MAKALAH PAI BAB 6 Meraih Kasih Allah Swt. Dengan Ihsan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI : Meraih kasih Allah swt. Dengan ihsan



D I S U S U N OLEH



KELAS XII.IPA 3 KELOMPOK 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Nurliana Dina Muliana EndangFaradilla IinSafitri Andi Sabrina Nur AlfianiRiah AinulAlkausar Asdar Basta



SMAN 3 SOPPENG TAHUN AJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.  Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan agama dengan judul Meraih kasih Allah swt. Dengan ihsan melahirkan semangat bekerja. Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.  Akhir kata, Kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu mendatang.                                                                              Dare Ajue, 9 November 2019 Penulis 



BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.



Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang  seharusnya dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassallam.



BAB II PEMBAHASAN



A.      PENGERTIAN IHSAN Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Lalu bagaimana caranya? Dalam mengejawantahkan ihsan bagi mahluk sosial seperti manusia, khususnya kaum muslim ialah dengan cara berbuat baik. Karena dengan pemahaman ihsan ini kita merasa selalu diawasi oleh Allah Yang Maha Melihat, dengan begitu kita tidak akan mau melakukan perbuatan buruk, kalaupun sampai terbersit maka tetap saja kita tidak akan mau mengerjakannya disebabkan Ihsan tadi. Selain berbuat baik Ihsan juga merupakan salah satu cara agar kita bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat kita.



“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,



(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.



Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS.Qaaf : 16-18)



“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.”(QS.Al Fajr : 14)



Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya. Allah berfirman ;



“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah:284). Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Rasulullah pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Puncak semua pengajaran yang dilakukan Rasul pun mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia. Bahkan, di antara hadisthadist mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan,



“Engkau menyembah Allah seakan- akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim ) Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah swt.



Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik.”(HR. Muslim )



“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat ihsan, serta memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”(An-Nahl: 90 ) B.       WUJUD ATAU ASPEK DALAM IHSAN Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan 1. Ibadah Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam yang berbunyi, “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.



2.     Muamalah Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. pada surah AnNisaa’ ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut,



“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun     dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.” Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut : a. Ihsan kepada kedua orang tua b. Ihsan kepada karib kerabat c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin d. Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya f. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia g. Ihsan dalam hal muamalah h. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang 3. Akhlak Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya. Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya”  maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadits,



“Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.” C.      KELEBIHAN DAN PENGHAYATAN IHSAN DALAM KEHIDUPAN Adapun ciri-ciri Kelebihan Ihsan :  Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas  Senantiasa amanah ,jujur dan menepati janji  Merasakan nikmat dan haus akan ibadah  Mewujudkan keharmonisan masyarakat  Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT. Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :  Menyembah dan beribadah kepada Allah  Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal   



Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat Hubungan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat Bersyukur atas nikmat Allah SWT.



D. HIKMAH DAN MANFAAT IHSAN “Kebaikan akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah Swt. dalam al-Quran. Berbuat Ihsan adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka Allah Swt. menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik. Peristiwa di samping hanya sedikit dari percikan hikmah Ihsan. E. MENERAPKAN PERILAKU MULIA Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan Ihsan ialah semua perbuatan baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaanNya. Secara ringkas perilaku tersebut ialah sebagai berikut. 1. Melakukan ibadah ritual (salat, zikir, dan sebagainya) dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan. 2. Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua), dengan mengikuti semua keinginannya jika memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt. 3. Menjalin hubungan baik dengan kerabat. 4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin. 5. Berbuat baik kepada tetangga. 6. Berbuat baik kepada teman sejawat.



7. Berbuat baik kepada tamu dengan memberikan jamuan dan penginapan sebatas kemampuan. 8. Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan membayarkan upah sesuai perjanjian. 9. Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik. 10. Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa. 11. Berlaku baik kepada binatang, dengan memelihara atau memperlakukannya dengan baik. Jika menyembelih ataupun membunuh, lakukan dengan adab yang baik dan tidak ada unsur penganiayaan. 12. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak melakukan tindakan yang merusak



BAB III PENUTUP



Kesimpulan Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.  Dan juga sebagai  puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.



Daftar Pustaka https://minanews.net/nabi-diutus-untuk-memperbaiki-akhlak-manusia/ https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/2016/02/makalah-meraih-kasih-allahswt-dengan.html http://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-ihsan_14.html https://www.dakwatuna.com/2009/10/20/4358/ihsan-berbuat-yangterbaik/#axzz64DS1qYRw Buku PAI dan Budi Pekerti Edisi Revisi 2018 Kelas XII SMA/SMK/MA