Makalah Pendidikan Sepanjang Hayat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI DAN PROSES BUDAYA



“Pendidikan Sepanjang Hayat, Pemilihan Metode dan Pemilihan Proses” Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Dan Proses Budaya



Yang Diampu Oleh :



Disusun oleh : Astuti Yati



(20177379050)



Dianasari



(20177379060)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PASCASARJANA UNIVERSITAS INDRAPRASTA 2018



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Pendidikan Sepanjang Hayat, Pemilihan Metode dan Pemilihan Proses”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teori Dan Proses Budaya”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak.. selaku dosen pengampu, teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penyusunan materi dalam makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun internet. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan memberikan gambaran mengenai materi terkait. Sehingga pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung dalam pengembangan bidang ilmu selanjutnya yang terkait ataupun langsung mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Besar harapan penulis agar penulisan makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang menjadikan makalah ini sebagai bahan literatur mengenai materi terkait.



Jakarta, 17 Maret 2018



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.....................................................................................



i



DAFTAR ISI .................................................................................................



ii



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ..............................................................................



1



C. Tujuan Penulisan ................................................................................



2



BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian pendidikan sepanjang hayat .............................................



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Epistemologi ....................................................................



3



B. Sejarah Pengetahuan ..........................................................................



4



C. Metode Ilmiah ....................................................................................



5



D. Struktur Pengetahuan Ilmiah .............................................................



9



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................



12



B. Saran ..................................................................................................



12



DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam semesta yang berkembang, dan seluruh isinya pun masih terus berkembang dan berubah-ubah. Di sisi itulah bagian vital dari manusia yang berada didalamnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan teknologi-teknologi berkembang lainnya ialah pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan merupakan sebuah aspek penting didalam sebuah proses dalam menjalani hidup dan untuk membentuk pendidikan yang berkualitas, kita juga harus bisa menganalisis situasi pendidikan agar bisa tercapainya proses pebelajaran yang efektif. Pendidikan adalah kegiatan untuk mengembangkan potensi diri seiring dengan berkembangnya perubahan-perubahan yang ada. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan bisa bertahan hidup dan tidak akan bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Manusia akan mengalami kesulitan didalam hidupnya jika mereka tidak memenuhi aspek-aspek yang penting didalam sebuah proses yang di namakan pendidikan. Pendidikan sepanjang hayat sudah disepakati oleh para pakar. Jauh sebelum saat ini, Islam adalah agama yang pertama kali merekomendasikan keharusan dari proses belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sepanjang Hayat? 2. Dan bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat



BAB II LANDASAN TEORI



Pendidikan sebagai lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat luas, yaitu pendidikan kemampuan mental, pikir, (rasio, intelek) dan kepribadian demikian jelas memerlukan rentangan waktu yang relatif panjang bahkan berlangsung seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup (Life Long Education) mulai di masyarakat melalui kebijakan Negara (Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo. Tap MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan antara lain dalam Bab IV Bagian Pendidikan bahwa, “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pengertian tentang pendidikan menurut beberapa ahli antara lain: 1) John Dewey menyatakan bahwa pendidikan tidak lain adalah hidup itu sendiri. Dan hidup ini bukan hanya perkara hidup, personal tetapi secara luas menyangkut kehidupan masyarakat itu juga.Dalam kata lainnya adalah pendidikan menyatu dengan hidup. 2) Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. 3) Paulo Freire mengatakan, pendidikan merupakan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, dimana secara praktis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan (Ivan, 1982:4). Pendidikan seumur hidup/sepanjang hayat adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi lebih tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup



secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Di sisilain dari pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih baik. Adapun hal-hal yang menyebabkan dan memungkinkan hal-hal yang demikian itu adalah : a. Majunya ilmu dan teknologi b. Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan alat-alat kerja c. Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi d. Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain: 1) Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar



dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan. 2) Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.



BAB II



PEMBAHASAN A. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat Ada beberapa cara untuk meninjau dasar pikiran mengenai pendidikan sepanjang hayat. Diantaranya yaitu: 1) Tinjauan Idiologis Semua manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk



memperoleh



pendidikan



dan



meningkatkan



pengetahuan



dan



keterampilannya. 2) Tinjauan Ekonomis Salah satu cara keluar dari lingkaran setan antara kebodohan dan kemelaratan ialah dengan pendidikan seumur hidup. 3) Tinjauan Sosiologis Salah satu masalah pendidikan di negara berkembang adalah pemborosan pendidikan yang disebabkan oleh sebagian orang tua kurang menyadari pentingnya pendidikan, putus sekolah bahkan tidak sekolah sama sekali. Oleh karena pemborosan itu dapat berakibat tambahnya jumlah buta huruf, orang tua merupakan pemecahannya. 4) Tinjauan Politis Negara kita adalah negara demokrasi di mana seluruh warga negara wajib menyadari hak dan kewajibannya di samping memahami fungsi pemerintah. 5) Tinjauan Teknologis Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi para pemimpin, teknisi, guru dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu harus senantiasa menyusaikan perkembangan ilmu dan teknologi terus menerus untuk menambah cakrawala pngetahuan di samping keterampilan. 6) Tinjauan Psikologis dan Pedagogis Tidak ayal lagi bahwa perkembbangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar terhadap pendidikan khususnya konsep dan teknik penyampaiannya. Oleh karena perkembangan ilmu dan teknologi makin luas dan komplek maka tidak mungkin segalanya itu dapat diajarkan kepada anak di sekolah. Maka dewasa ini tugas pendidikan formal yang utama adalah



bagaimana mengajarkan cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat kepada anak untuk belajar sepanjang hayatnya, memberi keterampilan kepada anak untuk secara lincah menyesuaikan diri kepada lingkungan masyarakat yang dengan cepatnya berubah-ubah. B. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar informal, maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan masyarakat. Adapun tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut: 1) Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian, secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar. 2) Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup. 3) Mengembangkan kecakapan intelektual. 4) Mengembangkan pola fikir yang lebih konkrit dan praktis 5) Peningkatan kualitas spiritual dan moral kehidupan seluruh umat manusia dan masyarakat. 6) Untuk membina kepribadian. C. Empat Pilar Pendidikan UNESCO mengenai Pendidikan Sepanjang Hayat Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan



mutu



pendidikan.



Berangkat



dari



pemikiran



itu



UNESCO



mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.



a) Learning to know Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How. Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa. b) Learning to do Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata. c) Learning to be Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses



pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah “learning to be” (belajar untuk menjadi seseorang). d) Learning to live together Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik, namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia. D. Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera, karena



proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu : a) Motivasi Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari. b) Perhatian pada Pelajaran



Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing. c) Menerima dan Mengingat Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi. d) Reproduksi Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan. e) Generalisasi Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain. f) Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benarbenar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang



harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri. E. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat Adapun karakteristik pendidikan sepanjang hayat yaitu: 1) Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup. 2) Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup. 3) Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagainya). 4) Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun polapola pendidikan non-formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar insidental. 5) Pendidikan seumur hidup memiliki dua macam komponen besar yaitu pendidikan umum dan pendidikan professional. Komponen tersebut tidaklah berpisah sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya tetapi saling berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif. 6) Tujuan



akhir pendidikan



seumur hidup adalah



mempertahankan



dan



meningkatkan mutu hidup. F. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat Implikasi di sini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Penerapan pendidikn sepanjang hayat pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi. a. Implikasi pada Program Pendidikan Secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:



1) Pendidikan Baca Tulis Pengetahuan-pengetahuan baru dapat diperoleh terutama melalui bacaan. 2) Pendidikan Kejuruan Dengan majunya teknologi dan industrialisasi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipandang sekali jadi dan selesai. 3) Pendidikan Profesional Pendidikan profesional perlu mengikuti perubahan dan sikapnya terhadap profesinya masing-masing 4) Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pengembangan Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya telah menyusup dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Barang-barang elektronik telah menggantikan alat-alat dapur yang tradisional bagi kalangan ibu rumah tangga (mesin cuci listrik, kompor listrik, dan lain-lain.). Hal ini asas pendidikan sepanjang hayat merupakan konsekuensi penting untuk mengikuti perubahan sosial dan pembangunan. 5) Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik Dalam pemerintahan dan masyarakat yang demokratis, maka kedewasaan warga negara dan para pemimpinnya dalam kehidupan negara sangat penting. Untuk itu pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik itu merupakan bagian yang penting dari pendidikan sepanjang hayat. 6) Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang Seseorang yang disebut terpelajar (Educated Man) harus memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah, kesusastraan, pandangan hidup, kesenian dari bangsanya sendiri. Pengetahuan terhadap nilai-nilai tersebut di samping memperkaya khasanah hidupnya, juga memungkinkan untuk mengisi waktu luangnya yang lebih menyenangkan. Atas dasar itu semua maka pendidikan kultural dan pengisian waktu luang secara konstruktif merupakan bagian penting daripada pendidikan sepanjang hayat. b. Implikasi pada Sasaran Pendidikan Yang perlu memperoleh pendidikan sepanjang hayat, dapat diklasifikasikan ke dalam enam kategori, yaitu:



1) Para Petani Di negara yang berkembang para petani merupakan golongan penduduk yang paling besar. Biasanya cara hidup mereka masih tradisional dan masih percaya mitos dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh dasar pendidikan yang rendah, atau mungkin sama sekali tidak memperoleh pendidikan formal. 2) Para Remaja yang Putus Sekolah Mereka keluar dari sekolah karena berbagai sebab (bosan, kurang bakat, kurang biaya, dan lain-lain). 3) Para Pekerja yang Berketerampilan Supaya dapat menghadapi setiap tantangan hari depan mereka, henaknya diberikan kepada mereka program pendidikan kejuruan dan teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki. 4) Para Teknisi dan Golongan Profesional Pada umumnya golongan ini menduduki posisi penting dalam masyarakat. Golongan ini sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan. Untuk selalu menambah dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilan maka program pendidikan seumur hidup sangat penting baginya.



5) Para Pemimpin Masyarakat Hendaknya mereka ini mampu memadukan antara pengetahuan dengan berbagai keahlian di samping harus selalu memperbaharui sikap dan gagasannya, sesuai dengan kemajuan dan pembangunan. 6) Para Anggota Masyarakat yang Sudah Tua Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda. Jumlah mereka makin lam makin bertambah besar, karena bertambah panjangnya usia rata-rata manusia, disebabkan oleh kesehatan mereka menjadi lebih baik.



G. Pemilihan Metode Metode atau penyampaian materi pendidikan. Metode atau cara penyampaian yang digunakan selama ini banyak menekankan penguasaan informasi atau materi, dan kurang memperhatikan masalah penggunaan informasi untuk menyelesaikan persoalan. Pemupukan kemampuan untuk menggunakan suatu perangkat informasi atau materi secara kreatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang rasanya masih kita abaikan selama ini. Metode pendidikan yang dipergunakan selama ini baik di lembaga pendidikan formal maupun di lembaga pendidikan non-formal lebih mengutamakan terbinanya manusia-manusia patuh dan kurang memikirkan terbinanya manusia-manusia kreatif. H. Pemilihan Proses Dalam memilih, menyiapkan dan menggunakan media belajar, fasilitator (guru) perlu menguasai beberapa hal, yaitu: jenis media, fungsi media, dan cara kerjanya. Dalam penggunaannya, media yang dipilih perlu memperhatikan karakteristik peserta belajarnya. Bagi seorang fasilitator, penting untuk memiliki keterampilan mengembangkan jenis media yang mudah dibuat sendiri (media by design) meskipun bukannya tidak boleh menggunakan media jadi yang siap pakai (media to use). Hal yang paling penting dalam memilih media yaitu pelajari dan kuasai materi dan tujuan pembelajarannya, kemudian pilih jenis, fungsi dan cara penggunaan media yang cocok untuk tujuan pembelajaran tersebut. Fasilitator dapat mengumpulkan media dari berbagai sumber dan memanfaatkannya untuk kegiatan pembelajaran kelompok apabila relevan atau sesuai dengan kebutuhan. Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media dengan



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan sepanjang hayat masih berada dalam terkonsep seperti asas yang lain misalnya kebebasan, keadilan, dan persamaan. Maka dengan demikian, pendidikan sepanjang hayat tidak nyata selama jangka waktu tidak berbatas karena masih dalam bentuk peta konsep. Jika hasil pemikiran tersebut harus timbul dari keadaan tertentu dan harus berwujud dalam arti sebenarnya, maka seharusnya pemikiran tersebut disajikan dengan fakta dan tindakan.



Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan sepanjang hayat belum ada di mana saja dengan tujuan sepenuhnya. Dalam pemecahan permasalahan yang diterapkan dapat ditemukan unsur baru yang kemudian membentuk kerangka konseptual tentang pendidikan baru. Jika kita tidak mendapat manfaat dari pendidikan orang dewasa atau pendidikan yang diperoleh dari luar sekolah, atau seandainya tidak tersedia sarana pengajaran yang berlaku di mana saja, maka pemikiran tentang pendidikan sepanjang hayat mungkin tidak mempunyai arti dan bahkan sudah pasti belum mulai terbentuk. Sebaliknya, jika pendidikan sepanjang hayat itu memungkinkan, maka mulai sekarang dan seterusnya pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu harapan yang besar. Harapan tersebut terletak pada ketulusan dan kemampuan manusia untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab atas pemikirannya, perasaan, dan haknya untuk menyaring, bertindak dengan anggapan bahwa daya cipta manusia itu tidak terkikis dari awal, baik karena sifat manusia yang tidak ramah ataupun karena saling tidak menghormati antar hakikat manusia dan keinginan untuk hidup maju. B. Saran Dengan konsep pendidikan sepanjang hayat ini, diharapkan bisa mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Misalnya, di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung konsep tentang pembelajaran sepanjang hayat, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah agar konsep pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA



Alfinmaulani. 2016. Makalah Pendidikan Sepanjang Hayat. Di akses dari https://alfinmaulani407.wordpress.com/2016/06/06/makalah-pendidikan-sepanjanghayat/ ( 06 Juni 2016 ) http://kunjungiakudisini.blogspot.co.id/2015/01/pendidikan-sepanjang-hayat.html