Makalah Munasabah Al-Quran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Munasabah adalah ilmu yang menerangakan hubungan antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat yang lain, apakah hubungan itu berupa ikatan antara Am dan Khosnya, atau antara abstrak dan kongkrit, antara sebab akibat, atau antara Illat dan mu’lulnya atau antara rasional dengan irasionalnya atau bahkan antara dua hal yang kontradeksi sekalipun.1 Mengetahui ilmu tentang



munasabah dalam Al-Qur’an adalah sangat



penting, karena memahami Al-Qur’an dengan disertai pengetahuan tentang munasabah akan diketahui mutu dan kebalaghohan Al-Qur’an. Disamping itu munasabah atau korelasi antara ayat/surat dengan ayat/surat juga membantu dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan baik dan cermat.2 Seperti halnya pengetahuan tentang asbab annuzul yang mempunyai pengaruh dalam memenuhi makna dan menafsirkan ayat, maka munasabah atau korelasi antara ayat/surat dengan ayat/surat juga membantu dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan baik dan cermat.3 Oleh sebab itu tidak sembarangan orang dapat mengkolerasikan ayat-ayat, akan tetapi hendaknya melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu jika ayat itu ternyata memang satu persambungan. Seandainya ayat itu datang karena



1



Moh. Muslimin, Jurnal Munasabah dalam Al-Qur’an (Tribakti :Volume 14 No.2 Juli



2005) h. 1 2 3



Ibid. h 1 Ibid. 2



1



berbagai sebab, sedangkan disitu tidak ada kolerasi maka seandainya ada orang yang mengkolerasikan maka hal itu terkesan memaksakan.4 Inilah diantara latar belakang pemikiran yang menjadi pokok bahasan dalam makalah sederhana ini. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah : 1. Apakah pengertian Munasabah Al-Qur’an ? 2. Bagaimana sejarah perkembangan Munasabah? 3. Apa saja macam-macam Munasabah ? 4. Bagaimana Urgensi Munasabah ? 5. Bagaimana Metodologi Penelitian Munasabah ? C. TUJUAN 1. Mengetahui pengertian Munasabah Al-Qur’an. 2. Mengetahui sejarah perkembangan Munasabah. 3. Mengetahui macam-macam Munasabah. 4. Mengetahui Urgensi Munasabah. 5. Mengetahui Metodologi Penelitian Munasabah.



4



Moh. Muslimin, Jurnal Munasabah dalam Al-Qur’an......... h. 2



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Munasabah Untuk



memperoleh



pengertian



tentang



Al-Munaasabah,



penulis



menininjau dari dua segi yaitu segi etimologi dan segi terminologi. Secara etimologi munasabah sama dengan ‫( المشاكلة‬persesuaian) dan (kedekatan) Munasabah dari kata ‫ مناسبة‬- ‫ناسب – يناسب‬



fiil Tsulasi Mazid



ditambah satu huruf berupa alif antara Fa’fill dan ain fill tsulasi mujarrad.5



Di



dalam buku berbahasa Indonesia dipakai beberapa istilah yang bervariasi sebagai sinonim dari munâsabah, seperti kesesuaian, hubungan, korelasi, kaitan, pertalian, tanasub, relevansi, dan di antaranya tetap memakai istilah munâsabah itu sendiri.6 Louis Ma’luf dalam Qamūs al-Munjid menguraikan, secara harfiyah, kata munāsabah , terambil dari kata nāsaba–yunāsibu munāsabatan yang berarti dekat (qarīb), dan yang menyerupai ( mitsāl ). Al-munāsabah searti dengan al-muq ārabah, yang mengandung arti mendekatkan dan menyesuaikan. Al-Suyūthī juga mengurai kata munāsabah berarti perhubungan, pertalian, pertautan, persesuaian, kecocokan dan kepantasan. Kata al munāsabah , ada sinonim ( murādif ) dengan kata al - muqārabah dan al-musyākalah , yang masing-masing berarti kedekatan dan persamaan.7 Sedangkan secara terminologi Imam al-Alma’i mendefinisikan almunâsabah dengan pertalian antara dua hal dalam aspek apapun dan dari berbagai 5



Moh. Muslimin, Jurnal Munasabah dalam Al-Qur’an......... h. 2 Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum, Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2013) h. 55 7 Hasani Ahmad Said, Jurnal Menggagas Munasabah Al-Qur’an : Peran dan Model Penafsiran Al-Qur’an, (Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta : Vol. 13, No. 1, Januari 2016: 1-34) h. 4 6



3



aspeknya.8 Begitu juga Manna’ al-Qaththan yang mengartikan al-munâsabah yaitu adanya aspek hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat lain dalam himpunan beberapa ayat, ataupun hubungan surat satu dengan surat yang lain.9 Menurut Al-Sayuti, apabila kata itu dikembalikan pengertiannya dalam kontek kalimat, ayat, atau surat dalam Al-Qur’an, maka bisa berarti adanya keserupaan, kedekatan diantara berbagai kalimat, ayat, atau surat yang mengakibatkan adanya hubungan makna yang muncul, misalnya karena yang satu ‘am yang satu khas. Hubungan itu bisa juga muncul melalui aqli (penalaran), hiassi (pengindraan), khayali (imajinasi), seperti hubungan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, dua hal yang serupa atau dua hal yang berlawanan.10 Menurut Al-Biqa’i Munasabah adalah suatu ilmu untuk mengetahui alasan-alasan sistematis perurutan bagian-bagian Al-Qur’an, dengan kata lain ilmu munasabah yaitu suatu Ilmu yang membicarakan hubungan suatu ayat dengan ayat lain, atau suatu surat dengan surat yang lain.11Menurut Qadhi Abu Bakar Ibnu Al- arabi, Munasabah yaitu hubungan antara bagian ayat-ayat Al-Qu’an sehingga menjadi satu kata yang bermakna dimensional yang terstruktur.12 Hubungan itu dapat berupa hubungan khusus, hubungan loigis, hubungan



8



Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),



h. 192 Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya : PT Bina Ilmu , 1993), h. 167 Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) (TARBIYATUNA, Vol. 7 No. 1 Juni, 2016) h. 3 11 Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an pengantar ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Depok : Kencana Pranadamedia Group, 2017) h. 57 12 Ibid. h. 57 9



10



4



konsekuensi logis seperti hubungan sebab akibat, hubungan dua hal yang sebanding atau berlawanan.13 B. Sejarah perkembangan Ilmu Munasabah Ilmu ini mulai disadari keutamaannya ketika masa Abu Bakar anNaisaburi (w. 324 H), pada masa keemasan Islam (abad I-IV H), yaitu ketika terjadi lonjakan besar dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman.14 Ketika dihadapkan padanya ayat al-Qur’an selalu ia katakan, “Mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini dan apa rahasia diletakannya surat ini di samping surat itu”, begitulah yang terjadi berulang-ulang seperti dikutip oleh az Zarkasyi dari asy-Syahrâbânî. Ilmu munasabah merupakan kajian yang cukup penting dalam ruang lingkup ulum al-Qur’an. Karena itu banyak ulama tafsir terdahulu yang mencurahkan segala perhatiannya pada kajian ini. Awal mula munculnya kajian tentang munasabah tidak diketahui secara pasti, namun berdasarkan penuturan Nasarudin Baidan, ‚dari literatur yang ditemukan, para ahli cenderung berpendapat bahwa kajian ini dimunculkan oleh Abu BakrAbdullah bin Muhammad al-Naysaburi di kota Baghdad sebagaimana diakui oleh Abu al-Hasan al-Sahrabani seperti dikutip oleh Alma’i.15 Terlepas dari pro dan kontra atas apa yang dilakukan Naisaburi, tindakannya merupakan sebuah kejutan dan langkah



Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an pengantar ilmu-ilmu AlQur’an,......... h. 57 13



14



Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011)



15



Ibid. h 185



h. 186



5



baru dalam dunia tafsir saat itu. Atas prestasi Naisaburi dalam memelopori ilmu munâsabah ia mendapat gelar sebagai bapak ilmu munâsabah.16 Jauh sebelumnya, sebenarnya Rasulullah saw. telah memberi isyarat adanya munâsabah dalam al-Qur’an, yaitu korelasi atau kaitan antara satu ayat dengan ayat-ayat yang lain dalam al-Qur’an. Seperti penafsiran Rasulullah saw. Terhadap lafal ẓulm dalam surat al-An’am ayat 82:



            Terjemahan: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.17



Dengan lafal syirik dalam surat Luqman ayat 13:



    























 



    Terjemahan: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi



16



pelajaran



kepadanya:



"Hai



anakku,



janganlah



kamu



M. Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Semarang : RaSAIL Media Group, 2008),



h. 142 17



Kementrian Agama RI, Mushaf ABYAN, 2014) h. 138



Al-Qur’an Tajwid



6



dan Terjemahanya,(Solo :



mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".18



Benih-benih ilmu munasabah ini sudah ada sejak zaman Nabi, dari para ulama tafsir terdahulu pasti sudah paham bagaimana ilmu munasabah ini. Pada masa diturunkannya al-Qur’an, Nabi telah memberikan isyarat adanya keserasian antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam al-Qur’an. Seperti penafsiran Nabi pada kata zhulm dalam ayat 82 ayat al-An’am dengan syirik yang terdapat dalam ayat 13 surah Luqman, seperti yang telah penulis cantumkan diatas. Penafsiran Nabi yang demikian dapat ditemukan dalam kitab tafsir bi al-ma’thur seperti tafsir at-Thabari. Dalam kitab tafsir tersebut, seperti yang dijelaskan oleh al-Zarqani dan dikutip oleh Nasharuddin Baidan, dijelaskan bahwa kata Dzalimin dalam ayat 124 surah al-Baqarah ditarsirkan dengan ‚antek-antek (ahl) penganiyayaan dan syirik.19 C. Macam-macam Munasabah Pada umumnya para penulis yang menjelaskan tentang munasabah antara ayat dengan ayat, tidak ada perbedaan yang mendasar. Setiap buku yang mengomentari hal ini, telah mengulasnya dengan redaksi dan kandungan makna yang tidak jauh berbeda. Kalaupun ada perbedaan hanya merupakan sedikit variasi redaksi sja yang ditonjolkan.20



18



Ibid. 412 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir,...... h. 186 20 Drs. Fauzul Iman, M.A, Jurnal Munasabah Al-Qur’an (Al-Qalam No. 63/XII/1997) 19



7



1. Munasabah antar kalimat (Jumlah) Al-Munaasabah Antar Kalimat (Jumlah) Yaitu: “Persesuaian antara suatu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat”. Persesuaian tersebut bisa berupa: 1) Tadlad (perlawanan) Tadlad Yaitu Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat yang dihubungkan dengan athaf dan berbentuk tadlad21. Contohnya berada pada ayat 4 surat Al-Hadid:



                                        Terjemahan: Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya . dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.22 Kata ‫ الولوج‬dengan ‫ الخروج‬dan ‫ النزول‬dengan ‫ العروج‬dalam ayat tersebut dinilai sebagai alaqatnya. Contoh lain dapat dijumpai pada surat Al-Baqarah, Al-



21 22



Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 3 Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 537



8



Nisa’ atau Al-Maidah, di sana sering dijumpai kata-kata yang berlawanan, seperti:



‫ العداب‬dengan ‫ الرحمة‬dan ‫ رغبة‬dengan ‫ رهبة‬dan sebagainya.23 2) Al-Istithrad (peralihan) Al-Istithrad Yaitu Munaasabah antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat Yang dihuhmgkan tidak dengan ‘athaf dan berbentuk istithrad (Yaitu peralihan kepada penjelasan lain di luar pembicaraan pokok yang menjadi inti kalimat).24 Contohnya berada pada ayat 26, Surat Al-A’raf:



                      Terjemahan: Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.25



Awal ayat ini bercerita tentang nikmat Allah kepada manusia khususnya pakaian yang menutupi tubuh manusia, di pertengahan ayat muncul kalimat



‫ولباس الﺘﻘوى‬



yang mengalihkan pembicaraan nikmat Allah kepada penjelasan



lain tentang pakaian taqwa. Seakan-akan peralihan ini menunjukkan adanya hubungan antara menutup tubuh dan taqwa: setelah adanya peralihan kepada Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 4 Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 4 25 Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 152 23 24



9



penjelasan lain, pembicaraan dalam ayat kembali lagi kepada nikmat dan kekuasaan Allah SWT.



2. Al-Munaasabah Antar Ayat Al-Munaasabah Antar Ayat yaitu “Persesusaian antara ayat dengan ayat dalam satu surat”.Munasabah model ini akan kelihatan jelas pada surat-surat pendek yang mengandung satu tema pokok.Sebagai contoh Surat al-Ikhlas; terdapat munasabah antara satu ayat dengan ayat lain dalamsatu surat. Masingmasing ayat dalam surat itu menguatkan tema pokoknya yaitu keesaan Tuhan. Pada surat al-Baqarah dari ayat 1 sampai 20 juga nampak adanya hubungan diantara ayat-ayat itu. Tema pokok yang dibicarakan adalah tiga kelompok sosial yaitu orang-orarag mukmin, kafir dan munafik, beserta sifat-sifat mereka. Adapun bentuk-bentuk Al-Munaasabah antar ayat adalah sebagai berikut: 1) Al-Tandzir (membandingkan) Al-Tandzir yaitu Membandingkan dua hal yang sebanding menurut kebiasaan orang yang berakal26. Contohnya ayat 5. Surat Al-Anfal:



    















 



  Terjemahan:



26



Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 5



10



Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.27 Di sini ada dua keadaan yang sebanding, Allah memerintahkan kepada RasulNya untak membagikan harta rampasan perang, padahal ada beberapa sahabat yang tidak senang. Kondisi sahabat seperti itu sama dengan kondisi mereka pada saat diajak keluar untuk berperang. Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk agar mereka dapat mengambi pelajaran, harus taat menjalankan segala apa yang diperintahkan kepada mereka dan mengendalikan hawa nafsu. 2) Al Mudladat (perlawanan) Contohnya berda pada ayat 6, Surat Al-Baqarah:











 



















    Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.28 Ayat ini menerangkan watak orang kafir, sedangkan di awal surat Allah menerangkan watak orang-orang mukmin serta sitat-sifat mereka yang membawa keberuntungan. Gunanya untuk memperjelas perbedaan antara dua kelompok sosial dalam menerima petunjuk Allah SWT.29



Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 177 Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 3 29 Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 5 27 28



11



3) Al-Takhallus Al-Takhallus yaitu Peralihan sebagaimana istithrad, akan tetapi takballus (peralihan) disini adalah peralihan yang terus menerus dan tidak kembali lagi kepada pembicaraan pertama.30 Contohnya berada pada ayat 17 sampai 20, surat A1-Ghasyiyah :



                      Terjemahan: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,(17)Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?(18)Dan gununggunung bagaimana ia ditegakkan?(19) Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?(20)31 Ayat ini mengandung materi pembicaraan yang beralih terus dimulai dari unta, langit, gunung dan bumi. 4) Munaasabah antara Fashilat (penutup ayat) dengan isi ayat Munaasabah dalam bentuk ini sebagaimana diumgkap oleh Az Zarkasyi,mengandung tujuan-tujuan tertentu. Diantara tujuan itu adalah tamkin (memperkokoh), artinya fashilat yang ada dalam ayat itu digunakan untuk menguatkan makna yang terkandung di dalamnya.32 Contohnya berada pada ayat 25 surat Al Ahzab:



30



Ibid. h. 6 Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 3 32 Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 6 31



12



                   Terjemahan: Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan . dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.33 Dalam ayat ini tanpa fashilat, dapat memberi pemahaman bahwa Tuhan menghindarkan orang-orang mukmin dari berperang disebabkan kelemahan mereka lantaran datangnya angin kencang. Pemahaman yang tidak lurus ini diluruskan dengan fashilat yang artinya Allah Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Gunanya agar orang-orang mukmin bertambah kuat keyakinan mereka dan merasa merekalah yang akan menang. Tujuan lain dari fashilat adalah al-iqhal, yaitu penjelasan tambahan yang sifatnya mempertajam makna ayat, meskipun kandungan ayat sudah dapat dipahami. 5) Munaasabah antara awal uraian surah dengan akhir uraian surah Misalnya Surat Al-Qashash, Permulaan surat menjelaskan tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi kekejaman Fir‘aun. Atas perintah Allah dan pertolonganNya Musa berhasil keluar dari Mesir. Di akhir surah Allah menyampaikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan Allah juga menjanjikan akan mengembalikannya ke Mekah lagi. Kemudian jika di awal surat dikatakaan bahwa Musa tidak akan 33



Ibid. h. 420



13



menolong orang yang berbuat dosa, maka di akhir surat Muhammad dilarang menolong orang-orang kafir. Munaasabahnya terletak pada keamanan situasi yang dihadapi Musa dan Muhammad, dan keduanya sama-sama mendapat jaminan dari Allah, akan memperoleh kemenangan.34 3. Munaasabah Antar Surat Persesuaian antara satu surat dengan surat lainnya bisa diperinci. sebagai berikut: 1) Pertama: Munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya. Urutan surat dalam Al-Qur’an itu mengandung hikmah, karena surat yang datang kemudian akan menjelaskan berbagai hal yang disebut secara global pada surat sebelumnya.Surat A1-Baqarah misalnya, memberikan perincian dan penjelasan dari keterangan global yang ada pada surat Al-Fatihah. ‫ الﺤمد‬pada surat Al-Fatihah diperinci dengan berbagai perintah dzikir dan do`a dalam beberapa ayat. Perintah dzikir dan syukur dijumpai pada ayat 152 Surat Al-Baqarah35 yang berbunyi:



  



   



Terjemahan: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku.36



Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 7 Muis Sad Iman, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) ......... h. 8 36 Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 69 34 35



14



Kemudian Firman Al1ah ‫ رب العالمين‬rabbil ‘aalamiin dijelaskan oleh ayat 21 dan 22 surat Al Baqarah, yang menjelaskan kekuasaan Allah menciptakan manusia,bumi, langit dan segala yang ada padanya.



                                     Terjemahan: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa(21). Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui.(22)37 Kemudian kata ‫ مالك يوم الدين‬Maaliki yaumiddiin, yang ada pada surat AlFatihah dijelaskan dengan menyebut hari kiamat di berbagai ayat. Seperti pada ayat 284 surat Al-Baqarah:



              37



Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya.....h. 4



15



                  Terjemahan: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.38 2) Kedua : Persesuaian antara penutup (akhir) suatu surat dengan pembuka (awal) surat berikutnya. Misalnya Surat al-Baqarah dimulai dengan:



     



















  Terjemahan: Alif laam miin (1) Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(2) “Alif Lam Mim; Itulah A1-Kitab (A1-Qur’an) tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya adalah isyarat kepada “jalan” yang disebutkan dalam ayat: yang terdapat dalam surat A1-Fatihah.



38



Ibid. h. 2



16











  Terjemahan: Tunjukilah kami jalan yang lurus.39 Oleh karena manusia memohonkan hidayah kepada jalan yang benar, maka di terangkanlah kepada mereka jalan benar yang dimohonkan itu, ialah A1Kitab (A1-Qur' an) 3) Ketiga: Munasabah antara nama surat dengan isi yang dikandungnya. Kata Al-Suyuti, semakin banyak nama yang diberikan kepada satu surat. Maka semakin menunjukkan kemuliaan surat itu. Surat A1-Fatihah diantara yang memiliki banyak nama. Menurutnya ia memiliki lebih dari dua puluh nama. Bila dikaitkan dengan pembahasan Munaasabah, nama-nama surat itu memiliki hubungan dengan surat itu sendiri. Baik melalui isi surat maupun kedudukan dari surat itu. Surat pertama dari Al-Qur’an sehingga menjadi induk Al-Qur’an. Demikian pula surat-surat yang lain. Al Baqarah dijadikan nama untuk surat yang kedua dalam Al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat cerita tentang sapi serta berbagai hikmah dan kejadian yang dijumpai pada cerita itu. Surat An Nisa diberi nama demikian karena sering menyebut berbagai hukum yang berkaitan dengan wanita. Surat Al-An’am disebut demikian karena di dalamnya terdapat berbagai perincian tentang bentuk atau macam binatang ternak yang dimuat dalam ayat 142.



          



39



Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahanya........ h. 1



17



        Terjemahan:



Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. D. Urgensi Munasabah Pengetahuan tentang munasabah atau korelasi antara ayat-ayat itu bukanlah hal yang tawqifi (tidak dapat diganggu gugat karena telah ditetapkan oleh Rasul), tetapi berdasarkan ijtihad para mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap mu’jizat al-Qur’an, rahasia retorika dan segi keterangannya yang mandiri. Apabila korelasi itu halus maknanya, harmonis konteksnya dan sesuai dengan asas-asas kebahasaan dalam ilmu bahasa arab, maka korelasi tersebut dapat diterima. ‘Izz Ibnu Abdus Salam mengatakan bahwa: ‚munasabah adalah ilmu yang baik, tetapi dalam menetapkan keterkaitan antara kata-kata secara baik itu disyaratkan hanya dalam hal yang awal dan akhirnya memang bersatu dan berkaitan. Sedang dalam hal yang mempunyai sebab yang berlainan, tidak disyaratkan adanya hubungan antara yang satu dengan yang lain.40 Melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembahasan munasabah dalam al-Qur’an sangat penting. Apalagi bagi mereka-mereka yang mencurahkan segenap perhatiannya untuk mendalami makna ayat-ayat al-Qur’an. Berikut urgensi diketahuinya ilmu munasabah:



Manna Al- Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al - Qur’an , terjemahan. Muzdakir AS.(Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2011), h. 142 40



18



a. Untuk memahami secara mendalam dalam al-Qur’an adalah satu kesatuan yang utuh dalam uraian kata-kata yang harmonis dengan makna yang kokoh, tepat dan akurat sehingga sedikitpun tidak ada cacat. b. Agar seseorang semakin yakin bahwa al-Qur’an adalah benar-benar kalam Allah, tidak hanya teksnya melainkan susunan dan urutan ayat ayat dan suratnya tas petunjuk-Nya. c. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an d. Agar seseorang dapat merasakan suatu mukjizat



yang luar biasa dalam



susunan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an.41 e. Mengetahui persambungan antar bagian al-Qur’an, baik antara kalimat, ayat maupun antara surah yang satu dengan surah yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan kitab al-Qur’an.42 E. Metodologi penelitian Munasabah dalam Al-Qur’an Untuk meneliti keserasian atau munasabah susunan ayat dan surah dalam Al-Qur’an diperlukan pemikiran yang mendalam di samping metode yang jelas. Penulis mengutip pendapat Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Pd tentang langkahlangkah yang harus ditempuh dalam mencari dan meneliti munasabah dalam AlQur’an. Langkah-langkah umum yang dapat dipedomani dalam meneliti munasabah ayat dengan ayat adalah sebagai berikut: 1) Melihat tujuan yang akan dicapai seseorang. 2) Memperhatikan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (muqaddimah).



41 42



Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir....... h. 199 Moh. Muslimin, Jurnal Munasabah dalam Al-Qur’an.......... h. 8



19



3) Memperhatikan tingkat muqaddimah itu dalam hal dekat atau jauhnya dalam mencapai tujuan yang dimaksud 4) Ketika meneliti uraian dalam surah itu perhatikan keharusan-keharusan yang dituntut oleh aturan, keindahan bahasa (balaghah) yang dapat menimbulkan perhatian dalam memahaminya. Menurut Al-baqa’i bila seseorang melakukan kaidah umum tersebut, maka ia akan mengetahui keserasian atau munasabah susunan Al-qur’an baik ayat per ayat maupun surah persurah.43



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an pengantar ilmu-ilmu AlQur’an,......... h. 62 43



20



Dari Pemaparan makalah mengenai Munasabah Al-Qu’an, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Menurut Al-Sayuti, apabila kata itu dikembalikan pengertiannya dalam kontek kalimat, ayat, atau surat dalam Al-Qur’an, maka bisa berarti adanya keserupaan, kedekatan diantara berbagai kalimat, ayat, atau surat yang mengakibatkan adanya hubungan makna yang muncul, misalnya karena yang satu ‘am yang satu khas. Hubungan itu bisa juga muncul melalui aqli (penalaran), hiassi (pengindraan), khayali (imajinasi), seperti hubungan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, dua hal yang serupa atau dua hal yang berlawanan. 2. Ilmu munasabah merupakan kajian yang cukup penting dalam ruang lingkup ulum al-Qur’an. Karena itu banyak ulama tafsir terdahulu yang mencurahkan segala perhatiannya pada kajian ini. Awal mula munculnya kajian tentang munasabah tidak diketahui secara pasti, namun berdasarkan penuturan Nasarudin Baidan, ‚dari literatur yang ditemukan, para ahli cenderung berpendapat bahwa kajian ini dimunculkan oleh Abu BakrAbdullah bin Muhammad al-Naysaburi di kota Baghdad sebagaimana diakui oleh Abu alHasan al-Sahrabani seperti dikutip oleh Alma’i 3. Adapun macam-macam Munasabah adalah Sebagai berikut. 1) Munasabah antar kalimat (Jumlah) 2) Al-Munaasabah Antar Ayat 3) Munaasabah Antar Surat 4. Berikut urgensi diketahuinya ilmu munasabah:



21



1) Untuk memahami secara mendalam dalam al-Qur’an adalah satu kesatuan yang utuh dalam uraian kata-kata yang harmonis dengan makna yang kokoh, tepat dan akurat sehingga sedikitpun tidak ada cacat. 2) Agar seseorang semakin yakin bahwa al-Qur’an adalah benar-benar kalam Allah, tidak hanya teksnya melainkan susunan dan urutan ayat ayat dan suratnya tas petunjuk-Nya. 3) Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an 4) Agar seseorang dapat merasakan suatu mukjizat yang luar biasa dalam susunan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an. 5) Mengetahui persambungan antar bagian al-Qur’an, baik antara kalimat, ayat maupun antara surah yang satu dengan surah yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan kitab al-Qur’an. 5. Langkah-langkah umum yang dapat dipedomani dalam meneliti munasabah ayat dengan ayat adalah sebagai berikut: 1) Melihat tujuan yang akan dicapai seseorang. 2) Memperhatikan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (muqaddimah). 3) Memperhatikan tingkat muqaddimah itu dalam hal dekat atau jauhnya dalam mencapai tujuan yang dimaksud 4) Ketika meneliti uraian dalam surah itu perhatikan keharusan-keharusan yang dituntut oleh aturan, keindahan bahasa (balaghah) yang dapat menimbulkan perhatian dalam memahaminya. Menurut Al-baqa’i bila seseorang melakukan kaidah umum tersebut, maka ia akan mengetahui



22



keserasian atau munasabah susunan Al-qur’an baik ayat per ayat maupun surah persurah.44 B. Kritik dan Saran Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih dosen pemandu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga menjadi manfaat bagi kita semua.



Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an pengantar ilmu-ilmu AlQur’an,......... h. 62 44



23



DAFTAR PUSTAKA Muslimin,Moh., Jurnal Munasabah dalam Al-Qur’an (Tribakti :Volume 14 No.2 Juli 2005) Mukarromah, Oom., Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2013) Hasani Ahmad Said, Jurnal Menggagas Munasabah Al-Qur’an : Peran dan Model Penafsiran Al-Qur’an, (Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta : Vol. 13, No. 1, Januari 2016: 1-34) Baidan Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011) Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya : PT Bina Ilmu , 1993) Sad Iman Muis, Jurnal Al-munasabah.(Cabang Ulumul Qur’an) (TARBIYATUNA, Vol. 7 No. 1 Juni, 2016) Drajat Amroeni, Ulumul Qur’an pengantar ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Depok : Kencana Pranadamedia Group, 2017) Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011) Iman Fauzul, Jurnal Munasabah Al-Qur’an (Al-Qalam No. 63/XII/1997) Nor Ichwan, M., Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Semarang : RaSAIL Media Group, 2008) Kementrian Agama RI, Mushaf Terjemahanya,(Solo : ABYAN, 2014)



Al-Qur’an



Tajwid



dan



Manna Al- Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al - Qur’an , terjemahan. Muzdakir AS.(Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2011)



24