Makalah Model Grass Roots [PDF]

  • Author / Uploaded
  • riska
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN IPA IPAS 216103



PENGEMBANGAN KURIKULUM MODEL GRASS ROOTS



OLEH : MADE RISKA DEPIANI NIM. 1923071028



PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA OKTOBER 2019



PRAKATA



Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Pengembangan Kurikulum Grass Roots”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.



Dr. Ida Bagus Nyoman Sudria, M.Sc., yang telah memberikan tugas makalah sehingga penulis dapat mengembangkan kemampuan diri dalam menulis makalah.



2.



Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan IPA yang telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa yang tersaji dalam makalah ini



masih belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Kendati demikian, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi perkembangan dunia pendidikan terutama pendidikan IPA pada masa yang akan datang. Om Santhi, Santhi, Santhi Om



Singaraja, 7 Oktober 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI



PRAKATA .............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................3 1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots .................4 2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots .....................................................6 2.3 Implementasi Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots .......9 2.4 Kelemahan dan Kelebihan Pengembangan Model Grass Roots ...12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................... 14 3.2 Saran ......................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kurikulum merupakan rancangan tertulis yang berisi tentang ide-ide dan gagasan-gagasan yang tertulis kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain (Sanjaya, 2008). Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang



dicita-citakan



oleh



siswa



sendiri,



keluarga



maupun



masyarakat.



Perkembangan suatu kurikulum dari waktu ke waktu juga disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor ini dapat menyebabkan kurikulum dilakukan pengembangan yang nantinya menghasilkan model-model pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang memperngaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dengan berbagai aspek tersebut, kebutuhan akan suatu kurikulum di setiap Negara pun akan berbeda. Di Indonesia sendiri telah mengalami pasang surut perubahan model kurikulum. Dimulai dari model pengembangan kurikulum top-down (administratif) sampai dengan model pengembangan down-top (grassroots). Seringnya pergantian model kurikulum yang digunakan bukanlah tanpa alasan. Mengikuti tren perkembangan teknologi, pergantian jabatan dalam ruang lingkup pemerintah, kedua hal tersebut dapat dikatakan sebagai sekian dari penyebab sering bergantinya kurikulum di Indonesia. Mengacu pada fungsi kurikulum sebagaimana dikemukakan di atas, maka jelaslah bahwa dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi saat ini menuntut kurikulum juga berubah. Namun dekimian, bukan berarti asumsi masyarakat selama ini yang memandang bahwa ganti pejabat itu adalah benar, 1



tetapi betul-betul menuntut perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, para pengembang kurikulum harus mulai membenahi paradigma masyarakat yang kelihatan apatis dan skeptis terhadap perubahan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan kurikulum tidak terlalu signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Terlepas dari mana titik lemah permasalahan pendidikan tersebut, yang terpenting adalah pelaksana kurikulum mampu mengaplikasikannya di lapangan dengan baik. Pengembangan model kurikulum grass-roots merupakan salah satu alternatif untuk diterapkan di sekolah. Dalam pengembangan model grass-roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas. Sehingga isi kurikulum ini merupakan kreativitas mereka yang disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Oleh karena sifatnya yang demikian, pendekatan grass roots ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (Wahyudin, 2014). Melalui pengembangan kurikulum model grass-roots akan berdampak pada adanya perbedaan muatan kurikulum antar daerah bahkan antar sekolah. Hal ini disebabkan karena potensi dan karakteristik setiap daerah atau sekolah berbedabeda. Namun demikian, walaupun terdapat perbedaan muatan kurikulum antar daerah bukan berarti tidak adanya standar secara nasional. Bagaimanapun tandar nasional ini masih dibutuhkan untuk mencapai kualitas pendidikan yang merata dan tidak adanya kesenjangan antar daerah yang satu dengan daerah lainnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang model pengembangan kurikulum down-top (grass-roots) beserta impelementasinya pada kurikulum di Indonesia.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa pemasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana proses pengembangan kurikulum model grass-roots? 2. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model grass-roots?



2



3. Bagaimana implementasi pengembangan kurikulum model grass-roots? 4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pengembangan kurikulum model grass-roots?



1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan proses pengembangan kurikulum model grass-roots 2. Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model grass-roots 3. Mendeskripsikan implementasi pengembangan kurikulum model grassroots 4. Menjelaskan kelebihan dan kelemahan dari pengembangan kurikulum model grass-roots



1.4 Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan baik secara teoretis maupun praktis untuk semua pihak. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis makalah ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang



pengembangan



kurikulum



sehingga



diharapkan



dapat



diimplementasikan di sekolah nantinya. 2. Manfaat Praktis Makalah ini diharapkan memberikan manfaat yang positif bagi pendidik sebagai bahan kajian dan perbandingan terhadap pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku dan dapat bermanfaat sebagai bahan pembinaan terhadap pimpinan sekolah dan tenaga kependidikan lainnya sehingga dapat melaksanakan pengembangan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang sedang ditetapkan.



3



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Proses Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots Model pengembangan ini disusun atas dasar inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum yang bukan datang dari atasan, tetapi bawahan yaitu guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum tipe grass roots berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum yang berkenaan dengan suatu komponen kurikulum dalam beberapa bidang studi. Model ini dinilai lebih baik dan lebih efektif karena didasarkan atas pertimbangan bahwa guru yang bertindak sebagai perencana, pelaksana, dan juga penyempurna kegiatan pembelajaran. Guru dianggap paling tahu kebutuhan kelasnya dan paling kompeten untuk menyusun kurikulum bagi kelasnya. Model pengembangan kurikulum grass roots mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi suatu sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum model grass roots dapat meningkatkan mutu system pendidikan dan membentuk karakter individu yang lebih mandiri dan kreatif. Pengembangan kurikulum model grass roots diawali oleh guru di sekolah dengan menganalisis kelemahan kemudian diarahkan untuk merevisi kurikulum. Orientasi yang demokratis dari rekayasa model grass roots dapat semakin memantapkan pengembagan kurikulum. Kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru terlibat langsung dalam pengembangan kurikulum. Bukan hanya para professional, tetapi peserta didik, orang tua, dan masyarakat bisa turut terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Guru sebagai kunci dalam pengembangan kurikulum yang efektif harus memegang tiga prinsip yang menjadi dasar pengembangan kurikulum model grass roots, yaitu sebagai berikut. 1. Kurikulum



akan



terlaksana 4



dengan



baik



apabila



kompetensi



professional guru ditingkatkan. 2. Kompetensi guru akan meningkat bila guru terlibat secara langsung dalam pengembangan kurikulum. 3. Jika guru berpartisipasi aktif dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam memilih, mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan dan menilai hasil, maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil. 4. Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip maupun rencana-rencana.



Guru dan komite kurikulum dapat bekerja sama memahami satu sama lain, sehingga tercapai persetujuan berdasarkan prinsip-prinsip dasar, tujuantujuan dan rencana-rencana. Prinsip ini bersifat operasional karena guru didorong untuk bekerja kooperatif dalam merencanakan kurikulum baru. Dorongan terjadi bila administrator menyediakan pelatihan kepemimpinan, waktu yang lebih bebas, dan hal lainnya yang mendukung perencanaan dan pengembangan kurikulum.



Gambar 1. Kerangka Proses Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots



5



Pengembangan kurikulum model grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan atau masalah kurangya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu dan lain sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru merupakan kunci dalam pengembangan model grass roots. Apabila dirasakan adanya masalah maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang sedang berlaku. Dengan pemahaman tersebut akan memudahkan



bagi



guru



dalam



mendesain



lingkungan



yang



dapat



mengaktifkan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar. Dalam tahap ini, biasanya diadakan lokakarya untuk membahas hasil yang telah dicapai dan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya dengan berpedoman pada analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Pengikut lokakarya disamping para pengajar dan kepala sekolah juga orang tua peserta didik dan anggota masyarakat lainnya serta para konsultan dan para narasumber lainnya. Dengan diadakannya lokakarya-lokakarya, maka akan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan secara demokratis sehingga merujuk pada pembuatan keputusan. Dengan dilakukannya pembuatan keputusan maka selanjutnya yang mengikuti lokakarya dapat membuat suatu perencanaan kurikulum yang nantinya akan menghasilkan kurikulum baru atau menyempurnakan kurikulum yang sudah ada.



2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pengembangan kurikulum model grass roots perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Guru harus memiliki kemampuan profesional Guru merupakan ujung tombak keberhasilan program pendidikan. Suka atau tidak, guru harus memiliki berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Seorang guru yang mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dapat dikatakan sebagai seorang



6



guru yang professional. Seorag guru yang professional akan mampu melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien serta mampu mengembangkannya dengan berbagai inovasi dan kreativitasnya. Berkenaan dengan perannya sebagai pelaksana kurikulum, guru yang professional menurut Finch dan Crunkilton (dalam Sukmara, 2017) akan menunjukkan perilaku sebagai berikut. a. Selalu membuat perencanana konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. b. Berkehendak mengubah pola piker lama menjadi pola piker baru yang menempatkan siswa sebagai arsitek pembangun gagasan dan guru berfungsi sebagai pelayan dan berperan sebagai mitra siswa agar peristiwa belajar bermakna dapat berlangsung pada semua siswa. c. Berpikir kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif. d. Berkehendak mengubah pola tindak dalam menetapkan peran siswa, guru, dan gaya belajar. Peran siswa digeser dari peran sebagai konsumen (menyalin, mendengar, dan menghapal) ke pran sebagai produsen (bertanya, meneliti, mengarang, menulis gagasan, laporan atau sejarah). e. Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, masyarakat agar dapat berpihak kepada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang edukatif, argumentatif logis dan kritis. f. Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, perancangan



penyusunan beragam



alat



organisasi



penilaian kelas



yang dan



beragam,



perancangan



kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan betapa besar harapan keberhasilan



penyelenggaraan



pendidikan



dan



pengajaran



kepada



keprofesionalan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terutama berkenaan dengan keberhasilan belajar siswa. Guru



7



dituntut memiliki kemampuan dan kesanggupan dalam merubah tatanan paradigma berpikir lama ke arah paradigma berpikir baru. 2. Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi Sebagai ujung tombak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru yang merupakan pelaksana kurikulum perlu menentukan tujuan ke arah mana peserta didik akan dibawa. Dengan demikian, guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini merupakan hal yang mendasar karena walau bagaimanapun gurulah satu-satunya orang yang memahami dan mengetahui karakteristik peserta didiknya. Sehubungan dengan itu, maka tak dapat dipungkiri bahwa dalam pemilhan bahan dan evaluasi guru pun tidak boleh ketinggalan karena antara tujuan, bahan dan evaluasi saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Tujuan merupakan dasar bagi bahan yang akan disajikan dalam pembelajaran, sementara bahan merupakan dasar bagi evaluasi. Dengan demikian, ketiganya memiliki hubungan yang snagat erat. Hal ini sejalan dengan Safari (2015) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien atau tidak. Dengan demikian evaluasi merupakan alat untuk mengetahui



tingkat



ketercapaian



program-program



yang



telah



direncanakan sebagai dasar untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. 3. Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip maupun rencana-rencana Pertemuan merupakan suatu ajang refleksi diri baik guru sebagai pelaksana kurikulum maupun stakeholder yang lainnya. Melalui pertemuan akan dapat ditemukan berbagai kendala atau hambatan sehingga dapat dicarikan solusinya. Kendala atau hambatan tersebut tidak hanya yang dialami guru-guru saja termasuk didalamnya kendala-kendala yang dialami pengelola sekolah, orang tua, masyarakat, ataupun pengguna



8



dari alumni sekolah tersebut. Dengan demikian, kegiatan pertemuan dapat juga dipandang sebagai arena evaluasi terhadap berbagai kelemahan dan kelebihnan dari pelaksanaan kurikulum yang dilakukan oleh suatu sekolah. Dengan ditemukannya berbagai kelemahan dan kelebihan dari pelaksanaan kurikulum, maka guru akan semakin memahami berbagai permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya, guru semakin berkualitas dan professional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini dapat dimungkinkan karena guru akan mendapatkan berbagai pengalaman nyata sehingga bertambah wawasan dan pengetahuannya. Pengalaman nyata, wawasan dan pengetahuan yang dimiliki guru tersebut pada akhirnya akan berguna bagi pencapaian tujuan, prinsip, dan rencana-rencanan yang telah ditetapkan. Karena secara tidak langsung melalui pengalaman-pengalaman nyata yang didapat guru di lapangan akan dapat digunakan untuk pencapaian tujuan atau rencana-rencana yang telah ditetapkan tersebut. Akhirnya, guru akan memiliki prinsip-prinsip yang kuat untuk mengimplementasikan kurikulum secara efektif dan efisien.



2.3 Implementasi Pengembangan Kurikulum Model Grass Root Dengan mengacu pada definsi, konsep, dan pola pengembangan kurikulum model grass roots, maka berdasarkan kedudukan, peran dan tanggung jawab guru, implementasi pengembangan kurikulum model grass roots dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Implementasi dalam Orientasi Pembelajaran Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, pengembangan kurikulum model grass roots senantiasa berlandaskan pada potensi guru secara



utuh



dan



menyeluruh.



Djahiri



(dalam



Sukmara,



2007)



mengemukakan bahwa: Rekayasa pembelajaran adalah reka upaya menginternalisasikan dan mempribadikan substansi isi ketiga potensi diri manusia (kognitif, afektif, dan psikomotor) serta memanfaatkan substansi tersebut untuk pembinaan proses pelakonan potensi diri secara optimal sehingga potensi-potensi tersebut padat pengalaman, terlatih, dan terdidik dengan baik serta menunjukkan tampilan diri



9



dan kehidupan yang berbudaya dan bermasyarakat. Berdasarkan pandangan tersebut,



maka



kegiatan pendidikan



diharapkan mampu membuahkan hasil yang mengintegrasikan secara utuh dan menyeluruh aspek-aspek potensi manusia tersebut. Potensi-potensi tersebut sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum model grass roots karena sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengembangan kurikulum model grass roots bertitik tolak dari guru sebagai perancang ide dan konsep. Untuk merancang ide dan konsep pengembangan kurikulum model grass roots ini dibutuhkan kreativitas dan kemampuan guru yang optimal. Seorang guru harus peka terhadap kebutuhan pengguna kurikulum dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini tentu membutuhkan wawasan dan pengetahuan guru yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan program-program pembelajaran yang berdaya guna dan berhasil guna untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, perancangan ide dan konsep ini dalam pengembangan kurikulum model grass roots perlu adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama sekali dari pihak-pihak pengelola sekolah sebagai penentu kebijakan sekolah yang bersangkutan baik bantuan dan dukungan dalam bentuk moril maupun spiritual. Hal ini dimaksudkan agar terjalin suatu hubungan yang harmonis sehingga kesamaan persepsi dan tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. 2. Implementasi dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Seiring



dengan



bergulirnya



kebijakan



pemerintah



tentang



penyempurnaan system pendidikan pada umumnya serta terhadap kurikulum pada khususnya. Sebagai implikasi diberlakukannya peraturan pemenrintah yakni PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan telah disosialisasikan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pengembangan kurikulum model grass roots merupakan dasar yang paling cocok untuk mendukung kebijakan tersebut. Dalam pengembangan kurikulum model grass roots, para praktisi di lapangan pada setiap satuan pendidikan bahkan guru bidang studi diberikan kewenangan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan



10



pembelajaran yang bersifat tersebut,



guru



selaku



mengintegrasikan



operasional. Berdasarkan kewenangan



praktisi



di



kemampuannya



lapangan



dalam



dituntut



perencanaan



mampu kegiatan



pembelajaran secara jelas, terarah, dan terencana dengan matang. Berkenaan dengan hal tersebut, Tim BBE Depdiknas memberikan alternatif dalam merumuskan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan skema sebagai berikut. Semua jenis mata pelajaran pada



KONSEPTUAL/ REALITA



semua jenis dan



Bahan ajar/model kecapakan hidup



jenjang pendidikan



Permasalahan dalam kehidupan nyata yang harus disikapi dan dihadapi dengan kecakapan-kecapakan tertentu Gambar 2. Skema Alternatif Merumuskan RPP Sumber: Team Broad Base Education (BBE), 2001



Berdasarkan skema di atas, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaan adalah sebagai berikut. 1. Lakukan identifikasi rencana-rencana yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kehidupan nyata di masyarakat. 2. Identifikasi pokok bahasan/topik keilmuan yang diperlukan 3. Kemas dalam bentuk mata pelajaran 4. Penyajian materi pelajaran yang merunjuk pada apa yang diharapkan dalam membentuk kecakapan hidup yang dieperlukan. Demikian pula dalam penyusunan rencana pembelajaran serta pelaksanaannya, disusun dan diorganisasikan secara sistematis sesuai dengan susunan kompetensi sehingga dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang tertuju pada penguasaan kompetensi baik kompetensi dasar,



11



standard kompetensi maupun kompetensi lulusan bagi siswa yang berada pada tingkat terakhir. 3. Implementasi dalam Pengembangan Proses dan Penilaian Hasil Belajar Proses



pembelajaran



dengan



menggunakan



pengembangan



kurikulum model grass roots berlandaskan pada aktivitas dan kreativitas guru dan siswa dengan kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional melalui pola pengorganisasian bahan ajar serta proses pembelajaran yang utuh dan terpadu. Proses merancang bahan dan kegiatan pembelajaran harus memperhitungkan pendekatan intidisipliner dan transdisipliner bahkan antar bidang kajian. Dalam pengembangan kurikulum model grass roots, perlu ditetapkan standar kompetensi dalam bentuk kompetensi dasar, materi standard, dan indikator-indikator penilaiannya yang diketahui dan ditetapkan oleh pihak sekolah dengan melibatkan unsur pimpinan, guru, masyarakat



dan



pihak-pihak



professional



lainnya.



Sedangkan



pengembangan kegiatan dan proses pembelajaran dilaksanakan oleh setiap guru yang bersangkutan. Pola pembelajaran dan penilaian tidak lagi bersifat pragmentaris (incidental dan terputus-putus) melainkan saling berhubungan dan berkesinambungan untuk seluruh masa belajar siswa. Sehingga dirasakan sebagai suatu proses yang dijalankannya secara aktif dan kreatif penuh kebebasan dan alternatif, sehingga evaluasi bersifat kumulatif.



2.4 Kelemahan dan Kelebihan Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots Pengembangan kurikulum



model grass



roots



memiliki



beberapa



kelemahan dan kelebihan, diantaranya sebagai berikut. 1. Kelemahan a. Tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional. b. Tidak adanya standard penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkan



dengan



12



keadaan



dan



kemajuan



suatu



sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya. c. Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah/wilayah lain. d. Sukar mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional. e. Belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri. 2. Kelebihan a. Kurikulum grass roots sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. b. Kurikulum grass roots sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan professional, finasial maupun manajerial. c. Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. d. Ada motivasi kepala sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.



13



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Dalam prosesnya, pengembanan kurikulum model grass roots dapat dimulai dari gagasan-gagasan guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di sekolah, pihak professional, orang tua siswa, dan unsure masyarakat. Pengembangan kurikulum model grass roots dapat diekmbangkan secara makro maupun mikro, dapat berlaku untuk bidang studi maupun pada sekolah tertentu. Tetapi dapat pula berlaku untuk beberapa bidang sudi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model grass roots, diantaranya: 1) guru harus memiliki kemampuan yang professional, 2) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi, dan 3) seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan consensus tujuan, prinsip maupun rencana-rencana. Implementasi pengembangan kurikulum model grass roots dapat dilakukan melalui: 1) orientasi dalam pembelajaran, 2) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan 3) pengembangan proses dan penilaian hasil belajar. Pengembangan kurikulum model grass roots memiliki kelemahan dan kelebihan diantaranya, 1) kelemahan: pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots mungkin hanya berlaku untuk bidan studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah atau daerah lain, dan 2) kelebihan: karena model grass roots ini merupakan inisiatif dari bawah kemudian ke atas, maka pelaksanaan proses pembelajaran akan disesuaikan dengan potensi daerahnya masing-masing. Selain itu, pengembangan kurikulum model grass roots ini disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.



14



3.2 Saran Adapun saran yang dapat penyaji sampaikan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan kebijakan sebaiknya melakukan monitoring dan evalusi untuk melihat realita sebenarnya yang terjadi di lapangan. 2. Pengembangan kurikulum model grass roots dapat dijadikan solusi untuk mengatasi permasalahan sehingga proses pembelajaran dapat berdaya guna dan berhasil.



15



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad, M. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV Pustaka Setia. Broad Base Education. 2001. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas. Djahiri, A. K. 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PPKn FPIPS IKIP Bandung. Harta, J. 2019. Kajian Kurikulum Kimia SMA dan SMK. Yogyakarta: CV Budi Utama. Oemar, H. 2001. Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Yayasan AlMadani Terpadu. Oemar, H. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara. Sanjaya, W. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sukmara, D. 2007. Impelementasi Life Skill dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Mughni Sejahtera.



16