pada pasien 2) Mencatat
nilai
2) Denyut nadi radial
hemoglobin
tidak terganggu
hematocrit
interstitial
dengan
ketat risiko terjadinya
1) Tekanan Definisi:
1) Memonitor
3) Keseimbangan
dan
dan sebelum
setelah
pasien
intake dan output
kehilangan
dalam 24 jam tidak
sesuai indikasi
terganggu
darah
3) Memonitor komponen
4) Turgor kulit tidak terganggu
koagulasi darah 4) Monitor
Hidrasi
gejala
Kriteria hasil:
menetap
tanda
dan
perdarahan
1) Turgor kulit tidak Pengurangan perdarahan terganggu
Aktivitas keperawatan:
2) Membran mukosa terjaga lembab 3) Perfusi
perdarahan
jaringan
tidak terganggu 4) Tidak
5) Nadi normal
2) Memonitor pasien akan perdarahan secara ketat
ada
peningkatan suhu tubuh
1) Identifikasi penyebab
3) Memonitor jumlah dan sifat kehilangan darah 4) Memperhatikan kadar hemoglobin/hematocrit sebelum dan sesudah kehilangan darah 5) Memonitor
status
cairan,
termasuk
asupan
(intake) dan
haluaran (output) Pemberian produk darah Aktivitas keperawatan:
18
1) Mendapatkan riwayat tranfusi pasien 2) Verifikasi
informed
consent pasien 3) Monitor
tanda-tanda
vital 4) Monitor adanya reaksi tranfusi dan kelebihan cairan Nyeri Akut (D.0077)
Setelah
melakukan Pemberian analgesic
Nyeri akut b.d. agen tindakan keperawatan 2 x Aktivitas keperawatan: pencedera
biologis 24 jam diharapkan klien
1) Menentukan
lokasi,
neoplasma d.d. pasien akan
karakteristik, kualitas
tampak meringis
Kontrol nyeri
dan keparahan nyeri
Kriteria hasil:
sebelum
Definisi:
pengalaman
1) Secara
konsisten
sensorik atau emosional
menunjukkan
yang berkaitan dengan
mengenali
kerusakan jaringan actual
nyeri terjadi
atau fungsional, dengan onset
pasien 2) Cek adanya riwayat
kapan
alergi obat 3) Pilih
2) Sering
analgesic
kombinasi
atau
analgesic
atau
menunjukkan
yang
sesuai
ketika
lambat dan berintensitas
menggunakan
lebih
dari
satu
ringan hingga berat yang
tindakan
diberikan
berlangsung kurang lebih
pencegahan
3 bulan
mendadak
mengobati
Pengurangan kecemasan
3) Melaporkan gejala Aktivitas keperawatan: yang
tidak
1) Menggunakan
terkontrol
pada
pendekatan
professional kesehatan secara
Kriteria hasil:
19
dapat
konsisten
menunjukkan Tingkat nyeri
tenang
yang dan
meyakinkan 2) Memahami
situasi
krisis yang terjadi dari perspektif klien
1) Tidak ada nyeri yang dilaporkan 2) Tidak mengerang dan menangis 3) Tidak
3) Memberikan informasi factual
terkait
diagnosis,
perawatan
dan prognosis 4) Berada di sisi klien
menunjukkan
untuk
meningkatkan
ekspresi
rasa
aman
wajah
nyeri 4) Dapat beristirahat
dan
mengurangi ketakutan 5) Mendorong untuk
keluarga
mendampingi
klien dengan cara yang tepat Manajemen nyeri Aktivitas keperawatan: 1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif 2) Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri 3) Membantu dalam
keluarga
mencari
dan
menyediakan dukungan 4) Menentukan kebutuhan untuk
frekuensi melakukan
pengkajian ketidaknyamanan pasien
20
dan
mengimplementasikan rencana monitor Mobilitas Setelah
Gangguan
melakukan Peningkatan
mekanika
tindakan keperawatan 2 x tubuh
Fisik (D.0054)
Gangguan mobilitas fisik 24 jam diharapkan klien Aktivitas keperawatan b.d. gangguan persepsi akan
1) Mengkaji
komitmen
sensori d.d. nyeri saat Ambulasi
pasien untuk belajar
bergerak
dan
menggunakan tubuh
Kriteria hasil:
Definisi:
1) Menopang
berat
postur
badan
tidak
benar
keterbatasan
dalam gerakan fisik dari satu
atau
ekstremitas
terganggu
yang
2) Mengkaji pemahaman
lebih
2) Berjalan
dengan
secara
langkah
yang
mekanika tubuh dan
efektif
tidak
latihan
mandiri
terganggu
mengenai
3) Mengedukasi
3) Berjalan
tentang
mengelilingi kamar
postur tidak
terganggu
pasien
pentingnya tubuh
yang
benar untuk mencegah kelelahan, ketegangan atau injuri
Pergerakan Kriteria hasil:
Terapi latihan: Ambulasi
1) Keseimbangan tidak terganggu 2) Koordinasi
tidak
terganggu
Aktivitas keperawatan: 1) Memberikan
pasien
pakaian
tidak
yang
mengekang
3) Keseimbangan tidak terganggu 4) Dapat
pasien
bergerak
dengan mudah
2) Membantu
pasien
untuk
menggunakan
alas
kaki
yang
memfasilitasi
pasien
untuk
berjalan
mencegah cedera
21
dan
3) Menyediakan
tempat
tidur
yang
berketinggian rendah 4) Membantu
pasien
untuk duduk di sisi tempat
tidur
untuk
memfasilitasi penyesuaian
sikap
tubuh Defisit Nutrisi (D.0019)
Setelah
melakukan Manajemen
gangguan
Defisit nutrisi b.d faktor tindakan keperawatan 2 x makan psikologis
nyeri
d.d. 24 jam diharapkan klien Aktivitas keperawatan:
nyeri abdomen dan nafsu akan makan menurun
1) Memonitor
Status nutrisi: Asupan
Definisi: asupan nutrisi Kriteria hasil: cukup
memenuhi
untuk
1) Asupan
kebutuhan
dan setelah pemberian makanan
secara
metabolism
tanda fisiologis 2) Observasi klien selama
makanan dan cairan
tidak
tanda-
oral
makan
untuk
meyakinkan
bahwa
sepenuhnya
asupan makanan yang
adekuat
cukup
2) Asupan secara
cairan oral
tercapai
dipertahankan 3) Memonitor
perilaku
sepenuhnya
klien
adekuat
berhubungan
dengan
pola
makan,
3) Asupan
cairan
yang
intravena
penambahan
sepenuhnya
kehilangan berat badan
adekuat
dan
4) Menyediakan program
Status nutrisi: Asupan
latihan
nutrisi
observasi
Kriteria hasil:
diperlukan
dibawah
Manajemen nutrisi Aktivitas keperawatan:
22
dan
jika
1) Asupan
kalori
1) Menentukan status gizi
sepenuhnya
pasien dan kemampuan
adekuat
pasien
2) Asupan
protein
sepenuhnya
untuk
memenuhi kebutuhan gizi
adekuat
2) Identifikasi
3) Asupan
adanya
alergi atau intoleransi
karbohidrat
makanan yang dimiliki
sepenuhnya
pasien
adekuat
3) Menentukan apa yang menjadi
preferensi
makanan bagi pasien 4) Menginstruksikan pasien
mengenai
kebutuhan nutrisi Risiko Syok (D.0039)
Setelah
melakukan Pencegahan perdarahan
Risiko syok disebabkan tindakan keperawatan 2 x Aktivitas keperawatan: karena
kekurangan 24 jam diharapkan klien
volume cairan
akan
ketidakcukupan
syok:
berisiko Hipovolemik
mengalami
1) Tidak
perdarahan pada pasien 2) Mencatat
Kriteria hasil: aliran
ada
dan
yang
nadi perifer
kehilangan
2) Tidak
ada
seluler yang mengancam
penurunan tekanan
jiwa
darah 3) Tidak aritmia 4) Tidak ada nyeri dada 5) Tidak ada lesu
sebelum
setelah
pasien darah
sesuai indikasi 3) Monitor gejala
tanda
dan
perdarahan
menetap 4) Monitor vital termasuk darah
23
dan
hematocrit
penurunan tekanan
mengakibatkan disfungsi
nilai
hemoglobin
darah ke jaringan tubuh, dapat
dengan
ketat risiko terjadinya
Keparahan Definisi:
1) Memonitor
tanda-tanda ortostatik, tekanan
5) Mempertahankan agar pasien
tetap
baring
jika
tirah terjadi
perdarahan aktif 6) Memberikan produk
produk-
penggantian
darah Pencegahan syok Aktivitas keperawatan: 1) Monitor adanya
terhadap respon
kompensasi awal syok 2) Monitor
terhadap
adanya
tanda-tanda
respon
sindroma
inflamasi sistemik 3) Monitor
terhadap
adanya tanda awal dari penurunan
fungsi
jantung 4) Monitor kemungkinan penyebab
kehilangan
cairan 5) Monitor status sirkulasi
24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous serta sering ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama di lapisan miometrium (Aspiani, 2017). Tumbuhnya mioma uteri menimbulkan penekanan pada pembuluh darah dan organ disekitar ovarium mengalami penekanan dan penyempitan serta mengalami penurunan fungsinya. Pertumbuhan mioma uteri juga dapat mengakibatkan anemia karena kehilangan darah (eritrosit) dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Sedangkan menurut manuaba (2009) mioma uteri dalam kehamilan dapat menyebabkan infertilitas, dapat menyebabkan abortus, dapat menyebabkan gangguan jalan persalinan, dapat menyebabkan perdarahan postpartum dan kehamilan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri karena rangsangan estrogen. 4.2 Saran Dengan adanya
makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mencegah terjadinya mioma uteri. Agar selalu menjaga kebersihan guna mencegah timbulnya penyakit. Serta mengetahui proses asuhan keperawatan pada penyakit sistem reproduksi khususnya mioma uteri.
25
DAFTAR PUSTAKA
Armantius. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurusan Keperawatan. Prodi DIII Keperawatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC, 2005. Derek Liewollyn & Jones. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates, 2002. Hadibroto, Budi R. 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol 38 (3). Norwitz, Errol. Et al. 2007. At a Glance: Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua. Erlangga Medical Series: Jakarta Prawiroharjo, S., mioma uteri. Dalam: Wiknjosastro, Saifuddin AB., eds. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007. Wirantika. Whita. 2017. Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan Masalah Utama Nyeri Akut Post Operasi Salpingo-Ooforektomi Sinistra Hari Ke-0 Atas Indikasi Mioma Uteri dan Kista Ovari di Ruang Bougenville di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Diunduh
pada
tanggal
http://repository.ump.ac.id/3985/
26
26
Maret
2019.
Dapat
diakses
di