Makalah Pendidikan Vokasional [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGERTIAN PENDIDIKAN VOKASIONAL



MAKALAH



Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model Pembelajaran Vokasional Dosen Pengampu: Dr. Sukir, M.T.



Oleh:



Gita Yulianti 18721251003



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO-S2 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjududul Pengertian Pendidikan Vokasional. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi isi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan makalah ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.



Yogyakarta, Februari 2019



Gita Yulianti



BAB I PENDAHULUAN



A. Pengertian Pendidikan Vokasional Istilah pendidikan vokasional masih asing bagi sebagian besar orang awam. Orangorang pada umumnya lebih akrab dengan istilah diploma. Duckworth dan Steve (2013) mengatakan bahwa berikut ini adalah hal-hal yang terlintas dalam pikiran sesorang ketika mereka mendengar istilah pendidikan vokasional. -



Teknis dan hands-on



-



Terfokus pada pekerjaan



-



Pembelajaran praktis dan terapan



-



Pengembangan keterampilan untuk dunia kerja



-



Kompetensi kerja dan berbasis kerja. Di Indonesia sendiri istilah-istilah lain yang hampir sama dengan pendidikan vokasional



yaitu pendidikan dan latihan (diklat), pendidikan kejuruan dan pendidikan profesi. Istilahistilah tersebut membuat masyarakat awam, bahkan masyarakat pendidikan menjadi bingung sehingga seringkali muncul kerancuan dalam penggunaan istilah-istilah tersebut. Sebagian besar masyarakat masih menggap sama anatar pendidikan kejuruan dnegan pendidikan vokasional. Pendidikan



vokasional



diharapkan



dapat



membantu



peserta



didik



dalam



mengidentifikasi, mengeksplorasi, mempersiapkan, memilih, dan memantapkan diri menuju dunia kerja atau industri. Harapan pada pendidikan kejuruan dan vokasional untuk membantu peserta didik dalam mengenali dirinya sesuai dengan tahapan yang diharapkan tentu sangat besar. Sehingga dalam pendidikan kejuruan, proses latihan yang diarahkan untuk menumbuhkan pengalaman, ransangan visual, kesadaran afektif, penggalian informasi kognitif, dan pengembangan keterampilan psikomotorik menjadi keharusan dan hal yang niscaya. Proses latihan yang berkesinambungan bertujuan untuk menunjang pengembangan vokasional yang meliputi penjajakan, pemantapan, dan pelestrarian bakat seorang peserta didik dalam meniti karir di dunia kerja.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian pendidikan vokasional? 2. Apa tujuan pendidikan vokasional? 3. Apa manfaat pendidikan vokasional? 4. Bagimana kualifikasi lulusan pendidikan vokasional? 5. Apa pengertian vokasional pedagogi dan andragogi?



C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui pengertian pendidikan vokasional. 2. Tujuan pendidikan vokasional 3. Manfaat pendidikan vokasional 4. Kualifikasi lulusan pendidikan vokasional 5. Vokasional pedagogi dan andragogi



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Pendidikan Vokasional Pendidikan vokasional tidak sama dengan pendidikan akademik maupun dengan pelatihan. Pendidikan vokasional merupakan sintesis dari pendidikan akademik dan pelatihan. yang berorientasi pada pembelajaran teori dan pemahaman abstrak serta pelatihanyang berorientasi menyiapkan peserta didik untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu. Dalam pendidikan kejuruan terdapat aspek-aspek akademis yang membuat pendidikan kejuruan tidak dapat serta merta dikatakan sebagai pelatihan dan terdapat aspek-aspek praktis dan yang membuat pendidikan kejuruan tidak dapat dikatakan sebagai pendidikan akademik. Pendidikan vokasional muncul sebagai upaya untuk memenuhikebutuhan tenaga kerja yang tidak dapat dipenuhi baik oleh pendidikan akademik maupun pelatihan. Duckworth dan Steve (2013) menjelaskan bahwa pelatihan sering kali dilihat sebagai penyiapan peserta didik untuk memiliki pengetahuan prosedural, atau “ tahu-bagaimana (know-how)” agar menjadi kompeten dalam keterampilan atau prosedur tertentu,sedangkan pendidikan akademik dipandang sebagai pengembangan sebuah pemahaman tentang teori atau konsep abstrak atau yang bias disebut dengan pengetahuan proporsional atau “mengetahui-akan (knowingof)”.Beberapa pekerjaan memerlukan pengetahuan prosedural sekaligus pemahaman teori sehingga diperlukan suatu pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang dapat mengausai kedua aspek tersebut. Oleh karena itu, beberapa program vokasional berusaha mengembangkan pengetahuan deklaratif dan prosedural, agar peserta didik tidak hanya tahu bagaimana melakukan tugas atau fungsinya tetapi juga tahu alasan mengapa tugas atau fungsi tersebut dilakukan, apa yang terpenting dari tugas tersebut dan konsekuensi akibat kesalahan yang dilakukan. Pendidikan vokasional adalah pendidikan yang menyiapakan peserta didiknya untuk dapat memahami teori dan mempraktikan teori tersebut. The Edge Fondation (sebuah badan amal pendidikan independen di Inggris) menjelaskan bahwa pendidikan vokasional adalah pendidikan yang pembelajarannya didemonstrasikan melalui penerapan pengetahuan dalam konteks praktis. Senada dengan pernyataan tersebut Webster (1993) menjelaskan bahwa pendidikan vokasional adalah suatu pendidikan dan pelatihan untuk kepentingan jabatan lapangan kerja yang spesifik seperti bidang indsutri, pertanian atau perdagangan. Walter (1993) juga mengatakan hal yang sama bahwa pendidikan vokasional merupakan program



pendidikan yang mempersiapkan orang-orang untuk memasuki dunia kerja, baik yang bersifat formal maupun non formal.Duckworth dan Steve (2013) memiliki tiga definisi yang menjelaskan pendidikan vokasional, yaitu (1) pengembangan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berkaitan dengan sebuah konteks kejuruan yang jelas atau lebih spesifik, (2) sebuah kurikulum yang fokus pada pekerjaan yang membutuhkan penerapan pengetahuan dan pemahaan, (3) pendidikan dan pelatihan yang mempersiapkan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran mereka ke konteks yang berbasis kerja. Pendidikan vokasi juga berbeda dengan pendidikan kejuruan. Perbedaannya terletak pada tingkat pendidikan dan peserta didik. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan tingkat menengah sedangkan pendiikan vokasi adalah pendidikan tingkat tiggi. Peserta pendidikan kejuruan adalah peserta didik yang berusia remaja sedangkan peserta didik apda pendidikan vokasional terdiri dari usia remaja dan dewasa. Selain itu pendidikan vokasional juga berbeda dengan pendidikan profesi. Pendidikan profesi dan pendidikan vokasi sama-sam merupakan pendidikan tinggi, akan tetapi tingkatan dan tujuan pendidikan profsi dan pendidikan vokasi berbeda. Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang ebrtujuan untuk membekali peserta didik dengan ketrapilan khusus. Pendidikan profesi menghasilkan lulusan yang profesional di bidang tertentu. Secara tingkatan pendidikan vokasi lebih rendah dari pendidikan profesi, dan secara tujuan pendidikan vokasi bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang ahli dalam bidang tertentu bukan frofesional. Pendidikan vokasional di Indonesia di atur dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi. Menurut undang-undang tersebut pendidikan vokasi adalah pndidikan yang menyiapkan Mahasiswa menjadi rofsional dengan keterampilan atau kemampuan kerja tinggi. Pendidikan voaksi terdiri daripendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4 yang setara strata 1 atau disebut dengan sarjana terapan. Pendidikan Vokasional di Indonesia diselenggerakan oleh pendidikan tinggi vokasi. Pendidikan Tinggi Vokasi adalah jenjang pendidikan tinggi setelah pendidikan menengah yang mencakup dan menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3 dan diploma 4 yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1 (program sarjana terapan), program magister terapan, program doktor terapan, dan program profesi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi program diploma yang memberikan bekal pengetahuan pemahaman, dan keterampilan khusus pada peserta didik untuk dapat melakukan suatu pekerjaaan tertentu.



Kurikulum pendidikan vokasi dikembangkan bersama oleh pendidikan tinggi dengan masyrakat profesi dan organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi yang dikembangkan agar lulusan program vokasi dapat memenuhi syarat kompetensi profesi yang ditetapkan. Ciri-ciri kurikulum pendidikan tinggi vokasi adalah sebagai berkut: 1. penyusunan kurikulum melibatkan asosiasi, IIndustri, dan StakIeholder yang terkait, 2. pada isi kurikulum terdiri dari mata kuliah yang menekankan pada kompetensi terapan, 3. pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar lapangan pekerjaan dan perkembangan industri, 4. proses penerapan kurikulum pada pembelajaran vokasi dilakukan secara sistem paket. Kurikulum pendidikan vokasi terdiri dari mata kuliah wajib yang ditetapkan dalam UUPT No. 12 Tahun 2012 psal 35 ayat 1 dan mata kuliah khusus yang ditetapkan dalam Permenristekdikti No. 44 Pasal 17. Mata kuliah wajib meliputi: 1. agama, 2. pancasila, 3. kewarganegaraan, dan 4. bahasa indonesia. Mata kuliah khusus terdiri dari mata kuliah 1. teori, 2. praktikum, 3. workshop, 4. kerja praktik lapangan, dan 5. proyek akhir



B. Tujuan Pendidikan Voaksional Pendidikan vokasi (program diploma) bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan tenaga ahli dibidangnya dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian. Beban pengajaran pada program pendidikan vokasi telah disusun lebih mengutamakan beban mata kuliah keterampilan dan keahlian dibandingkan dengan beban mata kuliah teori.



C. Manfaat Pendidikan Vokasional 1. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan kuallitas diri. b. Meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan. c. Meningkatkan peluang berwirausaha. d. Meningkatkan penghasilan. e. Persiapan bekal pendidikan lebih lanjut. 2. Bagi dunia kerja a. Memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi. b. Meringankan biaya usaha. c. Membantu memajukan dan mengembangkan usaha. 3. Bagi Negara a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b. Meningkatkan produktifitas nasional. c. Meningkatkan penghasilan negara. d. Mengurangi pengangguran. D. Kualifikasi Lulusan Pendidikan Vokasional Lulusan pendidikan tinggi vokasi akan mendapatkan gelar vokasi. Kualifikasi lulusan pendidikan vokasi di indonesia dapat dilihat pada Kerangka Kualifiaksi Nasional Indonesia.



Sumber: Tim Penyusun KKNI Gambar 1. Kesetaraan Jenjang Kualifikasi untuk Ranah Pendidikan



1. Diploma 1 Diploma satu dalam KKNI setara dengan level 3. Level 3 harus memilikikualifikasi sebagai berikut. a. Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung. b. Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai. c. Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya. d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain. 2. Diploma 2 Diploma dua dalam KKNI setara dengan level 4. Level 4 harus memilikikualifikasi sebagai berikut. a. Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. b. Menguasai



beberapa



prinsip



dasar



bidang keahlian



tertentu dan mampu



menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya. c. Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif. d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja orang lain. 3. Diploma 3 Diploma tiga dalam KKNI setara dengan level 5. Level 5 harus memiliki kualifikasi sebagai berikut. a. Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.



b. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. c. Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif. d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok. 4. Diploma 4 Diploma tiga dalam KKNI setara dengan level 5. Level 5 harus memiliki kualifikasi sebagai berikut. a. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi. b. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. c. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok. d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi. E. Pendekatan Pembelajaran Vokasional Pembelajaran vokasional tidak dapat dilakukan dengan pendekatan yang sama dengan pembelajaran akademik karena pendidikan vokasional memiliki tujuan yang berbeda dengan pendidikan akdemik. Pembelajaran vokasional fokus pada dunia kerja yang nyata dan kompetensi keterampilan praktis yang didukung oleh pengetahuan dan pemahaman.Lucas, Spencer dan Claxton (2012) mengatakan bahwa tujuan uatama pendidikan vokasional adalah mengembangkan kompetensi bekerja, kemampuan dan keahlia untuk melakukan hal-hal yang terampil dengan standar yang ditetapkan di area vokasional tertentu. Pembelajaran vokasional adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3 dan diploma 4 yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1. Oleh karena itu, pembelajaran vokasional memerlukan pendekatan yang khusus.



Pendekatan pembelajaran vokasional terdiri dari dua macam yaitu pedagogi vokasional dan andragogi vokasional. 1. Pedagogi Vokasional Pedagogi vokasional digunakan dalam pembelajaran vokasional dengan peserta didik yang belum dewasa. a. Pedagodi Vokasional Versi Commision on Adult Vocational Teaching and Learning (CAVTL) 1) Pengembangan keahlian kerja melalui kombinasi dari praktik yang terus-menerus dan pemahaman teori. 2) Atribut yang berkaitan dengan perkerjaan sangat penting bagi pengembangan keahlian kerja. 3) Pemecahan masalah yang bersifat praktis dan refleksi kritis terhadap pengalaman, termasuk belajar dari kesalahan dalam keadaan nyata maupun simulasi, sangat penting dalam pengajaran dan pembelajaran voaksional yang efektif. 4) Pengajaran dan pembelajaran vokasional paling efektif bila bersifat kolaboratif dan kontekstual, berlangsung di dalam komunitas praltik yang melibatkan berbagai jenis guru dan memanfaatkan pengalaman dan penegtahuan semua peserta didik. 5) Teknologi memainkan peran kunci karena berada pada puncak kemajuan teknologi merupakan bagian penting dari keahlian kerja yang dibutuhkan di tempat kerja manapun. 6) Membutuhkan serangkaian metodepenilaian dan umpan balik yang melibatkan guru dan peserta didik, dan yang mencerminkan budaya penilaian spesifikdari berbagai pekerjaan dan sektor. 7) Pembelajaran dengan lebih dari satu kedaan, termasuk tempat kerja yang nyata atau simulasi, serta ruang kelas atau bengkel, untuk mengembangkan kapsitas belajar dan menerapkan pembelajaran dalam lingkungan yang berbeda, sama seperti di tempat kerja. 8) Standar pekerjaan bersifat dinamis, berkembang untuk mencerminkan kemajuan dalam praktik kerja, dan bahwa melalui pembelajara kolektif, transformasi kualitas dan efisiensi tercapai. b. Pedagogi Vokasional Menurut Lucas Lucas, Spencer dan Claxton (2012) 1) Keahlian rutin (menjadi terampil) 2) Kesadaran (berhenti berpikir untuk menangani hal-hal yang tidak rutin)



3) Literatur fungsional (komunikasi, dan kemampuan fungsional literasi, berhitung dna TIK) 4) Keahlian (ketepayan kejuruan,aspiras utnuk melakukan pekerjaan yang baik, bangga mennyelesaikan pekerjaan dengan baik) 5) Sikap pengusaha (komersial, rasa kewirausahaan – keuangan atau sosial) 6) Pertumbuhan keterampilan yang lebih luas (untuk kemampuan kerja dan pembelajaran sepanjang hayat) 2. Andragogi Vokasional Andragogi vokasional adalah teori tentang karaktersitik belajar orang dewasa yang dikemukakan oleh Knowles (1984). Berikut ini adalah karakteristik belajar orang dewasa yang dikemukakan oleh Knowles (1984). a. Konsep diri: sebagai seorang yang dewasa konsep dirinya berkembang dari kepribadiaanya yang bergantung menjadi seseorang yang mengarahkan dirinya sendiri. b. Pengalam: sebagai orang yang dewasa, manusia akan mengakumulasi perkembangan gudang pengalaman yang menjadi sumber belajar yang semkanin meningkat. c. Kesiapan belajar: sebagai orang yang dewasa kesiapan untuk belajar semakin berorientasi pada perkembangan tugas dari peran sosialnya. d. Orientasi belajar: sebagai orang yang dewasa, perspektif waktu seseorang berubah dari penundaan penerapa pengetahuan menjadi kesegeraan penerapan dan orientasi belajar bergeser dari berpusat pada subjek menjadi berpusat pada masalah. e. Motivasi untuk belajar: sebagai orang dewasa motivasi belajar adalah motivasi dalam diri. Selain itu dalam pendidikan vokasi terdapat teori belajar voaksional yang disebut dengan Teori Proser.



SIMPULAN



Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tnggi program diploma yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengausai pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu. Ciri-ciri kurikulum pendidikan tinggi vokasi adalah sebagai berkut: 1. Penyusunan kurikulum melibatkan asosiasi, iindustri, dan stakieholder yang terkait, 2. Pada isi kurikulum terdiri dari mata kuliah yang menekankan pada kompetensi terapan, 3. Pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar lapangan pekerjaan dan perkembangan industri, 4. Proses penerapan kurikulum pada pembelajaran vokasi dilakukan secara sistem paket. Pendidikan vokasional bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan tenaga ahli dibidangnya dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian. Pendiikan vokasional memilikimanfaat bagi negara, indsutri dan peserta didik. Kualifikasi lulusa pendidikan vokasional dalam KKNI adalah lulusan program diploma 1 setara dengan level 3, lulusan program diploma 2 setara dengan level 4, lulusan program diploma 3 setara dengan level 5, dan lulusan program diploma 4 setara dengan level 6. Pembelajaran vokasional memiliki pendektan khusus yang berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendekatan yang digunakan adalh pedagogi vokasional, andragogi vokasional dan teori proser.



DAFTAR PUSTAKA



Duckworth, Vicky. Stee Ingle. (2013). Teaching and Training Vocational Learners. London: Learnig Matters. Diploma Universitas Indonesia (2008). Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia. Diakses darai http://simak.ui.ac.id/vokasi.html Kemenristekdikti. (2011). KKNI. Jakarta:http://kknikemenristekdikti.org/pendidikan/deskripsi Tim Penyusun KKNI. (2015). Akuntabilitas Penyelanggaraan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Dikjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti. Ristekdikti. (2016). Panduan Penyususan Kurikulum Pendidikan Vokasi. Jakarta: Dikjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti Kuswana, Wowo Sunaryo. (2013). Filsafat Pendidikan Teknologi Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta.