Makalah Pemberdayaan Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



PEMBINAAN KARAKTER MASYARAKAT MELALUI LEMBAGA PENDIDIKAN NON FORMAL (Studi Kasus di Madrasah Diniyyah Al-Ulfah Cicalengka) Oleh : Ayi Hidayat NIM : 4103810318023 MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG



Abstrak Pendidikan menjadi salah satu aspek yang cukup memegang peranan penting di masyarakat, dengan di satu sisi pendidikan mengalami problem yang semakin meningkat, membangun suatu komunitas dalam menciptakan perubahan yang diharapkan menjadi satu langkah yang harus terus dilakukan (keberlanjutan), peran stakeholder dibutuhkan dalam setiap proses pendidikan. Salah satunya dapat melalui program pendampingan Pendidikan usia sekolah program ini mempunyai tujuan menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan tanpa harus mengelurkan biaya yang lebih tinggi. Pendidikan penting dalam upaya memajukan negara bangsa dan sumberdaya manusia, tetapi setelah negara bangsa maju, maka pendidikan nonformal yang lebih diutamakan dan memliki peran di masyarakat. Struktur dan otonomi keilmuan pendidikan luar sekolah mampu mengkaji dan menghasilkan generalisasi-generalisasi, serta konsep, teori tentang belajar dalam rangka mewujudkan kemandirian, baik melalui magang (learning by doing) atau pemberdayaan (empowering process) atau pelatihan (training) dalam mendorong terjadinya investasi sumber daya manusia. Kata Kunci : pendidikan non formal,



79 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



A. PENDAHULUAN Carut-marut dunia pendidikan Indonesia, sesungguhnya merupakan sebuah realitas yang sangat memprihatinkan. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak serta merta dibarengi dengan peningkatan kualitas secara signifikan, tentu menimbulkan tanda tanya besar mengenai orientasi pendidikan yang sebenarnya sedang ngin dicapai. Ironisnya, disaat beberapa negara tetangga terus berupaya keras melakukan peningkatan kualitas pada sektor pendidikan, banyak pihak di negara ini justru menempatkan pendidikan sebagai suatu komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi. Tak mengherankan bahwa ketika banyak pihak mengejar pendidikan dari sisi kuantitas, tentu menimbulkan berbagai macam konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor kualitas pendidikan. Indonesia mengalami krisis SDM sebenarnya berpangkal pada buruknya kua-litas pendidikan yang dilaksanakan. Untuk menghadapi krisis, sistem pendidikan memerlukan bantuan dari semua sektor kehi-dupan domestik dan pada beberapa kasus, juga memerlukan sumber-sumber di luar batas nasional. Pendidikan memerlukan dana, namun anggaran pendidikan sulit bertambah. Pendidikan memerlukan sum-ber daya, khususnya sumber daya insani nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana, materi pengajaran yang baik dan lebih baik. Di atas semua itu pendidikan memerlukan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang, yakni gagasan dan kebe-ranian, keputusan, keinginan baru untuk mengetahui kemam- puan diri yang diperkuat oleh suatu keinginan untuk berubah dan bereksperimen. Berkaitan dengan frasa “sistem pendidikan”, lebih lanjut diungkapkan bahwa sistem pendidikan tidak hanya mengacu pada



80 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



tingkat dan tipe pendidikan formal seperti sekolah kejuruan, umum dan spe-sialisasi, tetapi juga seluruh program dan proses sistematik pendidikan di luar pen-didikan formal yaitu yang dikenal dengan pendidikan nonformal. Sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan pen-didikan formal maupun nonformal memi-liki sejumlah input, yang diproses untuk memperoleh output untuk memenuhi tu-juan tertentu. Mengacu pada sistem pendi-dikan selanjutnya diungkapkan bahwa pen-didikan dengan demikian merupakan suatu proses yang berinteraksi dengan lingku-ngannya. Output yang ingin dihasilkan dari suatu sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang dikehendaki oleh lingkungan atau masyarakat. Manusia yang terdidik hendaknya diperlengkapi untuk melayani masyarakat dan mengurus dirinya sendiri sebagai individu dan anggota masyarakat, pekerja ekonomi, pemimpin dan inovator, warga negara dan warga dunia dan penyumbang kebudayaan. Untuk itu, pendidikan harus mampu meningkatkan basic knowledge (penge- tahuan dasar) intellectual and manual skills (keteram-pilan manual dan intelektual), power of reason critism (daya nalar/kritik), values, attitudes and motivation (nilai-nilai, sikap dan motivasi), power of creativity and in-novation (daya kreatif dan inovasi), cultural appreciation (apresiasi kebu-dayaan), sen-se of sosial responsibillity (tanggung jawab sosial), dan understanding of the modern world (memahami dunia modern). Pendidikan nonformal menjadi ba-gian dari pembicaraan internasional terutama berkaitan dengan berbagai kebi-jakan tentang pendidikan pada era sebelum tahun 1960 dan akhir tahun 1970-an. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana kaitan antara konsep pendidikan berkelanjutan dengan konsep pendidikan sepanjang hayat. Tight (1996) mengajukan konsep tentang penyatuan



81 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



pendidikan extention dan belajar sepanjang hayat secara utuh dan menyeluruh, sehingga untuk menyatukan itu pendidikan non-formal dianggap memiliki peran dalam 'a knowledging the importance of education, learning and training which takes place outside recognized educationalinstitutions'. Begitu bula dengan yang diungkapkan Fordham (1993), menyatakan bahwa sejak tahun 1970an, ada empat karakteristik dasar yang berkaitan dengan peran pendidikan nonformal di masyarakat: a) Relevan dengan kebutuhan kelompok masyarakat (orang-orang ) yang tidak beruntung, b) Ditujukan dan memiliki perhatian khusus pada kategori sasaransasaran tertentu, c) Terfokus pada program yang sesuai dengan kebutuhan, d) Fleksibel



dalam



pengorganisasian



dan



dalam



metoda



pembelajaran. Namun demikian dalam membahas pendidikan nonformal selayaknya tidak terlepas dari konsep yang mendasari bagaimana pendidikan nonformal berkembang dengan utuh sesuai dengan prinsip-prinsip dasarnya, oleh karena itu keterkaitan analisis antara pendidikan nonformal dengan community, learning, informal education, dan sosial pedagogi merupakan sesuatu hal yang tetap harus manjadi acuan. Pembahasan secara original tentang konsep pendidikan nonformal muncul pada tahun 1968 (Coombs 1968), perkembangan pendidikan nonformal begitu pesat terutama ketika pendidikan dirasakan masih banyak kekurangan (Illich 1973), hal tersebut dirasakan tidak hanya di Negara-negara berkembang tetapi merambah sam-pi ke belahan dunia barat (western) juga sampai ke belahan dunia utara (northern).



82 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Pendidikan nonformal sebuah layanan pendidikan yang tidak dibatasi dengan waktu, usia, jenis kelamin, ras (suku, keturunan), kondisi sosial budaya, ekonomi, agama dan lain-lain. Meskipun pendidikan formal merupakan komponen penting dalam pendidikan sepanjang hayat. Akan tetapi, peran pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pelayanan pendidikan sepanjang hayat bagi masyarakat sangat dibutuhkan saat ini dan kedepan. Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dibahas lebih mendasar tentang bagaimana peran pendidikan nonformal dalam membangun dan memberdayakan masyarakat. B. LANDASAN TEORI 1. Pendidikan Nonformal Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan



semua



aspek



kepribadian manusia,



yang



mencakup pengetauannya, nilai serta sikapnya dan ketrampilannya. (Achmad Munib, 2010) Pendidikan nonformal dengan berbagai atribut dan nama atau istilah lainnya, baik disebut dengan, mass education, adult education, lifelong education, learning society,out-of-school education, sosial education dll, merupakan kegiatan yang terorganisir dan sistematis yang diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal. (Sudjana, 1994. R.A. Santoso, 1955). Meskipun kesemua istilah tersebut memiliki perbedaan dan kesamaan dengan pendidikan nonformal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan pengertian yang konprehensif dan berlaku umum, mengingat titik pandang yang berbeda. Berikut ini diuraikan berbagai definisi tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh para ahli:



83 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



1. Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok, dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial. (Hamojoyo, 1973) 2. Secara luas Coombs (1973) memberikan rumusan tentang pendidikan nonformal adalah: setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar. 3. Niehoff (1977), merumuskan pendidikan nonformal secara terperinci yakni: Nonformal education is defined for our purpose as the method of assessing theneeds end interests of adults and out-of school youth in developing countries-ofcommunicating with them, motivating them to patterns, and related activities whichwill increase their productivity and improve their living standard. Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa pendidikan nonformal dalam proses penyelenggaraannya memiliki suatu sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam pendidikan nonformal.



84 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka pendidikan nonformal merupakan salah satu jalur dari penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan non formal diselenggarakan melalui



tahapan-tahapan



pengembangan



bahan



belajar,



pengorganisasian kegiatan belajar, pelaksanaan belajar mengajar dan penilaian. Hal ini sejalan dengan pendapat Knowles, bahwa langkah-langkah pengelolaan kegiatan belajar meliputi: 1. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar 2. Menetapkan struktur organisasi pengelola program belajar 3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar 4. Merumuskan arah dan tujuan belajar 5. Menyusun pengembangan bahan belajar 6. Melaksanakan kegiatan belajar 7. Melakukan penilaian. Bahan belajar yang disediakan pada pendidikan nonformal mencakup keseluruhan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan aspek kehidupan. Hal ini ditujukan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar yang timbul dalam kehidupan masyarakat. Kebutuhan belajar terasa dan prioritas program nasional. Yang dimaksud kebutuhan belajar terasa adalah kebutuhan belajar yang dirasakan oleh setiap anggota masyarakat, sedangkan prioritas program nasional berhubungan dengan tuntutan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki setiap anggota masyarakat berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional. Oleh karena itu keberadaan pendidikan nonformal saat ini semakin dibutuhkan oleh masyarakat karena berbagai alasan meliputi: 1. Kemajuan teknologi 2. Kebutuhan pendidikan keterampilan yang tidak bisa dijawab oleh pendidikan formal



85 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



3. Keterbatasan akses pendidikan formal untuk menjangkau masyarakat suku terasing, masyarakat nelayan, pedalaman, serta masyarakat miskin yang termarjinalkan 4. Persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kehidupan dan perkembangan masyarakat terutama berkaitan dengan : a) pertambahan penduduk dan pencemaran lingkungan, b) keinginan untuk maju, c) perkembangan alat komunikasi d) terbentuknya bermacam-macam organisasi sosial. Berdasar kepada kondisi-kondisi tertentu program pendidikan nonformal dapat dikelompokan ke dalam dua hal, yakni: 1. Program pendidikan dasar, yang memberikan pelayanan belajar kepada masyarakat yang belum memiliki kemampuankemampuan dasar, seperti program literasi. 2. Program pendidikan lanjutan, yang memberikan pelayanan pendidikan



untuk



mengembangkan



dan



meningkatkan



pengetahuan dan keterampilan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti; pendidikan untuk peningkatan produktivitas kerja. Pada sasaran pengembangan kelompok pertama pendidikan nonformal memiliki peran mendasar dalam rangka membangun kemampuan dasar masyarakat (sasaran didiknya), terutama dalam implementasi belajar sepanjang hayat. Maka pendidikan nonformal memiliki tugas khusus bukan hanya sekedar tuntutan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun akan tetapi yang paling penting mencerdaskan masyarakat pada level literasi (pembebasan buta huruf) berarti membuka wawasan dan cakrawala masyarakat ke arah kemajuan dan perubahan hidup dan kehidupan yang baru. Program pendidikan dasar melalui pendidikan nonformal jangan hanya dikategorikan sekedar menyelesaikan masalah tingginya angka



86 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



drop out pendidikan dasar dan menjadi sorotan dunia internasional yang berpengaruh terhadap HDI (human developmentindex), akan tetapi tugas ini harus dianggap sebagai suatu kewajiban dalam menata lifelong education pada tingkat awal. Sasaran pendidikan nonformal dapat ditinjau dari beberapa segi, yakni pelayanan, sasaran khusus, pranata sistem pengajaran dan pelembagaan program. Ditilik dari segi pelayanan, sasaran pendidikan nonformal adalah melayani anak usia sekolah (0-6 tahun), anak usia sekolah dasar (7-12 tahun), anak usia pendidikan menengah (13-18 tahun), anak usia perguruan tinggi (19-24 tahun). Ditinjau dari segi sasaran khusus, pendidikan nonformal mendidik anak terlantar, anak yatim piatu, korban narkoba, perempuan penghibur, anak cacat mentau maupun cacat tubuh. Dari segi pranata, penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dilakukan dilingkungan keluarga, pendidikan perluasan wawasan desa dan pendidikan keterampilan. Di segi layanan masyarakat, sasaran pendidikan nonformal



antara lain



membantu masyarakat melalui program PKK, KB, perawatan bayi, peningkatan gizi keluarga, pengetahuan rumah tangga dan penjagaan lingkungan sehat. Dilihat dari segi pengajaran, sasaran pendidikan nonformal sebagai penyelenggara dan pelaksana program kelompok, organisasi dan lembaga pendidikan, program kesenian tradisional ataupun kesenian modern lainnya yaitu menjadi fasilitator bahkan turut serta dalam program keagamaan, seperti mengisi pengajaran di majelis taklim, di pondok pesantren, dan bahkan di beberapa tempat kursus. Sedangkan sasaran pendidikan nonformal ditinjau dari segi pelembagaan, yakni kemitraan atau bermitra dengan berbagai pihak penyelenggara program pemberdayaan masyarakat berkoordinasi dengan desa atau pelaksana program pembangunan.



87 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Isi dari program pendidikan nonformal ini berpedolam pada kurikulum pusat pada kepentingan peserta didik (warga belajar), mengutamakan aplikasi dimana menekanannya terletak pada keterampilan yang bernilai guna bagi kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Soal persyaratan masuk pendidikan nonformal, hal itu ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara sesama peserta didik. Proses belajar mengajar dalam pendidikan nonformal pun relative lebih fleksibel, artinya diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan keluarga. Penyelenggaraan pendidikan non formal (PNF) merupakan upaya dalam rangka mendukung perluasan akses dan peningkatan mutu layanan pendidikan bagi masyarakat. Jenis layanan dan satuan pembelajaran PNF sangat beragam, yaitu meliputi: 1. Pendidikan kecakapan hidup. 2. Pendidikan anak usia dini. 3. Pendidikan kesetaraan seperti Paket A, B, dan C. 4. Pendidikan keaksaraan pendidikan pemberdayaan perempuan. 5. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja ( kursus, magang, kelompok belajar usaha). 6. Pendidikan



lain



yang



ditujukan



untuk



mengembangkan



kemampuan peserta didik. Keunggulan lain yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan non formal sebenarnya ada pada fleksibilitas waktu yang dimiliki. Selain bisa dijalankan secara manunggal, pendidikan nonformal bisa dijalankan pula secara berdampingan dengan pendidikan formal. Tak mengherankan apabila belakangan lembaga pendidikan nonformal tumbuh dengan pesat, berbanding lurus dengan tingginya minat masyarakat terhadap jenis pendidikan tersebut. Tidak hanya itu,



88 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



lembaga pendidikan non formal juga berpeluang untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Pelaksanaan pendidikan nonformal dapat dilihat perbedaannya pada kasus negara industri dan negara berkembang. Pada negara maju seperti di Eropa dan Amerika Utara pendidikan nonformal dipandang sebagai pendidikan lanjutan bagi kehidupan seseorang. Pendidikan seumur hidup sangat berarti dalam memajukan dan mengubah masyarakat karena tiga alasan : 1) untuk memperoleh pekerjaan, 2) menjaga ketersediaan tenaga kerja terlatih dengan teknologi dan pengetahuan



baru



yang



diperlukan



untuk



melanjutkan



produktivitas, 3) memperbaiki kualitas dan kenyamanan hidup individu melalui pengayaan kebudayaan dengan memanfaatkan waktu luang. Dalam perspektif ini, maka pendidikan lanjutan bagi guru memiliki arti strategis, jika gagal memberikan mereka pengetahuan yang mutakhir, maka mereka akan “memberikan pendidikan kemarin bagi generasi esok”. 2. Pemberdayaan Masyarakat Menurut Robinson pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah



perilaku



masyarakat,



dan



mengorganisir



diri



masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,



kemampuan untuk



89 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, apalagi sekarang sudah memasuki abad ke-21 yang dianggap dengan abad millinimum baru yang kita belum tahu persis bagaimana bentuk, kejadian dan permasalahan dan akan dibawa kemana bangsa Indonesia, maka pemahaman dan kesadaran bahwa satu-satunya yang dapat mempermudah jalan di abad global ini adalah melalui pendidikan. Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat, sedangkan proses pemberdayaan, menurut Pranarka dan Vidhyandika menjelaskan bahwa Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Sumardjo menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu: 1. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan) 2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri 3. Memiliki kekuatan untuk berunding 4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan 5. Bertanggungjawab atas tindakannya. 6. Harus memiliki karakter khusus yang mencakup keperibadian keahlian dasar pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan.



90 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Adapun Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat, terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai



pemecahan



masalah



yang



dihadapi



dengan



mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Dengan harapan dapat diimplementasikan sesuai dengan serta tuntutan pemangku kepentingan atau pasar. Adapun Cara Memberdayakan Masyarakat, secara garis besar



pemberdayaan



masyarakat



melalui:



Pengembangan



Masyarakat, Pengorganisasian masyarakat. Apa yang dikembangkan dari masyarakat yaitu potensi atau kemampuannya dan sikap hidupnya. Kemampuan masyarakat dapat meliputi antara lain kemampuan untuk bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau keterampilan-keterampilan membuat home industri dan masih banyak lagi kemampuan dan keterampilan masyarakat yang dapat dikembangkan. Dengan demikian mayoritas masyarakat sekarang ini mengingikan suatu perubahan dalam semua aspek kehidupan. Bagaimana caranya mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Contoh dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan masyarakat pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Dapat juga dengan mengajak masyarakat mengunjungi kegiatan di tempat lain dengan maksud supaya



91 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini sering disebut dengan istilah studi banding. Dapat juga dengan menyediakan buku-buku bacaan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan



atau



peminatan



masyarakat,



Dengan



harapan



pengembangan masyarakat terpadu diharapkan menjadi pusat penyaluran program tersebut sehingga programnya lebih terukur dan terkendali. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat a) Penyadaran Untuk dapat maju atau melakukan sesuatu, khusunya dalam pendidikan, orang harus dibangunkan dari tidurnya sehingga memiliki kesadaran dan tidak memiliki sikap ketergantungan dengan siapapun, Demikian masyarakat juga harus dibangunkan dari “tidur” keterbela-kangannya, dari kehidupannya sehari-hari yang tidak memikirkan Masa depannya. Orang yang pikirannya tertidur merasa tidak mempunyai masalah, karena mereka tidak memiliki kesadaran, inovasi, aspirasi dan tujuan-tujuan yang harus diperjuangkan apalagi melihat realitas hasil/output pendidikan yang berkembang saat ini, di mana lulusan yang dihasilkan dari proses pendidikan



cenderung



masih



didominasi



oleh



sifat



ketergantungan. b) Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca, menulis dan berhitung, tetapi juga meningkatkan keterampilanketerampilan bertani, kerumahtanggaan, industri dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa



92 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



bank, bagaimana membuka rekening dan memperoleh pinjaman. c) Pengorganisasian dan Kontruksi Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, suatu masyarakat tidak cukup hanya disadarkan dan dilatih keterampilan, tapi juga harus diorganisir dan dikontruksi, Organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian kerja antara orang-orang tersebut dan adanya system kerja sama atau system sosial diantara orang-orang tersebut. d) Pengembangan Kekuatan dan Inovasi Kekuatan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila dalam suatu masyarakat tidak ada penyadaran, latihan atau organisasi, orang-orangnya akan merasa tidak berdaya dan tidak mempunyai kekuatan. Mereka berkata “kami tidak bisa, kami tidak punya kekuatan”. Pada saat masyarakat merasa memiliki potensi atau kekuatan, mereka tidak akan mengatakan lagi, “kami tidak bisa”, tetapi mereka akan berkata “kami mampu!”. Masyarakat menjadi percaya diri. Nasib mereka berada di tangan mereka sendiri. Pada kondisi seperti ini bantuan yang bersifat fisik, uang, teknologi dan sebagainya. e) Membangun Dinamika Dinamika orang miskin berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan melaksanakan programprogramnya sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan mengandung



sendiri. arti



Dinamika tenaga



adalah



kekuatan,



sesuatu selalu



yang



bergerak,



berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.



93 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Dalam kajian-kajian tentang pemberdayaan masyarakat, para pakar ilmu sosial lebih suka menggunakan istilah pengembangan masyarakat yang sifatnya bottom up daripada pembangunan masyarakat yang cenderung bersifat top down untuk menerjemahkan kata community development. Dalam konsep pembangunan masyarakat juga dikenal istilah



pemberdayaan



yan



berasal



dari



kata



empowerment. Konsep ini digunakan sebagai alternatif dari konsep-konsep pembangunan yang selama ini dianggap tidak berhasil memberikanjawaban yang memuaskan terhadap masalah-masalah besar, khususnya masalah kekuasaan (power) dan ketimpangan (inequity) (Kartasasmita, Ginandjar 1996). Pemberdayaan adalah suatu proses menolong individu dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung agar dapat berkompetisi secara efektif dengan kelompok kepentingan lainnya dengan cara menolong mereka untuk belajar menggunakan pendekatan lobi, menggunakan media, terlibat dalam aksi politik, memberikan pemahaman kepada mereka agar dapat bekerja secara sistematik, dan lain-lain (Ife, 1995 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. SEJARAH MADRASAH DINIYYAH (MD) AL-ULFAH. Madrasah Diniyyah (MD) Al-Ulfah adalah salah satu lembaga nonformal yang terletak di Kampung Cukang Lemah RW 10 Desa Tenjolaya Kecamatan Cicalengka Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lembaga ini mulai aktif pada bulan Februari Tahun 2003. Bermula dari pengajian anak-anak usia Taman Kanak-kanak (TK)



94 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kemudian berkembang menjadi Madrasah Diniyyah yang berfungsi membantu anak-anak usia sekolah dari mulai tingkat dasar sampai tingkat menengah dalam memdalami materi pelajaran di sekolahnya. Pada sekitar Tahun 2002/2003 perhatian Masyarakat Kampung Cukang Lemah RW 10 Desa Tenjolaya terhadap pendidikan formal sangat kurang, masyarakat merasa cukup apabila anaknya telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Sebagian kecil mengenyam pendidikan tingkat SMP, dan sangat jarang sekali yang melanjutkan sampai tingkat SLTA. Disamping kurangnya perhatian terhadap pendidikan formal, perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai keagamaan pun kurang, hal ini bias dilihat dengan tidak terurusnya mushola di kampung tersebut, selepas menamatka pendidikan sekolah dasar, anak-anak hanya membantu orang tuanya di ladang, ataupun menggembalakan ternak. Berdasarkan



keprihatinan



kondisi



diatas,



Madrasah



Diniyyah (MD) Al-Ulfah ikut serta membantu memberi penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Oleh sebab itu tujuan utama didirakannya MD Al-Ulfah adalah memberikan edukasi dan motivasi terhadap masyarakat, terutama masyarakat



RW 10 Desa Tenjolaya tentang pentingnya



pendidikan. Bentuk edukasi dan motivasi yang dilakukan oleh MD AlUlfah adalah memberikan bimbingan langsung kepada orang tua dan anak tentang pemecahan kesulitan anak dalam belajar di sekolah formal, baik tingkat Pra dasar, dasar, maupun menengah.



95 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



2. Visi, Misi dan Strategi Madrasah Diniyyah Al-Ulfah I.



VISI “Terwujudnya lembaga berbasis Islam yang unggul dalam bidang sosial/pendidikan, kemanusiaan dan Keagamaan, untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengantarkan



masyarakat



berpendidikan,



berbudaya,



berkepribadian dan berakhlakul karimah”. II. MISI 1. Membangun pusat dakwah, sosial dan pendidikan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat. 2. Membangun citra/kepribadian yang mencintai/bangga menjadi bangsa Indonesia dan menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya. 3. mengantarkan anak yatim piatu, fakir miskin dan orang jompo yang beragama Islam sebagai bagian muslim yang berpendidikan dan bermartabat. 4. Menyelenggarakan



berbagai



layanan



sosial



dalam



membantu pemberdayaan umat Islam. 5. Memberikan layanan kesehatan yang berkualitas. III. Tujuan 1. Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan, pendidikan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang diandalkan masyarakat. 2. Mengembangkan dakwah di masyarakat demi terciptanya manusia unggul, taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan



96 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



luas, cakap, terampil dan bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negara 3. Meningkatkan kesadaran umat akan cinta/ bangga/ berkarakter/berkepribadian menjadi bangsa Indonesia 4. Membantu pemerintah dalam hal anak yatim, fakir miskin dan jompo 3. Paparan Hasil Penelitiandi Madrasah Diniyyah(MD) Al-Ulfah dalam mempengaruhi kemajuan pola pikir serta pola sosial Masyarakat Aktualisasi Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat a) Penyadaran Dari hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkan bahwa aktualisasi Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dari



segi



penyadaran



masyarakat



tentang



pentingnya



pendidikan dan penanaman nilai keagamaan melalui Madrasah Diniyyah Al-Ulfah sangat bagus, dimana ini didasarkan pada pengamatan peneliti terhadap kondisi dan realitas yang ada, begitu juga dengan hasil wawancara peneliti dengan tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa pada sebelum Tahun 2003 hanya beberapa orang yang mengenyam pendidikan SMA, sedangkan saat ini hampir seluruh anak di wilayah kampung Cukang Lemah melanjutkan pendidikan sampai tingkat SMA, bahkan ada 2 orang yang melanjutkan ke Perguruan tinggi. Ada salah satu putra Kampung Cukang Lemah yang berhasil menjadi polisi dan sekarang bertugas di Polsek Kadungora Garut. Dari segi pemahaman nilai keagamaanpun meningkat, hal ini ditandai dengan adanya bernbagai acara keagamaan di



97 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Kampung Cukang Lemah, seperti pengajian rutin, peringatan Hari Besar Keagamaan, dan lain-lain. b) Pendidikan dan Pelatihan Dari hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkan bahwa aktualisasi Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dari segi pendidikan dan pelatihan di Cukang lemah bisa dikatakan bagus, hal ini berdasarkan informasi dari ketua kader PKK Desa Tenjolaya, beliau mengungkapkan bahwa dahulu sebelum ada MD Al-Ulfah program PKK dan Posyandu di RT. 03 RW. 10 Desa Tenjolaya tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sekarang setelah beberapa tahun MD Al-Ulfah berdiri, selain digunakan untuk tempat belajar anak-anak, tempat tersebut juga digunakan oleh masyarakat sebagai tempat bermusyawarah dan sosialisasi program desa dan kecamatan. c) Pengorganisasian dan Kontruksi Dari hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkan bahwa aktualisasi Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dari segi Pengorganisasian dan Kontruksi di Kampung Cukang lemah berhasil dibangun, hal ini berdasarkan informasi dari ketua RT. 03 bahwa setelah adanya MD Al-Ulfah yang digunakan oleh masyarakat sebagai tempat belajar anak-anak, juga digunakan sebagai pusat kegiatan masyarakat sebagai tempat bertukarpikiran serta bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya, sehingga terwujud perasaan saling tolong-menolong serta saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya. d) Pengembangan Kekuatan dan Inovasi



98 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Melalui perjuangan panjang, MD Al-Ulfah mampu membangun kepercayadirian masyarakat Kampung Cukang Lemah, sehingga masyarakat tidak mudah dipengaruhi oleh isuisu negatif yang berkembang diluar masyarakat. Masyarakat Cukang Lemah mampu meciptakan pupuk pertanian untuk mengolah tanahnya dan tidak bergantung kepada produk dari luar. e) Membangun Dinamika Bersama MD Al-Ulfah, Masyarakat Kampung Cukang Lemah mampu menyusun program ke depan serta dapat memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. 1. Kendala yang dihadapi MD Al-Ulfah dalam memberdayakan Masyarakat Kampung Cukang Lemah Disamping beberapa keberhasilan yang diraih oleh MD AlUlfah bersama-sama dengan Masyarakat Kampung Cukang Lemah, juga ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam proses pemberdayaan masyarakat, tantangan tersebut adalah : A. Pengurusan Ijin Operasional dari pemerintah. Lembaga



mendapat



kesulitan



dalam



pengurusan



ijin



operasional dari pemerintah, hal ini disebabkan karena personil yang terlibat dalam kegiatan di MD Al-Ulfah tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai, mayoritas tenaga pengajar di MD Al-Ulfah adalah lulusan SMP/MTs dan SMA/MA, B. MD Al-Ulfah tidak memiliki Guru Bahasa Inggris yang baik.



99 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Salah satu kebutuhan pendidikan sekarang adalah kemampuan berbahasa Inggris yang baik, Faktor biaya yang membuat MD Al-Ulfah tidak mampu mendatangkan Guru Bahasa Inggris untuk membantu membimbing peserta didik. C. Biaya Operasional Biaya operasional MD Al-Ulfah bersumber dari masyarakat serta donasi dari para alumni yang telah bekerja. Meskipun biaya bukan kendala utam, namun seiring perkembangan jaman, factor ini menjadi sangat penting apabila akan diadakannya sebuah acara atau kegiatan guna menanamkan motivasi terhadap peserta didik. Demikian kendala yang dihadapi oleh MD Al-Ulfah dalam proses pemberdayaan masyarakat, disamping kendala-kendala kecil yang ada. A. Strategi digunakan MD Al-Ulfah untuk memberdayakan Masyarakat Dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat, bahwa di Kampung Cukang lemah tidak ada guru/ustadz yang mampu bertahan lama dalam membina masyarakat, para ustadz yang ada di Kampung Cukang Lemah hanya bertahan 6 bulan sampai dengan 1 Tahun. hanya Madrasah Diniyyah Al-Ulfah Cicalengka yang bertahan lama dalam membina masyarakat, dari hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kunci keberhasilan atau strategi yang dilakukan MD Al-Ulfah dalam memberdayakan masyarakat adalah “Istiqomah”, yaitu konsisten atau tegak lurus dalam menjalankan program-programmnya.



100 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Makna “Istiqomah” menurut para ulama’ memiliki versi yang berbeda-beda tentang makna dari kata istiqomah itu sendiri. Di antaranya adalah sebagai berikut: 



Abu Bakar Ash Shidiq memaknai istiqomah sebagai tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun.







Umat Bin Khattab memaknai istiqomah sebagai anjuran untuk bisa bertahan di dalam sebuah perintah dan juga larangan serta tidak berpaling dari yang lainnya sebagaimana musang.







Utsman Bin Affan memaknai istiqomah sebagai ikhlas.







Ali Bin Abi Thalib memakna istiqomah sebagai tindakan melakukan suatu kewajiban.







Ibnu Abbas memaknai istiqomah dengan tiga arti, pertama adalah istiqomah dengan lisan dengan sikap bertahan dengan membaca syahadat. Kemudian yang kedua adalah istiqomah dengan hati yakni dengan melakukan segala dengan disertai niat yang jujur. Dan terakhir adalah istiqomah dengan jiwa dimana seseorang senantiasa menjalankan ibadah serta ketaatan kepada Allah secara terus menerus.







Ar-Raghiib memaknai istiqomah sebagai tetap di atas jalan yang lurus.







An-Nawani memaknai istiqomah sebagai tetap di dalam ketaan. Sehingga istiqomah sendiri memiliki pengertian bahwa seseorang senantiasa ada di dalam ketaatan dan di atas jalan lurus di dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt.







Mujahid memaknai istiqomah sebagai komitmen terhadap kalimat syahadat dan juga tauhid hingga bertemua dengan Allah Swt.



101 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



D. SIMPULAN Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pendidikan nonformal yang dilaksanakan oleh Madrasah DiniyyahAl-Ulfah cicalengka adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial. 2. Madrasah Diniyyah (MD) Al-Ulfah adalah salah satu lembaga pendidikan nonformal yang seutuhnya dibentuk, dikembangkan, serta dikelola oleh masyarakat. Lembaga ini mempunyai perana penting dalam pembentukan karakter masyarakat, terutama di Kampung



Cukang



Lemah



Desa



Tenjolaya



Kecamatan



Cicalengka. Pembaharuan karakter yang dibentuk ole MD AlUlfah adalah meliputi pemberdayaan dalam penyadaran berpikir, perubahan pola belajar serta dapat membangun dinamika baru dalam kehidupan masyarakat.. 3. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yang bersifat people centred, participatory, empowering, and sustainable.



102 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Non Formal.2007.Jakarta:Mendiknas. Joesoef., Soelaman, Konsep Dasar Pendidikan non formal, Jakarta: Bumi Aksara. 1992. Samsuni, Manajemen Sumber Daya Manusia, Al Falah, Vol. XVII No. 31 Tahun 2017. Susanto, Eko., Penggunaan Media Dalam Proses Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kreativitas, Jurnal Guidena Vol 2. No.l, September 2012. Buddy Robinson., Strategies for Community Empowerment: Direct Action And Transformative Approaches To Sosial Change Practice, EmText : New York, 1994. Bafadhol, Ibrahim, Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia, Jurnal Edukasi Pendidikan Islam, Vol.06.No.11, Januari 2017. Dacholfany, M. Ihsan, Leadership Style in Character Education at The Darussalam Gontor Islamic Boarding, Al-Ulum Volume 15 Number 2 December 2015. ———. Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka Menciptakan Inovasi Di Bidang Pendidikan, Jurnal Dewantara Vol.I , No.01 Januari – Juni 2016. ———. Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi: Sebuah Tantangan dan Harapan , Jurnal Akademika, Vol. 20, No. 01 Januari-Juni 2015.



103 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal



Ayi Hidayat



NIM : 4103810318023



Hidayatun Nur, Peranan Sanggar Kegiatan, Purwokerto Dalam Membangun Pendidikan, FKIP UMP, 2013. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif., Remaja Rosdakarya, 2000. Sukmadinata, N.Sy., Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda, 2008. Sulistyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004. Napitupulu, P. Washington Mengapa Perlu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah (Nonformal), Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 1, No.2,



104 Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal