MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Taqwa - Kel10 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Pendidikan Agama Islam Taqwa



Dosen Pembimbing : Muhisom, S.Pd.I, M.Pd.I Disusun Oleh : Kelompok 9 1. Galuh Saputra 2. Shinta Afidah Yahya



(1955041003) (1915041013)



Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Tahun Ajaran 2019/2020 1



Kata Pengantar Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul "Akhlaq" tepat pada waktunya. Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.



i



Daftar Isi Kata pengantar................................................................................................................... i Daftar isi........................................................................................................................... ii Bab I pendahuluan............................................................................................................ 1 1.1 Latar belakang............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan masalah....................................................................................................... 2 1.3 Tujuan pembelajaran.................................................................................................. 2 Bab II isi........................................................................................................................... 3 2.1 Taqwa......................................................................................................................... 3 2.2 Dalil-dalil tentang Taqwa........................................................................................... 7 2.3 Kedudukan orang yang bertaqwa............................................................................. 14 2.4 ciri-ciri orang yang bertaqwa ................................................................................... 19 2.5 PerilakuTaqwa dalam kehidupan ..............................................................................21 2.6 Proses pendakian Derajat Taqwa...............................................................................23 Bab III penutup............................................................................................................... 26 Kesimpulan..................................................................................................................... 26 Daftar pustaka ................................................................................................................ 27



ii



Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asalusul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat). Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri. Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.



Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah 1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Taqwa ? 2. Apa Saja ruang Lingkup Taqwa ? 3. Seberapakah derajat orang yang bertaqwa ? 4. Bagaimana ciri-ciri orang yang bertaqwa?



1



1.2 Tujuan pembelajaran 1. Mengetahui dan memahami tentang taqwa. 2. Mengetahui dan memahami ruang lingkup taqwa tersebut. 3. Mengetahui seberapa derajat orang bertaqwa 4. Mengetahui bagaimana ciri ciri orang bertaqwa



2



Bab II Isi 2.1 Pengertian Taqwa Ajakan al-Qur’an pada taqwa menggunakan berbagai macam cara, dari perintah secara langsung, menjelaskan beberapa pengaruhnya, pujian terhadap orang yang bertaqwa, memaparkan kebaikan dan keutamaan mereka, peringatan terhadap orang yang meninggalkan dan berpaling kepada-Nya, sehingga jelas perbedaan orang yang bertaqwa dengan orang-orang yang yang berpaling yang berbuat kekejian, atau orang-orang yang baik dan bertaqwa dengan orang-orang yang berbuat dosa dan pelanggaran. Dalam istilah taqwa biasanya diartikan sederhana sebagai “takut kepada Tuhan” yang dilaksanakan dengan “menjauhi segala larangan-Nya, menjalankan semua perintah-Nya.” Barangkali inilah pengertian umumnya dikalangan umat Islam, tentang arti taqwa. Karena itulah maka penerjemah Inggris J.M. Rodwell, mengalihbahasakan muttaqin menjadi God-Fearing, atau orang yang takut (kepada Tuhan). Berdasarkan penelahannya mengenai nilai-nilai budaya Arab pra-Islam, Prof. T. Izutsu, yang karyanya mengandung unsur-unsur metodologi penafsiran al-Qur’an dan banyak dipakai referensi para pengarang Muslim modern itu, berspekulasi bahwa konsep taqwa ini, yang berasal dari budaya tradisional, diangkat oleh al-Qur’an sebagai gebrakan terhadap sifat-sifat kesombongan, kecongkakan dan keangkuhan bangsa arab agar mereka menurunkan rasa takaburnya yang berlebih-lebihan . Dalam pengertian taqwa yang ia simpulkan, “terkandung suasana takut,” yang menurut analisisnya terhadap keseluruhan sistem nilai etika dalam al-Qur’an, merupakan basis agama yang paling mendasar.” Takut ini, katanya hampir sinonim dengan percaya dan pengabdian. Dan kelapangan bisa juga penyebab kebersamaan Allah dengan hamba-Nya. Taqwa dapat pula menumbuhkan etos pemilah dalam diri manusia yang mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan dan bisa pula menjadi penentu diterimanya amal perbuatan manusia di sisi Allah swt. Taqwa yang telah dipaparkan memiliki format dan tampilan, selain juga substansi dan hakikat. Format dari taqwa tersebut bisa berbentuk penjagaan terhadap praktik ibadah, penjagaan cara pelaksanaannya, perhatian pada perbuatan ang-gota tubuh, ketaatan fisik, dan bukan pada perbuatan hati atau ketaatan hati. Format taqwa ini juga termanifestasi dalam upaya menghindari maksiat qalbu. Format ini juga memfokuskan perhatiannya pada perilaku yang tampak di mata kebanyakan orang, tanpa memperhatikan perilaku batin yang kurang terlihat oleh mereka. Sedangkan substansi dan hakikat taqwa lebih tampak di hati yang notabene merupakan focus perhatian Allah swt. Dan pangkal keselamatan di akhirat. Taqwa secara formalitas memang banyak memperhatikan pelaksanaan ibadah yang kasat mata dan gerakan-gerakan badan yang terlihat, seperti berdiri dalam shalat, ruku serta sujud; tanpa memperhatikan kekhusyuan inilah yang akan dibalas Allah swt. dengan keberuntungan.2Taqwa dalam pengertian yang mendasar adalah sejajar dengan pengertian rabbaniyyah (semangat ketuhanan) dalam firman yang lain, yang menuturkan salah satu tujuan pokok diutusnya nabi atau rasul kepada umat manusia. Kata-kata rabbaniyyah meliputi “sikap-sikap pribadi yang 3



secara bersungguh-sungguh berusaha memahami Tuhan dan mentaati-Nya”, sehingga dengan sendirinya ia mencakup pula kesadaran akhlaki manusia dalam kiprah hidupnya di dunia ini. Taqwa menurut bahasa adalah takut, sedangkan menurut istilah menjalani apa yang telah disyariatkan-Nya serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Allah memerintahkan orang muslim untuk bertaqwa sebelum memerintahkan hal-hal lain, agar taqwa itu menjadi pendorong bagi mereka untuk melaksanakan perintah–perintah-Nya,4 sebagaimana firmanNya dalam QS. al-Maidah (5) : 35:



“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. Dari itu di sinilah Allah menyuruh kaum mu’minin supaya bertaqwa kepada-Nya dan mencari jalan yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan amal soleh dan jangan sampai terpedaya dengan agama mereka, seperti yang dialami orang-orang ahli Kitab. Hal itu kemudian ditegaskan lagi oleh Allah, dengan menerangkan, bahwa kemenangan dan kebahagiaan hanyalah bias diperoleh dua perkara tersebut. Oleh karenanya, barangsiapa tidak melakukannya, maka dia akan menemui berbagai macam penderitaan, kelak dihari kiamat yang sulit dilukiskan. Ayat ini menyentuh jiwa manusia dengan mengajaknya mendekatkan diri kepada Allah. Ajakan tersebut ditujukan kepada orang-orang yang walau mempunyai secercah iman, sebagaimana dipahami dari penggilan Wahai orang-orang yang beriman, walau hanya sekelumit iman bertakwalah kepada Allah dan hindari siksaan Nya baik duniawi maupun ukhrawi dan bersungguh-sungguhlah mencari jalan dan cara yang dibenarkan-Nya yang mendekatkan diri kamu kepada-ridha-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, yakni kerahkanlah semua kemampuan kamu lahir dan batin untuk menegakkan nilai-nilai ajaranNya, termasuk berjihad melawan hawa nafsu kamu supaya kamu mendapatkan keberuntungan, yakni memperoleh apa yang kamu harapkan baik keberuntungan duniawi atau ukhrawi. Sesungguhnya seluruh kebaikan merupakan buah dari ketaatan kepada Allah. Taat kepada Allah swt akan mengumpulkan kebaikan. Allah menyerukan ketaatan dalam beberapa ayat al-Qur’an. Para Rasul diutus dengan membawa missi ketaatan kepada Allah, agar manusia keluar dari kegelapan hati, menuju pada kema’rifan yang suci. Dan agar manusia dapat bersenang-senang di dalam surga kenikmatan yang abadi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Tingginya kenikmatan surga belum pernah terlihat oleh penglihatan mata, tidak pula terdengar oleh telinga, dan bahkan belum terlintas pula dalam hati manusia. 4



Sesungguhnya manusia diciptakan tidak untuk kesia-siaan dan tidak pula hanya sekedar main-main belaka. Tetapi untuk diberikan balasan sesuai dengan amal ibadahnya, bagi mereka yang berbuat jahat akan dibalas dengan kejahatannya, dan bagi orang yang berbuat kebajikan akan dibalas dengan kebajikannya yang lebih baik. Allah, Dialah Tuhan Yang Maha Kaya, yang tidak butuh pada ketaatan manusia dan tidak pula membahayakanNya, kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, serta tidak mengurangi kesempurnaanNya sedikitpun . Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya dimalam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. Barangsiapa yang beramal soleh maka ia akan berguna bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat maka ia akan membahayakan dirinya sendiri. Bagaimana jika kita tidak mentaati Tuhan kita yang hakiki, yaitu Allah swt. Dia yang telah menciptakan dan membentuk serta meninggikan derajat kemuliaan pada kita. Tetapi begitu sering kita melakukan kesalahan-kesalahan yang tiada henti-hentinya. Sekalipun begitu Dia tidak mencegah nikmat-nikmat kepada kita, tetapi terus membentangkannya.Bagi orang yang berakal, tentu dia mengerti siapa yang harus ditaati, Kepada siapa dia harus mengorientasikan segala aktivitasnya dalam kehidupannya, ketika berbuat dosa, maka Dia Tuhan yang akan menerima tobatnya, kepada sang Pencipta seseorang akan kembali, janganlah berputus asa akan rahmat-Nya. Hendaklah mensyukurinya, dengan begitu dia akan dicatat sebagai orang yang cinta kepada-Nya. Hal itu kemudian ditegaskan lagi oleh Allah, dengan menerangkan bahwa kemenangan dan kebahagiaan hanyalah bisa diperoleh oleh perkara tersebut. Oleh karenanya, barangsiapa tidak melakukannya, maka ia bakal menemui berbagai macam penderitaan, kelak dihari kiamat yang sulit dilukiskan. Bertaqwa kepada Allah adalah memelihara diri dari murka dan siksa Allah, dengan cara tidak melanggar agama dan syari’at-Nya. Ibnu jarir meriwayatkan dari Qatadah; Bahwa dia berkata mengenai penafsiran ayat ini : maksudnya, dekatkanlah dirimu pada Allah dengan mematuhi-Nya dan melakukan amal perbuatan yang membuat-Nya ridho.” Di sini dapat dikatakan, perbedaan yang radikal antara orang yang bertaqwa dan orang yang kufur ditunjukkan dalam kaitannya dengan dua hal yang sangat penting; pertama, apa yang mereka lakukan semasa hidup di dunia orang beriman hanya melakukan amal saleh belaka, sementara orang kafir menghabiskan usianya untuk mengejar kesenangan dunia semata. Kedua, apa yang mereka peroleh pada hari pembalasan, orang beriman akan mendapatkan pahala surga, sementara orang kafir akan masuk neraka. Dengan demikian diketahuilah, bahwa taqwa adalah suatu kedudukan tertinggi dalam surga. Seorang hamba yang telah diberi rezeqi oleh Allah dengan sepuluh perkara, berarti dia telah selamat dari neraka dan ancaman bahaya dan telah behasil derajat mutaqarribin dan muttaqin. Kesepuluh perkara tersebut adalah: 1. Ucapannya selalu jujur. disertai dengan hati yang qonaah. 2. Selalu sabar dengan disertai rasa syukur yang terus menerus karena iman yang paling utama adalah sabar dan bersikap toleran. 5



3. Ridho dengan kefakiran disertai dengan zuhud3. yang nyata karena keridoan orang fakir itu akan mendapatkan keberuntungan atas pahala kefakirannya, jika tidak maka malah sebaliknya yaitu tidak akan mendapatkan keberuntungan. . 4. Banyak bertafakkur dengan keadaan perut yang lapar yaitu dengan bertafakkur dalam segala hal bukanlah bertafakkur atas Dzat Allah swt. 5. Senantiasa prihatin disertai dengan rasa takut kepada Allah karena yang dikatakan seseorang berilmu ialah apabila ia merasa takut kepada Allah swt. 6. Anti berpangku tangan dengan disertai ketawadhu’an karena jika kuat memiliki sifat tawadhu’ akan terhindar dari sifat sombong. 7. Selalu bersikap lemah lembut disertai dengan kasih sayang karena kalu kita mempunyai sifat lemah lembut dan kasih sayang kita akan disegani dan dihargai orang lain. 8. Rasa cinta karena Allah disertai dengan sifat malu karena-Nya. 9. Ilmu yang bermanfaat dengan disertai amal yang langgeng karena Allah tidak akan memberikan manfaat pada ilmu kita jika kita tidak mengamalkannya. 10. Iman yang kekal dengan disertai akal sehat yang tetap adanya karena sebaik-baiknya karunia adalah akal dan seburuk-buruknya musibah adalah kebodohan. Bahwa seseorang dapat dikatakan bertaqwa harus memiliki lima hal diantarany: peratama; tidak suka bergaul, kecuali dengan orang yang dapat memperbaiki agamanya dan dapat membuatnya memelihara kemaluan dan lisannya. Kedua, jika mendapat musibah besar dalam urusan duniawi, ia menganggapnya sebagai hukuman karma. Ketiga, jika mendapatkan dalam musibah agama meskipun sedikit, ia bersedih. Keempat, tidak suka perutnya dipenuhi dengan makanan yang halal sekalipun, karena khawatir tercampur dengan yang haram. Kelima, memandang orang lain bersih dari dosa, sementara memandang dirinya dengan penuh dosa.Hendaklah selalu melatih diri kita agar takwa kepada Allah. Takwa mengandung akan arti takut dan memelihara. Di dalamnya terkandung khauf dan Raja’. Khauf yang berarti takut, yaitu takut akan adzab-Nya. Takut azab-Nya. Dan mengharap akan rahmat-Nya (Raja’). Di samping pendirian taqwa yang demikian, hendaklah disusun wasilah, yaitu jalan-jalan dan cara supaya kian lama kian mendekati Tuhan. Yaitu dengan memperbanyak amal ibadah, berbuat kebajikan, bertambah dekatlah ke tempat yang dituju. Oleh sebab itu wasilah adalah adalah amal dan usaha sendiri. Bukan wasilah itu menggunakan perantara orang lain.Islam juga menggambarkan cara untuk membentuk masyarakat insani yang utama dan ideal. Dan untuk itu, Islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan pendidikan yang baik , sebagaimana Islam juga menyiapkan kesempatan-kesempatan yang memungkinkannya untuk sanggup memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang tersimpan. Manusia muslim merupakan manusia ritus dan ibadah sebagai wujud ketaqwaannya kepada Allah swt, karena dia menya-kdari dan mengetahui bahwa alam sekitar diciptakan untuknya, adapun dia maka tercipta untuk Allah semata, dengan demikian ia mengetahui tujuan hidupnya dan rahasia keberadaannya. Beribadah kepada Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, merupakan tujuan akhir dari segala tujuannya, maka untuknyalah ia tercipta dan karena ditundukkan untuknya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kemudian Allah menciptakan manusia baik laki-laki dan perempuan, memiliki jabatan atau



6



tidak, maka yang dilihat adalah ketakwaannya sebagai ukuran kepribadian manusia. Dalam QS. al-Hujarat (49): 13



“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. 2.2 Dalil-dalil tentang Taqwa “Alif lam Mim. Kitab  (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:1-3) “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS Al-Baqarah [2]:177) “…Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(QS Al-Baqarah [2]:194) “…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal.”(QS Al-Baqarah [2]:197) “…Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS Al-Baqarah [2]:231) “…Dan bertakwalah kepada Allah; Allah Mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS Al-Baqarah [2]:282) “Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka 7



dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.”(QS Ali Imran [3]:1517) “…Sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”(QS Ali Imran [3]:76) “…Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya…”(QS Ali Imran [3]:102) “…Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”(QS Ali Imran [3]:120) “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (QS Ali Imran [3]:123-125) “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orangorang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosadosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran [3]:133-136) “(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS Ali Imran [3]:138) “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(QS An-Nisa’ [4]:1) “…Katakanlah : “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”(QS An-Nisa [4]:77)



8



“…Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah…”(QS An-Nisa’ [4]:131) “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(QS Al-Ma’idah [5]:2) “…Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.”(QS AlMa’idah [5]:27) “Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahankesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS Al-Ma’idah [5]:65) “…maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”(QS Al-Maidah [5]:100) “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. AlAn’am [6]:153) “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(QS Al-An’am [6]:155) “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik…”(QS Al-A’raf 7:26) “Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orangorang yang bertakwa.”(QS Al-A’raf 7:128) “…Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS Al-A’raf 7:156) “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”(QS Al-Anfal [8]:29) “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”(QS At-Taubah [9]: 4, dan 7) “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.”(QS Yunus [10]:62-64) 9



“…Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS Hud [11]:49) “…Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(QS Yusuf [12]:90) “…Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.”(QS An-Nahl [16]:30) “(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.”  (QS. An-Nahl [16]: 31-32) “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS An-Nahl [16]:128) “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.”(QS Maryam [19]:63) “Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut. (QS Maryam[19]: 71-72) “(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat.”(QS Maryam [19]:85) “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”(QS Thaha [20]:132) “…Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”(QS Al-Hajj [22]:32) “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”(QS An-Nur [24]:52) “Dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang bertakwa…”(QS Asy-Syu’ara [26]:90)



10



“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orangorang yang bertakwa.”(QS Al-Qashash [28]:83) “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”(QS Al-Ahzab [33]:70-71) “Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi?  Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?”(QS Shad [38]:28) “Ini adalah kehormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang bertakwa benarbenar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habishabisnya.”(QS Shad [38]:49-54) “Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”(QS Az-Zumar [39]:20) “Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.”(QS Az Zumar [39]:61) “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS Az-Zukhruf [43]:67) “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air, mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.”(QS Ad-Dukhan [44]:51-57) “…dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Jatsiyah [45]: 19) “(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, 11



sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?”(QS Muhammad [47]:15) “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu…”(QS Al-Hujurat [49]:13) “Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).”(QS Qaf [50]:31) “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan; Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]:15-18) “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.”(QS Al-Qamar [54]:54-55) “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Hadid [57]:28) “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”(QS Al-An’am [6]:122) “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS AlHasyr [59]:18) “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu…”(QS At-Taghabun [64]:16) “…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS Ath-Thalaq [65]:2-3)



12



“…Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”(QS Ath-Thalaq [65]:4) “…dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahankesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.”(QS Ath-Thalaq [65]:5) “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya. Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”(QS Al-Qalam [68]:34-36) “Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya, dan berhak memberi ampunan.”(QS Al-Muddatstsir [74]:56) “Sesungguhnya orang – orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam – macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka),”Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Al-Mursalat [77]:41-43) “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.” (QS. Al-Lail [92]:17-18) Dari Abu Umamah r.a, ia berkata,’Aku mendengar Rasulullah Saw berkhotbah pada waktu Haji Wada’. Beliau bersabda : “Bertakwalah kepada Rabb kalian, kerjakanlah shalat lima (waktu) kalian, berpuasalah di bulan kalian (ramadhan), tunaikanlah zakat harta-harta kalian, dan taatilah pemilik urusan kalian, niscaya kalian akan masuk surga Rabb.”(HR. Tirmidzi) Rasulullah Saw berwasiat kepada Mu’adz bin Jabal r.a., beliau bersabda,”Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya (kebaikan itu) akan menghapus (keburukan), dan gaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”(HR. Tirmidzi) Dari Irbadh bin Sariyah r.a., ‘Rasulullah Saw memberikan suatu nasihat yang membuat hati kami bergetar, dan air mata kami menetes. Kami lalu berkata,’Wahai Rasulullah, (kami merasa) seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan. Maka berilah kami wasiat.’ Beliau Saw bersabda,”Aku wasiatkan kepada kalian kepada Allah, mendengar, dan taat…”(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah); [Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata : “Dua kata ini, mendengar dan taat, menghimpun kebahagiaan dunia dan akhirat.”(Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, 2/116)] Dari riwayat Ibnu Mas’ud r.a., bahwa Rasulullah Saw (selalu) memanjatkan doa : “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan.”(HR. Muslim)



13



Dari riwayat Abu Hurairah r.a, ia berkata (bahwa ketika) Rasulullah Saw ditanya tentang faktor dominan yang membuat manusia masuk surga, beliau bersabda : “Taqwa-Allah wa khusnul-khuluq” (ketakwaan kepada Allah, dan akhlak terpuji). Dan (ketika) ditanya tentang faktor dominan yang membawa manusia masuk neraka, beliau bersabda : “Al-fam wal-farj” (mulut dan alat kelamin).”(HR. Tirmidzi) Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya (hati), dan diam (tidak pamer).”(HR. Muslim), dan beliau Saw bersabda,”Kaya bukanlah karena banyak harta benda, tetapi kaya (yang sesungguhnya) adalah kaya jiwa.”(Muttafaq’ alaih) 2.3 Kedudukan Taqwa dalam Islam Hubungan dengan Allah SWT



Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat sehingga kita dapat menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturanaturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan manusia. Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang artinya: “inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orangorang yang bertaqwa “. (QS. Ali-imran 3:138) manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan.



Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 14



Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh  tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha pengampum lagi maha penyayang”. (QS. Yusuf 12:53) Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain : 1)Sabar 2)Tawaqal 3)Syukur 4) Berani Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan. Taqwa dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri melahirkan sikap –sikap tertentu antara lain: 1) Al-amanah, yaitu setia dan dapat dipercaya 2) Al-shidiq, yaitu benar dan jujur 3) Al-adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya 4) Al-‘iffah, yaitu menjag dan memelihara kehormatan diri 5) Al- haya, yaitu merasamalu terhadap Allah dan diri sendiri, apabila membuat pelanggaran hukum atau norma 6) Al-quwwah, yaitu kekuatan fisik, jiwa,semangat



15



7) Al-shabr, yaitu sabar ketika harus melaksanakan perintah, menghindari larangan, dan ketika ditimpa musibah  Ketaqwaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain : Sabar, Tawaqal, Syukur, dan Berani. Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan. Hubungan manusia dengan manusia Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya dimata allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang paling bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt. Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan. Surat Al-baqarah ayat 177:



16



“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, oaring miskin, musafir(yang memerlukan pertolongan), dan orang-orangyang meminta-minta, dan (merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan zakat. Dan orangorang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar(imannya)mereka itulah orang yang bertaqwa. (Al- baqarah 2:177). Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat. Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara lingkungannya. Sebagai penggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala petensi yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna bagi manusia. Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang bermanfaat bagi manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam. Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri. Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaikbaiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa manusia jauh dari ketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor yang dapat merugikan manusia. 17



Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allah dengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia. Dalam kontak manusia dengan alam, terjadi perubahan-perubahan pada manusia dan alam itu sendiri. Setiap perubahan membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif. Perubahan yang bersifat positif adalah perubahan yang saling menguntungkan antara manusia dengan alam. Karena itu, hubungan baik dengan alam adalah hubungan antara manusia dengan alam yang ditata secara seimbang antara pemenuhan kebutuhan manusia dengan kebutuhan alam itu sendiri. Alam merupakan sistem yang telah ditata menurut hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah atas alam (sunnatullah) secara seimbang (tawazun) sehingga terjadi suatu kesatuan yang sistemik di antara unsurunsur alam itu. Dalam kontak manusia dengan alam, kesatuan sistemik dalam alam itu seringkali terganggu sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada alam yang dapat merugikan manusia dan alam itu sendiri. Dalam hubungan ini, manusia dengan alam memerlukan hubungan yang harmonis dan seimbang sehingga kedua belah pihak dapat memperoleh keuntungan. Manusia yang memandang alam semata-mata sebagai obyek akan memanfaatkan alam tanpa memikirkan akibat-akibat yang ditimbulkannya berupa kerusakan alam. Karena itu, hubungan manusia dengan alam menjadi penting dan menentukan masa depan manusia dan alam itu sendiri. Perubahan yang dilakukan oleh manusia apabila direncanakan dengan baik, dipikirkan secara sistematis, dan dilaksanakan secara konsisten, maka perubahan tersebut dapat berakibat positif dan seringkali disebut sebagai proses pembangunan. Pembangunan adalah perubahan yang berorientasi kepada kebaikan untuk manusia dan alam. Kebaikan untuk manusia dalam bentuk peningkatan kualitas dan kesejahteraan hidup, sedangkan kebaikan untuk alam adalah terpelihara dan lestarinya sumber daya alam. Hubungan antara manusia dengan lingkungan alam tempat tinggalnya digambarkan para ahli lingkungan sebagai hubungan yang saling menunjang dan mempengaruhi. Manusia memperoleh manfaat dari lingkungan alam seperti udara yang sehat, hutan yang lebat, dan air yang jernih dan sehat. Sumber daya alam apabila digunakan secara bertanggung jawab manfaatnya akan berlangsung lama. Sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan merupakan realisasi dari islah terhadap alam. Taqwa dalam kaitan hubungan dengan alam berkaitan pula dengan perbaikan alam yang telah rusak sebagai akibat kesalahan manusia dalam memanfaatkannya, seperti hutan yang gundul akibat ekploitasi hutan yang tanpa batas. Taqwa di sini, diwujudkan dalam bentuk reboisasi dan renovasi lingkungan sehingga lingkungan alam kembali berfungsi seperti semula dan mendatangkan manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pemahaman di atas, nampaklah bahwa perilaku taqwa dalam hubungan dengan lingkungan alam, baik melalui konservasi maupun renovasi 18



akan mendatangkan kesejahteraan bagi manusia. Dalam kaitan dengan alam, perilaku taqwa dapat dilawankan dengan fasid yang berarti rusak, baik dalam konteks kerusakan fisik maupun non-fisik. Allah menganjurkan agar manusia menjaga dan memelihara lingkungan alam yang ada di sekelilingnya, baik di daratan maupun lautan. Kerusakan lingkungan alam lebih banyak disebabkan karena manusia tidak mampu membatasi keinginannya atau menahan hawa nafsunya untuk menguasai atau memiliki sesuatu.Dominasi manusia terhadap lingkungan alam tidak terjadi sama dan merata di permukaan bumi, karena dipengaruhi oleh seberapa jauh kelompok manusia itu telah mengembangkan budaya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). IPTEK dapat meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi bersamaan dengan itu membawa pula dampak bagi kelestarian alam. Kerusakan lingkungan telah diisyaratkan Alquran sebagai akibat perbuatan manusia yang tanpa batas: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS. Ar-Rum, 30:41) Allah telah mengatur tata kehidupan ini dengan harmonis, tetapi manusia tidak puas dengan keadaan itu. Adanya kerakusan dan ketamakan dalam mencapai kepuasan material, manusia tidak segan-segan membuat kerusakan terhadap alam sekitarnya. Berpacunya teknologi seiring dengan tumbuhnya industri yang membutuhkan sumber alam yang langka (terbatas) telah meninggalkan dampak kerugian bagi umat manusia sekarang dan generasi yang akan datang. Pengurasan sumber alam, polusi udara, air dan udara adalah indikator teknologi saat ini yang merupakan biaya kemanusiaan yang tidak bisa diukur secara kuantitatif. Dengan demikian taqwa dalam hubungan dengan alam diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup, memelihara dan melestarikannya.Pemanfaatan alam sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dilakukan secara bertanggung jawab. Hal ini merupakan amanat Allah yang melekat pada kekhalifahan manusia di muka bumi. 2.4



ciri-ciri orang yang bertaqwa



Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-yat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS.7:96) Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an a.      Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut: Ø  Beriman pada yang ghaib Ø  Mendirikan salat Ø  Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya 19



Ø  Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu. Ø  Yakin kepada hari akhirat Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa, Mendirikan



salat



misalnya,



Dalam



bahasa



melayu



"salat"



disebutnya



juga



sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda. b.      Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar  dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb : Ø  Beriman kepada Allah,hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi. Ø  Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta. Ø  Membebaskan perbudakan Ø  Mendirikan salat Ø  Menunaikan zakat Ø  Memenuhi janji bila berjanji Ø  Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan. c.      Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orangorang yang bertaqwa, yaitu : Ø  Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit Ø  Orang-orang yang menahan amarahnya Ø  Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain Ø  Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya. Ø  Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.



20



2.5 Perilaku taqwa dalam kehidupan Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orangorang yag menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan (juga) orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal (Qs. Ali Imran 133-136).   Pada ayat pertama dari kelompok ayat diatas, Allah SWT memerintahkan terhadap orangorang yang beriman untuk bersegera meraih ampunan dan surga yang sangat luas yang disediakan untuk mereka yang bertakwa. Kemudian pada ayat-ayat selanjutnya Allah SWT menjelaskan beberapa perilaku orang bertakwa tersebut.   Setidaknya ada lima perilaku takwa yang digambarkan Allah pada ayat-ayat di atas, berikut penjelasannya:   Berinfak diwaktu lapang dan sempit Termasuk perilaku orang bertakwa adalah berinfaq dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam keadaan lapang (berkecukupan) ataupun dalam keadaan sempit (kekurangan). Mereka berusaha untuk selalu dapat membantu orang lain sesuai dengan kemampuan. Mereka tidak pernah melalaikan infaq meski terkadang mereka sendiri sedang kesulitan. Dalam suatu hadits Rasulullah SAW menyatakan: Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun dengan (bersedekah) sebutir kurma (HR. Muttafaq alaih).   Menurut Rasyid Ridha (AL-Manar III, hal. 123-133) Allah memulai gambaran orang bertakwa dengan infaq karena dua hal berikut: Pertama; infaq adalah kebalikan dari riba yang dilarang oleh ayat sebelumnya (Qs. Ali Imran 130). Riba adalah pemerasan yang dilakukan oleh orang kaya terhadap orang yang membutuhkan pertolongan dengan memakan hartanya dari bayaran hutang yang berlipat ganda. Sedangkan infaq adalah sebuah pertolongan kepada orang yang membutuhkan tanpa imbalan. Kedua; Sesungguhnya infaq adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan karena kecintaan manusia terhadap harta. Oleh karena itu, barangsiapa yang sanggup menginfakkan harta diwaktu lapang dan sempit, jelas menunjukkan sikap kepatuhan, ketundukkan hati, yang merupakan sebuah ketakwaan.   Anjuran dan perintah berinfaq pada waktu lapang adalah untuk menghilangkan perasaan sombong, rakus, aniaya, cinta yang berlebihan terhadap harta, dan lain-lain. Sedangkan anjuran bersedekah di waktu sulit adalah untuk merobah sifat manusia yang lebih suka diberi dari pada memberi. Sebenarnya sesusah apapun, manusia masih bisa memberikan



21



sesuatu di jalan Allah walaupun sedikit. Dorongan ini ada pada diri setiap orang tetapi kadang-kadang tidak muncul. Untuk itu agamalah yang menumbuhkan kesadaran itu.   Menahan marah Selanjutnya perilaku orang yang bertakwa adalah mampu menahan marah dengan tidak melampiaskan kemarahan walaupun sebenarnya ia mampu melakukannya. Kata alkazhimiin berarti penuh dan menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh dengan air, lalu ditutup rapat agar tidak tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa perasaan marah, sakit hati, dan keinginan untuk menuntut balas masih ada, tapi perasaan itu tidak dituruti melainkan ditahan dan ditutup rapat agar tidak keluar perkataan dan tindakan yang tidak baik. (Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, II, hal. 207).   Orang yang mampu menahan marah, oleh Nabi SAW disebut sebagai orang yang kuat. Beliau bersabda: Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, tetapi (orang yang kuat itu adalah) orang yang mampu menahan dirinya ketika marah (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud). Dalam hadits lain nabi juga bersabda: Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka di hari kiamat Allah akan memenuhi hatinya dengan keridhaan.   Memaafkan Memaafkan berarti menghapuskan. Jadi seseorang baru dikatakan memaafkan orang lain apabila ia menghapuskan kesalahan orang lain itu, kemudian tidak menghukumnya sekalipun ia mampu melakukannya. Ini adalah perjuangan untuk pengendalian diri yang lebih tinggi dari menahan marah. Karena menahan marah hanya upaya menahan sesuatu yang tersimpan dalam diri, sedangkan memaafkan, menuntut orang untuk menghapus bekas luka hati akibat perbuatan orang. Ini tidak mudah, oleh karena itu pantaslah dianggap perilaku orang bertakwa.   Untuk memberikan dorongan kepada manusia agar mau memaafkan, Allah berulang kali memerintahkannya di dalam Al-Quran, antara lain dalam surat Al-Araf 199, Al-Hijr 85, dan Asy-Syura 43. Sementara itu Rasulullah SAW juga menjelaskan keuntungan orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain, di antaranya: Barangsiapa memberi maaf ketika dia mampu membalas, maka Allah akan mengampuninya saat ia kesukaran. Dan Orang yang memaafkan terhadap kezhaliman, karena mengharapkan keredhaan Allah, maka Allah akan menambah kemuliaan kepadanya di hari kiamat (Lengkapnya dapat dilihat dalam Muhammad Ahmad al-Hufy, Edisi Indonesia, hal. 272).   Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah kita, adalah seseorang yang sangat pemaaf. Aisyiyah r. a. berkata: Saya belum pernah melihat Rasulullah SAW membalas karena beliau dianiaya selama hukum Allah tidak dilanggar. Beliau akan memaafkan kesalahan orang lain yang mengenai dirinya, karena itu adalah sifat utama.   Berbuat ihsan Ini adalah tingkat yang lebih tinggi dari tiga perilaku takwa sebelumnya. Allah mencintai orang yang berbuat ihsan dengan berbagai cara yang mungkin dilakukannya. Dalam menafsirkan ayat ini Muhammad Rasyid Ridha mengemukakan suatu riwayat yang 22



menggambarkan bahwa berbuat ihsan itu adalah sebagai puncak dari tiga sifat utama sebelumnya: Seorang budak melakukan sesuatu pelanggaran yang membuat tuannya sangat marah. Budak itu berkata kepada tuannya: Tuan, Allah SWT berfirman wal kazhimiin alghaizha, maka tuannya menjawab: Aku telah menahan marahku. Budak itu berkata lagi, Allah telah berfirman walafiina aninnaas, yang dijawab oleh tuannya: Kamu telah kumaafkan. Budak itupun melanjutkan lagi, bahwa Allah telah berfirman wallahu yuhibbul muhsiniin, tuannya menjawab: Pergilah! Engkau merdeka karena Allah. (Muhammad Rasyid Ridha, IV, hal. 135). Riwayat senada juga dikemukakan oleh Al-Maraghi dalam menafsirkan ayat ini.   Cepat menyadari kesalahan lalu beristighfar Perilaku ini menggambarkan bagaimana orang yang bertakwa menghadapi dirinya sendiri, yaitu bila dia, sengaja atau tidak, melakukan perbuatan dosa seperti, membunuh, memakan riba, korupsi, berzina, atau menganiaya diri sendiri seperti minum khamar, membuka aurat, tidak shalat, tidak berpuasa, dan sebagainya, mereka langsung ingat Allah, sehingga merasa malu dan takut kepadaNya. Lalu ia cepat menyesali semua perbuatannya dan memohon ampun sambil bertekad tidak akan mengulangi lagi kesalahan itu.   Orang mumin yang bertakwa setelah bertaubat tidak akan mengulang pelanggaran yang telah dilakukannya, karena ia akan selalu ingat dan takut kepada Allah.   Dalam ayat ini Allah juga menegaskan dua hal, pertama; Hanya Allah lah tempat memohon ampunan, karena hanya Allah juga yang mampu memberi ampunan. Kedua; ayat ini menunjukkan batapa Maha Pemaaf dan Pengampunnya Allah. Untuk mereka yang memenuhi lima kriteria diatas, Allah menjanjikan balasan berupa ampunan, selamat dari siksaan, mendapat pahala yang besar, dan memperoleh surga yang sangat luas dan menyenangkan. Itu semua adalah sebaik-baik balasan dan imbalan Allah terhadap amal yang telah mereka lakukan. 2.6



Proses pendakian derajat Taqwa



Salah satu diantara tujuan diwajibkannya puasa adalah Taqwa, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an : ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. 2 : 183) Dan salah satu diantara keutamaan orang yang bertaqwa adalah, Allah akan menjamin syurga baginya disebabkan karena ketaqwaan. ْ ‫ات َواألرْ ضُ أُ ِع َّد‬ ُ ‫او‬ ُ ْ‫ارعُوا إِلَى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬ َ‫ت لِ ْل ُمتَّقِين‬ َ ‫ضهَا ال َّس َم‬ ِ ‫َو َس‬ “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. 3 : 133) 23



Namun untuk mencapai derajat Taqwa tersebut harus ada upaya yang keras dan sungguhsungguh, bukan hanya dengan Ibadah kepada Allah, tetapi harus ada upaya lain yang dapat ditempuh. Kata para ulama, minimal ada 5 jalan yang dapat dilalui untuk menggapai taqwa, yaitu : Mu’ahadah, Muraqabah, Muhasabah, Mu’aqobah, dan Mujahadah. 1. Mu’ahadah Mu’ahadah adalah senantiasa mengingat perjanjian kita dengan Allah. Bukankah kita senantiasa berjanji kepada Allah minimal 17 kali sehari semalam. Didalam shalat, kita membaca : ُ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ نَ ْست َِعين‬ َ ‫إِيَّا‬ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. 1 : 5) Inilah janji kita yang selalu diucapkan disetiap shalat. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah kita minta pertolongan. Kalaulah kita senantiasa mengingat janji kita ini, maka ke Taqwaan kita akan semakin meningkat dan bertambah. Akan jauhlah kita dari mempersekutukan Allah, sebab kita telah berjanji untuk hanya menyembah kepada Allah bukan kepada yang lainnya. Demikian pula akan jauh kita dari dukun atau bendabenda tertentu, sebab hanya kepada Allah kita minta pertolongan bukan kepada batu, kayu besar, pohon besar, kuburan, dukun atau paranormal. Disini pulalah letak keikhlasan dalam beribadah, dimana semua ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah, apakah itu shalat, puasa, zakat, haji, menikah, membaca Al-Qur’an dan lain-lain semuanya karena Allah bukan karena yang lainnya. Apalagi diperkuat dalam salah satu do’a iftitah kita “sesungguhnya shalatku, ibadah (berqurban) ku, hidup ku dan matiku hanya kuserahkan kepadamu ya Allah”. Sehingga jauhlah kita dari kesyirikan yang dapat menghancurkan pahala ibadah yang kita lakukan. َ‫اس ِرين‬ َ ُ‫ك لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬ َ ِ‫ك َوإِلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبل‬ َ ‫َولَقَ ْد أُو ِح َي إِلَ ْي‬ ِ َ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخ‬ “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. 39 : 65) Inilah pentingnya kita senantiasa mengingat janji kepada Allah, sebab akan menumbuhkan keikhlasan dalam beribadah dan dijauhkan dari kesyirikan. Dan janji itu harus ditepati, sebab semua janji akan dimintai pertanggung jawabannya ‫ص َر َو ْالفُؤَا َد ُكلُّ أُولَئِكَ َكانَ َع ْنهُ َم ْسئُوال‬ َ َ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َوال تَ ْقفُ َما لَي‬ “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. 17 : 36) 24



Kalaulah kita mengingat janji kita kepada Allah, maka taqwa akan semakin meningkat sehingga keutamaan yang banyak dapat diraih. 2. Muraqabah Jalan yang berikutnya untuk meningkatkan ketaqwaan adalah muraqabah. Muraqabah adalah merasa selalu diawasi oleh Allah. Yaitu merasakan bahwa Allah itu selalu mengawasi kita dimanapun kita berada. ‫ض َو َما يَ ْخ ُر ُج ِم ْنهَا َو َما يَ ْن ِز ُل‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذي َخل‬ َ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ ِ ْ‫ض فِي ِستَّ ِة أَي ٍَّام ثُ َّم ا ْستَ َوى َعلَى ْال َعر‬ ِ ْ‫ش يَ ْعلَ ُم َما يَلِ ُج فِي األر‬ ‫صي ٌر‬ ِ َ‫ِمنَ ال َّس َما ِء َو َما يَ ْع ُر ُج فِيهَا َوهُ َو َم َع ُك ْم أَ ْينَ َما ُك ْنتُ ْم َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. 57 : 4) Merasakan pengawasan Allah akan menimbulkan ketaatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang baik disaat ada orang yang melihat atau tidak ada orang yang melihat. “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada….” (HR. Tirmidzi) Merasakan pengawasan Allah akan membangun kepekaan hati untuk senantiasa taat kepada Allah dan menjauhi segala bentuk maksiat, baik itu maksiat mata, hati, telinga, mulut, tangan dan anggota tubuh yang lain. Bukankah ibadaha puasa dibulan Ramadhan telah mengajarkan kita untuk merasa diri diawasi Allah. Karena ibadah puasa merupakan ibadah yang tersembunyi, tidak ada orang yang mengetahui apakah kita puasa atau tidak kecuali diri sendiri dengan Allah. Ada makanan, ada minuman, mungkin kalau kita masuk kedalam kamar lalu makan dan minum, tidak ada orang yang melihat, namun kenapa kita tidak melakukan itu semua, karena kita yakin ada Allah yang melihat kita. Kalaulah dalam sebulan dibulan Ramadhan mampu kita menghadirkan Allah, dan yakin bahwa Allah senantiasa melihat apa yang kita lakukan, maka kita akan menjadi pribadi yang jujur baik dalam bulan Ramadhan maupun diluar bulan Ramadhan. َ‫ْاليَوْ َم ن َْختِ ُم َعلَى أَ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا أَ ْي ِدي ِه ْم َوتَ ْشهَ ُد أَرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬ “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (QS. 36 : 65) Semoga lewat ibadah di bulan Ramadhan, menjadikan kita pribadi-pribadi yang bertaqwa sehingga kitalah yang termasuk finalis-finalis di bulan yang penuh berkah ini.



25



Bab 3 Penutup 1.1



Kesimpulan



Amal ibadah itu sama, ada yang lahir maupun yang batin adalah syariat. Kita beramal dan bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendapat ridho, kasih sayang dan kekuasaan Allah. Untuk mendapat pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan dari Allah. Atau dengan kata lain, untuk mendapat taqwa. Segala amalan itu untuk menambah taqwa. Kerana Allah hanya menerima ibadah dari orang-orang yang bertaqwa. Allah hanya membela, membantu dan melindungi orang-orang yang bertaqwa. Hanya orang-orang yang bertaqwa saja yang akan selamat di sisi Allah Ta’ala. Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim . Taqwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga berhubungan dengan manusia dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan dengan Lingkungan Hidup. Ketaqwaan dalam arti luas adalah definisi bahwa ketaqwaan ialah upaya seorang hamba membuat pelindungan antara dirinya dengan sesuatu ia takuti. Dengan begitu, seorang hamba yang ingin bertaqwa kepada Allah SWT, berarti ia ingin membangun diri sendiri yang takut akan kemukaan dan kemarahan Allah SWT, karena kedudukan taqwa sangat penting dalam agama islam merupakan pokok dan ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.



26



Daftar pustaka Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum: Jakarta. 2002 Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Bandung:STPDN Press, 2003 Demi maha Cinta. (2013) . Dalil dalil Syara’ Tentang Taqwa di (https://demimahacinta.wordpress.com/2013/05/07/dalil-dalil-syara-tentang-takwa/) Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri,Penerbit.PT Ahsana Indah Kitab,Jakarta:1994 Dr.IsnawatiRais,MA.(2017).PerilakuOrangYangBertaqwa. http://www.seasite.niu.edu/trans/Indonesian/perilaku_orang_bertakwa.htm



Moh. Arif. (2013). STAIN Tulung Agung. MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM MELALUI TAKWA DAN JIHAD. Ustad.AskarYaman,M.Pd.(2020).JalanMenujutaqwa Sumber dari: https://wahdah.or.id/ceramah-tarawih-7-jalan-menuju-taqwa/



27