Makalah Pembuatan Mikro Organisme Lokal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

makalah pembuatan mikro organisme lokal  



Klasik Kartu Lipat







Majalah







Mozaik







Bilah Sisi







Cuplikan







Kronologis



1. Dec 26



pembuatan mikro organisme lokal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal dari sisa-sisa pembusukan yang mudah terurai. Mikro organisme lokal yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu mikroorganisme yang berasal dari (keong mas dan buah maja) dan (nasi segar dan sersah bambu lapuk) serta, gula merah, dan air



kelapa. Mikro Organisme Lokal mempunyai keuntungan karena biaya yang dibutuhkan murah dan pembuatannya sangat mudah. MOL merupakan singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan – bahan alami yang disukai sebagai media atau tempat hidup dan



berkembangnya



mikro



organisme



yang



berguna



untuk



mempercepat



penghancuran bahan – bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme yang berada di tempat tersebut. Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan dari bahan organik yang difermentasikan dengan air kelapa dan air cucian beras ditambah gula. Mikro organisme adalah bakteri, baksil, jamur, cendawan. hasil dari mikro organisme lokal yang dibuat berupa larutan, larutan mikro organisme lokal dapat digunakan sebagai dekomposer karena larutan mikro organisme mengandung bakteri yang berpotensi merombak bahan organik. Akan tetapi Larutan mol juga mengandung unsur hara mikro dan unsur hara makro. Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai dekomposer dan sebagai activator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang disengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat tersebut.



Adanya mikro organisme lokal, maka dapat memudahkan para pembudidaya ikan air tawar dalam menggunakan pupuk cair yang bersifat organik dan murah.



B. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui teknik pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL). 2. Untuk mengetahui syarat pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL). 3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pembuatan mikro organisme lokal (MOL) terhadap perairan dan perikanan. C. Manfaat Selain tujuan yang ingin dicapai, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat member manfaat : Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk meninkatkan pengetahuan dan



keterampilan



pembuatan



mikro



organisme



lokal



serta



memahami



permasalahanyang timbul dalam pembuatan mikro orgnisme lokal dan juga dapat menambah informasi lebih lanjut tentang pembuatan mikro oranisme lokal. Manfaat lainnya adalah untuk mengembangkan dan melestarikan mikro organisme lokal pada masyarakat luas. Dengan adanya makalah pembuatan mikro orgaisme lokal, selain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan juga bisa merubah sikap dan prilaku yang tidak baik kearah yang lebih baik, dan dapat memahami prinsip pembuatan mikro organisme lokal.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian Mikro Organisme Lokal (MOL) Mikro Organisme Lokal (MOL) dapat dikatakan sebagai salah satu jenis pupuk cair. Mikro Organisme Lokal (MOL) juga memiliki kandungan unsur hara mikro. Mikro organisme lokal sangat berperan



sebagai pengendalian hama dan



penyakit ikan. Mikro organisme lokal dapat berasal dari hasil pembusukan yang difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan maka akan semakin cepat menjadi mikro organisme lokal. Dalam pembuatan mikro organisme lokal yang lebih cepat maka bakteri dalam larutan membutuhkan glukosa, sumber bakteri, dan karbohidrat. 1. Glukosa Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan, artinya lebih mudah untuk dimakan. Glukosa yang dibuat dalam praktikum biasanya adalah gula merah yang telah diiris atau dihaluskan. 2. Sumber Bakteri Sumber bakteri dalam mikro organisme lokal yang diperoleh berasal dari keong mas, maja dan nasi, sersah bambu lapuk. 3. Karbohidrat Karbohidrat dalam mikro organisme lokal sangat dibutuhkan oleh bakteri pengurai dan yang digunakan sebagai sumber energi yaitu air kelapa, air cucian beras.



B. Jenis-Jenis Mikro Organisme Lokal (MOL) Adapun jenis – jenis mikro organisme lokal yaitu:



1. Mikro organisme lokal nabati yaitu mol yang berasal dari tanaman buah maja, kandungan Glukosa untuk nabati yaitu 5% dari 1kg maja, 2. Mikro organisme lokal hewani yaitu mol yang berasal dari keong mas, kandungan Glukosa untuk hewani yaitu 20% dari 1kg keong mas. C. Fungsi dan Tujuan Pembuatann Mikro Organisme Lokal (MOL) 1. Fungsi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Adapun fungsi dari pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) yaitu sebagai berikut: a. Sebagai aktivator ( mengaktifkan bakteri). b. Sabagai dekomposer ( untuk mempercepat dekomposisi). c. Sabagai nutrisi (makanan). d. Sebagai Biopestisida (obat racun alami). 2. Tujuan pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Adapun tujuan dari pembuatan adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.



Untuk menaikkan pH air. Mencegah penyakit. Membunuh patogen/bakteri yang merugikan. Menimbulkan plankton atau bias disebut pakan alami. Membunuh patogen/bakteri yang merugikan. Menimbulkan plankton atau bias disebut pakan alami.



D. Syarat dan Cara Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) 1. Syarat pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Syarat pembuatan mol merupakan salah satu faktor pendukung agar mikro organisme lokal tidak gagal, adapun syarat pembuatan mol adalah sebagai berikut: a. Karbohidrat yaitu air kelapa dan air cuucian beras. b. Glukosa yaitu gula merah. c. Sumber bakteri yaitu keong mas dan maja, nasi dan sersah bambu lapuk. 2. Cara pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Adapun cara dalam pembuatan mikro organisme lokal yaitu :



a.



Mol keong mas dan maja Sebelum membuat mol terlebih dahulu hal yang dilakukan yaitu persiapan alat dan bahan. Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)



Ember plastik (untuk tempat keong). Lesung batu 1 buah. kayu (untuk menumbuk keong). Jeriken (untuk tempat fermentasi). parang (untuk membelah maja). Plastik atau kresek. Selang plastik sebesar pensil sepanjang 0,5 meter (untuk sirkulasi udara). Tali dari karet (bekas ban dalam). Botol bekas minuman mineral atau Aqua.



Adapun



bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan Mikro



Organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut: a) 5kg keong mas yang masih hidup/segar b) 2 Buah buah maja matang c) gula merah 1kg d) Air kelapa 10 liter e) Air cucian beras 10 liter Adapun cara membuat mol yaitu: 1) Menghaluskan Keong mas dengan cara menumbuk hingga halus kemudian memasukkan ke dalam jeriken; 2) Mengiris gula merah hingga halus kemudian melarutkan gula dalam larutan air cucian beras; 3) Membelah buah maja lalu mengambil isinya; 4) Mencampurkan keong dengan gula merah dan buah maja yang sudah dihaluskan; 5) Memasukkan air kelapa dan aduk sampai merata; 6) Kocok-kocok hingga tercampur rata;



7)



Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik



sambungan pada botol yang telah berisi air; 8) Mengikat dengan menggunakan karet ban dalam; 9) Fermentasikan selama 15 hari Catatan: seteleh 15 hari mol di panen dengan cara pemerasan, dan siap di gunakan b. Mol nasi dan sersah bambu lapuk Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan Mikro organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)



Jeriken (untuk tempat fermentasi). Plastik /kresek. Selang plastik sebesar pensil sepanjang 0,5 meter (untuk sirkulasi udara). Tali dari karet (bekas ban dalam). Botol bekas minuman mineral atau Aqua. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut: a) Nasi segar (tidak basi). b) Seresah bambu lapuk, berupa daun-daun dan sisa-sisa potongan batang bambu c)



yang sudah ditebang dan sedang mengalami



dekomposisi (penghancuran/penguraian) dalam kondisi lembab. Kardus yang bisa digunakan sebagai wadah tempat penyimpanan



kepalan nasi. d) gula merah 0,5 kg. e) Air kelapa sebanyak 5liter. f) Air cucian beras sebanyak 5 liter. Adapun cara membuat mol yaitu: 1) Membuat kepalan nasi lalu di tempelkan dangan daun bambu lapuk atau batang bambu lapuk;



2) Menyimpan kepalan nasi yang sudah tercampur tadi dalam kotak atau kardus yang tertutup rapat sellama 3-4 hari; 3) Memasukan kepalan nasi yang telah disimpan selama 3-4 hari kadalam jeriken dan di campur dengan air kelapa, air beras, dan gula merah; 4) Kocok-kocok hingga tercampur rata; 5) Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik sambungan pada botol yang telah berisi air; 6) Mengikat dengan menggunakan karet ban dalam; 7) Fermentasikan selama 15 hari; Catatan: seteleh 15 hari mol di panen dengan cara pemerasan, dan siap di gunakan. Adapun ciri-ciri pembuatan mol yang gagal yaitu ada terdapat belatung (ulat), jika terdapat belatung atau ulat langsung di buang saja.



BAB III PENUTUP A. Simpulan Adapun simpulan dari makalah ini yaitu :



1.



Pembuatan MOL dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembuatan mol



keong dan maja serta teknik pembuatan mol nasi dan sersah bambu lapuk. 2. Dalam pembuatan mikro organisme lokal harus memenuhi syarat yang berupa gluksoa karbohidrat dan sumber bakteri 3. Dalam pembuatan mikro organisme lokal meiliki fungsi dan tujuan yaitu berupa meningkatkan pakan alami dan memperbaiki kulitas air B. Saran Dari pembahasan makalah ini yang berjudul mikro organisme lokal masih banyak kekurangan sehingga penulis masih membutuhkan saran dan kritikan dari pembaca makalah demi kesempurnaan makalah ini.



Fiqhi Ardiansyah Senin, 29 April 2013



MOL (mikro organisme lokal)



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pertanian, istilah pupuk tentunya sudah tidak asing lagi. Pupuk memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang tumbuhnya tanaman. Bagi tanaman,



pupuk



adalah



nutrisi



penting



yang



sangat



dibutuhkan



untuk



perkembangan hidupnya, menjadi tanaman yang subur dan produktif. Tanaman yang tercukupi kebutuhan pupuknya akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia merupakan pupuk berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada



lingkungan dan menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan. Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk organik biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa pupuk cair. Pupuk organik cair (POC) adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Salah satu pupuk organik cair adalah MOL (Mikro Organisme Lokal). MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal dari sisa-sisa pembusukan yang mudah terurai. MOL yang akan dibuat pada praktikum kali ini berasal dari bermacam-macam buah yang hampir busuk seperti buah pepaya, mangga, pisang, mentimun serta, gula merah, dan air kelapa. Mikro Organisme Lokal



mempunyai



keuntungan



karena



biaya



yang



dibutuhkan



murah



dan



pembuatannya sangat mudah. Hasil dari MOL yang dibuat berupa larutan. Larutan MOL dapat digunakan sebagai dekomposer karena larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi merombak bahan organik. Akan tetapi Larutan mol juga mengandung unsur hara mikro dan unsur hara makro. Dengan adanya MOL, maka akan memudahkan petani dalam menggunakan pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan berkurang. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan percobaan mengenai pembuatan MOL sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan oleh pupuk kimia.



1.2. Tujuan dan Kegunaan



Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik-teknik pembuatan Mikro Organisme Lokal, mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Adapun mengetahui



kegunaan teknik-teknik



dari



praktikum



pembuatan



ini MOL



adalah dan



agar



mahasiswa



meningkatkan



dapat



kesadaran



masyarakat untuk memanfaatkan limbah tanaman.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Pupuk Pupuk adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman. Zat makanan (hara) tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan mempertahankan pertumbuhannya. (Suriadikarta, 2006). Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik (Suriadikarta, 2006). 2.2. MOL (Mikro Organisme Lokal) a)



Pengertian MOL MOL dapat dikatakan salah satu jenis pupuk cair. Mol juga memiliki kandungan unsur hara dan unsur hara mikro. MOL sangat berperan dalam perangsang tanaman dan sebagai pengendalian hama dan penyakit tanaman (Anonim, 2012).



MOL



(Mikro



Organisme



Lokal)



merupakan



pemanfaatan



bakteri



yang



bermanfaat di sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil pembusukan yang telah difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan maka akan semakin cepat menjadi MOL (Anonim, 2012). MOL yang berasal dari buah-buahan yang sedang dibuat, yang telah/hampir busuk merupakan pembuatan MOL yang relatif cepat dan efisien karena buah tersebut memiliki daging buah yang halus sehingga mudah untuk busuk (Anonim, 2012). Dalam pembuatan MOL yang lebih cepat maka bakteri dalam larutan MOL membutuhkan glukosa, sumber bakteri, dan karbohidrat (Anonim, 2012). 1. Glukosa Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan, artinya lebih mudah untuk dimakan. Glukosa yang dibuat dalam praktikum ini adalah gula jawa yang telah diiris/dihaluskan serta air kelapa. 2. Mikroorganisme lokal/sumber bakteri Sumber bakteri dalam MOL yang diperoleh berasal dari buah-buahan yang telah busuk. Bakteri yang tersedia dalam MOL biasanya lebih dari satu jenis bakteri. Jenis bakteri yang terdapat seperti Pseudomona sp, Bacillus s, bakteri pelarut pospat, dan Azospirillum sp, dll. Walaupun dalam praktikum tidak adanya identifikasi jenis bakteri. Akan tetapi dapat diperoleh dari literatur yang telah diidentifikasi. 3. Karbohidrat Karbohidrat dalam MOL sangat dibutuhkan oleh bakteri pengurai yang digunakan sebagai sumber energi. Akan tetapi, karbohidrat tidak ada ditambahkan dalam praktikum ini. Karbohidrat dapat berupa beras, gandum, ubi, kentang dan b)



singkong. MOL dari buah-buahan MOL yang digunakan dalam praktikum ini adalah MOL dari buah-buahan yang telah busuk dan mudah untuk difermentasikan dan tidk membutuhkan waktu yang lama. Hasil dari MOL ini dapat disemprotkan langsung ke tanaman dan dapat digunakan sebagai dekomposer dalam pengomposan (Pranata, 2004).



c)



Penggunaan MOL MOL



dapat



digunakan



langsung



disemprotkan



ke



tanaman



dalam



meningkatkan kesuburan tanaman.dan juga dalam meningkatkan kesuburan tanah.



Mol dapat langsung dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan (Pranata, 2004). MOL dapat digunakan dalam proses penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya (Pranata, 2004). d)



Manfaat MOL Adapun manfaat dari MOL adalah sebagai berikut (Wahyudi, 2013) :







Menyediakan ketersediaan unsur hara yang sangat cepat karena udah berupa







larutan. Dapat disemprotkan langsung oleh tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan



   



tanaman. Dapat digunakan sebagi dekomposer dalam pengomposan. Mengendalikan hama dan penyakit dan tanaman. Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman. Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang lain dapat dimanfaatkan.



BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) lantai 4, Universitas Hasanuddin. Pada hari Sabtu, 30 Maret 2013 pukul 07.30 WITA sampai selesai.



3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah ember dan tutupnya, pengaduk serta blender. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah buah nenas, pisang, dan pepaya yang telah dihaluskan, gula merah yang sudah dicairkan, air, dan sabun colek serta isolasi atau lakban.



3.3. Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja pada praktikum pembuatan Mikro Organisme Cair (MOL) ini adalah sebagai berikut :         



Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Memasukkan buah yang telah dihaluskan ke dalam ember satu persatu Memasukkan gula merah yang telah dicairkan Menambahkan air ke dalam ember Mengaduk semua bahan yang telah dimasukkan ke dalam ember Mengolesi mulut ember dengan sabun colek Menutup ember Kemudian kembali mengolesi bagian pinggir tutup ember Memberi lakban agar ember tertutup rapat BAB IV HASL DAN PEMBAHASAN



4.1. Hasil No.



Gambar



Keterangan



1. Buah Pepaya yang telah dihaluskan kemudian di masukkan ke dalam ember



2. Masukkan buah nenas dan pisang ke dalam ember



3. Sambil diaduk, kemudian di tambahkan gula merah yang sudah dicairkan



4.



Tambahkan air secukupnya



5. Mengoleskan



sabun



colek



pada mulut ember



6. Menutup ember



7. Kembali mengolesi pinggir ember dengan sabun colek



8. Beri lakban pada ember gar tutupnya lebih rapat



4.2. Pembahasan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat kita ketahui bahwa bahan utama dari pembuatan MOL adalah buah-buahan. Mengapa harus buahbuahan? karena bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buahbuah dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol, dsb). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik (C/N ratio), maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Nutrisi buah adalah nutrisi yang diberikan untuk tanaman saat akan berbuah. Tanaman apapun bisa, termasuk padi. Nutrisi ini dibuat dari sari buah. Jika diberikan untuk tanaman, buah yang digunakan tak perlu segar. Buah yg digunakan dalam pembuatan MOL ini adalah buah nenas, pisang, dan papaya. Buah-buah ini banyak mengandung fosfor (P) yang baik untuk pertumbuhan bunga atau buah pada tanaman. Selain itu nanas juga mengandung kalium (K) dan kalsium dua jenis nutrisi yang juga dibutuhkan tanaman. Dalam proses pembuatan Mikro Organisme Lokal ini kemudian ditambahkan gula merah yang telah dicairkan. Gula merah ini bertindak sebagai molase yang



merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang akan menguraikan atau fermentasi dari bahan dasar dari MOL ini. Mikro Organisme Lokal ini sangat baik digunakan karena berbahan dasar buah-buahan yang berasal dari alam sehingga tidak meninggalkan residu yang akan merusak lingkungan serta harga dan proses pembuatannya yang tidak sulit. Hal ini sesuai dengan pendapat Pranata (2004) yang menyatakan bahwa pupuk organic merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahanbahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman di konsumsi.



BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa : 1.



Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan hara esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk juga merupakan vitamin bagi tanah yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur dengan tanah yang gembur dan subur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan Buah dan Daun



2.



yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak. MOL (Mikro Organisme Lokal) merupakan pemanfaatan bakteri yang bermanfaat di sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL berasal dari hasil pembusukan yang telah difermentasikan.



3.



Pemberian pupuk harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Pemilihan dosis yang tepat perlu dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan.



5.2. Saran Sebaiknya dalam praktikum pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) ini para mahasiswa lebih aktif lagi dalam praktikum agar supaya semua mahasiswa dapat mengerti dengan baik bagaimana proses pembuatan Pupuk ini.



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. http://rafiel91.blogspot.com/2012/12/mikro-organisme-lokal-dari-buahbuahan.html Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 11.10 WITA Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M.2006.Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Parnata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair dan Mikro Organisme Lokal. Jakarta: PT Agromedia Pustaka



Wahyudi, Roony. 2013. http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/02/manfaat-mikroorganisme-lokal.html Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 13.30 WITA



Diposkan oleh Fiqhi Ardiansyah di 18.51 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)



Mengenai Saya



Fiqhi Ardiansyah Lihat profil lengkapku



arsip blog Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh compassandcamera. Diberdayakan oleh Blogger. Headlines News :



AGRONOMI UNHAS Seputar Informasi Budidaya Pertanian  



INFO







MATA KULIAH







OPINI







BACAAN







PORTAL UNHAS







IKLAN







HIMAGRO







BELAJAR BLOG







NEC 2015







Beranda



Type and Enter







27 August 2016 Selamat Bergabung Mahasiswa Baru Agronomi Unhas 2016







18 May 2016 PASSING GRADE UNHAS 2016







14 May 2016 Mari Sukseskan Loktimawil. FKK Himagri Wil.V







13 May 2016 Info LOKTIMAWIL Wilayah V







06 April 2016 Pasca Panen Tanaman Kentang







06 April 2016 Pasca Panen Kelapa Sawit







28 March 2016 Agropico Gelar Pemilihan Duta Pangan Nusantara







23 February 2016 Pengertian dan Fungsi Atmosfer







09 October 2015 Sifat Dan Fungsi Batang Tanaman







08 October 2015 Laporan Lengkap DDA







08 October 2015 Pengomposan Limbah Organik







08 October 2015 Budidaya Tanaman Cabai



Home » Nutrisi Tanaman » LAPORAN MIKROORGANISME LOKAL



LAPORAN MIKROORGANISME LOKAL Written By Ari Sandria on Minggu, 03 November 2013 | 23.17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini memasuki masa transisi dari orientasi pertanian dengan pola subsisten kepada pola komersial. Pergeseran tersebut membawa konsekuensi penggunaan pestisida sebagai salah satu komponen penting dalam mengatasi organisme pengganggu tanaman, salah satu kendala bagi pembangunan pertanian yang berorientasi ekonomi. Namun sejauh ini pemakaian pestisida selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan berdampak pada lingkungan. Pasar lebih menyukai produksi pertanian yang bebas bahan kimia, sehingga alternatif pestisida aman bagi lingkungan dan



konsumen sangat diperlukan. Pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi pertanian pada gilirannya akan sangat membebani pertanian Indonesia yang tingkat ketergantungan petaninya pada pestisida kimiawi masih tinggi. Ketergantungan tersebut akan melemahkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar bebas. Menghadapi kenyataan tersebut agaknya perlu segera diupayakan pengurangan penggunaan pestisida kimiawi dan mengalihkannya pada jenis pestisida yang aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif adalah penggunaan MOL (Mikro Organosme Lokal) yang biasa digunakan sebagai starter dalam pembuatan kompos atau biasa disebut dengan pupuk organik. MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahanbahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa macam organisme pengganggu tanaman (OPT). MOL juga diindikasikan mengandung zat perangsang tumbuh / fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin Kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan decomposer. Berbagai macam bahan-bahan decomposer banyak di jual seperti EM4.Akan tetapi biaya yang dikeluarkan mahal, pada dasarnya kompos yang berbahan dasar mikroorganisme mudah di produksi sendiri karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak yang terdapat di alam sekitar kita. Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan MOL (Mikro Organisme Lokal). Larutan MOL menggandung unsur hara makro dan mikro dan juga menggandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik. Perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai pembuatan Mikro Organisme Lokal yang sangat baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum nutrisi tanaman dengan judul percobaan pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan dan manfaat MOL bagi tanaman. Sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi kepada praktikan maupun kepada pembaca akan cara pembuatan MOL dan manfaat dari MOL tersebut bagi tanaman.



BAB



II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikro Organisme Lokal Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam biosfer.Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel. Mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan algae (Darwis dkk., 1992).Mikroorganisme menguraikan bahan organik dansisa–sisa jasad hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana (Sumarsih, 2003). Menurut Budiyanto (2002), mikroorganisme mempunyai fungsi sebagai agen proses biokimia dalam pengubahan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan. Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi(Hadinata, 2006). Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006). Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Salah satu activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro Organisme Lokal).Tiga bahan utama dalam larutan MOL: 1. Karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll 2. Glukosa. Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira dll 3. Sumber Bakteri (mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman



antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat. 2.2 Kandungan bahan Yang Digunakan Pemanfaatan daun gamal sebagai bahan baku dalam penelitian karena tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis tanaman leguminoceae dengan kandungan unsur hara yang tinggi. Purwanto (2007) menguraikan gamal yang berumur satu tahun mengandung 3-6% N; 0,31 % P; 0,77% K; 15-30% serat kasar; dan 10% abu K. Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), kandungan unsur hara yang terdapat dalam larutan MOL daun gamal lebih tinggi daripada larutan MOL dengan bahan dasar rebung, dan rumput gajah. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam larutan bio–urine daun gamal terdiri dari 2,8 % N; 48,11 mg L-1 P; 14,469 mg L-1 K; 520 mg L-1 S; 48,5 mg L-1 Ca; 224 mg L-1 Mg; 125 mg L-1 Na; 3,75 mg L-1 Fe; 54,60 mg L-1 Mn; 0,83 mg L-1 Zn; 0,241 mg L-1 Cu, dan 7455 mg L1 Cl. Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Sayangnya sebagian besar nutrisi pada kulit ari telah hilang selama proses penggilingan dan penyosohan beras. Sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak esensial hilang dalam proses membuat beras lebih “indah” untuk dimakan. Saat mencuci beras, biasanya air cucian pertama akan berwarna keruh. Warna keruh bekas cucian itu menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Meskipun banyak nutrisi yang telah hilang, namun pada bagian kulit ari masih terdapat sisa-sisa nutrisi yang sangat bermanfaat tersebut. Misalkan fosfor (P), salah satu unsur utama yang dibutuhkan tanaman dan selalu ada dalam pupuk majemuk tanaman semisal NPK. Fosfor berperan dalam memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda. Nutrisi lainnya adalah zat besi yang penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil) juga berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein. Selain itu kulit ari juga mengandung vitamin, mineral, dan fitonutrien yang tinggi. Vitamin sangat berperan dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai koenzim (komponen non-protein untuk mengaktifkan enzim). Beras mengandung karbohidrat yang tinggi. Sangat mungkin karbohidrat ini terdegradasi saat mencuci. Hipotesa awal, saat disiramkan ke tanaman, karbohidrat akan terpecah menjadi unsur yang lebih sederhana dan memberikan nutrisi bagi mikroba yang menguntungkan bagi tanaman. Meskipun saya belum mengetahui apa mikroba yang diuntungkan dengan kandungan karbohidrat air leri ini. Menarik jika ada yang meneliti. Fakta terbaru adalah hasil penelitian yang dilakukan Yayu Siti Nurhasanah mahasiswa IPB. Mengungkapkan bahwa air cucian beras merupakan media alternatif pembawa bakteri Pseudomonas fluorescens. Bakteri tersebut adalah mikroba yang berperan dalam pengendalian petogen penyebab penyakit karat dan memicu pertumbuhan tanaman (okezone, 19/10/11). P. fluorescens sangat berperan dalam pengendalian patogen penyebab penyakit karat dan pemicu pertumbuhan



tanaman Gula merah adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Gula Aren mengandung energi sebesar 368 kilokalori, protein 0 gram, karbohidrat 95 gram, lemak 0 gram, kalsium 75 miligram, fosfor 35 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Gula Aren juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Gula Aren, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. 2.3 Tanaman Kakao Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Di alam kakao dapat mencapai ketinggian 10m.Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas (wikipedia. 2013). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1.Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri.Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki.Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang.Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah di bagian dalam (Djatmiko dan Wahyudi, 1986). Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah.Kakao curah berasal dari kultivar yang self-incompatible.Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi.Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya (Djatmiko dan Wahyudi, 1986).



BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Mikro Organisme Lokal dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 April 2013 pukul 08.00 Wita - selesai di Screen House, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. 3.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu selang 2m, 3 botol air mineral



besar ukuran 1.5 liter, pisau, isolasi, ember, saringan dan label. Bahan-bahan yang digunakan yaitu daun gamal , air cucian beras dan gula merah. 3.3. Prosedur Pelaksanaan Adapun prosedur kerja dari praktikum ini sebagai berikut. 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, 2. Mencacah kecil-kecil daun gamal 3. Menimbang hasil cacahan daun gamal 4. Memasukkan daun gamal kedalam ember kemudian dicampurkan air beras dan gula kedalam ember tersebut, 5. Membungkus ember dengan plastik yang telah dilubangi untuk selang yang akandisambungkan kedalam botol yang berisi air. 6. Membiarkan/menyimpan selama satu minngu, setelah itu disaring untuk diambil airnya. BAB HASIL DAN PEMBAHASAN



IV



4.2 Pembahasan Dari praktikum yang telah di lakukan menganai pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari bahan-bahan daun gamal , Gula merah, dan air beras. Maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada table di atas, bahwa bahan-bahan sebelum difermentasikan memiliki karakteristik seperti bau yang menyengat, berwarna hijau dan belum terjadi perubahan morfologi dimana masih kelihatan serasah daun gamal . Sedangkan setelah difermentasikan mol yang dihasilkan memiliki karakteristik seperti bauh yang menyerupai bau tape/alcohol, berwarna hijau kecoklatan dan terjadi perubahan morfologi berupa serasah-serasah halus tinggal sedikit, terdapat jamur berwarna putih di permukaan larutan.Semakin busuk dan halus daun gamal yang akan difermentasikan maka akan semakin cepat untuk terurai sehingga akan lebih cepat menjadi MOL. Untuk mempercepat penguraian di dalam larutan MOL, maka ditambahkan sumber makanan bagi bakteri berupa kecap dan air kelapa yang terdapat dalam larutan MOL. Hal ini sesuai dengan pendapat Djati Runggo (1985) yang menyatakan bahwa sumber makanan dapat berupa glukosa dan karbohidrat. Sumber makanan digunakan bakteri sebagai energi dalam dekomposer buah-buahan yang akan dijadikan MOL. MOL yang dibuat pada praktikum ini membutuhkan waktu 7-8 hari. Akan tetapi, semakin banyak bakteri di dalam larutan, maka akan semakin cepat juga dekomposer terjadi hingga menjadi MOL sehingga peran bakteri sangat dibutuhkan dalam pembuatan MOL. Dalam hasil praktikum yang telah didapat bahwa larutan MOL belum sempurna dan masih terdapat sedikit serasah-serasah dari buah-buah tersebut, hal ini disebabkan karena bakteri tidak menguraikan secara sempurna.Adanya serasah-serasah buahbuahan yang belum larut itu dapat diakibatkan karena kurangnya karbohidrat bagi bakteri yang digunakan sebagai energi dalam dekomposer. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan praktikum mengenai pembuatan mikro organisme lokal yaitu: • Hasil mol yang diperoleh memiliki warna hijau kecoklatan, bau seperti tapai/alkohol, dan terdapat jamur berwarna putih di permukaan larutan MOL. • MOL berperan terhadap kesuburan tanaman karena memiliki kandungan unsur hara mikro dan makro, • MOL juga dapat digunakan dalam pengomoposan yang berfungsi sebagai mempercepat dekomposer. 5.2 Saran Sebaiknya kerjasama asisten dan praktikan lebih baik lagi lebih dan asisten lebih serius dan lebih aktif menjelaskan kepada praktikan mengenai percobaanpercobaan yang akan dilakukan.dan sebaiknya dan kebersihan pada saat praktikum lebih di jaga. DAFTAR Anonim.2013. tangga



PUSTAKA http://wikipedia.com/2010/11/25/budidaya-kakao/. Diunduh pada 23 April 2013, pukul 19.30



Anonim. 2013. http://papinkprapti.wordpress.com/2013/07/03/mikro-organismeLokal mol.Diunduh pada tanggal 22 April 2013, pukul 20.22.



Anonim.2013.http://fiqhiardiansyah.blogspot.com/mikro-organisme-lokal.Diunduh pada tanggal 23 April 2013 Djatmiko dan Wahyudi. 1986. Budidaya Tanaman Kakao. Erlangga. Yogyakarta Hidayat,



2006.



Puupuk



Mikro



Organisme



Lokal.



Penebay



Swadaya.



Jakarta



Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah. Share this article : Share



Label: Nutrisi Tanaman 0 komentar: Speak up your mind



Tell us what you're thinking... !



Link ke posting ini



Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda



Labels Agronomi Artikel B.Ingris Biokimia Tanaman Bioteknologi Botani BTH DDA DESAIN BLOG Falasafah Cinta Fispan Fistum Genetika Tanaman Ilmu Gulma ILMU TANAH Info Nutrisi Tanaman Opini Perkebunan Pertanian SKEFO



Profil



Ari Sandria Lihat profil lengkapku



Pengunjung 326164



Recent News Followers Join



 



Home About Us







Contact Us







New Single







Music News







Full Album



Support : Facebook: AL AZ ARI/'>Ari Sandria | Agronomi Template Proudly powered by Blogger Copyright © 2011. AGRONOMI UNHAS - All Rights Reserved



Template Design by Creating Website Published by Mas Template



Inafa Handayani (Nha Nha) Kamis, 04 Juni 2015



PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN KOMPOSTING



MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN KOMPOSTING (Laporan Praktikum Bioteknologi)



Penulis Nama



: Inafa Handayani



NPM



: 1214151027



P. S.



: Kehutanan



Mata Kuliah : Bioteknologi Kehutanan Dosen



: Dr. Melya Riniarti, S.P.,M.Si.



Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung O6 November 2014



MIKROORGANISME LOKAL DAN KOMPOSTING



Inafa Handayani



Abstrak



Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Setelah MOL matang maka pembuatan composting dilaksanakan, Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tentang MOL dan pengomposan, mengetahui ciri-ciri kematangan MOL dan pengomposan, dan mengetahui apakah MOL dan Komposting yang telah dilakukan sudah matang atau belum, diketahui dengan ciri-ciri kematangan MOL dan Komposting. MOL yang sudah jadi berbau tidak menyengat lagi (berbau seperti tape), terjadi perubahan diatas permukaannya berupa terdapat busa. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi berupa : bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah), mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan),suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30–35 0C), jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Pembuatan MOL yang kami lakukan sudah jadi karena sudah memenuhi ciri-ciri jadinya molase yaitu berbau tidak menyengat (tape), terdapat busa diatas permukaan, sedangkan kompos yang kami buat mendekati jadi yaitu sudah terjadi perubahan warna berupa warna kehitaman, tidak berbau lagi, sekitar 1-2 minggu MOL akan jadi jika diberi perlakukan dengan benar.



DAFTAR ISI



COVER.............................................................................................i ABSTRAK..........................................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................................iii I. PENDAHULUAN............................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................1 B. Tujuan Praktikum.........................................................................2 II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4 III. METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................10 IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN........................................12 A. Hasil Praktikum..........................................................................12 B. Pembahasan...............................................................................12 V. KESIMPULAN..............................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................16



I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau kompos.



Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran lingkungan.



Farida (2009) mengamati bahwa pada pembuatan MOL dengan lama fermentasi lebih dari 3 minggu, tutup wadah fermentasi ada yang terlepas. Lepasnya tutup wadah diduga akibat tekanan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Karena itu, dalam penelitian ini akan dibandingkan metode fermentasi MOL dengan dan tanpa penggunaan selang atau saluran udara, sehingga gas yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat disalurkan keluar wadah fermentasi. Selain itu, wadah fermentasi akan ditutup lebih kuat sehingga tidak mudah terlepas.



MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahanbahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang



berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa macam



organisme



pengganggu



tanaman



(OPT).



MOL



juga



diindikasikan



mengandung zat perangsang tumbuh/fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin.



Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia adalah bakteri, fungi dan jasad renik, sedangkan bahan organik adalah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya.



Kompos



memiliki



kandungan



unsur



hara



yang



terbilang



lengkap



karena



mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Namun jumlahnya relatif kecil dan bervariasi tergantung dari bahan baku, proses pembuatan, bahan tambahan, tingkat kematangan dan cara penyimpanan. Namun kualitas kompos dapat



ditingkatkan



dengan



penambahan



mikroorganisme



yang



menguntungkan.



B. Tujuan Praktikum



Tujuan dari Praktikum Mikroorganisme Lokal dan Pengomposan ini adalah 1. Mengetahui tentang MOL dan Pengomposan



bersifat



2. Mengetahui ciri-ciri kematangan MOL dan Pengomposan 3. Mengetahui apakah MOL dan Komposting yang telah dilakukan sudah matang atau belum, diketahui dengan ciri-ciri kematangan MOL dan Komposting



II. TINJAUAN PUSTAKA



Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.



Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari



hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).



Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme



yang



tumbuh



dan



berkembang



pada



suatu



bahan



dapat



menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).



Bagi lingkungan hidup seperti tanah, adanya mikroorganisme dapat menentukan tingkat kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi tanah. Metode pemupukan



dalam pertanian organik sebenarnya bertumpu pada peran mikroorganisme. Mikroorganisme ini sebenarnya sangat mudah dibudidayakan dan dikenal sebagai mikroorganisme lokal (MOL). Salah satu mikroorganisme yang menguntungkan dalam pembuatan kompos adalah bakteri. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat kelompok



bakteri



yang



mampu



mengikat



gas



N 2 dari



udara



bebas



dan



mengubahnya menjadi amonia sehingga ketersediaan nitrogen dalam tanah tetap terjaga



sehingga



tanah



tetap



subur.



Bakteri



ini



misalnya



antara



lain



Azotobactervinelandii yang hidup bebas dan menghasilkan amonia berlimpah di dalam tanah sehingga mampu menyuburkan tanaman, khususnya kelompok jagung-jagungan dan gandum.



Clostridium pasteurinum, hidup bebas dalam



berbagai kondisi tanah dalam lingkungan anaerob. Rhizobium leguminosum yang bersimbiosis



dengan



tanaman



jenis



polong-polongan



(leguminoceae)



yang



membentuk bintil-bintil akar. Nitrosomonassp. Dan Nitrosococcussp, yang berperan mengubah amonia menjadi nitrit serta nitrobacter yang bermanfaat mengoksidasi nitrit menjadi nitrat dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyono, 2014).



Ketepatan manajemen tanah akan mempengaruhi komunitas mikroba dan fauna dalam pembentukan atau degradasi bahan organik sepanjang musim tanam. Perubahan ciri fisik, kimia, dan biologi tanah yang dihasilkan dari praktek manajemen dapat mengubah lingkungan tanah pendukung pertumbuhan populasi dan keanekaragaman mikroba. Memelihara keaneragaman hayati dan memperbaiki kualitas tanah akan mengantar kita menuju keberlanjutan pertanian. Pupuk hayati telah dikenal dapat meningkatkan kesuburan tanah, keanekaragaman mikroba dalam tanah, dan hasil tanaman (Hastuti et al, 2008).



Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting dalam meningkatkan produksi tanaman.



Penggunaan pupuk diusahakan secara efisien,



agar diperoleh produksi yang optimal dan meningkatkan pendapatan petani serta tidak



mencemari



lingkungan.



Dalam



rangka



program



pemerintah



untuk



meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka penerapan pemupukan berimbang harus dilakukan. Penerapan pemupukan berimbang akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk kedalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian, efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Jenis hara tanah yang sudahmencapaikadar optimum atau status tinggi, tidakperluditambahkanlagi, kecuali sebagai pengganti hara yang terangkut sewaktu panen. Pengertian pemupukan berimbang adalah pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk pupuk. Sumber hara dapat berupa pupuk tunggal, pupuk majemuk atau kombinasi keduanya (Hartatik dan Setyorini, 2008).



Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah (Hadiwiyoto, 1983).



Selain itu kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme



(bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput,kotoran hewan, jerami, sisa-sisa ranting dan bahan, rontokan kembang dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan yang basah dan lembab. Di alam terbuka, kompos bisa terjadi



dengan



sendirinya,



lewat



proses



alamiah.



Namun,



proses



tersebut



berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses



mempercepat



pembuatan



kompos berlangsung



wajar



sehingga bias



diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000).



Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut : 1. Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman) 2. Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah) 3. Tidak mengandung asam lemak yang menguap 4. Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan) 5. Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi 6. Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5 - 7,57. Kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi, mencapai 110 me/100 gram 8. Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 – 35 0C) 9. Daya absorbsi air tinggi



10. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Simamora dan Salundik, 2006). Kelebihan pupuk organik 1.Dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisika tanah 2.Ramah lingkungan 3.Baik untuk kesehatan 4.Mengandung unsur yang lengkap 5.Tidak mudah tercuci dari tanah Kekurangan pupuk organik 1.Bereaksi lambat 2.Memerlukan dosis yang besar jika diberikan pada tanaman 3.Kurang praktis (Zubaidah. 1999)



Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menyediakan unsur hara mikro bagi tumbuhan 2. Mengemburkan tanah 3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah 4. Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah 5. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman



6. Menjadi salah satu alternative pengganti (subsitusi) pupuk kimia karena harganya murah,berkualitas dan akrab lingkungan 7. Mengurangi pencemaran lingkungan 8. Murah dan mudah didapat, bahan bisa dibuat sendiri (Murbandono, 2000)



Keunggulan Kompos : Pupuk organik atau kompos memlilki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupukan organik. Berikut beberapa perbedaan antara pupuk organik atau kompos dan pupukan organik. Sifat kompos atau pupuk organik a. Mengandung unsur hara mikro dan makro lengkap walaupun jumlahnya sedikit b. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara sebagai berikut : 1. Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan tanah 2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara 3. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme 4. Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah 5. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit.



Sifat pupuk anorganik a. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak



b. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras. c. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit. Bahan organik yang masuk kedalam pembuatan kompos adalah sisa-sisa bahan makanan yang mengandung lemak, antara lain sisa-sisa daging, tulang, dan duri ikan. Lemak dapat mengganggu proses fermentasi oleh bakteri, sedangkan sisa daging dan duri ikan akan menimbulkan aroma yang lebih menyengat dibandingkan dengan bahan lainnya. (Bagus, 2007).



III. METODOLOGI PRAKTIKUM



A. Alat dan Bahan



Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember, tally raffia, kantong plastic 2, pengaduk, alat untuk memasak air, cangkul, gayung, botol aqua besar, Tally Sheet. Sedangkan bahan yang digunakan adalah terasi ¼ kg, gula pasir ½ kg, gedebog pisang, bekatul (dedak), air mendidih, seresah, air biasa,



B. Cara Kerja



a. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan mol sebagai berikut 1. Rebus air sampai mendidih 2. Sisihkan 3. Potong-potong terasi dan masukkan ke dalam air mendidih 4. Masukkan gula pasir dan aduk bekatul hingga rata 5. dinginkan 6. Gedebong pisang yang sudah busuk diperas 7. Sisihkan air perasannya



8. Campurkan bahan dari langkah 1-7 tersebut aduk hingga rata



9. Tutup rapat campuran selama 3 hari dengan plastic yang diikatkan pada wadah 10. Buka campuran setelah 3 har, aduk campuran tutup kembali dan buka keesokan harinya untuk diaduk sesuai kebutuhan. Ulang proses serupa sampai hari ke 10



b. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan composting adalah 1. Mencari dan mencacah seresah sampai luasannya kecil 2. Timbang seresah untuk composting anaerob dan aerob, pisahkan 3. Letakkan seresah yang telah dicacah kedalam kantong plastic sebagai composting anaerob 4. Pemberian MOL pada anaerob sesuai dengan jumlah seresah 5. Ikat kantong plastic untuk mendapatkan composting anaerob 6. Membuat lubang tanah kurang dari 1 m 7. Meletakkan seresah yang telah dicacah dan ditimbang kedalam lubang tanah 8. Memberikan MOL pada seresah tersebut sesuai dengan banyaknya seresah 9. Setelah selesai, keliling lubang tersebut di beri penutup dengan plastic agar tidak ada seresah yang baru jatuh masuk 10. Pembuatan lubang sebaiknya pada daerah yang lembab agar mikroorganisme pada pemberian MOL untuk pembuatan kompos tidak mati



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Praktikum



Hasil yang didapatkan setelah praktikum adalah Tabel 1. Hasil Praktikum MOL Bentuk Perubahan



Awal Praktikum



Akhir Praktikum



Bau



Terasi masih berbau menyengat



Berbau seperti tape



Bentuk



Tidak terjadi perubahan



Terjadi perubahan diatasnya, berupa terdapat busa



Tabel 2. Hasil Praktikum Komposting Perubaha n



Aerob



Anaerob



Sebelu m



Setelah



Sebelum



Setelah



Bau



Berbau MOL



Tidak berbau



Berbau MOL



Berbau mendekati bau tape



Tekstur



Kasar



Kasar



Kasar



Kasar



Berat



2,2 kg



Tidak ditimbang, tetapi kemungkinan bertambah karena kompos sudah mendekati jadi



Tidak ditimban g



Tidak ditimbang (akan tetapi menyusut)



Warna



Coklat



Kehitam-hitaman



Coklat



Agak kehitamhitaman



B. Pembahasan



Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. praktikum pembuatan MOL bahwa MOL sudah jadi karena terjadi



Hasil dari



perubahan bau pada MOL tersebut, baunya seperti tape, selain itu terjadi perubahan berupa terdapat busa diatasnya. Jadinya suatu MOL dipengaruhi oleh dibukanya MOL setelah 3 hari dan kelembaban. berfungsi



untuk



pergantian



oksigen



pada



Dibukanya MOL setelah 3 hari



MOL



agar



mikroorganisme



yang



didalamnya tidak mati, pada praktikum ini masing-masing bahan memiliki fungsi yaitu : terasi digunakan untuk sumber protein, gula sebagai glukosa, dedak sebagai glukosa padat, gedebog pisang sebagai sumber inokulum, air panas dan dingin sebagai media. Manfaat bakteri local adalah Karena bakteri itu sudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada di Indonesia, tahu asal bakteri tersebut, banyak tersedia di alam, dan petani mudah membuat sendiri, tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli, tidak khawatir bakteri lokal akan punah, karena bersaing dengan bakteri luar. Untuk perbanyakan molase hanya perlu ditambahkan air dan penambahan gula, penambahan gula berfungsi sebagai sumber glukosa untuk bakteri yang ada diperbanyakan MOL.



Praktikum praktikum composting dilakukan setelah pembuatan MOL sudah jadi, karena MOL digunakan untuk pembuatan composting, pada praktikum ini dilakukan 2 pecobaan yaitu pembuatan kompos aerob dan kompos anaerob. Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut : Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah), mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan), suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30–35 0C), jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Dari ciri-ciri diatas dapat diambil bahwa pembuatan kompos aerob yang telah kami lakukan sudah mendekati jadi, karena pada



praktikum kami kompos sudah tidak berbau menyengat, warna pada kompos yang telah kami buat berwarna kehitaman, walaupun dari ciri-ciri diatas seharusnya kompos yang sudah jadi bertekstur remah dan gembur seperti tanah, kompos pada praktikum yang kami lakukan juga sudah agak dingin jika dipegang, kompos akan jadi setelah 1-2 minggu lagi jika kompos diberi air secara teratur agar inokulum tidak mati karena suhunya panas, pada pembuatan kompos anaerob juga sudah mendekati jadi, kompos tetap berwarna coklat, belum jadinya kompos yang kami buat diakibatkan karena tidak dibukanya kompos setelah 3 hari, karena inokulum juga memerlukan adanya oksigen, jika tidak dibuka maka inokulum akan mati karena panas, bau kompos sudah tidak menyengat, baunya seperti tape jika dibuka.



V. KESIMPULAN



Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah 1.



Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.



Komposting



adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya. 2. MOL yang sudah jadi berbau tidak menyengat lagi (berbau seperti tape), terjadi perubahan diatas permukaannya berupa terdapat busa. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi berupa : bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah), mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan),suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 – 35 0C), jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. 3.



Pembuatan MOL yang kami lakukan sudah jadi karena sudah memenuhi ciri-ciri jadinya molase yaitu berbau tidak menyengat (tape), terdapat busa diatas permukaan, sedangkan kompos yang kami buat mendekati jadi yaitu sudah terjadi perubahan warna berupa warna kehitaman, tidak berbau lagi, sekitar 1-2 minggu MOL akan jadi jika diberi perlakukan dengan benar.



DAFTAR PUSTAKA



Farida. 2009. Pemanfaatan Limbah Buah dalam Pembuatan MOL dengan Variasi Jenis Kemasan dan Lama Fermentasi. Skripsi Jurusan THP. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.



Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Http://Ivanhadinata.blogspot.com /. Tanggal akses 27 Oktober 2014 pukul 11.00 wib



Hartatik, W. Dan D. Setyorini. 2008. Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk Organik pada Padi Sawah.. Diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 12.30 wib



Hastuti, R. D., R. Saraswati, J. Purwani, dan T. S. Kadir. 2008. Aplikasi Pupuk hayati dan Dekomposer pada Padi Sawah. . Diaksestanggal 27 Oktober 2014



Hidayat. 2006. Mikrobiologi industri. Andi offset, Yogyakarta.



Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga. PT AgroMediaPustaka, Jakarta Selatan.



Hadiwijoto,S, 1999.Penanganandanpemanfaatansam,pah.YayasanIadayu. Jakarta



Murbandono, 2000. Membuatkompos. PenebarSwadaya. Jakarta



Simamora, Suhut, dan Salundik. 2006. AgroMediaPustaka.



Meningkatkan Kualitas Kompos. Jakarta:



Zubaidah, Ida. 1992. Pendidikan Lingkungan Hidup. Tim MGMP. Nganjuk



Diposkan oleh inafa handayani di 23.35 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)



Mengenai Saya



inafa handayani Lihat profil lengkapku



Arsip Blog 



▼ 2015 (8) o ► Desember (1) o



▼ Juni (7) 



PERKECAMBAHAN BENIH







PENYAPIHAN BENIH







PENYAPIHAN BENIH







PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN RHIZOBIUM PADA PO...







PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI EKTOMIKORIZA PADA TANAMAN M...







PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL)...







PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN ENDOMIKORIZA







Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.



nn