Makalah Model Pengembangan Media Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MAKALAH



disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran Dosen Pengampu : Tri Astuti, M.Pd.



Disusun Oleh : 1. Maulidya NurBaeti



(1401419030)



2. Dirgantari Rachmadina (1401419160) 3. Afifah Rizkila Andani



(1401419182)



4. Rhisma Dwi Aprillya



(1401419321)



Rombel 6A



JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2022



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Model Pengembanngan Media Pembelajaran” untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Astuti, M.Pd..selaku



dosen pengampu mata kuliah Media Pembelajaran yang telah



memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan rekan-rekan mahasiswa Universitas Negeri Semarang program studi PGSD yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun. Mengingat terbatasnya kemampuan penulis dalam penyusunan makalah ini, penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan pembaca memberi kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Tegal,



Maret 2022



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Halaman Judul..................................................................................................



i



Kata Pengantar .................................................................................................



ii



Daftar Isi...........................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ...........................................................................



2



C. Tujuan .............................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Model Pengembangan ..................................................



3



B. Macam-macam Model Pengembangan Media Pembelajaran .......



3



C. Langkah-langkah Model Pengembangan Media Pembelajaran .....



5



D. Kelebihan



dan



Kekurangan



Model



Pengembangan



Media



Pembelajaran ..................................................................................



13



BAB III PENUTUP A. Simpulan .........................................................................................



16



B. Saran ................................................................................................



16



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................



17



iii



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Seperti yang kita ketahui saat ini, sebagian besar keadaan pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih sangat konvensional, seperti penyampaian materi hanya diceramahkan, penyusunan materi yang sekedarnya atau materi hanya bersumber dari buku-buku teks yang belum tentu sesuai dengan keadaan sekolahnya, padahal buku-buku teks yang banyak beredar saat ini adalah produk nasional yang tidak memperhatikan karakteristik tiap satuan pendidikan seperti yang dinginkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang lebih memperhatikan tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran sendiri, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar. Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-model pengembangan guna memastikan kualitasnya, seperti yang diungkapkan oleh Syaiful



Sagala (2005:136), penggunaan model



pengembangan bahan pembelajaran yang



pengembangan



pengajaran



secara sistematik dan sesuai dengan teori akan menjamin kualitas isi bahan pembelajaran. Model-model tersebut antara lain, model ADDIE, ASSURE, Hannafin dan Peck, Gagne and Briggs serta Dick and Carry. Dari beberapa model tersebut tentu memiliki karakteristik masing-masing yang



1



perlu lebih dalam lagi dipahami. Maka dari itu kita peroleh bahwa pemilihan bahan pembelajaran perlu diperhatikan dalam kesesuaian dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahasas mengenai model-model pengembangan bahan ajar yang dianggap penting diketahui untuk mengembangkan bahan ajar. B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumusakan beberapa masalah diantaranya sebagai berikut : a.



Apa pengertian model pengembangan ?



b.



Apa saja macam-macam model pengembangan media pembelajaran?



c.



Bagaimana



langkah-langkan



model



pengembangan



media



pembelajaran ? d.



Apa saja kelebihan dan kekurangan dari setiap model pegembangan media pembelajaran?



C.



Tujuan Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. a.



Mengetahui pengertian model pengembangan



b.



Mengetahui



macam-macam



model



pengembangan



media



pembelajaran c.



Mengetahui langkah-langkan setiap model pengembangan media pembelajaran



d.



Mengetahui



kelebihan



dan



kekurangan



pegembangan media pembelajaran



2



dari



setiap



model



BAB II PEMBAHASAN



A.



Pengertian Model Pengembangan Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan komponen pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan



kualitas



pencapaian



tujuan



(Sugiarta,



2007:11).



Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik. Pengembangan disini artinya diarahkan pada suatu program yang telah atau sedang dilaksanakan menjadi program yang lebih baik. Hal ini seiring dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adimiharja dan Hikmat, 2001:12 (dalam Sugiarta A.N, 2007:24) bahwa “pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui keberhasilan, dan mengintergrasikan kemajuan”. Pengembangan



model



baru



disusun



berdasarkan



pengalaman



pelaksanaan program yang baru dilaksanakan, kebutuhan individu atau kelompok, dan disesuaiakan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan belajar warga belajar. B.



Macam-macam Model Pengembangan Media Pembelajaran Dalam



desain



pembelajaran



dikenal



beberapa



model



yang



dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran,



3



multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck. Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Kesemua model tersebut juga dapat dimodifikasi untuk melakukan pengembangan bahan ajar. Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa model pengemabangan media pembelajaran, antara lain :  Model ASSURE Mod el Assure, Smaldino et al. (2014) mengemukakan model ASSURE fokus kepada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara aktual. Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menetukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model ASSURE ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan



peserta didik dalam



pembelajaran yang di rencanakan dan di susun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.  Model ADDIE Model ADDIE ini adalah singkatan untuk lima tahap proses pengembangan, yaitu Analysis, Design, Develop, Implementation, dan



4



Evaluation. Model ADDIE bergantung pada setiap tahap yang dilakukan dalam urutan yang diberikan. Namun, dengan fokus pada refleksi dan literasi. Model ini memberi pendekatan yang berfokus pada pemberian umpan balik untuk perbaikan terus-menerus.  Model Dick and Carely Model pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Dick dan Carey memasukkan unsur kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran C.



Langkah-langkah Model Pengembangan Media Pembelajaran o Model ASSURE Langkah-langkah



yang



perlu



dilakukan



dalam



model



sistem



pembelajaran ini yaitu: 1. Melakukan analisis karakteristik siswa Analisis pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi : a) General Characteristics (Karakteristik Umum). Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam



menyampaikan



bahan



pelajaran.



b)



Specific



Competencies ( Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar).



5



Entry



2. Menetapkan tujuan pembelajaran Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat. a) Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam Pembelajaran Dasar dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran siswa yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2008 : 122-123) berikut ini : b) Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD Menurut Smaldino,dkk.,setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM. 3. Memilih media, metode, dan bahan ajar Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung pemblajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media dan bahan ajar. a) Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino dari Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana



yang



dapat



membangun



Attention



(perhatian)



siswa,



pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident , desain pembelajaran dapat membantu pemaknaan



6



pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa. Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat. Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007): C = conditions. Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pembelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung. D = degree. Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan baku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Metode belajar berbasis masalah melatih ketajaman pola pikir metakognitif, yakni kemampuan stratregis dalam memecahkan masalah. Belajar Proyek (project-based learning). Belajar proyek adalah metode yang melatih kemampuan pebelajar untuk melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Proyek yang dikembangkan dapat pekerjaan atau kegiatan sebenarnya atau berupa simulasi kegiatan. Belajar Kolaboratif. Metode belajar kolaboratif ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi pimpinan dan membina koordinasi antar teman sekelasnya. 4. Memanfaatkan bahan ajar Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bentuk media adalah bentuk fisik dimana sebuah pesan digabungkan dan ditampilkan. Bentuk media meliputi, sebagai contoh, diagram (gambar diam dan teks) slide ( gambar diam lewat proyektor) video (gambar bergerak dalam TV), dan multimedia komputer (grafik, teks, dan barang bergerak dalam TV) Setiap media itu mempunyai kekuatan dan batasan dalam bentuk tipe dari pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih sebuah bentuk media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk



7



kepada cakupan yang luas dari media yang tersedia, keanekaragaman siswa dan banyak tujuan yang akan dicapai. 5. Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap materi dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi sekarang dituntut untuk memiliki pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis, men-sintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami dan member informasi kepada siswa. Ini sejalan dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman yang autentik, dimana para siswa akan menerima umpan balik informative untuk mencapai tujuan mereka dalam belajar 6. Mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran. Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan: Revisi Strategi, Teknologi, dan Media. Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Evaluasi merupakan



alat



yang



penting



untuk



mengetahui



bagaimana



ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam mengambil keputusan. o Model ADDIE Berikut penjabaran kelima tahapan-tahapan model pengembangan ADDIE: 1. Analysis (Analisis) Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari



oleh



assessment (analisis



peserta



belajar,



kebutuhan),



yaitu



melakukan needs



mengidentifikasi



masalah



(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh



8



karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Pada tahap ini membagi fase menjadi tiga segmen yaitu: analisis pebelajar, analisis pembelajaran (termasuk maksud dan tujuan pembelajaran), dan analisis media pengiriman online. 2. Design (Rancangan) Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue print). Tahapan yang perlu dilaksanakan pada proses rancangan yaitu: pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue print yang jelas dan rinci. Data yang diperoleh untuk pembelajaran TIK berupa silabus dan rencana



pelaksanaan



pembelajaran



(RPP).



Silabus



dan



RPP



selanjutnya dikembangkan sebagai panduan untuk menyusun bahan ajar yang akan dimuat dalam produk pengembangan. 3. Development (Pengembangan) Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan. Pada tahap ini dikembangkan e-learning mata pelajaran TIK yang berbasis web. Hal pertama yang dilakukan dalam pengembangan produk adalah menganalisis pengguna sistem dan halhal apa saja yang bisa dilakukan pengguna dan hal-hal apa saja yang bisa dilakukan pengguna pada sistem. Pengguna sistem adalah administrator, guru, dan siswa. Karena media yang dikembangkan berbasis blog, akan membuka kesempatan bagi



9



pengguna umum untuk ikut mengakses. Guru memiliki tugas untuk meng-upload materi, memberikan tugas, menilai tugas, dan memantau perkembangan pembelajaran siswa. Siswa dapat melihat materi, meng-upload tugas, berdiskusi dalam forum. Pengguna umum hanya dapat melihat materi. 4. Implementation (Implementasi) Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system pembelajaran yang dikembangkan. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan di-instal atau di-setting sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Tahap implementasi pada penelitian ini, dilaksanakan dengan mengujicobakan media secara langsung. Uji coba media dilaksanakan sebanyak dua tahap yaitu: tahap pertama uji validitas oleh ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran, ahli desain pembelajaran. Tahap kedua uji kepraktisan oleh kelompok perorangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan guru mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Hasil dari uji coba ini dijadikan landasan untuk melaksanakan tahap evaluasi. 5. Evaluation (Evaluasi) Tahap evaluasi pada penelitian ini dilaksanakan sampai evaluasi formatif bertujuan untuk kebutuhan revisi. Berdasarkan hasil review para ahli dan uji coba lapangan yang sudah dilakukan pada tahap implementasi selanjutnya dilakukan dua tahap analisis data yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengolah data berupa masukan, kritik dan saran dari ahli dan uji lapangan untuk selanjutkan dilakukan revisi bertahap untuk pengembangan media menjadi lebih baik. Sedangkan analisis data kuantitatif diperoleh dari penilaian responden dalam bentuk angka pada angket yang diberikan. Semua tahapan evaluasi ini bertujuan untuk kelayakan produk akhir. Layak dari segi isi, desain dan user friendly.



10



o Model Dick and Carey Langkah-langkah



yang



harus



dilakukan



secara



berurutan



agar



model Dick dan Carey dapat diterapkan secara ideal. berikut penjelasan dari tiap langkah: 1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran Dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini diistilahkan dengan tujuan pembelajaran atau instructional goal. Rumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus maupun dari hasil analisys kinerja atau performance analysis. 2. Melakukan analisis instruksional Setelah



melakukan



identifikasi



tujuan



pembelajaran, langkah



selanjutnya adalah analysis instruksional, yaitu sebuah proses proses yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atas tujuan pembelajaran. Dalam melakukan



analisis



instruksional



beberapa langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi kompetensi berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan (Phsycomotor) dan sikap (attitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. 3. Analisis Siswa dan Konteks Dalam model Dick dan Carry analisis terhadap siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran.



Kedua langkah ini dapat



dilakukan secara bersama-sama atau paralel. Analisis konteks meliputi



kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang



dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait



dengan tugas yang



dihadapi oleh siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan actual yang yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar (learning styles), dan sikap



11



terhadap



aktivitas



belajar.



Identifikasi



yang



akurat



tentang



karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. 4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus Berdasarkan analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran



perlu



mengembangkan



kompetensi



atau



tujuan



pembelajaran spesifik (instructional objectives) yang perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum (instructional goal). 5. Mengembangkan instrument penelitian Berdasarkan



tujuan



kompetensi



khusus



yang



telah



dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumem penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi hasil belajar. Hal yang penting dalam menentukan instrument evaluasi yang akan digunakan adalah instrument harus dapat mengukur performance siswa dalam mencapau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 6. Mengembangkan strategi pembelajaran Strategi



pembelajaran



yang



dapat



digunakan



dalam



mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas prapembelajaran, penyajian materi pembelajara, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran. 7. Penggunaan Bahan Ajar Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada siswa, bahan ajar yang dapat digunakan adalah buku teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis computer, program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh. 8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif



12



Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki draf program Tiga jenis evaluasi formatif: 9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran Langkah terakhir dari proses desain adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran, evaluasi tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga pada aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis instruksional, entry behavior dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut. 10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif. Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini dianggap puncak dalam aktifitas desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yan digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses desain sistem pembelajaran. D.



Kelebihan



dan



Kekurangan



Model



Pengembangan



Media



Pembelajaran  Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran ASSURE Kelebihan model pembelajaran ASSURE o Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut diantaranya: analisis pembelajar, strategi



13



pembelajaran, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian belajar. o Sering diadakan pengulangan kegiatan dengan tujuan evaluasi. o Mengutamakan partisipasi pembelajaran dalam poin require leaner participation sehingga diadakan pengelompokan kecil, seperti pengelompokan belajar mandiri dan tim, serta penugasan yang bertujuan untuk memicu keaktifan siswa. o Guru wajib menyampaikan materi dan mengelola kelas, serta mampu memanfaatkan metode, media dan bahan ajar secara optimal. o Model pembelajaran ini sangat sederhana dan dapat diterapkan sendiri oleh guru. Kelemahan model pembelajaran ASSURE  Tidak mengukur dampak terhadap proses belajar karena tidak didukung oleh komponen supra sistem.  Adanya penambahan tugas dari seorang pengajar.  Perlu upaya khusus dalam mengarahkan siswa persiapan kegiatan belajar mengajar.  Kelebihan dan Kelemahan Model ADDIE Kelebihan Model ADDIE 1) Mudah dipelajari dan sederhana serta sistematis 2) Model ini bersifat sederhana dan terstruktur 3) Model lebih mudah dipahami oleh pendidik. Kekurangan Model ADDIE Ditahap analisis model ini bisa dibilang memerlukan waktu yang lama dalam pengerjaannya, pendidik harus menganalisis siswa terlebih dahulu untuk membagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kebutuhan dan analisis kinerja. Karena dalam tahapan ini sangat menentukan berjalannya proses tahapan desain pembelajaran selanjutnya.



14



 Kelebihan Dan Kelemaham Model Dick Dan Carrey Kelebihan Model Dick dan Carrey  Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti  Teratur, efektif dan Efisien dalam pelaksanaa  Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti  Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya  Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran. Kekurangan Model Dick dan Carrey o Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan o Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut o Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar o Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan



setelah diadakan tes formatif



o Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian



pakar (validasi).



o Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran



15



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain Model ASSURE, Model ADDIE, dan Model Dick and Carrey. Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah-langkah yang berbeda antar satu dengan yang lain, misalnya pada model ASSURE terdapat 6 langkah dalam pnerapannya, sementara pada model ADDIE terdapat 5 langkah dalam penerapannya, sedangkan pada model Dick and Carrey terdapat 10 langkah dalam penerapannya. Langkah-langkah yang ada pada setiap model pengembangan media pembelajaran ini harus dilaksanakan secara teratur agar membentuk pembelajaran yang efisien. Selain itu pula, setiap model pengembangan media pembelajaran tersebut juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda antar satu model dengan model yang lainnya.



B.



Saran Sebagai calon guru, kita harus mengetahui dan menerapkan model-model pengembangan media pembelajaran yang ada agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien serta menyenangkan. Model-model pengembangan memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing. Untuk itu kita bisa memanfaatkan langkah-langkah teoritis model-model tersebut atau memodifikasi langkah-langkah yang terdapat pada model tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan kita untuk mengembangkan bahan ajar kita sendiri.



16



DAFTAR PUSTAKA



Perwita,



D.



P.,



&



Kandika,



P.



S.



(2019).



ANALISIS



MODEL



PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (4D, ADDIE, ASSURE, HANNAFIN DAN PECK). https://grafispaten.wordpress.com/2016/01/02/model-pengembangan-mediapembelajaran-addie/ https://id.m.wikipedia.org/wiki/ADDIE_Model#:~:text=Model%20ADDIE%20ini %20adalah%20singkatan,dilakukan%20dalam%20urutan%20yang%20diberikan. Pribadi, B. A. (2016). Desain dan pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi implementasi model ADDIE. Kencana. Aji, W. N. (2016). Model pembelajaran Dick and Carrey dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kajian Linguistik dan Sastra, 1(2), 119-126. https://saa.fai.um-surabaya.ac.id/model-pembelajaran-dick-and-carey/



17