Makalah Pendakian Gunung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “LARI ESTAFET DAN AKTIVITAS PENDAKIAN GUNUNG” DI SUSUN



O L E H -



Alfenia Susanti Putri



-



Valentin Adelia



KELAS XII-IPA 1 SMA NEGERI 1 PANDAWAI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018



LEMBAR PENGESAHAN Makalah dengan judul “Lari Estafet dan Aktivitas Pendakian Gunung” ini di buat pada tanggal 24 November 2017, dan telah di setujui



O L E H



Mengetahui Kepala Sekolah:



Mengetahui Guru Bidang Studi:



CLASIUS JERRY MBILIYORA, S.Pd Nip: 19670626 199801 1 001



NOVIANUS PAH, S.Pd Nip: -



KATA PENGANTAR



Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Lari Estafet dan Aktivitas Pendakian Gunung” ini tepat pada waktunya. Penulis juga mau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, penulis mau menyampaikan seandainya, dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.



Kawangu, 24 November 2017 Penulis:



(



)



DAFTAR ISI:



COVER..........................................................................................................................................I LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................II KATA PENGANTAR......................................................................................................................III DAFTAR ISI.................................................................................................................................IV BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................V 1.1. latar belakang...................................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................1 1.3. Tujuan penulisan..............................................................................................................1 1.4. Manfaat penulisan............................................................................................................1 BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................VI 2.1.Pengertian dan sejarah .....................................................................................................2 2.2. Persiapan-persiapan.........................................................................................................3 2.3. Peraturan-peraturan........................................................................................................3 2.4. Langkah-langkah dan prosedur pendakian gunung.........................................................4 BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................VII 3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................5 3.2. Saran.................................................................................................................................5 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................VIII



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar belakang Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu regu lari sambung terdapat 4 orang pelari, yaitu pelari 1, pelari 2, pelari 3, dan pelari 4. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya. Nomor lari estafet yang sering diperlombakan adalah nomor 4 x 100 m dan nomor 4 x 400 m. Dalam melakukan lari sambung bukan hanya teknik, pemberian dan penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari, Tetapi dalam suatu tim juga di butuhkan kerjasama yang baik dari setiap pelari. Begitu juga dalam aktivitas pendakian gunung. Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan diri pecinta alam, penjelajah alam dan semacamnya). melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang keterampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan toeritis. Di dalam melakukan lari estafet dan aktivitas pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui yan g berupa: aturan-aturan, perlengkapan, persiapan, cara yang baik atau teknik dan lain-lain.



1.2. Rumusan Masalah    



Apa pengertian dan sejarah dari lari estafet dan aktivitas pendakian gunung? Apa persiapan-persiapan yang perlu di perhatikan dalam melakukan lari estafet dan aktivitas pendakian gunung? Peraturan apa yang ada dalam lari estafet? Sebutkan jenis-jenis pendakian gunung?



1.3. Manfaat Penulisan Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa informasi tambahan, dan wawasan tentang Lari Estafet dan Aktivitas Pendakian Gunung kepada para pembaca sekalian.



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1. Pengertian dan Sejarah A. Pengertian  Pengertian Lari Estafet Lari estafet atau dengan kata lain disebut “lari sambung mnyambung sambil membawa tongkat” adalah salah satu jenis olahraga yang berinduk pada bidang atletik. Pelarinya berjumlah lebih dari satu orang dan kurang dari 5 orang yang tergabung dalam satu tim, dimana masingmasing pealri sudah diatur dalam jarak tertentu untuk kemudian bersiap-siap menunggu atau meneriama tongkat estafet dari teman dan kemudian berlari untuk mnyerahkan tongkat trsebut kepada teman 1 tim dan seterusnya saling mengoferkan tongkat hingga memasuki garis finis. Siapa yang pertama mencapai finis maka tim tersebut yang menang. Nomor lari estafet yang sering diperlombkan adalah nomor 4 x 100 meter dan nomo 4 x 400 meter.  Pengertian Aktifitas Mendaki Gunung (Mountaineering) Pendakian gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan, dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Dalam arti luas pendakian gunung berarti suatu perjalanan,mulai dari Hill Walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit hingga butuh waktu yang lama. Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu: 1. Berjalan (Hill Walking) Secara khusus kegiatan ini di sebut kegiatan mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang paling banyak di lakukan di Indonesia. Kebanyakn gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang di jelajahi (nature interested) 2. Memanjat (Rock Climbing) Walaupun kegiatan ii terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metodemetode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan. 3. Mendaki Gunung Es (Ice & Snow Climbing) Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. ice Climbing adalah cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup: Mountcamping, Mount Resque, Navigasi Medan dan Peta, PPPK pegunungan teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.



B. Sejarah  Sejarah lari estafet Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka, dan Maya. Bertujuan untuk meneruskan berita yang telah diketahui sejak lama. Di Yunani, estafet obor diselenggarakan dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur dan untuk meneruskan api keramat ke jajahan-jajahan baru. Tradisi api olimpiade berasal dari tradisi Yunani tersebut. Lari estafet 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini, pertama-tama diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stocholm. Estafet 4 x 100 meter bagi wanita ssejak thun 1928 menjadi nomor olimpiade dan 4 x 400 meter dilombakan sejak tahun 1972.



2.2. Persiapan-Persiapan Persiapan lari estafet 1) Nomor-nomor lari estafet - 100 meter Lomba lari jarak 100 meter diselenggarakan di salah satu sisi lintasan atletik outdoor. Nomor ini di anggap nomor paling bergengsi dalam cabang olahraga atletik. Pemegang rekor dunia 100 meter sering di sebut “manusia tercepat”. Usain Bolt dari Jamaika merupakan pemegang rekor dunia putra, dengan catatan waktu 9,58 detik. Sementara pemegang rekor dunia putri adalah mendiang Florence Griifith-Joyner. Hingga sekarang belum ada sprinter putri yang bisa memecahkan rekor 10,49 detik yang di ciptakan FloJo (panggilan akrap Florence) pada 1988. - 400 meter Dalam nomor 400 meter, para peserta lomba berlari 1 putaran melewati lintasan. Sebagai mana dalam lomba 200 meter, posisi start para pelari di atur agar setiap pelari menempuh jarak yang sama. Rekor dunia 400 meter putra saat ini di pegang Michael Johnson dari AS dengan catatan waktu 43,18 detik. Sementara pemegang rekor dunia putri adalah Marita Koch dari Jerman Timur. Catatan Waktunya 47,60 detik telah bertahan sejak 1985. Secara tradisi,nomor estafet 4 x 400 meter merupakan nomor terakhir yang dilombakan pada kejuaraan besar atletik. 2) Tongkat estafet Tongkat estafet adalah benda yang diberikan secara bergilir dari 1 pesrta ke peserta lari lainnya dalam 1 regu. Karena itu, tongkat ini pun tidsk sembarang tongkat. Ukurannya di buat sesuai dan pas dengan panjang genggaman pelari pada umumnya. Ukuran tongkat yang digunakan pada lari estafet adalah: - Panjang tongkat: 29 - 30 cm - Diameter tongkat: 3,81 cm (dewasa) dan 2,54 cm (anak-anak) - Berat tongkat: 50 gram Cara memegang tongkat estafet harus dilakukan dengan benar. Memegang tongkat dapat dilakukan dengan di pegang oleh tangan kiri atau kanan.







Teknik memberi dan menerima tongkat estafet Cara memberi dan menerima tongkat sambil lari dilakukan di daerah Wissel (daerah pergantian tongkat). Panjang wissel tongkat estafet adalah 20 meter. Pergantian tongkat yang terjadi di luar daerah pergantian akan menyababkan diskualifikasi. Berdasarkan posisi tangan penerima, terdapat 2 macam cara memeberi dan menerima tongkat estafet, yaitu: a. Memberikan tongkat estafet dari atas. Teknik ini dipergunakan apabila telapak tangan penerima menghadap ke atas. b. Memeberikan tongkat estafet dari bawah ke atas. Teknik ini dipergunakn apabila telapak tangan penerima tongkat estafet menghadap ke bawah. Berdasarkan melihat atau tidaknya penerima maka pergantian tongkat di bedakan menjadi dua yaitu: a. Visual (dengan melihat), yaitu penerima tongkat berpaling kebelakang untuk melihat pemberi tongkat. b. Non visual (tanpa melihat), yaitu penerima tongkat tidak melihat pemberi tongkat.



3) Latihan lari Estafet Kunci keberhasilan pelari estafet terletak pada pergantian tongkat. Serangkaian teknik lari estafet dari start hingga terjadinya pergantian pemegang tongkat. Di dalam pelaksanaan lari estafet,dimungkinkan terjadi beberapa kesalahan pada saat pergantian tongkat. Kesalahan tersebut dapat dilakukan oleh penerima maupun pemberi tongkat. a. Kesalahan yang dilakukan oleh penerima tongkat, yaitu: - Start yang terlambat sehingga cepat terkejar oleh pelari dibelakangnya sebelum mencapai kecepatan maksimum. - Terlalu cepat melakukan start sehingga mengganggu lari pemberi tongkat. - Larinya terlalu ke tengah sehingga mengganggu lari dari pemberi tongkat. b. Kesalahan yang sering dialami oleh pemberi tongkat,yaitu: - Kurang berhati-hati dalam memberikan tongkat, sehingga gagal dalam pemberian atau tongkat jatuh. - Pada waktu memberikan tongkat pemberi berada di belakang penerima, tidak disisi sampingnya, sehingga dapat menginjak kaki penerima - Pemberi mengayun tangan yang salah. - Pemberi tongkat tidak memberi isyarat (tidak berteriak) kepada penerima tongkat, sehingga penerima tidak tahu. - Pemberi tongkat mengurangi kecepatan pada saat mengayun tongkat. 4) Strategi penyusunan regu lari estafet Agar dapat dicapai prestasi maksimal, diperlukan strategi dalam pemilihan pelari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun regu atau tim lari estafet, yaitu:



a)



Pelari pertama - Pilihlah pelari yang memiliki start yang baik dan memiliki keahlian lari di tikungan. - Pelari pertama merupakan pelari yang tercepat pertama atau kedua agar dapat memberikan posisi memimpin.



b)



Pelari kedua - Pelari kedua mempunyai tanggung jawab sebagai penerima dan pemberi. - Mempunyai daya tahan yang baik, sebab ia harus berlari cepat menempuh jarak 120 m – 130 m. - Pelari yang kurang mahir di tikungan dapat dipilih sebagai pelari kedua.



c)



Pelari ketiga - Pelari ketiga memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena harus bertindak sebagai penerima dan pemberi tongkat. - Pelari ketiga memiliki keahlian lari ditikungan - Memiliki daya tahan sebagai pelari 200 meter.



d)



Pelari keempat - Pelari keempat merupakan pelari tercepat pertama atau kedua. Pelari keempat memiliki daya juang yang besar, karena pelari ini akan menentukan menang atau kalahnya regu atau tim.



5) Teknik masuk finish Teknik masuk finish ada 3 macam yaitu: - Lari terus tanpa mengubah kecepatan lari. - Membusungkan dada ke depan. - Merebahkan badan ke depan seperti orang jatuh tersungkur.



Persiapan mendaki gunung 1. Pengenalan Medan Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya objek seorang pendaki harus menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan di hadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita. 







Pengetahuan yang perlu dalam melakukan aktivitas pendakian gunung: - Perlengkapan dan teknik dalam melakukan aktivitas pendakian gunung. - Makanan/nutrisi. - Ilmu medan navigasi. - Tali temali/simpul. - Teknik berbivoak : teknik mendirikan tenda darurat. - Survival : teknik untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat. - Mountain Medicine : teknik UPGD (Usaha Pertolongan Gawat Darurat). Tingkatan pendakian gunung:



Agar setiap orang mengetahui apkah lintasan yang akan ia tempuh sulit atau mudah, maka dalam aktivitas pendakian gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing atau gunungnya, temperaman dalam penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya. - Kelas 1: Berjalan, Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus. - Kelas 2: Merangkak (Scrambling), dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak. Penggunaan tangan diperlukan untuk membantu. - Kelas 3: Memanjat (Climbling), tali diperlukan bagi pendaki yang belum berpengalaman. - Kelas 4: Memanjat dengan tali dan belaying, Anchor untuk belaying mungkin diperlukan. - Kelas 5: Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner, kelas ini dibagi lagi menjadi 13 tingkatan. - Kelas 6: Pemanjatan artificial, tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik. Kelas ini sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi lagi dalam 5 tingkatan. 2. Persiapan fisik Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama memcakup tenaga aerobic dan kelenturan otot. Kesgaran jasmani akan mempengaruhi traspor oksigen melalui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya. 3. persiapan tim Menentukan anggota tim dan memebagi tugas serta mengelompkannya dan merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian. 4. perbekalan dan peralatan Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. seperti sepatu,ransel,pakaian,tenda,perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan, dan lain-lain. 5. Teknik pendakian gunung o



Himalaya system Sistem pendakian yang di gunakan untuk perjalanan pendakian yang panjang sehingga memerlukan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang dalam pendakian ke puncak-puncak di Himalaya.



o



Alpine system Sistem yang berkembang di pegunungan Alpine bertujuan agar pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat karena pendaki tidak perlu kembali ke kemah utama (base camp).



Bahaya di gunung Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang memepengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian. - Faktor internal Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental. - Faktor eksternal Yaitu faktor yang datang dari luar pendaki. Bahaya ini datang dari objek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya objek. Bahaya ini dapat berupa badai, udara dingin, longsor hutan dan lain-lain. kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung di Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan,penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbiasaan-keterbiasaan pada diri kita sendiri.



2.3. Peraturan-peraturan 



Peraturan-peraturan dalam lari estafet - Panjang daerah pergantian tongkat estafet Panjang daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter, lebar 1,2 meter dan bagi pelari estafet 4 x 100 meter ditambah 10 meter ppra-zona. Pra-zona adalah suatu daerah dimana pelari yang akan berangkat dapat mempercapat larinya, tetap disini tidak terjadi pergantian tongkat. - Lari estafet (lari beranting) Lari estafet atau sering disebut dengan lari beranting merupakan salah satu dari cabang atletik. Lari estafet hanya membutuhkan empat (4) orang pemain untuk melakukan olahraga tersebut. Jarak tempuh lari estafet: 4 x 400 meter (putra/putri) dan 4 x 100 meter. Start yang sering digunakan dalam lari estafet: Start Jongkok sering digunakan pada pelari pertama, sedangkan start berlari sering digunakan pada pelari kedua, ketiga, dan keempat. - Diskualifikasi Peserta atau regu dicoret apabila: I. Stert mendahului aba-aba sampai dua kali. II. Selama lari mengganggu pelari lain. III. Masuk kelintasan lain hingga mendapat keuntungan. IV. Tidak masuk finish. V. Pergantian tongkat melewati daerah wissel. VI. Tongkat jatuh diambil orang lain. VII. Penerima sudah lewat batas wissel, kembali untuk mengambil tongkat yang terjatuh. VIII. Masuk finish tanpa memegang tongkat.



2.4. Langkah-langkah dan prosedur pendakian gunung Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pecinta alam dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah yaitu: I.



II.



Persiapan Yang dimaksud persiapan aktivitas pendakian gunung adalah: - Menentukan panitia pengurus pendakian, yang akan bekerja mengurus: perjalanan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian. - Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memaksimalkan kondisi nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajar kemumgkinankemungkinan yang tak terduga timbul dalam dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahan masalahnya. Pelaksanaan Bila ingin mendaki gunug yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa gluide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendaki dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: - Kelompok pelopor - Kelompok inti - Kelompok penyapu Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi). Daftar kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut. Di dalam perjalanan posisi kelompok



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Lari sambung atau lari estafet adalah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu regu lari sambung terdapat empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari capat dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya. Nomor lari estafet yang sering diperlombakan adalah nomor 4 x 100 M dan 4 x 400 M. Mendaki gunung adalah kombinasi olahraga dan kegiatan rekreasi untuk mengatasi tantangan dan bahaya pada lereng dan jurang untuk mendapatkan pemandangan yang indah dari puncaknya walaupun harus melewati kesulitan ataupun memanjat tebing untuk mencapai puncaknya. Perjalanan kealam terbuka pasti mengandung resiko dan bahaya yang bervariasi. Bahaya dan resiko tersebut dapat jauh diminimalisir dengan berbagai persiapan. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:     



Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dan lain-lain). Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, dan lain-lain). Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, dan sebagainya). Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban. Memperhatikan hal-hal khusus (masalnya: obat-obatan tertentu).



3.2. Saran Dalam melakukan lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi pemberian dan penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari. Dalam melakukan pendakian gunung harus melakukan persiapan yang sangat matang. Karena apa? Di alam bebas tersebut beresiko terjadi bahaya yang tidsk terduga. Untuk itu, memperhatikan hal-hal sebelum pendakian sangatlah diperlukan untuk memperhatikan tujuan pendakian gunung dampai ke puncaknya dengan sukses (baik diperjalanan berangkat maupun kembali).



DAFTAR PUSTAKA