Makalah Pemisahan Minyak Bumi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia memang sempat menjadi Negara kaya minyak bumi. Buktinya, Indonesia bisa masuk ke Negara-negara pengekspor minyak bumi OPEC. Sejak tahun 2008 Indonesia keluar dari OPEC karena Indonesia telah menjadi Negara impotrir minyak bumi. Fakta berbicara, produksi minyak mentah Indonesia terus mengalami penurunan. Tahun 1996 Indonesia mampu memproduksi 485.573,80 juta barel. Sedangkan tahun 2010 hanya mampu memproduksi 300.923,30 juta barel. Selama 10 tahun, turun 184.650,5 juta barel. Minyak bumi masih sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia. Minyak bumi beserta industri turunannya tidak bisa dilepaskan dari manusia. Setiap tahun selalu dibuka sumur baru yang diumumkan oleh BP migas (Bdana Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi) tetapi lapangan hidrokarbon setelah sekian lama diproduksi akan mengalami penurunan produksi karena tenaga untuk mengeluarkan fluida ke dalam sumur sudah semakin berkurang dan digunakanlah metode air injeksi atau waterflood. Minyak mentah keluar dari perut bumi disebabkan oleh tekanan dari lapisan batuan tetapi adakalanya tekanan tidak cukup kuat untuk menekan minyak mentah keluar dari perut bumi. Oleh karena itu harus diinjeksi uap air agar minyak mentah keluar dari perut bumi. Minyak mentah keluar melalui pipa bersama dengan uap air dengan turbulensi tinggi sehingga ada minyak mentah yang membentuk emulsi minyak mentah-air. Selain itu minyak mentah sebelum diolah menjadi bahan bakar minyak di menara fraksinasi harus dibebaskan dari garam-garam karena garam-garam itu menyebabkan korosi atau efek kerusakan lainya pada peralatan refinery. Garam-garam



dienyahkan dari minyak mentah dengan dicuci menggunakan air segar. Pencucian dengan air ini akan menurunkan kadar garam di dalam minyak mentah tetapi air dengan minyak mentah akan membentuk emulsi minyak mentah-air sehingga jumlah emulsi minyak mentah-air akan bertambah. Semakin berkembangnya industri otomotif di Indonesia, menjadi faktor pemicu bertambah besarnya konsumsi minyak bumi. Sementara itu, eksplorasi sumur-sumur baru seakan tersendat dan produktivitas sumur yang ada semakin menurun karena cadangan yang semakin menipis.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pembentukan Minyak Bumi Minyak bumi dalam bahasa inggris ‘petroleum’, dari bahasa Latin petrus–karang dan oleum–minyak), atau disebut juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar yang berada di lapisan atas dari beberapa area kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar meruapakan deret senyawa alkana, bervariasi dalam komposisi dan kemurniannya. Minyak bumi erat kaitannya dengan produk-produk petrokimia. Hal ini disebabkan dalam minyak bumi terkandung bahan-bahan selain karbon, yaitu hidrogen sulfur, nitrogen, oksigen, dan lain-lain. Menururt teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang engler dan teori tumbuh-tumbuhan, senyawa-senyawa organik penyusun minyak bumi merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta tahun. Oleh karena itu, minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil, selain batubara dan gas alam. Semua bahan bakar fosil dihasilkan oleh senyawa karbohidrat dengan rumus kimia Cx(H2O) yang memfosil. Karbohidrat tersebut dihasilkan oleh tumbuhan dengan mengubah energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Kebanyakan bahan bakar fosil diproduksi kira-kira 325 juta tahun yang lalu, yaitu pada abad Carboniferous dalam era Paleozoic bumi. Setelah tumbuhan mati maka karbohidrat dapat berubah menjadi senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C xHy akibat tekanan dan temperatur yang tinggi serta tidak tersedianya oksigen (anaerob). Minyak bumi merupakan salah satu produk minyak mentah alami yang dihasilkan dari konfersi biomasa pada temperatur dan tekanan yang tinggi secara alami dilingkungan aerob, senyawa hidrokarbon dapat dirombak oleh berbagai macam mikroba. Perombakan ini akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga tidak sebanding dengan dampak yang akan ditimbulkannya, bila minyak bumi tersebut terakumulasi dalam tanah.



Minyak bumi berasal dari pormasi batuan yang berumur antara sepuluh juta sampai empat ratus juta tahun dan sekarang ini telah terbukti bahwa pembentukan minyak bumi berkaitan dengan pengembangan batuan sedimen berbutir halus, yang mengendap dilaut atau didekat laut dan bahwa minyak bumi adalah produk dari binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut. Walaupun demikian mengenai asal usul minyak bumi ini telah banyak teori yang diajukan diantaranya ada yang menganggap bahwa minyak bumi berasal dari bahan anorganik.



Gambar 1. Proses pembentukan minyak bumi Pada tahun 1866, Berthelot mengajukan teori bahwa minyak bumi berasal dari reaksi antara karbid dengan air yang menghasilkan asitilen, yang selanjutnya karena suhu dan tekanan yang tinggi asitilen berubah menjadi minyak bumi. Teori organik mengenai terjadinya minyak bumi diajukan oleh Engler pada tahun 1911 yang mengatakan bahwa minyak bumi terjadi dari bahan organik melalui tiga tahap. Tahan pertama, deposit binatang dan tumbuhtumbuhan berkumpul pada dasar laut, yang selanjutnya yang akan terurai oleh bakteri. Karbohidrat dan protein yang diubah menjadi bahan yang dapat larut dalam air atau menjadi gas, akan terbawah oleh aliran air atau udara.



2.2 Komposisi Minyak Bumi Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjutajuta senyawa kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari dekomposisi yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan. Minyak bumi dan derivat minyak bumi menghasilkan bahan bakar kendaraan bermotor, pesawat terbang dan kereta api. Tumbuhan dan hewan juga menghasilkan minyak pelumas yang dibutuhkan untuk alat-alat mesin industri. Minyak bumi bukan merupakan bahan yang seragam, melainkan mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, bergantung pada lokasi lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dikelompokan



kedalam



senyawa



hidrokarbon.



Senyawa



hidrokarbon



diklasifikasikan atas naftanik, farafinik dan aromatik sedangkan senyawa campuran antara unsur karbon, hidrogen, haloginida dan logam, dikelompokan dalam senyawa non hidrokarbon.



Pada awalnya, minyak bumi banyak dimanfaatkan sebagai minyak tanah, namun seiring dengan perkembangan teknologi maka minyak bumi diolah menjadi bahan lain yang sangat berguna bagi manusia seperti bahan bakar (bensin, solar, kerosin, minyak diesel, dll.) yang lebih dikenal dengan sebutan BBM (bahan bakar minyak). Minyak bumi bersumber dari cadangan alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga makin hari cadangannya makin menipis sejalan dengan tuntutan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat. Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsur-unsur karbon dan hidrogen. Di samping itu, dalam minyak bumi juga terdapat unsur-unsur belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam lain khususnya vanadium, nikel, besi dan terabaga. Unsur-unsur tersebut terdapat dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dan terikat dalam boituk senyawa-saiyawa anorganik. Air dan garam selalu terdapat dalam minyak bumi yaitu dalam keadaan terdispersi. Bahan-bahan non-hidrokarbon



tersebut biasanya dianggap sebagai kotoran karena pada umumnya akan mengganggu proses pengolahan minyak bumi dan berpaigaruh buruk terhadap mutu produk. Tabel 1. Komposisi Kimia Minyak Bumi



Sebagai bahan alami, komposisi minyak bumi bervariasi tidak hanya dari daerah ke daerah, melainkan juga lapangan yang satu ke lapangan yang lain dalam satu daerah. Minyak bumi terdiri dari ribuan senyawa kimia termasuk gas, cairan dan zat padat mulai dari metana sampai aspal. 1. Senyawa Hidrokarbon a. Senyawa Hidrokarbon Parafin Senyawa hidrokarbon parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n+2. Senyawa ini mempunyai sifat-sifat kimia stabil dimana pada suhu biasa tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat dan asam sulfat berasap. Senyawa hidrokarbon parafin sampai dengan 4 buah atom karbon, pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa gas. Metana dan etana terutama terdapat dalam gas alam sedangkan propana, butana dan i-butana merupakan kompenen utama elpiji. Senyawa hidrokarbon parafin dengan 5 sampai 16 buah atom karbon pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa cairan dan terdapat dalam fraksi naftana, bensin, kerosin, solar, minyak diesel dan minyak bakar. Senyawa hidrokarbon parafin dengan lebih dari 16 buah atom karbon, pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa zat padat dan terutama terdapat dalam malam parafin.



b. Senyawa Hidrokarbon Naftena Senyawa hidrokarbon naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n. Senyawa hidrokarbon naftena yang terdapat dalam minyak bumi adalah siklopentana dan sikloheksana yang terdapat dalam fraksi naftena dan fraksi minyak bumi dengan titik didih lebih tinggi. Walaupun jumlah atom karbon dalam cicin naften dapat mempunyai harga 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 namun umumnya dianggap bahwa senyawa naftena dalam fraksi minyak bumi hanyalah senyawa naftena yang mempunyai cincin dengan 5 dan 6 atom karbon, karena memang senyawa naftena inilah yang dapat diisolasi dari fraksi minyak bumi. c. Senyawa Hidrokarbon Aromat Senyawa hidrokarbon aromat adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus umum CnH2n-6 sehingga senyawa ini mempuunyai sifat kimia yang sangat reaktif. Senyawa ini muda dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi substitusi atau reaksi adisi tergantung kepada kondisi reaksi. Hanya sedikit sekali minyak mintah yang mengandung senyawa aroomat dengan titik didih rendah. Disamping senyawa hidrokarbon aromat seperti benzena, dalam minyak mentah juga terdapat senyawa hidrokarbon poliaromat seperti naftalena dan antrasen, terutama dalam fraksi beratnya. d. Senyawa Hidrokarbon Monoolefin Senyawa hidrokarbon monoolefin mempunyai rumus umum CnH2n dan merupakan senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh dengan sebuah ikatan rangkap dua. Monoolefin dianggap tidak terdapat di dalam minyak mentah tetapi sedikit banyak terbentuk dalam proses rengkahan sehingga bensin rengkahan banyak mengandung senyawa monoolefin. Senyawa hidrokarbon akan mulai mengalami rengkahan apabila dipanaskan pada suhu sekitar 680oF. karena mempunyai ikatan rangkap maka senyawa monoolefin adalah



reaktif sehingga banyak digunakan sebagai bahan dasar utama dalam industri petrokimia, seperti etilena (C2H4) dan propilena (C3H6). e. Senyawa Hidrokarbon Diolefin Senyawa hidrokarbon diolefin mempunyai rumus umum CnH2n-2 dan merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap dua. Seperti halnya dengan monoolefin, senyawa ini tidak terdapat dalam minyak mentah tetapi terbentuk dalam proses rengkahan. Senyawa diolefin tidak stabil, sangat reaktif dan cenderung akan berpolimerisasi dan membentuk damar. 2. Senyawa Bukan Hidrokarbon Senyawa bukan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya adalah senyawa organik yang mengandung atom unsur belerang, oksigen, nitrogen dan logam-logam. Lazimnya senyawa ini dianggap sebagai senyawa pengotor karena pengaruhnya yang tidak baik selama proses pengolahan minyak bumi dalam kilang minyak seperti korosi dan peracunan katalis ataupun pengaruhnya yang buruk terhadap mutu produk. Karena pengotor ini tidak larut dalam minyak bumi atau produknya, maka pengotor ini disebut pengotor oleofilik. Di samping itu, air dengan garam-garam yang terlarut di dalamnya terdapat dalam keadaan terdispersi dan tidak larut dalam fase minyak disebut dengan pengotor oleofobik. a.



Senyawa Belerang Disamping sebagai senyawa belerang, di dalam minyak bumi belerang juga terdapat sebagai unsur belerang yang terlarut karena sedikit banyak belerang dapat larut dalam minyak bumi. Kadar belerang dalam minyak mentah berkisar dari 0,04 sampai 6 %. Senyawa belerang yang umum terdapat dalam minyak bumi dan produkproduknya. Adanya senyawa belerang dalam minyak bumi dan produknya perlu mendapat perhatian karena senyawa ini dapat menimbulkan pencemaran, korosi, menurunkan angka oktan.



b. Senyawa Oksigen Kadar oksigen dalam minyak bumi berpariasi dari sekitar 0,1 sampai 2% berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena kontak yang lama dengan udara juga dapat menaikan kadar oksigen dalam minyak bumi. Dalam minyak bumi, oksigen terutama terdapat sebagai asam organik yang terdistribusi dalam fraksi dengan konsentrasi yang tertinggi pada fraksi minyak gas. Asam organik tersebut terutama terdapat sebagai asam naftenat dan sebagian kecil sebagai asam alifatik. Disamping itu dalam destilat rengkahan bisa terdapat fenol dan kresol. Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan mempunyai bau yang tidak enak. c. Senyawa Nitrogen Kadar nitrogen dalam minyak bumi umumnya rendah, berkisar dari 0,1 % sampai 2% berat. Minyak yang mempunyai kadar belerang dan aspal yang tinggi, biasanya juga mempunyai kadar nitrogen tinggi. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua fraksi minyak bumi tetapi konsentrasinya makin tinggi dalam fraksi-fraksi yang mempunyai titik didih tinggi. Senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi senyawa nitrogen basa, yaitu piridin atau turunan piridin seperti kinolin dan iso kinolin dan senyawa nitrogen bukan basa yaitu senyawa pirool dan turunanya, seperti indol dan karbasol. Adapun kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh adanya senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya ialah: 



Menurunkan aktivitas katalis yang digunakan dalam proses rengkahan, reforming, polimerisasi, isomerisasi.







Kerosin yang jernih seperti air pada waktu destilasi, warnanya akan berubah menjadi kemerahan apabila terkena sinar matahari.







Nitrogen dalam bensin juga akan mempercepat pembentukan damar dalam karburator.







Menyebabkan terjadinya endapan dalam minyak bakar pada penyimpanan.



d. Senyawa Logam Praktis semua logam terdapat dalam minyak bumi, tetapi karena jumlahnya kecil, yaitu 5 sampai 400 bagian per juta maka adanya logam dalam minyak bumi pada umumnya tidak menimbulkan permasalahan. Kecuali beberapa macam logam seperti besi, nikel, vanadium dan arsen yang walaupun jumlahnya hanya sedikit sekali, namun sudah dapat meracuni beberapa katalis. Disamping itu logam vanadium yang terdapat dalam minyak bakar dapat menyebabkan korosi turbin gas dan pipa-pipa pembangkit uap, merusak batu tahan api dinding dapur dan menurunkan mutu produk pecah belah dalam industri keramik. Logam-logam berat seperti vanadium, nikel dan tembaga di dalam minyak bumi umumnya dianggap terdapat sebagai senyawa kompleks parafirin, dimana logam-logam ini terdapat di pusatnya sedangkan logam garam anorganik yang dapat larut dalam air, seperti garam klorid dan sulfat dari logam natrium, kalium, magnesium dan kalsium terdapat dalam minyak bumi dalam keadaan terdispersi. Dalam destilasi minyak mentah senyawa logam cenderung akan berkumpul dalam fraksi residu. 2.3 Distilasi Bertingkat Minyak Bumi Minyak bumi merupakan minyak mentah yang mengandung campuran lumpur dan air yang tersuspensi serta gas, dipompa dan ditampung dalam tangki penyimpanan berbentuk silinder. Dalam tangki tersebut minyak bumi disentrifuge dan diberi tekanan sehingga air dan lumpur terendapkan. Kemudian tekanan diperkecil sehingga gas dalam campuran tersebut keluar, kemudian minyak terpisah dimana lapisan minyak berada di atas lapisan air dan lumpur. Fraksi gas dalam minyak mentah diperoleh dengan pemisahan secara langsung. Gas yang larut dalam minyak mentah juga diperoleh pada saat destilasi yang kemudian akan dimurnikan sebagai LPG (Liquified



Petroleum Gases) atau digunakan dalam proses pembentukan bensin. Garamgaram yang terkandung dalam minyak mentah dihilangkan dengan cara menambahkan zat-zat kimia yang kemudian dipisahkan dari minyak. Berbagai hidrokarbon yang terkandung dalam minyak dipisahkan dengan cara destilasi bertingkat. Hal tersebut didasarkan bahwa karbon yang memiliki jumlah atom C yang sama akan memiliki titik didih yang hampir sama. Destilasi fraksinasi dilakukan pada suhu 0.905



Tabel 4. Minyak Bumi Berdasarkan Sifat Penguapannya Minyak Bumi



Kadar Fraksi Ringan



Ringan



>50



Sedang



20 – 50



Berat



< 20



2.4 Fraksi Ringan Minyak Bumi 1. Gas petroleum Gas petroleum sebagian besar terdiri dari metana, etana, propana dan



butana serta sebagian kecil pentana, gas karbon dioksida, nitrogen dan belium. Gas petroleum antara lain digunakan sebagai bahan bakar, bahan pembuat karbon, bahan pembuat bensin (khusus dari gas basah) dan bahan pembuat zat-zat kimia lain seperti CO2, H2, dan asetilen 2. Bensin Bensin atau gasoline adalah cairan campuran yang sebagian besar berupa senyawa hidrokarbon (parafin, naftalen, senyawa tidak jenuh dan terkadang senyawa aromatic) yang berasal dari minyak bumi, digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Istilah gasoline banyak digunakan dalam industri minyak, bahkan dalam perusahaan. Kadangkala istilah mogas (motor gasoline) digunakan untuk membedakannya dengan avgas, gasoline yang digunakan oleh pesawat terbang ringan. Konsumsi gasoline di Amerika mencapai 360 juta gallon (1,36 milyar liter) setiap harinya. Terdapat tiga jenis bensin antara lain : a) Bensin yang dihasilkan langsung dari penyulingan minyak mentah yang disebut bensin langsung yang mengandung 5-405 minyak mentah. b) Bensin yang dihasilkan dari gas alam atau hasil pengolahan lainnya yang disebut bensin alam. c) Bensin yang dihasilkan dari perengkahan bagian-bagian minyak bumi yang lebih berat dari bensin biasa, dengan perengkahan ini maka jumlah bagian bensin yang dihasilkan minyak bumi dapat bertambah, bensin jenis ini disebut bensin rengkahan.



Syarat yang harus dipenuhi antara lain: a) Mempunyai titik didih tertentu Makin rendah titik didih awalnya menunjukkan bahwa dalam



bensin banyak komponen ringan karena terjadi kehilangan komponen pada saat penyimpanan yang disebabkan oleh penguapan, sedangkan jika titik didih awalnya tinggi berarti makin sukar terbakar pada permulaan dan sisa pembakaran akan mengencerkan minyak pelumas. b) Angka oktan menunjukkan mutu bahan bakar bensin. Semakin tingi angka oktan makin baik karena detonasi semakin berkurang sehingga pembakaran teratur. Angka oktan bensin menunjukkan % iso-oktan dalam campuran dengan n-heptana sehingga mempunyai sifat pembakaran yang sama. c) Iso-oktan dianggap memiliki angka oktan 100 % dan dalam normal heptana memiliki angka oktan 0%. Angka oktan bensin umumnya berkisar antara 0% dan 100 %. d) Kadar belerang rendah: Kadar belerang harus rendah agar tidak korosif. e) Stabil Bensin harus stabil agar tidak terjadi perubahan komponen pada saat bensin disimpan dalam waktu lama. Komponen yang menyebabkan bensin tidak stabil adalah senyawa tidak jenuh karena senyawa ini mudah dioksidasi atau mengalami polimerisasi sehingga terjadi gum. f) Warna dan bau khas Warna dan bau yang khas pada bensin disebabkan oleh belerang dan senyawa tidak jenuh. Untuk memenuhi persyaratan di atas maka bagian bensin hasil penyulingan harus dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan meningkatkan nilai oktan (proses reforming dan penambahan zat adif TEL) dan mengurangi kadar belerang dengan menambahkan natrium plumbit Na2PbO2 (proses doktor). 3. Minyak Tanah Minyak tanah atau disebut juga kerosen (parafin) adalah cairan



hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Ini diperoleh dari hasil destilasi bertingkat dari petroleum pada 150oC dan 275oC (rantai karbon C12-C15). Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan kompor, sekarang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Kerosen dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket. Pada proses pembakarannya menggunakan oksigen cair. Kerosene



didestilasi



langsung



dari



minyak



mentah



dan



memerlukan pengendalian khusus dalam sebuah unit Merox atau hydrotreater untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosene dapat juga diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk meningkatkan bagian dari minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak. Penggunaan minyak tanah untuk kepentingan dapur terbatas pada negara berkembang. Kerosen untuk bahan bakar jet spesifikasinya diperketat terutama titik asap dan titik beku. Kerosene digunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan kecoa. Kadang-kadang digunakan juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga. Minyak tanah sifatnya berada antara minyak gas dan bensin. Sifat fisik minyak tanah: Titik didih : 175-284 0C berat jenis : 0,7-0,83 Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin, naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak tanah. Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah adalah : titik nyala, titik asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta bau dan warna yang khas. Proses pengolahan minyak tanah: a) Pencucian dengan asam sulfat



Pada pengolahan minyak tanah dilakukan pencucian dengan asam sulfat, untuk mengetahui kadar belerang dan kandungan senyawa yang membentuk kerak pada sumbu serta warna. Proses ini dilakukan dengan cara penambahan asam sulfat sampai 5 X, setelah dipisahkan kemudian dicuci dengan soda dan air. b) Proses Adeleanu Proses ini pada prinsipnya hanya ekstraksi senyawa aromatik menggunakan belerang dioksida.



BAB III KESIMPULAN 1. Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjuta-juta senyawa kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari dekomposisi yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan. Minyak bumi dan derivat minyak bumi menghasilkan bahan bakar kendaraan bermotor, pesawat terbang dan kereta api.



2. Minyak bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon berupa,: Parafin, Naftena, Aromat, Monoolefin, dan Diolefin. Serta senyawa bukan hidrokarbon berupa: belerang, oksigen, nitrogen, dan logam. 3. Minyak bumi dapat dipisahkan berdasarkan fraksinya dengan cara distilasi bertingkat. 4. Fraksi ringan minyak bumi yaitu, Liquid Petroleum Gas (LPG), Gasoline, dan Kerosene.



DAFTAR PUSTAKA



file:///C:/Users/acer/Downloads/S1-2015-318840-chapter1.pdf http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/82/jbptppolban-gdl-faridhasuk-4059-3bab2--9.pdf http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi2639673061382.pdf http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi2453690474538.pdf http://eprints.undip.ac.id/36550/1/BAB__I__%26_II.pdf https://ikawcollections.files.wordpress.com/2008/12/modul-minyak-bumi.pdf http://media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090072_2_7509.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45874/4/Chapter%20II.pdf http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6932/5.%20BAB %20II.PDF?sequence=5 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Annisa%20Fillaeli,%20S.Si., %20M.Si./Kimia%20Industri_Minyak%20Bumi.pdf http://www.thecheworld.com/buku/proses/1-3.pdf