Makalah Pemeriksaan Akuntansi Kelompok 9 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN PERSEDIAAN (Makalah)



Kelompok 9



1. Fadia Haya Tabayun



(1713031041)



2. Kusnaeni



(1713031047)



3. Guspita Sari Lando



(1713031055)



Mata Kuliah : Pemeriksaan Akuntansi Dosen



: Dr. Pujiati, S.Pd., M.Pd.



JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG



2020 KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Persediaan” kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini. Makalah ini ditulis guna



memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan



Akuntansi. Kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Bandar Lampung, 30 Maret 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1 1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pemeriksaan Persediaan ............................................................ 3 2.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan ................................... 5 2.3 Prosedur Pemeriksaan (Yang Disarankan) atas Persediaan ........................ 11



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14 3.2 Saran ............................................................................................................ 15



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan persediaan mempunyai arti penting karena akan mempengaruhi tingkat produksi maupun penjualan. Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini memang sudah menjadi kegiatan utama dari perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK : No. 14, hal 14.2 s/d 14.2 – IAI, 2015), Persediaan adalah asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa dalam proses produksi untuk penjualan tersebut dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa. (Agoes, Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik, 2017) Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi (Agoes,Sukrisno, 2008:205).



2. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Pemeriksaan Persediaan ? 2. Apa Saja Tujuan Pemeriksaan Persediaan ? 3. Apa Saja Prosedur Pemeriksaan Persediaan ?



1



3. Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengetahui Pengertian Pemeriksaan Persediaan 2. Untuk Mengetahui Tujuan Pemeriksaan Persediaan 3. Untuk Mengetahui Prosedur Pemeriksaan Persediaan



2



BAB II SAJIAN ISI MATERI



2.1 Pengertian Pemeriksaan Akuntansi Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14.2 s/d 14.2-IAI, 2015), persediaan adalah asset: 1. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; 2. Dalam proses produksi untuk menjual tersebut; atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa. Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto. Biaya persediaan terdiri dari seluruh biaya perolehan, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 1. Biasanya merupakan aset lancar (current assets) karena masa perputarannya biasanya kurang atau sama dengan saty tahun. 2. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri. 3. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan (neraca) dan perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan



3



total aset, beban pokok 0enjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran hargavpenghasila, pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya. Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah: •



Bahan baku (raw materials).







Barang dalam proses (work in proses).







Barang jadi (finished goods).







Suku cadang (spare-parts).







Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.







Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan yang di titip jual pada perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan atau dicatat sebagai persediaan perusahaan.



Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 56-57): Entitas harus menentukan biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-pertama keluar-pertama (MTKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus digunakan untuk suhu persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda penggunaan rumus biaya yang berbeda dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak diperkenankan oleh SAK ETAP. Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normal yang tidak dapat dipertukarkan, dan barang atau jasa yang dihasilkan dapat dipisahkan untuk proyek tertentu dengan menggunakan identifikasi khusus atau biayanya secara individual. Entitas harus menguji pada setiap tanggal pelaporan Apakah persediaan menurut nilainya yaitu nilai tercatat nya tidak dapat dipulihkan secara penuh (misalnya karena



4



kerusakan, keusangan atau penurunan harga jual) jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari persediaan menurun nilainya, maka persediaan harus ditukar pada harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual, serta mengakui kerugian penurunan nilai. Paragraf tersebut dapat mengatur pemulihan penurunan nilai sebelumnya dalam beberapa kondisi. Berikut ini dijelaskan Flow of Inventory and Cost. Flow of Inventory and Cost



2.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan 1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan. 2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca (existence dan ownership). 3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan standar akuntansi keuangan Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). 4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan Sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). 5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat (slow moving) dan kegiatan metode (absolescence) sudah dibuatkan allowance yang cukup (valuation). 6. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut pembelian dan penjualan persediaan seluruhnya sudah dicatat (completeness). 7. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut pembelian dan penjualan persediaan seluruhnya sudah terjadi (occurance), tidak ada transaksi fiktif. 8. Untuk memeriksa apakah pencatatan yang menyangkut persediaan sudah dicatat secara akurat, begitu juga dengan perhitungan fisik persediaan sudah dilakukan



5



secara akurat, termasuk perhitungan matematis kompilasi hasil perhitungan fisik persediaan (accuracy). 9. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut pembelian dan penjualan persediaan sudah dicatat dalam periode yang tepat (timing) dan tidak terjadi pergeseran waktu pencatatan (cut-off). 10. Untuk memeriksa apakah saldo persediaan sudah diklasifikasikan dengan tepat seperti bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses dan barang jadi (classification). 11. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. 12. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup. 13. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian atau penjualan persediaan (purchase/sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. 14. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).



Penjelasan Atas Tujuan Pemeriksaan a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan. Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas perolehan, penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test atas persediaan dapat dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah: •



Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab (segregation of duties) antara bagian pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.



6







Digunakannya



formulir-formulir



yang



bernomor



urut



tercetak



(prenumbered), seperti: permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order), surat jalan (delivery order), laporan penerimaan barang (receiving report), order penjualan (sales order), faktur penjualan (sales invoice). •



Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan tender







Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank.







Digunakannya anggaran (budget) untuk pembelian, produksi, penjualan dan penerimaan serta pengeluaran kas.







Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity dan iron stock.







Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di perusahaan yang nilai persediaan beras jenis nya cukup material.



b. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum dalam laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Dahulu di Amerika pernah terjadi "Robinson Case", yaitu adanya perusahaan yang melaporkan saldo persediaan yang sangat besar, padahal sebenarnya jumlah tersebut banyak yang fiktif. Sejak kasus itu akuntan publik diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap persediaan perusahaan per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) untuk meyakinkan keberadaan persediaan tersebut. Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang dalam perjalanan dan barang konsinyasi (consignment out).



c. Untuk memeriksa apakah metode penelitian persediaan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.



7



Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan (acquisition cost), dalam hal ini bisa dipilih metode first in first out (FIFO), last in first out (LIFO) atau average cost (moving average atau weighted avarage). Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti (logam mulia) atau cepat rusak (hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan) bisa dinilai berdasarkan harga jual. Untuk barang-barang yang usang, rusak dan bergerak lambat bisa diadakan penyisihan (allowance) sehingga sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yang lebih rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi, penggunaan FIFO akan mengakibatkan beban pokok penjualan rendah dan laba kotor menjadi tinggi; penggunaan LIFO akan menghasilkan laba kotor yang rendah; penggunaan AVERANGE COST akan menghasilkan laba kotor lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari penggunaan LIFO. Dari segi undang-undang pajak tidak diperkenankan menggunakan LIFO karena berarti pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan penggudangan FIFO dan AVARAGE COST.



d. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan Sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan yaitu perpetual system dan physical (periodical) system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian, perkiraan persediaan akan di debit, setiap ada penjualan, perkiraan persediaan akan dikredit. Jika digunakan physical system, perkiraan persediaan tidak pernah di debit waktu pembelian dan tidak pernah di kredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahaan ingin mengetahui berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus dilakukan stock opname (perhitungan fisik persediaan). Jika perusahaan ingin memperkirakan berapa saldo persediaan pada akhir bulan atau tanggal Tertentu bisa digunakan Retail Inventory Method atau Gross Profit Method. Namun demikian pada akhir tahun tetap harus dilakukan stock opname, agar bisa diketahui berapa saldo persediaan yang betul-betul dimiliki perusahaan.



8



Perbedaan pencatatan perpetual dan physical inventory system:



Perpetual system biasa digunakan pada perusahaan yang jenis persediaan nya tidak banyak tetapi nilai persediaan per unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas. Physical system biasanya digunakan pada perusahaan jenis persediaan perunitnya kecil usaha toko bahan bangunan.



e. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak lambat dan ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup. Barang-barang tersebut di atas tidak mungkin lagi dijual dengan harga normal, supaya bisa terjual harus dijual dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga perolehannya. Karena itu harus dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak terlalu kecil (karena akan mengakibatkan lambat terlalu besar) dan tidak terlalu besar (agar mengakibatkan laba terlalu kecil).



Tujuan pemeriksaan nomor 6 sampai dengan 10 Sudah cukup jelas.



f. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. Salah satu bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan. Jika ada persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (didisclose) dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).



g. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan (insurance coverage) yang cukup. Persediaan harus diasuransikan, sehingga seandainya terjadi kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dalam perusahaan asuransi dan perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Yang harus diwaspadai adalah, jika perusahaan mengasuransikan persediaan dengan insurance coverage yang terlalu besar, terutama dalam keadaan bisnis yang lesu,



9



mungkin perusahaan bermaksud membakar persediaannya agar dapat keuntungan dari ganti rugi perusahaan asuransi.



h. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. Jika hal tersebut ditemukan, harus diungkapkan bahwa catatan atas laporan keuangan.



Misalnya



pada



tanggal



24



November



2015,



perusahaan



menandatangani kontrak penjualan dengan salah satu pelanggannya untuk menjual 10.000 unit barang X dengan harga jual Rp100.000 per unit, penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13 Februari 2016. Ternyata di bulan Februari 2016 harga pasar barang X tersebut meningkat menjadi Rp130.000 per unit. Karena sudah ada seles commitment, maka perusahaan mau tidak mau harus tetap menjual barang tersebut kepada langganannya sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai kontrak, yaitu Rp100.000 per unit. Dalam hal ini perusahaan rugi besar 10.000 × (Rp.130.000 - Rp.100.000) = Rp.300.000.



i. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah



sesuai



dengan



standar



akuntansi



keuangan



Indonesia



(SAK/STAP/IFRS). Dalam hal ini harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan (perpetual atau physical sistem) dan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan (apakah berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO atau Avarage Cost Method), apakah sudah diterapkan lower of cost or market atas persediaan tersebut.



Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:124) Entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan turun nilainya. Entitas harus membuat penilaian yang membandingkan jumlah tercatat setiap jenis persediaan (atau kelompok persediaan yang sama) dengan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual. Jika suatu jenis persediaan (atau 10



kelompok jenis persediaan) turun nilainya, maka entitas harus mengakui kerugian dalam laporan laba rugi atas perbedaan antara jumlah zat catat dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual. Jika tidak praktis untuk menentukan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual setiap jenis persediaan, maka entitas diperkenankan pengelompokan jenis persediaan dalam lini produk yang sama tujuan dan pemakaiannya serta diproduksi dan dipasarkan dalam area geografis yang sama untuk tujuan menguji penurunan nilai.



2.3 Prosedur Pemeriksaan (Yang Disarankan) atas Persediaan Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, analytical review dan substantive test. Dalam prakteknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas disini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit. Prosedur pemeriksaan persediaan mencangkup pembelian, penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan, karena berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus penjualan, piutang dan penerimaan kas. 2.3.1 Prosedur pemeriksaan untuk compliance test 1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan. •



Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control questionnaires.







Lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sampel.



2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.



11



Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa dipersempit. 2.3.2 Prosedur pemeriksaan substantif atas persediaan 1. Lakukan observasi di atas perhitungan fisik (stock opname) yang dilakukan perusahaan (klien). 2. Minta Final inventory List (Inventory Complication) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini: •



Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian)







Cocokkan "quantity per book" dengan stock card.







Cocokkan "quantity per count" dengan count sheet kita (auditor).







Cocokkan "total value" dengan buku besar persediaan.



3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out. 4. Periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), barang jadi (finished goods) dan bahan pembantu (supplies). 5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). 6. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat (allowance for slow moving), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode. 7. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent event). 8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.



12



9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen rapat. 10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). 11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini: 1) minta rincian goods in transit per tanggal neraca. 2) periksa mathematical accuracy. 3) periksa subsequent clearance. 12. Lakukan analitical prosedures untuk persediaan. 13. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan tersediaan dan buat usulan adjustment jika diperluka. 14. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan



standar



akuntansi



yang



berlaku



umum



di



Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.



13



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Disamping itu, perusahaan tetap harus melakukan pemeriksaan terhadap persediaan sesuai dengan prosedur pemeriksaan persediaan yang berlaku. Dimana



tujuan



dari



pemeriksaan



persediaan



adalah



sebagai



berikut



:



1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan. 2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.. 3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan. 4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK. 5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat (s/ow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah dibuatkan allowance yang cukup. 6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. 7. Untuk



mengetahui



apakah



persediaan



diasuransikan



dengan



nilai



pertanggungan yang cukup. 8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan (purchasel sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan,



14



9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.



3.2 Saran Karena persediaan memiliki nilai yang sangat material dan rawan, hendaknya di lakukan pengendalian yang intensif. Selain untuk meminimalisir kerentanan terhadap pencurian, persedian juga sangat rentan terhadap usang. Dengan adanya pengendalian yang baik, kerentanan-kerentanan tersebut tentunya bisa di minimalisir.



15



DAFTAR PUSTAKA



Agoes, Sukrisno. 2017. AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. https://aeries2021sarjana.blogspot.com/2019/10/makalah-pemeriksaan-persediaan.html



16