Makalah PAI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TAFSIR TARBAWI



Materi Pendidikan (Q.S lukman 13-19) Dosen Pengampu : Raja Yusnida, S.Ag, M.Pd.I



Kelompok 10 ALFITRA RAMADHAN (Semester 3 C)



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NURUL HIDAYAH SELATPANJANG TAHUN AKADEMIK 2022/2023



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang “Materi Pendidikan (Q.S lukman 13-19)”. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.



Penulis Kelompok 10



2



DAFTAR ISI Kata pengantar ...................................................................................................... i Daftar isi .............................................................................................................. ii Bab I Pendahuluan ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang......................................................................................... 1 B. Rumusan masalah .................................................................................... 1 Bab II Pembahasan .............................................................................................. 2 1. Materi Pendidikan dalam Surah Luqman ayat 13-19 ................................................................................................................. 2 Bab III penutup ................................................................................................... 10 Daftar Pustaka



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, dimana pendidikan menjadi suatu kebutuhan manusia dalam meninjau masa depannya, apalagi sebagai orang yang memeluk agama Islam, paling tidak harus mengetahui mengenai aturan kehidupan yang akan dijalaninya. Karena sebagai umat muslim ada aturan-aturan yang tidak lepas dari kehidupan kita sekalian. Dalam melaksanakan ibadah memerlukan ilmu pengetahuan tentang ibadah, ada perkara wajib dan sunnah dalam melaksanakan ibadah baik itu ibadah maqdah maupun ibadah ghairu maqdah. Nah, hal tersebutlah menjadi alasan pentingnya pendidikan untuk kehidupan kita. Al-Qur’an memberikan contoh tentang proses pendidikan, sebagaimana terdapat dalam kisah Luqman al-Hakim. Kisah pendidikan Luqman al-Hakim ini merupakan contoh ideal bagaimana proses pendidikan seharusnya diberikan kepada anak. Dalam kehidupan kita banyak sekali dijumpai hal-hal yang bertentengan dengan hukum Al-qur’an dan hadis maka dari itu disinilah fungsi pendidikan untuk memilah mana yang hak dan mana yang bathil. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tua melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik dan tidaknya keteladanan yang ditampilkan akan mempengaruhi jiwa dan tingkah laku anak. Keteladanan dan tingkahlaku kedua orang tua, tidak terlepas dari pengamatan anak. Meniru suatu hal yang orang tua lakukan adalah sesuatu yang sering anak lakukan dalam tahapan perkembangannya. Maka dari itu tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak sangatlah besar untuk penanaman ahlak yang baik dan luhur. B. Rumusan Masalah 1. Apa materi pendidikan dalam surah Luqman ayat 13-19



4



BAB II PEMBAHASAN



Materi Pendidikan dalam Surah Luqman ayat 13-19



1. Ayat 13 َّ ‫َ ْ َ َ ُ ْ ٰ ُ ْ َ ُ َ َ ُ ٗ ٰ ُ َ َّ َ ُ ْ ْ ه‬ َ ْ َُ َ ‫الش ْرك لظل ٌم ع ِظ ْي ٌم‬ ِ ‫واِ ذ قال لقمن ِلاب ِنه وهو ي ِعظه يبني لا تش ِرك ِب‬ ِ ‫اّٰلل‬ ِ ‫ۗان‬ Terjemahnya : Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesugguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”1 Kata (‫ )یعظ‬ya’izhuhu terambil dari kata (‫ )وعظ‬wa’zh yaitu menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni membentak tapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukan dari saat ke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa datang pada kata (‫ ) یعظھ‬ya’izhuhu.2 Selanjutnya kata (‫ )بني‬bunayya adalah yang menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah ibny dari kata ibn yakni anak lelaki. Kemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik. Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran



1



Kementerian agama ri, al-quran dan terjemahnya Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an, Lentera hati. Vol 11, hlm. 127. 2



5



tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Memang “At-takhliyah muqaddamum ‘ala at-takhliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama daripada menyandang perhiasan). Jadi, dalam mendidik anak hendaklah dilakukan dengan penuh kasih sayang, dilakukan dari waktu ke waktu secara terus menerus tanpa adanya rasa bosan dengan cara menasihati anak sehingga anak juga mampu menerima pelajaran dengan baik dan mudah unuk memahaminya. Nilai pendidikan yang terkandung dalam surah ini, yaitu bagaimana seharusnya menjadi seorang pendidik dalam memberikan pengajaran kepada anak. Kita harus memulai dengan kelembutan. Ini adalah salah satu metode yang digunakan oleh Lukman sebagai mana dikisahkan dalam ayat diatas. Disamping itu, kita tidak boleh luput dalam mengulanginya untuk member nasehat.3 Dalam mengajar harus banyak menasehati anak tentang hal-hal kebaikan terutama menyangkut ibadah kepada Allah SWT.



2. Ayat 14 ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ٗ َ َّ ْ َ ٰ َ ً ْ َ ٗ ُّ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َّ ْ ْ ‫ووصينا ال ِانسان ِبوالِدي ِهِۚ حملته امه وهنا على وه ٍن و ِفصاله ِفي عامي ِن ا ِن اشكر ِلي و ِلوالِدي َۗۗ ِالي‬ ْ ‫ال َم ِص ْي ُر‬ Terjemahannya : Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.4



Ayat di atas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al-Qur’an untuk menunjukkan



3 4



Ibid. Kementerian agama ri, al-quran dan terjemahnya



6



betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah Swt. Memang sering kali al-Qur’an menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada kedua orang tua (lihat QS al-An’am/6:151 dan al-Isra’/17: 23). Tetapi kendati nasehat ini bukan nasehat Luqman, namun itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasehati anaknya dengan nasehat serupa. Kata (‫ )ووصينا‬wawassayna. Yaitu berpesan dengan sangat kukuh kepada manusia menyangkut kedua orang tua mereka, agar selalu berbuat baik kepada keduanya.5 Kata (‫ )وهنا‬wahnan yaitu kelemahan yang dirasakan oleh seorang ibu untuk memikul beban kandungan yang kian memberat sesuai dengan usia kandungan. Maka untuk itulah kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, dan bersyukur kepada Allah yang menciptakan kita melalui perantara keduanya dan bersyukur pula kepada kedua orang tua yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada kita sebagai seorang anak. Dalam ayat ini ditunjukkan bagaimana perjuangan orang tua dalam menjaga anaknya mulai sejak masih dalam kandungan sampai masa penyapian selama dua tahun lamanya, sehingga diperintahkan untuk bersyukur terhadap Allah dan terhadap orang tua yang telah rela mengalami keadaan yang lemah bertambah-tambah hanya untuk merawat anaknya. Nilai pendidikan yang harus kita ambil yaitu bagaimana cara untuk mempergauli kedua orang tua baik mereka sudah lanjut usia yang dalam pemeliharaan kita.



3. Ayat 15 َ َّ ً ْ َ ْ ُّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ٰٓ َ َ ٰ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ٌ ْ ‫اح ْب ُهما ِفى الدنيا َمع ُر ْوفاَّۖوات ِب ْع َس ِب ْيل‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ب‬ َۗ ِ ِ ِ ِ ‫واِ ن جاهدك على ان تش ِرك ِبي ما ليس ل‬ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ ُ َُ َ ُ ُ َ ‫َم ْن ا َن‬ ‫اب ِالَّيِۚ ثَّم ِالَّي َم ْر ِجعك ْم فان ِبئك ْم ِبما كنت ْم تع َمل ْون‬ Terjemahannya :



5



ibid. hlm. 128.



7



“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” 6 Setelah ayat lalu menekankan tentang pentingnya berbuat baik kepada orang tua, maka dalam ayat diatas dinyatakan pengecualian untuk mentaati perintah kedua orangtua. Kata ( ‫ )جاهداك‬terambil dari kata (‫ )جھد‬juhd yakni kemampuan atau sungguhsungguh. Kata ini digunakan dalam ayat karena adanya upaya sungguh-sungguh. Dalam hal ini, sebagaimana makna kata ‫ اكجھد‬adanya unsur paksaan dari orang tua untuk mentaati kemauanya yang melencengkan aqidah maka tidak harus diikuti apalagi hanya sekedar ajakan. Asbab nuzul ayat ini berkenaan Sa’ad bin Malik. Sa’ad bin Malik mengatakan, “aku sangat mencintai ibuku. Saat aku masuk Islam ibuku tidak setuju dan berkata, ‘anakku, kau pilih salah satu, kamu tinggalkan Islam atau aku tidak akan makan sampai aku mati. Aku bertekad untuk tetap memeluk Islam. Namun ibuku malaksanakan ancamannya selama tiga hari tiga malam. Aku bersedih dan berkata, ‘ibu, jika ibu memiliki seribu jiwa (nyawa) dan satu persatu meninggal, aku akan tetap dalam Islam. Karena itu terserah ibu mau makan atau tidak, ahirnya ibuku pun luluh dan mau makan kembali. ”(H.R. at-Tabrani). Nilai-nilai pendidikan yang bias kita ambil jika dikaitkan dengan Al-qur’an surah lukman ayat 15: a. Peran orangtua bukanlah segalanya, melainkan terbatas dengan peraturan dan norma-norma ilahi. b. Dalam dunia pendidikan, pendidik tidak mendominasi secara mutlak, tidak semua harus diterima oleh anak didik melainkan anak didik perlu memilah yang benar berdasarkan nilai-nilai Islamiyah. Yaitu merujuk pada Al-qur’an dan Assunnah. c. Dalam persoalan keduniaan, kita harus mematuhi kedua orang tua dan berbakti atau memberikan haknya, namun kalau persoalan aqidah tidak seharusnya kita mengikuti.



6



Kementerian agama ri, al-quran dan terjemahnya



8



4. Ayat 16 ْ َ َ ُ َْ ُ َ ْ َ َّ َّ َ ُ ٰ َّ ‫ َۗ م ْث َق َال َحَّبة م ْن َخ ْر َدل َف َتك ْن ف ْي َص ْخ َر ٍة ا ْو فى‬ ‫الس ٰم ٰو ِت ا ْو ِفى الا ْر ِض يَْأ ِت ِب َها‬ ِ ٍ ِ ‫يبني ِانهآ ِان ت‬ ِ ِ ٍ َ ٌ َ َ ‫ه ُ َّ ه‬ ‫اّٰلل ل ِط ْيف خ ِب ْي ٌر‬ ‫ۗان‬ ِ ‫اّٰلل‬ Terjemahannya : “wahai anakku, sesungguhnya jika ada (seuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada di dalam batu karang atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan) sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”7 Ayat diatas merupakan lanjutan nasihat Lukman kepada anaknya. Bahwa sekecil apapun itu, akan ada balasan dari perbuatan tersebut. Sebagaimana firman Allah pada ayat sebelumnya: “maka akan Ku-beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Ayat diatas pun dipertegas di dalam Q.S Al-anbiya’[21]:47 yang berbunyi: “dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti kami mendatangkannya(pahala). Dan cukuplah kami membuat perhitungan,” Perumpamaan biji sawi, dinyatakan dalam surah ini, karena biji sawi sangatlah kecil. Dalam tafsir Al-Muntakhab yang melukiskan biji tersebut. Di dalam tafsir tersebut dibahas bahwa 1 kg biji ( ‫ ) خردل‬atau sawi terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian berat satu biji sawi sama dengan 1000/1 gram. Kata ( ‫ ) لطيف‬diambil dari akar kata ‫ لطف‬lathafa yang berarti lembut, halus. Artinya Allah maha halus yaitu walau sekecil apapun Allah mengetahuinya. Nilai pendidikan yang bisa kita ambil yaitu pengarahan kepada manusia bahwa tidak ada sesuatu yang dikerjakan melainkan ada balasan sekecil apapun itu. Dan kita sebagai seorang pendidik, kita terus meluruskan walaupun menyangkut hal-hal kecil.



7



Kementerian agama ri, al-quran dan terjemahnya



9



5. Ayat 17



ْ َ َ َ ٰ َّ َ َ َ َ َ ٰ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ َ َ ٰ َّ ْ‫ َۗ من‬ ْ َّ ُ ٰ ُ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ۗ َۗ ‫اب‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ٓ ‫م‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫اص‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ان‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫وة‬ ‫ل‬ ‫الص‬ ‫م‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫يبني‬ ِ ِ ِ ِ



ُْ ْ َ ْ ُ ‫عز ِم الامو ِر‬



Terjemahannya : Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.8 Diatas adalah lanjutan nasihat dari Lukman kepada anaknya, terkait perintah sholat, dan menyuruh anaknya memerintahkan kepada setiap orang untuk melakukan hal-hal yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan kemungkaran dan bersabarlah. Karena hal yang ketiga tersebut merupakan hal-hal yang diutamakan. Dalam menjalankan wasiat Lukman tersebut tidaklah mudah melainkan ada banyak rintangan yang dihadapi ketika menyampaikan hal-hal yang baik. Ini sama halnya yang dirasakan Rasulullah saat berdakwah, betapa banyak rintangan yang dialami sampai-sampai beliau rela dilempari kotoran dan batu untuk menegakkan kebenaran. Nilai pendidikan yang bisa diambil dari ayat ini adalah: a. Kewajiban mendidik diri sendiri sebelum mendidik orang lain. b. Sebagai seorang pendidik, perlunya kesabaran dan penuh kasih sayang tanpa membedakan peserta didik. 6. Ayat 18



َّ َ َّ َ ْ َ ُ َ َ ْ ‫اّٰلل َلا ُيح ُّب ُكَّل ُمْخ َتال َف ُخ‬ َ ‫لناس َو َلا َت ْمش فى ْال َا ْرض َم َر ًحاۗ اَّن ه‬ ‫ر‬ ‫و‬ ِ ِۚ ٍ ِ ِ ِ ‫ولا تص ِعر خدك ِل‬ ِ ِ ٍ



Terjemahannya : Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.9



8 9



Kementerian agama ri, al-quran dan terjemahnya Kementerian agama ri, al-quran dan terjemahnya



10



Nasihat Lukman kali ini adalah ahlak dan sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama manusia. hal yang disebutkan diatas sering kali terjadi dalam kehidupan sehari-ari kita. Kadang kala orang yang pernah kenal baik dengan kita, saat mendapati posisi yang tinggi seakan malu dan memalingkan muka saat bertemu karena posisi dan status sosial sudah beda lagi dengan kita. Kata (‫صعر‬ َ ُ ‫ )ت‬tusha’ir terambil dari kata (‫صعر‬ َ ‫ )ال‬ash-sha’ar yaitu penyakit yang menimpa unta, dam menjadikan lehernya keseleo. Sehingga ini memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju pada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah menggambarkan upaya keras dari seorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Telah digambarkan diatas nasihat Lukman kepada anaknya, yaitu nasihat untuk tidak menyombongkan diri, dan jangan berjalan dengan angkuh. Karena itu merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Nilai pendidikan yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah etika dalam berbicara atau berdialog untuk tidak merendahkan orang yang kita ajak bicara atau bertukar fikiran. Ayat ini mengajarkan kita konsep berdialog antara sesama manusia. Hal ini dijelaskan dalam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-qur’anul Adzim, Kairo, 2000: 56.



7. Ayat 19



َْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ࣖ ‫ات لصوت الح ِمي ِر‬ ِ ‫واق ِصد ِفي مش ِي َۗ واغضض ِمن صو ِت َۗۗ ِان انكر الاصو‬



Terjemahannya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.



Bersikap sederhanalah dalam berjalan, yakni jangan membusungkan dada dan jangan pula merunduk bagaikan orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk- buruk suara ialah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk. 11



Kata ( ‫صدْ فى َم ْشيِ َك‬ ِ ‫“ ) َوا ْق‬dan sederhanalah kamu dalam berjalan”. Yaitu berjalan secara sederhana maksudnya adalah tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat namun adil yaitu mengambil pertengahan. Kata (‫ص ْوتِ َك‬ ْ ‫ض‬ ُ ‫)واْ ْغ‬ َ ‫ض ِم ْن‬ َ “dan lunakkanlah suaramu. ”Yaitu janganlah kamu berlebihan dalam berbicara dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang tidak bermanfaat. Sehingga, dari itulah Allah SWT berfirman: (‫ص ْوتُ الحمير‬ ِ ‫ص َوا‬ ْ ‫)اِن اَنك ََر اْأل‬ َ ‫ت ل‬ “Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai”. Mujahid dan banyak Ulama berkata: perumpamaan keledai orang yang mengangkat suaranya tinggi-tinggi, disamping itu merupakan hal yang dimurkai oleh Allah. Nilai pendidikan yang bisa kita ambil jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, yaitu: dalam berbicara kita harus bertutur yang sopan dan tidak berlebihan dan ini terkait dengan etika dalam diskusi.



12



BAB III PENUTUP A. Penutup Dari ayat 13-19 tiga kali di sebutkan ‫ یبُنَي‬itu mengisyaratkan dalam mengajar anak harus dilandaskan dengan panggilan kasih sayang, agar hati anak luluh dan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang tua. Diatas juga sudah dijelaskan bahwasanya kita harus terus-terus menasehati, ini meupakan metode yang dilakukan oleh Lukman Hakin dalam mendidik anaknya. Dalam bergaul dengan orang tua, kita harus berlaku santun. Kemudian, kita harus mempersiapkan bekal pendidikan yang mantap kepada anak, karena ajal tidak diketahui kapan datangnya. B. Saran Penafsiran bukanlah kebenaran yang mutlak, melainkan hasil penggalian akal fikir manusia. Tidak ada yang lebih mengetahui makna ayat-ayat dalam Alqur’an kecuali pembuat syara’ itu sendiri. Kami memerlukan saran dan komentar dari para pembaca bila saja terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini.



13



DAFTAR PUSTAKA



Shihab, M. Quraish, TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an. Jakarta : Lentera Hati Volume 11. Abbas Shadr, Sayyid, TAFSIR NURUL QURAN Sebuah tafsir sederhana Menuju Cahaya Al-qur’an. 2003. Jakarta: AL-HUDA. Alu Syaikh, Abdurrahman Bin Ishaq. TAFSIR IBNU KATSIR Jilid 4. Jakarta: Pustaka imam Asy- Syafi’i. Kementerian Agama RI. Al- Quran dan Terjemahnya. Bandung: WALI. 2012.



14