Makalah Pancing Tonda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN OPRASIONAL PENANGKAPAN IKAN PENGOPRASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA ( TROLL LINE)



OLEH RINA MARDIANA (2018154246001)



PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN UNIVERSITAS 45 MATARAM TAHUN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan ini dengan judul “Pancing Tonda”. Makalah ini dikerjakan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Oprasional Penangkapan Ikan. Terwujudnya makalah ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen L. Samsul Rizal. S.Pi., M.Si Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan ke depan.



Mataram, 24 Oktober 2021



i



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii BAB I................................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1 1.1  Latar Belakang.................................................................................................. 1 1.2  Rumusan Masalah............................................................................................ 2 1.3  Tujuan Masalah................................................................................................ 2 BAB II.............................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN............................................................................................................................. 3 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pancing Tonda....................................................3 2.2 Konstruksi Pancing Tonda..............................................................................3 2.3 Gambar Pancing Tonda................................................................................... 4 2.4 Bahan Masing-masing Perangkat...............................................................6 2.5 Jumlah Nelayan dan Pekerjaannya...........................................................7 2.6 Ukuran, Dimensi dan Gambar Kapal.........................................................8 2.7 Alat Bantu Pancing Tonda............................................................................12 2.8 Umpan Pancing Tonda................................................................................... 17 2.9 Metode Pengoperasian Pancing Tonda.................................................17 2.10 Daerah Pengoperasian.................................................................................19 2.11 Hasil Tangkapan........................................................................................... 19 BAB III.......................................................................................................................................... 23 PENUTUP.................................................................................................................................... 23 3.1   Kesimpulan..................................................................................................... 23 3.2 Saran................................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 24



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.508 pulau, panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km2 dengan dugaan potensi perikanan sebesar 6,1 juta ton per tahun. Tingkat pemanfaatan potensi ini diduga telah mencapai sekitar 60 % (Nikijuluw, 2002). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, tujuan pembangunan perikanan tangkap yaitu : (1) meningkatkan kesejahteraan nelayan; dan (2) menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya.



Direktorat



Jenderal



Perikanan



Tangkap,



DKP



(2004)



mencantumkan sasaran pembangunan sub-sektor perikanan tangkap yang ingin dicapai pada akhir 2009 sebagai berikut : (1) tercapainya produksi perikanan tangkap sebesar 5,472 juta ton; (2) meningkatnya pendapatan nelayan rata-rata menjadi Rp 1,5 juta/bulan; (3) meningkatnya nilai eksport hasil perikanan menjadi US$ 5,5 milyar; (4) meningkatnya konsumsi dalam negeri menjadi 30 kg/kapita/tahun dan (5) penyerapan tenaga kerja perikanan tangkap (termasuk nelayan) sekitar 4 juta orang. Usaha pengembangan penangkapan ikan menghadapi beberapa kendala yang unik dan tidak ditemui pada produksi sektor pertanian lainnya, seperti : (1) sumberdaya berada dalam air dan bergerak; (2) produknya mudah sekali rusak; (3) mempunyai zona kritis; (4) milik umum dan (5) adanya pengaruh-pengaruh kondisi alami dalam eksploitasinya seperti adanya musim, arus, dan gelombang. Dengan demikian dalam pengembangan usaha penangkapan ikan sangat diperlukan adanya pertimbangan-pertimbangan biologi, teknik, ekonomi dan sosial. Salah satu jenis sumberdaya ikan laut, yang mempunyai nilai ekonomis penting dan mempunyai prospek yang baik adalah ikan cakalang. Potensi ikan pelagis besar di wilayah pengelolaan perikanan (WPP 4) yaitu di Selat Makassar dan Laut Flores sebesar 193,60 (103 ton/tahun) dan produksinya sebesar 85,10 (103 ton/tahun), dengan tingkat pemanfaatan sebesar 43,96 %. (DKP RI, 2004). Teknologi penangkapan yang umum digunakan di Indonesia untuk memanfaatkan 2 potensi sumberdaya ikan cakalang adalah purse



1



seine dan pancing ( pole and line,pancing tonda, pancing ulur dan long line), (Monintja, 1999)



1.2  Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana definisi dan klasifikasi Pancing Tonda ? 2. Bagaimana konstruksi Pancing Tonda ? 3. Apa saja bahan masing-masing perangkat ? 4. Berapa jumlah nelayan dan bagaimana pembagian pekerjaannya ? 5. Bagaimana ukuran, dimensi dan gambar kapal ? 6. Apa saja alat bantu Pancing Tonda ? 7. Apa jenis umpan yang dipakai untuk Pancing Tonda ? 8. Bagaimana metode pengoperasian Pancing Tonda ? 9. Dimana daerah pengoperasian Pancing Tonda ? 10. Apa saja hasil tangkapan Pancing Tonda ? 1.3  Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Definisi dan klasifikasi Pancing Tonda. 2. Konstruksi Pancing Tonda. 3. Bahan masing-masing perangkat. 4. Jumlah nelayan dan pekerjaannya. 5. Ukuran, dimensi dan gambar kapal. 6. Alat bantu Pancing Tonda. 7. Umpan yang dipakai untuk Pancing Tonda. 8. Metode pengoperasian Pancing Tonda. 9. Daerah pengoperasian Pancing Tonda. 10. Hasil tangkapan Pancing Tonda.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi dan Klasifikasi Pancing Tonda



Gambar 1. Ilustrasi Kapal dengan Pancing Tonda Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”,”pancing Irid”,”pancing pengencer”,”pancing pemalesan”,“pancing klewer” dan masih banyak nama-nama daerah lainnya. Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk aktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Pancing tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989).



2.2 Konstruksi Pancing Tonda



3



Gambar 2. Konstruksi Pancing Tonda Alat tangkap ini terdiri atas line atau tali panjang, mata pancing, penggulung tali, dan pemberat (biasanya sekalian umpan buatan). Tali pancing terbuat dari bahan polyamide (PA) monofilament No 60, panjang 40 meter per unit. Mata pancing ukuran no 7 atau no 8 terbuat dari bahan besi sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu dengan memakai tipe simpul double sheet band. Penggulung tali terbuat dari bahan plastik atau kayu. Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan mengikat tiga buah pancing yang berukuran sama menjadi satu, kemudian masukkan tali pancing pada umpan buatan dari benang sutera. Setelah itu pancing diikatkan ke mata pancing sehingga satu unit pancing tonda siap dioperasikan (Handriana 2007). Parameter utama alat tangkap ini adalah jumlah dan ukuran mata pancing yang di operasikan dalam kegiatan penangkapan.



2.3 Gambar Pancing Tonda Pancing tonda terdiri dari 2 komponen utama, yaitu tali (line), mata pancing (hook), kili-kili (swivel), tali kawat (stainles steel), dan umpan. Tali pancing biasanya terbuat dari bahan benang katun, nylon, atau polyethylen. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung jenis pancingnya. (Subani dan Barus, 1989) Mata pancing yang digunakan bernomor 4, 5, dan 6. Ukuran pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm dengan lebar 2,8 cm. Mata pancing nomor 5 tinggi 5,6 cm dengan lebar 2,5 cm. Sedangkan untuk mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar



4



2,2 cm. (Nugroho, 2002). Parameter utama dari pancing tonda adalah ukuran mata pancingnya.



Gambar 3. Komponen Pancing Tonda



Gambar 4. Pancing Tonda



5



2.4 Bahan Masing-masing Perangkat



Gambar 5. Komponen Pancing Tonda Menurut (Alam Ikan 3 ), pancing tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: a. Tali pancing yang terbuat dari polyamide monofilament no.60 dengan panjang 50 – 100 meter.



Gambar 6. Polyamide Monofilament no. 60



b. Mata pancing bisa tunggal atau ganda tetapi ada juga yang menggunakan mata pancing 3 buah yang diikat menjadi satu memakai simpul double sheet band yang berfungsi untuk menjerat ikan. c. Penggulung tali dari bahan plastik dan kayu waru.



6



Gambar 7. Bagian-bagian Penggulung Tali d. Kili – kili (swivel) yang dipakai agar tali tidak terbelit. Parameter pancing Tonda adalah banyaknya mata pancing yang digunakan.



Gambar 8. Swivel



2.5 Jumlah Nelayan dan Pekerjaannya



Gambar 9. Nelayan yang Mengoperasikan Pancing Tonda



7



Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pancing tonda sebanyak 4-6 orang. Terdiri dari 1 orang nahkoda merangkap sebagai fishing master, 1 orang juru mesin dan 2-4 orang ABK yang masing-masing mengioperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan berlangsung.



2.6 Ukuran, Dimensi dan Gambar Kapal Pancing tonda umumnya di operasikan dengan kapal pancing tonda berukuran sekitar 3-10 GT. Ukuran perahu di banda aceh panjangnya 15-20 m dengan mesin diesel dalam berkekuatan 33 HP yang menggunakan 15 pancing. Secara rinci spesifikasi perahu pancing tonda adalah sebagai berikut : 1. Jenis perahu inboard engine (mesin dalam). 2. Dimensi : panjang (LOA) 10,75-12 meter (m), lebar (B) 2,85-3,50 meter (m), tinggi (D) 1-1,5 meter (m). 3. Bahan : kayu jati (Tektona grandis) dan kayu ulin (Eusiderrixylon spp.) . 4. Mesin utama (Yanmar 22 PK) dan mesin cadangan (Jiondang 18 PK). Rata-rata berkekuatan 20-40 PK. 5. Bahan bakar solar. 6. Tanki BBM sebanyak 2 buah dengan kapasitas tiap tangki 250 liter. 7. Palkah sebanyak 3 buah, bagian luar dan penutupnya dari kayu, bagian dalamnya dari alumunium (Handriana 2007). Penangkapan pancing tonda dilakukan di siang hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar, atau kapal motor (Subani dan Barus 1989). Kecepatan



perahu



pada



saat



menonda



mempengaruhi



keberhasilan



penangkapan sesuai dengan tujuan ikan sasaran. Perahu/kapal untuk menangkap ikan pelagis jenis ikan umpan, kecepatan menonda harus lambat (1-3 knot). Waktu penangkapan ikan cakalang dan tuna muda di pagi hari dengan kecepatan perahu sekitar 4-5 knot, dan pada siang hari kecepatan menonda sekitar 7-8 knot (Nugroho, 1992).



8



Gambar 10.Bagian-bagian Kapal Pancing Tonda



Gambar 11. Penampang Kapal dan Pancing Tonda Saat Beroperasi beserta Bagiannya Kapal Tonda yang digunakan masyarakat Maluku Kapal tonda yang dimiliki nelayan di Maluku dengan daerah penangkapan 9



yang luas dan jauh dari tempat pendaratan memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1) ukuran kapal yang relatif kecil (p x l x d = 7 – 8m x 0,80 m x 0,65 m) dengan daya tampung hasil tangkapan sebesar 0,5 ton, 2) kapal tidak dilengkapi dengan peralatan navigasi maupun peralatan keselamatan kerja di laut, 3) mesin yang digunakan berbahan bakar bensin, 4) kapal tidak dilengkapi dengan tempat penyimpanan hasil tangkapan (cool books) yang memadai sehingga penanganan hasil tangkapan tidak efisien akibat ukuran kapal terlalu kecil. Konstruksi kapal tonda seperti halnya konstruksi kapal ikan lainnya, harus dibuat sekuat mungkin karena pada waktu operasi penangkapan sering berhadapan dengan bermacammacam peristiwa laut seperti topan, badai, gelombang dan sebagainya.



Spesifikasi lama



Arahan penyempurnaan



Kondisi yang diharapkan



Ukuran senar terlalu kecil Mendesain prototipe alat



Ukuran senar agak



(No. 800)



pancing tonda untuk



besar (No 1000-



dikembangkan di perairan



1500)



Type kail “J” Shapped Tidak menggunakan bahan pelindung dekat senar



Maluku



Type kail Cyrcle shapped No 1 Menggunakan bahan



Tidak menggunakan



pelindung dekat



Swivel



senar



Ikan yang terkait pada



Menggunakan



mata pancing mudah



Swwivel dekat mata



terlepas



pancing



Menggunakan 1 mata



Ikan yang terkait



pancing



sukar untuk terlepas Dapat dioperasikan lebih dari 1 unit 10



pancing



Tabel 2. Spesifikasi desain alat tangkap pancing tonda



Gambar



12. Desain pancing tonda yang dioperasikan nelayan saat ini di perairan Maluku



Gambar 13.



Prototipe alat



pancing tonda yang diusulkan untuk dikembangkan menangkap ikan tuna di perairan Maluku Berdasarkan pada kelemahan tersebut, Maluku dengan spesifikasinya dapat maka diusulkan jenis prototipe kapal dilihat pada Tabel 2.tonda untuk dikembangkan di perairan



11



Gambar 14. Kapal pancing tonda yang dioperasikan di perairan Maluku saat ini



Spesifikasi lama



Kelemahan



Spesifikasi baru



Ukuran kapal kecil



Pekerjaan pelaksanaan Ukuran kapal Operasi penangkapan diperbesar tidak efektif Daya tampung Daya tampung 0,5 ton Hasil tangkapan tidak 0,8 ton maksimal Tidak dilengkapi Dilengkapi dengan peralatan Dapat menyebabkan dengan peralatan navigasi atau hilangnya nelayan di navigasi seperti peralatan laut life jacket dan keselamatan kerja kompas Biaya operasional di laut besar Menggunakan Menggunakan bahan bakar Hasil tangkapan hanya bahan bakar minyak tanah untuk konsumsi lokal bensin Dilengkapi Operasi penangkapan Tidak dilengkapi dengan desain dengan peralatan tidak efektifKecepatan palka yang baru penanganan hasil kapal lebih lambat Jumlah ABK > 2 tangkapan yang karena disesuaikan dengan ukuran kapal orang efektif Jumlah ABK 2 orang



Mesin 40 PK



Kondisi positif yang diharapkan



Pelaksanaan operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar Hasil tangkapan dapat lebih banyak ditampungDapat membantu nelayan dalam keselamatan kerja di laut Dapat menekan biaya operasional sehingga dapat menguntungkan nelayan Produk hasil tangkapan dapat di eksport Dapat menambah lapangan pekerjaan Kecepatan kapal lebih besar sehingga oleh gerak kapal lebih baik



Mesin 25 PK Tabel 3. Spesifikasi dan kondisi positif yang diharapkan kapal pancing tonda di perairan Maluku



2.7 Alat Bantu Pancing Tonda Alat bantu pancing tonda yaitu rumpon. Rumpon berfungsi untuk



12



mengmpulkan ikan sehingga nelayan tidak susah untuk mencari ikan (Subani dan Barus 1989). Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Bahan dan komponen dari rumpon bermacammacam, tetapi secara ringkas setiap rumpon terdiri dari beberapa komponen seperti pada . Di Indonesia, umumnya rumpon masih menggunakan bahan-bahan alami, sehingga daya tahannya juga sangat terbatas. Nelayan umumnya menggunakan pelampung dari bambu, sedangkan tali temalinya masih menggunakan bahan alamiah, biasanya dari rotan dan pemberatnya menggunakan batu sedangkan atraktornya daun kelapa. Rumpon jenis ini biasanya dipasang di perairan dangkal dengan tujuan untuk mengumpulkan ikan-ikan pelagis kecil. Rumpon dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat berkumpul ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut seperti ban, dahan dan ranting dengan pohonnya sekaligus. Barang–barang tersebut dimasukkan dengan diberikan pemberat berupa beton, batu–batuan dan penberat lainnya sehingga posisi dari rumpon tidak bergerak karena arus laut. Barang–barang yang dimasukkan kedalam laut dapat terus ditambah secara berlanjut untuk menambah massa rumpon. Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang-karang alami, rumpon membuat ikan merasa seperti mendapatkan rumah baru. Meski untuk mengetahui keberhasilanya dibutuhkan waktu yang tidak sedikit sekitar 3- 6 bulan namun usaha pembuatan rumpon ini merupakan solusi terbaik meningkatkan hasil perikanan di laut Agar kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya. Pembuatan rumpon selain untuk diambil hasil ikannya untuk keperluan sendiri, dapat juga disewakan kepada para pemancing laut yang



13



memang mencari kesenangan mencari ikan di lokasi yang banyak ikannya. Para pemancing yang memang membutuhkan hot spot memancing yang bagus dapat menyewa pemilik rumpon ini sebagai alternatif memancing yang cukup mudah.



Jenis-jenis Rumpon Terdapat 3 jenis rumpon, yaitu: 



Rumpon Perairan Dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut.







Rumpon Perairan Dangkal adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter.







Rumpon Perairan Dalam adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman diatas 200 meter. Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di daerah



Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan mengapa ikan sering ditemukan disekitar rumpon: 



Banyak ikan- ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar.







Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya.







Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas yaitu: Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air. Warna air akan terlihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan yang bergerombol. 14



Gambar 15. Rumpon Adanya ikan di sekitar rumpon berkaitan pula dengan pola rantai makanan dimana rumpon menciptakan suatu arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon mulai dipasang. Selanjutnya mahluk renik dan hewan-hewan kecil akan menarik ikan-ikan yang berukuran lebih besar yang memangsa ikan-ikan berukuran kecil. Berdasarkan hasil analisa isi perut dari ikanikan yang berada di sekitar rumpon didapatkan bahwa ikan-ikan kecil yang berkumpul di sekitar rumpon tidak memakan daun-daun rumpon tetapi memakan jenis-jenis plankton yang berada di sekitar rumpon.  Konstruksi Rumpon Bahan dan Komponen Rumpon Setiap rumpon terdiri dari beberapa komponen. Di Indonesia rumpon masih menggunakan bahan alami seperti daun kelapa, tali plastik yang sudah pasti kekuatannya sangat terbatas. Di Jawa Barat konstruksi rumpon masih sederhana sekali, pada umumnya pelampungnya dari bambu dan tali temalinya dari bahan plastik atau rotan, pemberatnya dari batu gunung atau batu karang sedangkan atraktornya menggunakan daun kelapa. Rumpon jenis ini banyak dioperasikan di laut yang dangkal dengan tujuan untuk rnengumpulkan ikan pelagis yang kecil – kecil. Untuk perairan yang mempunyai kedalaman sampai ribuan meter digunakan tali.



15



Di negara maju seperti Jepang dan Philipina rumpon yang dipasang selalu dilengkapi



alat



pendeteksi



ikan



yang



dapat



memonitor



dari



kapal



penangkapannya. No.



Komponen



Bahan



1



Float



2



Tali Tambat (mooring line) Tali,Wire, Rantai, Swivel



3



Pemikat ikat (atractor)



4



Pemberat (bottom sinker)



Bambu, Plastik



Daunkelapa, Jaring bekas



Batu, Beton



Tabel 4. Komponen pokok dan bahan dari sebuah rumpon Sumber: Sudirman, 2004 Tidak semua ikan ditemukan disekitar rumpon. Ikan jenis pelagis merupakan ikan dominan yang sering ditemukan di dalam rumpon. Jenis-jenis Ikan yang Sering Berasosiasi dengan Rumpon, (Monintia, 1993): 



Cakalang – Skipjack- Katsuwonus pelamis







Tongkol – Frigate Tuna- Auxis thazard







Tongkol Pisang-Frigate Tuna- Euthynnus affinis







Tenggiri- King Mackeret- Scomberomorus sp







Madidihang -Yellow Fin Tuna- Thunnus albacares







Tembang -Frigate Sardin – Sardinella firnbriato



16



Japuh Rainbow -Sardin -Dussumeria hosselti







2.8 Umpan Pancing Tonda Umumnya ikan mendeteksi mangsa melalui reseptor yang dimilikinya, dan hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Pemilihan umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi makanan (Gunarso, 1998). Umumnya pancing tonda menggunakan umpan tiruan (imitation bait), ada pula yang menggunakan umpan benar (true bait). Umpan tiruan tersebut bisa dari bulu ayam (chicken feaders), bulu domba (sheep wools), kain-kain berwarna menarik, bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai aslinya (misalnya: cumi-cumi, ikan layang, kembung, bandeng, belanak, lemuru dan tembang dan lain-lainnya) (Subani & Barus, 1989). Umpan merupakan satu-satunya perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing dalam pengoperasian pancing tonda. Ukuran umpan tergantung ukuran mata pancing, pancing ukuran 10 menggunakan ukuran umpan 2,5 cm; pancing ukuran 9 menggunakan umpan 6,5 cm; pancing ukuran 57 menggunakan umpan ukuran 10,5 cm (Nurani, 2010). 2.9 Metode Pengoperasian Pancing Tonda



Gambar 16. Ilustrasi Pengoperasian Pancing Tonda ; Macam-macam Umpan 1. Persiapan melakukan operasi penangkapan Pengoperasiaan pancing tonda dimulai dengan persiapan terlabih dahulu. 17



Persiapan dibagi 2 tahap yaitu persiapan didarat dan persiapan dilaut. Pengecekan dan pengisian bahan bakar, pengecakan perahu dan mesin, pengecekan alat tangkap dan alat bantu pangkapan dan lain-lain merupakan tahap persiapan pengoperasian didarat. Persiapan pengoperasiaan dilaut meliputi pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan. Tahap metode pengoperasiaan yang biasa dilakukan adalah tahap awal siapkan perahu dan segala alat yang dibutuhkan, perahu menuju daerah penangkapan, pancing diturunkan, kemudiaan ditarik. Lama penarikan tergantung dari ada tidaknya hasil tangkapan, apabila diketahui ada ikan yang kena pancing, kemudian pancing ditarik, hasil tangkapan diambil, lalu pancing diturunkan lagi. Tahap ini dilakukan berulang kali. (Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003) Kapal melakukan satu kali trip selama 7 hari sesuai perbekalan yang dibawa. Dalam satu hari dapat melakukan setting dan hauling, untuk pancing tonda sendiri dua kali. Untuk operasi penangkapan dengan alat tangkap pancing tonda dilakukan dua kali dalam sehari yaitu: pertama dilakukan pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dan berakhir paling lama sekitar pukul 08.00 WIB, yang kedua dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 17.00 WIB. 2. Setting Setting yang pertama dilakukan adalah melempar (casting) mata pancing yang telah diberi umpan. Proses penurunan pancing tonda dilakukan satu per satu agar posisi setiap pancing tonda bisa diatur dan mencegah pembelitan antar pancing tondanya. Setelah umpan terlempar ke air maka benang senar yang merupakan tali utama pancing (main line) ikut terulur sampai pada senar tali pegangan. Bila tali pancing terulur sampai tali pegangan, langkah selanjutnya adalah menambatkan ujung tali pegangan pada tongkat untuk pancing yang berada di samping kapal dan pada buritan kapal untuk pancing yang dioperasikan di belakang kapal ( Nurchaya 2014 ). 3. Hauling Proses hauling merupakan proses pengangkatan hasil tangkapan ke atas



18



kapal. Kecepatan kapal saat hauling ditambah menjadi 3,5 -4,5 knot. Proses ini dilakukan dengan cara menarik pancing secara cepat setelah ikan memakan umpan. Penarikan dilakukan oleh ABK secara cepat yang bertujuan agar pancing berikutnya bisa diturunkan lagi perairan. Ikan hasil tangkapan tadi dilepaskan dari mata pancing dan langkah selanjutnya dilakukan penanganan pasca tangkap. Penarikan pancing tonda dimulai dari penarikan benang senar untuk pegangan kemudian penarikan senar utama. Setelah penarikan tali utama sudah selesai maka ikan dapat diangkat ke atas dek dan ikan dilepas dari kait. Untuk pancing tonda yang terpasang di samping kapal yaitu di tongkat, penarikan dimulai dari tali utama yang terkait dengan snap yang berada di tali pegangan (Nurchaya 2014). Apabila tali utama yang berada pada tali pegangan tertarik dan mendekati perahu langkah selanjutnya adalah menarik pancing seperti penarikan pancing tonda di buritan kapal. Proses hauling memerlukan waktu antara 2-3 menit. Ikan yang terlepas dari kail akan dimasukkan ke dalam wadah yang berada di dek belakang kapal (buritan). Wadah ini bersifat sementara yang berfungsi untuk mempermudah dalam pengemasan dalam palkah atau cool box tempat pengawetan ikan.



2.10 Daerah Pengoperasian Menurut Hetharuca diacu dalam handriana 2007, daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk lampung, banda aceh dan lain-lain. 2.11 Hasil Tangkapan Menurut Monintja dan Martasuganda 1994 diacu dalam handriana 2007, secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis yang



19



bernilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna (Katsuonus sp.) dan ikan cakalang. Selain ikan-ikan tersebut pancing tonda dipergunakan untuk menangkap ikan yellowfin, skipjock, swordfish, dorado dan ikan pelagis lainnya. Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang dapat ditangkap dengan tonda diantaranya adalah tongkol (Thunnus tonggol ; Bleeker, 1851), Lemadang (Coryphaena hippurus (Linnȇ). a. Tongkol Tongkol menghindari perairan yang sangat keruh dan perairan bersalinitas rendah seperti estuari. Tongkol hidup mengumpul (schoolling) dengan ukuran individu berbeda. Bergerak lincah disekitar rumpon, Memakan berbagai jenis ikan, cumi, dan krustasea, khususnya stomatopod larva  dan udang (Collette, B.B dalam Carventer, 1999). b. Lemadang Ikan pelagis, hidup di perairan terbuka hingga tepi pantai. Senang mengikuti kapal dan berkumpul di bawah benda-benda apung yang hanyut di laut. Menyebar hampir di seluruh perairan tropis hingga sub tropis. c. Layaran, Marlin dan Todak



Gambar 17. Blue marlin; Makaira mazara (Jordan & Sneider)



Gambar 18. Black marlin; Istiomax Indicus (Cuvier)



20



Gambar 19. Penumbuk; Tetraptulus brevirostris (Lacȇpȇde)



Gambar 20. Layaran; Histiophorus orientalis (Temmick & Schlegel)



Gambar 21. Alu-alu; Sphyraena forsteri (Cuvier & Valencienes)



Gambar 22. Cucut ronggeng; Sphyrna lewini (Griffith).



BAB III PENUTUP 3.1   Kesimpulan Pancing Tonda merupakan alat tangkap ikan tradisional yang bertujuan untuk menangkap ikan-ikan jenis pelagis. Pancing Tonda dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing. Pengoperasian Pancing Tonda dilakukan oleh 4-6 orang



21



dan sebaiknya dilakukan siang hari karena menggunakan umpan tiruan untuk mengelabuhi penglihatan ikan. Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”, “pancing Irid”, “pancing pengencer”, “pancing pemalesan”, atau “pancing klewer”. Pancing Tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: tali pancing yang terbuat dari monofilament no.50 dan 100 dengan panjang antar 60-200 m. Mata



pancingntunggal



atau



ganda.



Daerah



penangkapan



ikan



dengan



menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana operasi penangkapan ikan berlangsung ditempat/titik yang diduga tempat berkumpulnya ikan-ikan. Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna (Katsuonus sp) dan ikan cakalang. Selain ikanikan tersebut pancing tonda dipergunakan untuk menangkap ikan yellowfin, skipjock, swordfish, dorado dan ikan pelagis lainnya.



3.2 Saran Meskipun Pancing dan Kapal Tonda lebih terkenal dan lebih terpakai dikawasan Maluku, ada baiknya jika lebih disebar lagi atau diperbanyak lagi jenis-jenis pancing tonda diseluruh wilayah Indonesia. Karena bukan saja di Maluku terdapat titik-titik perkumpulan ikan. Bisa dibilang pancing tonda adalah alat sederhana. Tapi dapat dilihat hasilnya cukup menguntungkan, dan tidak membahayakan populasi ikan-ikan disana. Tidak ada eksploitasi. Mungkin juga perbesaran kapal dan penambahan awak kapal bisa mencapai hasil yang maksimal.



DAFTAR PUSTAKA Annis Kiswalini, I Ketut Nurcahya, (2014), Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image, dan Kepercayaan Konsumen terhadap Keputusan Pembelian, Jurnal Ekonomika, Volume 1 nomer 3, Universitas Udayana, Bali, Indonesia.



22



Gunarso, W. 1989. Mikroteknik, Bahan pengajar. Bogor, Departemen Pendidikan Dan Kebudayan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat antarUniversitas Ilmu Hayat, Institute Pertanian Bogor Handriana J. 2007. Pengoperasian pancing Tonda pada rumpon di selatan perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. http://www.iftfishing.com( Diakses pada 3 Oktober 2015 @20:15 WIB ) http://himafarin.lk.ipb.ac.id/files/2014/04/MPI-INDONESIA-BAGIAN-DUA.pdf( Diakses pada 3 Oktober 2015 @21:56 WIB ) https://www.scribd.com/doc/93934728/Pancing-tonda-supardi( Diakses pada 5 Oktober 2015 @16:13 WIB ) http://www.academia.edu/9777482/PERNGOPERASIAAN_PANCING_TONDA ( Diakses pada 7 Oktober 2015 @20:12 WIB ) https://id.wikipedia.org/wiki/Rumpon ( Diakses pada 11 Oktober 2015 @12:03 WIB ) http://www.alamikan.com/2015/05/pengoperasian-alat-tangkap-pancingtonda.html( Diakses pada 11 Oktober 2015 @15:43 WIB ) http://www.damandiri.or.id/file/andiheryantirukkaipbbab4.pdf( Diakses pada 11 Oktober 2015 @15:43 WIB ) Linnaeus (1758) dalam Iswardiyantok,. 2014. Prevelensi Dan Intesitas Ikan Maskoki (Carassius auratus) yang Terserang Lernea cyprinacea Di Sentra Budidaya Ikan Mas Koki Kabupaten Tulungagunng, Jawa Timur.[Skripsi]. Universitas Airlangga. Monintja D. R. 1993. Study on the development of Rumpon as fish aggregating devices inIndonesia. Bulletin Maritek, FP1K-IPB. 3(2): 137 p. Nugroho P. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Palabuhan-Ratu Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Subani, W., dan H. R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 5 Tahun 1988 (Edisi Khusus). Jakarta.248 hal. Yuliani Nuraini Sujiono, Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.



23