Pendidikan Sepanjang Hayat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Pendidikan Sepanjang Hayat 1. Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan adalah lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat luas, yaitu pendidikan kemampuan mental, pikir, (rasio, intelek) dan kepribadian demikian jelas memerlukan rentangan waktu yang relatif panjang bahkan berlangsung seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup (Life Long Education) mulai di masyarakat melalui kebijakan Negara (Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo. Tap MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan antara lain dalam Bab IV Bagian Pendidikan bahwa, “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”1 Pendidikan seumur hidup/sepanjang hayat adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.2 Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Life Long Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi suatu kebutuhan yang penting karena manusia perlu menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara normal dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah.3 Berdasarkan hal tersebut, pendidikan sepanjang hayat merupakan sesuatu proses bersinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Dengan kata lain, pendidikan sepanjang hayat (Life Long Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya.



Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup, dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidupnya manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu, menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif dan inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman. Kegiatan mendidik diri setiap saat sepanjang hidup itu selalu merupakan kebutuhan terlepas dari hasilnya. Juga bukan semata-mata sebagai bekal untuk kehidupan di masa datang. Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan bagian integral dari 1



Yudrik Yahya, Wawasan Kependidikan, Jakarta: Depdiknas, 2005, hlm. 19. Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Cet-6, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010, hlm. 169. 3 http://richadnugroho.blogspot.co.id/2014/08/konsep-pendidikan-sepanjang-hayat.html, 2015/11/16, 11:24. 2



hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia, karena dengan itu manusia dapat terus menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat, meningkatkan self fullfilment (rasa kepenuh maknaan) dan terarah kepada aktualisasi diri.



2. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat Ada beberapa cara untuk meninjau dasar pikiran mengenai pendidikan sepanjang hayat. Diantaranya yaitu:4 a) Tinjauan Idiologis Semua manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. b) Tinjauan Ekonomis Salah satu cara keluar dari lingkaran setan antara kebodohan dan kemelaratan ialah dengan pendidikan seumur hidup. c) Tinjauan Sosiologis Salah satu masalah pendidikan di negara berkembang adalah pemborosan pendidikan yang disebabkan oleh sebagian orang tua kurang menyadari pentingnya pendidikan, putus sekolah bahkan tidak sekolah sama sekali. Oleh karena pemborosan itu dapat berakibat tambahnya jumlah buta huruf, orang tua merupakan pemecahannya. d) Tinjauan Politis Negara kita adalah negara demokrasi di mana seluruh warga negara wajib menyadari hak dan kewajibannya di samping memahami fungsi pemerintah. e) Tinjauan Teknologis Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi para pemimpin, teknisi, guru dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu harus senantiasa menyusaikan perkembangan ilmu dan teknologi terus menerus untuk menambah cakrawala pngetahuan di samping keterampilan. f) Tinjauan Psikologis dan Pedagogis Tidak ayal lagi bahwa perkembbangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar terhadap pendidikan khususnya konsep dan teknik penyampaiannya. Oleh karena 4



Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet-1, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hlm. 235-236.



perkembangan ilmu dan teknologi makin luas dan komplek maka tidak mungkin segalanya itu dapat diajarkan kepada anak di sekolah. Maka dewasa ini tugas pendidikan formal yang utama adalah bagaimana mengajarkan cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat kepada anak untuk belajar sepanjang hayatnya, memberi keterampilan kepada anak untuk secara lincah menyesuaikan diri kepada lingkungan masyarakat yang dengan cepatnya berubah-ubah.5



3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat



konsep pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang secara operasional sering pula disebut "pendidikan sepanjang raga" bukanlah sesuatu yang baru. Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: ُ‫ب‬ ُ ُ‫اللَّ ْه ُِد اِلى ا ْلم ْه ُِد ِمنُ ا ْل ِع ْلمُ ا ُ ْطل‬. “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.”6



Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar informal, maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan masyarakat. Adapun tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut:7 1) Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian, secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar. 2) Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup. 3) Menciptakan belajar untuk hidup ( Learning to be) dan membentuk masyarakat belajar (Learning society) 5



Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet-1, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hlm. 236-237 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 63-64. 7 Hasbullah, Op. Cit, hlm. 65 6



4) Sebagai pembelajaran mandiri (Self Learning) yaitu menyesuaikan diri dengan perubahan positif yang terus menerus dan berkembang dalam sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat serta menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. 5) Membangun seseorang untuk meningkatkan produktifitas individu, organisasi, tempat kerja, dan negara. 6) Mampu mengembangkan potensi, pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. 4. Peran Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan sepanjang hayat diperlukan supaya meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Peranan pendidikan sepanjang hayat sangatlah mempengaruhi didalam kehidupan ini, dimulai dari yang terkecil maupun yang terbesar pengaruhnya. Pengaruh pendidikan sepanjang hidup tidak hanya dibidang pendidikan akan tetapi di segala bidang. Karena demikian pendidikan sepanjang hayat sangat penting dan akan terbawa selama perjalanan kehidupan. Adapun peranan pendidikan sepanjang hayat diantaranya sebagai berikut: a) Pendidikan sepanjang hayat atau life long education memungkingkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebab pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak sama, khususnya untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill). Dengan potensi, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tersebut kemudian dikembangkan seiring berjalannya kehidupan. Dan dengan potensi tersebut dapat mendorong manusia untuk lebih bekerja keras dalam menjalani hidup, dengan pengetahuan tersebut manusia tidak mudah dibohongi dengan mudah, dengan keterampilan tersebut manusia dapat membuat hal yang baru dan berguna. b) Meningkatkan produktifitas seseorang sehingga mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.



c) Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya yang dimilikinya untuk pengembangan dirinya sendiri maupun orang lain yang berada disekitarnya.



d) Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan karena pendidikan yang telah diajarkan kepada kita semasa muda.



e) Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat, sehingga pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.



f) Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyaknya para orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, banyak anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian pendidikan sepanjang hayat merupakan solusi dari masalah orang tua karena mengubah pandangan mereka yang semula bersikap acuh tak acuh kepada pendidikan menjadi berpikiran positif yaitu dengan pendidikan mampu mengubah sikap, lebih terampil dan lebih berguna bagi keluarga.



g) Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang, tak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya seperti apa yang terjadi di negara maju. Maka dari itu pendidikan sepanjang hayat memberikan pengetahuan yang belum dimiliki maupun yang belum diketahui.



h) Perkembangan IPTEK sangat pesat mempunyai dampak dan pengaruh besar terhadap berbagai konsep, teknik dan metode pendidikan. Disamping itu, perkembangan tersebut juga makin luas, dalam dan kompleks, yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik di sekolah.Oleh karena itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya, memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah, perlu diciptakan suatu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup atau lifelong education.



5. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat



Adapun karakteristik pendidikan sepanjang hayat yaitu:8 a) Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup.



8



Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Cet-6, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010, hlm. 169.



b) Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup. c) Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagainya). d) Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-pola pendidikan non-formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatankegiatan belajar insidental. e) Pendidikan seumur hidup memiliki dua macam komponen besar yaitu pendidikan umum dan pendidikan professional. Komponen tersebut tidaklah berpisah sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya tetapi saling berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif. f) Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup.



6. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat Implikasi di sini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Penerapan pendidikan sepanjang hayat pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi.9 a)



Implikasi pada Program Pendidikan Secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:10 1.



Pendidikan Baca Tulis Pengetahuan-pengetahuan baru dapat diperoleh terutama melalui bacaan.



2.



Pendidikan Kejuruan Dengan majunya teknologi dan industrialisasi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipandang sekali jadi dan selesai.



3.



Pendidikan Profesional Pendidikan profesional perlu mengikuti perubahan dan sikapnya terhadap profesinya masing-masing



4. 9



Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pengembangan



Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,…,71 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,…,237-238.



10



Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya telah menyusup dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Barang-barang elektronik telah menggantikan alat-alat dapur yang tradisional bagi kalangan ibu rumah tangga (mesin cuci listrik, kompor listrik, dan lain-lain.). Hal ini asas pendidikan sepanjang hayat merupakan konsekuensi penting untuk mengikuti perubahan sosial dan pembangunan. 5.



Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik Dalam pemerintahan dan masyarakat yang demokratis, maka kedewasaan warga negara dan para pemimpinnya dalam kehidupan negara sangat penting. Untuk itu pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik itu merupakan bagian yang penting dari pendidikan sepanjang hayat.



6.



Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang Seseorang yang disebut terpelajar (Educated Man) harus memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah, kesusastraan, pandangan hidup, kesenian dari bangsanya sendiri. Pengetahuan terhadap nilai-nilai tersebut di samping memperkaya khasanah hidupnya, juga memungkinkan untuk mengisi waktu luangnya yang lebih menyenangkan. Atas dasar itu semua maka pendidikan kultural dan pengisian waktu luang secara konstruktif merupakan bagian penting daripada pendidikan sepanjang hayat.11



b)



Implikasi pada Sasaran Pendidikan Yang perlu memperoleh pendidikan sepanjang hayat, dapat diklasifikasikan ke dalam enam kategori, yaitu:12 1.



Para Petani Di negara yang berkembang para petani merupakan golongan penduduk yang paling besar. Biasanya cara hidup mereka masih tradisional dan masih percaya mitos dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh dasar pendidikan yang rendah, atau mungkin sama sekali tidak memperoleh pendidikan formal.



11



12



Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,…,238. Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,…,239.



2.



Para Remaja yang Putus Sekolah Mereka keluar dari sekolah karena berbagai sebab (bosan, kurang bakat, kurang biaya, dan lain-lain).



3.



Para Pekerja yang Berketerampilan Supaya dapat menghadapi setiap tantangan hari depan mereka, hendaknya diberikan kepada mereka program pendidikan kejuruan dan teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.



4.



Para Teknisi dan Golongan Profesional Pada umumnya golongan ini menduduki posisi penting dalam masyarakat. Golongan ini sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan. Untuk selalu menambah dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilan maka program pendidikan seumur hidup sangat penting baginya.



5.



Para Pemimpin Masyarakat Hendaknya mereka ini mampu memadukan antara pengetahuan dengan berbagai keahlian di samping harus selalu memperbaharui sikap dan gagasannya, sesuai dengan kemajuan dan pembangunan.



6.



Para Anggota Masyarakat yang Sudah Tua Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda. Jumlah mereka makin lam makin bertambah besar, karena bertambah panjangnya usia rata-rata manusia, disebabkan oleh kesehatan mereka menjadi lebih baik.13



B. Pendidikan Bagi Orang Dewasa Menjadi Tanggung Jawab Sendiri Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, mobilitas penduduk, perubahan dan perkembangan zaman, kajian tentang konsep pendidikan mengalami perluasan ke wilayah pendidikan orang dewasa, sehingga muncullah rumusan konsep perbedaan antara pendidikan anak-anak (pedagogi) dengan pendidikan orang dewasa (andragogi). Bila pada pedagogi diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak, maka pada andragogi, lebih dimaknai sebagai “the art and science of helping adult learn” (ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar). Dengan lahirnya konsep pendidikan orang dewasa, maka pemahaman tentang pendidikan tidak lagi sekedar upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga



13



Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,…, 240.



membentuk afektif dan mengembangkan keterampilan sebagai wujud proses pembelajaran sepanjang hayat (life long education). Secara fundamental, karakteristik kedewasaan atau kematangan seorang individu yang paling mendasar terletak pada tanggung jawabnya. Ketika individu sudah mulai memiliki kemampuan memikul tanggung jawab, ia sudah dianggap dewasa, karena ia telah sanggup menghadapi kehidupannya sendiri dan mengarahkan dirinya sendiri.14 Kondisi dewasa matang dapat ditandai oleh kemampuan memenuhi kebutuhannya dan mengidentifikasi kesediaan belajar. Ketika kemampuan belajar seputar masalah kehidupannya menjadi meningkat, maka sikap ketergantungan pada orang lain akan semakin berkurang. Orang dewasa yang memiliki konsep diri matang dapat memikul tanggung jawab kehidupan, menyadari di mana posisi dirinya pada saat itu dan tahu akan ke mana tujuan hidupnya. Di samping itu pula mereka cakap dalam mengambil keputusan dan mampu beradaptasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya, memilih dan menetapkan pekerjaan yang relevan. Orang dewasa yang betul-betul matang secara psikologis tidak akan menghindar atau lari dari masalah yang dihadapi.15 Adapun prinsip-prinsip belajar orang dewasa adalah sebagai berikut: 1.



Motivasi belajar berasal dari dirinya sendiri.



2.



Orang dewasa memiliki kesiapan belajar.



3.



Orang dewasa belajar jika bermanfaat bagi dirinya.



4.



Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati.



5.



Perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik.



6.



Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi pengajaran mereka.



7.



Mengharapkan suasana belajar yang menyenangkan dan menantang.



8.



Orang dewasa belajar ingin mengetahui kelebihan dan kekurangannya.



9.



Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata.



10. Sumber bahan belajar bagi orang dewasa berada pada diri orang itu sendiri. 11. Mengutamakan peran orang dewasa sebagai peserta didik. 12. Belajar adalah proses emosional dan intelektual sekaligus. 13. Belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu. 14. Belajar adalah hasil kerja sama antara manusia. 15. Mungkin terjadi komunikasi timbal balik dan pertukaran pendapat. 16. Belajar bagi orang dewasa bersifat unik. 14 15



Nur A. Fadhil Lubis, Rekonstruksi Pendidikan Tinggi Islam (Bandung: Ciptapustaka Media, 2014), h. 193.



17. Orang dewasa umumnya mempunyai pendapat, kecerdasan, dan cara belajar yang berbeda. 18. Pembelajaran bagi orang dewasa lebih berpusat pada masalah daripada berorientasi pada isi. 19. Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyulitkan. 20. Belajar adalah proses evolusi. Sebagaimana dimaklumi, pendidikan orang dewasa diwujudkan untuk merealisasikan asas pendidikan seumur hidup (life long education) dengan membantu pembelajar dewasa menguasai pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan asas life long education dan prinsip-prinsip belajar orang dewasa, pendidikan tetap dibutuhkan oleh orang dewasa dan menjadi tanggung jawabnya sendiri sepanjang kehidupan itu masih dijalaninya.



C. Manusia Sebagai Makhluk Berpikir, Mempunyai Motivasi Untuk Belajar 1. Manusia Makhluk Berfikir Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan kemauan yang kuat. Dengan akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya. Manusia mempunyai ciri khas, ia selalu ingin tahu, dan setelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya disusul lagi dengan kecendrungan untuk lebih ingin tahu lagi. Sebagai makhluk berfikir, manusia dibekali hasrat selalu ingin tahu, tentang bendabenda yang ada dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disekelilingnya, termasuk ingin tahu tentang dirinya. Adanya dorongan rasa ingin tahun dan usaha untuk memahami dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Keingintahuan yang makin meningkat menyebabkan pengetahuan dan daya fikirnya juga makin berkembang. Akhinya tidak hanya terbatas pada obyek yang dapat diamati dengan pancaindera saja, tetapi masalah-masalah lain, misalnya berhubungan dengan penilaian hal-hal baik dan buruk, indak atau tidak indah. Bila satu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu ”apa”nya, lalu, “bagaimana”, dan “mengapa”. Adanya kemampuan manusia yang makin maju dan disertai dengan peralatan yang makin memadai, mereka terus mengembangkan pengetahuannya, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga lebih jauh untuk mengetahui yang “benar” dan yang



“salah”. Mereka terus berfikir sehingga akhirnya dapat menarik kesimpulan, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk berfikir, merasa, bersikap dan bertindak.



2. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan fermormasi pekerjaan Sedangkan pengertian motivasi menurut Heidjrachman dan Suad Husnan adalah: “Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan”. Berdasarkan hal



di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan



dorongan dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud dan tujuan, namun dalam penerapannya nanti, penggunaan masing-masing unsur tersebut adalah berbeda untuk setiap karyawan. Sesuai kebutuhan dan keinginan masing-masing. Maslow mengatakan bahwa hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang memotivasi perilaku manusia. Teori Maslow ini menekankan pada dua pemikiran pokok: a) Manusia mempunyai banyak kebutuhan, tetapi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi yang mempengaruhi perilaku manusia b) Kebutuhan manusia di kelompokkan kedalam hirarki menurut kepentingannya bila suatu kebutuhan dipenuhi maka kebutuhan lainnya lebih tinggi muncul untuk dipuaskan. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motivasi itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: a) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. b) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. 3. Manusia Sebagai Makhluk Berpikir, Mempunyai Motivasi Untuk Belajar Belajar pada dasarnya termasuk insting manusia. Siapakah yang mengajari anak untuk merangkak, berjalan, hingga berlari? Itu semua adalah insting manusia, manusia adalah seorang pembelajar sebab naluri dasarnya adalah belajar. Setelah manusia memahami bahwasanya belajar adalah panggilan hidup, telah mengenali pula instrumen belajar yang



dibekalkan di tubuh manusia. Selanjutnya ditelaah lebih jauh makna ’belajar ’ itu sendiri, apakah semua proses otak adalah belajar? Apa pula yang dihasil-kan oleh proses belajar? Sejak awal telah diuraikan bahwa seyogyanya manusia mengisi hidup ini dengan berupaya menjadi sempurna. Dalam bahasa psikologinya A. Maslow: Manusia berupaya untuk dapat beraktualisasi diri. menurut Andrias Harefa ( Harefa, 2005) ’pengajaran’ membawa orang pada belajar tentang, sedang-kan ’pelatihan’ memandu orang belajar, sementara ’pembelajaran’ memungkinkan orang belajar menjadi. Lebih jauh , lanjut Harefa, belajar tentang memerlukan mengetahui diri, belajar membutuhkan praktek, sedangkan belajar menjadi butuh perenungan diri. Mengapa manusia belajar? Jika merujuk pada definisi yang



dipahami, maka



pembelajaran merupakan sebuah kebutuhan primer manusia, karena pada dasarnya tidak ada ilmu pengetahuan yang cukup bagi manusia. Herbert Spencer mengemukakan bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam). adanya penyesuaian-penyesuaian terhadap hal tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahanperubahan tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.



D. Aktualisasi Diri Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow mempunyai motif-motif tertentu sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Aktualisasi diri adalah jika manusia telah mendapatkan kepuasan diri dan menyadarinya. Keragaman karakteristik individu dapat ditemukan dalam lingkungan sosial. Ada manusia yang terobsesi mengumpulkan uang, properti, atau mengejar jaminan perlindungan dan rasa aman sedemikian rupa. Sementara yang lain santai-santai saja dalam hal itu. Ada yang sibuk mencari simpati dan ketenaran, ada yang low profile, lemah lembut dan penuh penerimaan terhadap orang lain. Ada yang aktif menyalurkan hobi, ada pula yang gelisah karena tidak dapat mengembangkan diri secara maksimal.



Variasi karakteristik individu seperti di atas mencerminkan variasi kebutuhan yang mendominasi seseorang. Hal itu mengingatkan kita pada teori hierarki kebutuhan dari Maslow. Secara garis besar teori dari tokoh psikologi humanistik ini menggambarkan lima tingkat (hierarki) kebutuhan, dari yang terendah hingga tertinggi: fisiologis, rasa aman, cinta dan rasa memiliki, penghargaan, dan aktualisasi diri. Bila kebutuhan dari tingkat yang lebih rendah terpenuhi, secara otomatis individu didorong oleh kebutuhan yang setingkat lebih tinggi. Konsep hierarki kebutuhan Maslow mengasumsikan bahwa tingkat kebutuhan yang lebih rendah dipuaskan atau relatif terpuaskan sebelum kebutuhan lebih tinggi menjadi motivator. Jadi, kebutuhan lebih rendah merupakan prepotensi bagi kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, sehingga harus dipuaskan terlebih dahulu. Orang yang termotivasi oleh kebutuhan harga diri atau aktualisasi diri pasti telah terpuaskan kebutuhannya akan makanan, rasa aman, dan kasih sayang.



Konsep hierarki kebutuhan menurut Maslow sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan ini meliputi makanan, air, oksigen, suhu tubuh teratur, dan sebagainya. Yang sangat penting untuk kelangsungan hidup, sehingga paling kuat di antara kebutuhan lainnya. Inilah satu-satunya kebutuhan yang dapat dipuaskan sedemikian rupa, sehingga seseorang dapat sangat puas, meski kebutuhan ini muncul berulang-ulang secara ajek. Mereka yang kelaparan, sangat sedikit peluangnya mendapatkan makanan (karena miskin atau dalam keadaan tidak makan berhari-hari) akan didominasi kebutuhan ini dan tidak sempat memikirkan kebutuhan lainnya. Pada orang berkecukupan, yang mereka pikirkan bukan sekadar adanya makan, melainkan soal selera. Bila yang kesulitan mendapatkan makanan bertanya, “Hari ini bisa makan atau tidak”, yang berkecukupan, “Mau makan apa sekarang?” 2. Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan ini meliputi keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, bebas dari ancaman (sakit, ketakutan, kecemasan, bahaya, dan keadaan chaos). Selain itu juga kebutuhan akan hukum, keteraturan, dan struktur. Berbeda dengan kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini tidak dapat terlalu dipuaskan: tidak ada orang merasa sangat aman. Dalam situasi ketidakpastian, misalnya dalam situasi chaos saat kondisi politik memanas, saat ada isu tsunami, dsb, kita berusaha sebanyak mungkin memiliki jaminan,



perlindungan, dan ketertiban. Pada anak-anak, kebutuhan rasa aman ini sangat tinggi karena mereka dapat merasa terancam oleh berbagai situasi lingkungan: ruang gelap, binatang, hukuman dari orangtua dan guru, dsb. 3. Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki Kebutuhan ini meliputi kebutuhan persahabatan, memiliki pasangan dan anak, keanggotaan dalam keluarga, keanggotaan dalam kelompok tertentu, bertetangga, kewarganegaraan, dsb. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan akan aspek-aspek seksual dan kontak manusiawi sebagai wujud kebutuhan untuk saling memberi dan menerima cinta. Mereka yang hanya sedikit mendapatkan cinta, dapat menjadi sangat sensitif terhadap penolakan dari orang lain. Mereka memiliki kebutuhan afeksi yang tinggi: berusaha mengejar cinta dan rasa memiliki melalui berbagai cara. 4. Kebutuhan Akan Penghargaan Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan penghargaan terhadap diri, keyakinan, kompetensi, dan pengetahuan bahwa orang lain mendukung dengan penghargaan yang tinggi. Menurut Maslow, kebutuhan akan penghargaan ini terdiri dari dua tingkatan: reputasi dan harga diri (self-esteem). 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi seluruh potensi, dan kebutuhan untuk menjadi kreatif. Mereka yang telah mencapai level aktualisasi diri menjadi lebih manusiawi, lebih asli dalam mengekspresikan diri, tidak terpengaruh oleh budaya. Perkembangan kebutuhan ini berbeda dengan perkembangan kebutuhan lain, bila kebutuhan penghargaan ini terpenuhi, tidak secara otomatis kebutuhan meningkat ke aktualisasi diri. Maslow menemukan bahwa mereka yang lepas dari kebutuhan penghargaan dan mencapai kebutuhan aktualisasi diri adalah yang memberikan penghargaan tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran, keindahan, keadilan, dan nilai-nilai sejenis yang oleh Maslow disebut sebagai B-values. Menurut Maslow, semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan instingtif yang mendorong untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasi diri, mengembangkan potensi yang ada sejauh mungkin. Potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis itu diaktualisasi (diwujudkan) atau tidak, tergantung pada kekuatan individual dan sosial yang



memajukan atau menghambat.16 Pada umumnya manusia memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang dapat dicapai. Tidak banyak orang yang mencapai aktualisasi diri. Namun, Maslow tetap optimis tentang kemungkinan bahwa jumlah orang yang mencapai keadaan ideal ini dapat semakin banyak. Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah dengan memuaskan empat kebutuhan yang lebih rendah.



16



http://nasional.kompas.com/read/2010/04/08/08345937/function.include 15/10/2017 17.00 WIB



DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Cet-1. Jakarta: Rineka Cipta. 1991. Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. http://richadnugroho.blogspot.co.id/2014/08/konsep-pendidikan-sepanjang-hayat.html.



2015/11/16.



12:24 WIB. Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Cet-6. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2010. Muhadjir, Noeng. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1993. Suhartono, Suparlan. Wawasan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2008. Tim Dosen FIP-IKIP Malang. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: Usaha Nasional. 1980. Yahya, Yudrik. 2005. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Depdiknas.



http://www.sabda.org/pepak/pustaka/061138/ http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajarsiswa.html http://nasional.kompas.com/read/2010/04/08/08345937/function.include 15/10/2017 17.00 WIB