Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI ( INVESTASI DAN INFLASI )



DISUSUN OLEH :



1. RAFI MAULANA



( 191010503197 )



2. RANI SURYANI



( 191010503216 )



3. REGITA CAHYANI



( 191010503183 )



4. RESDIANA



( 191010503245 )



5. ROBY DINUR



( 191010503172 )



6. RIZKY RIYADI



( 191010503209 )



7. SAMSUDIN



( 191010503238 )



PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAMULANG 2019



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah-nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi. Selain itu, makalah ini dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dari lanjut mengenai Invesatasi dan Inflasi. Makalah ini disusun berdasarkan kepentingan kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan Investasi dan Inflasi. Dengan selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami tentang Inverstasi dan Inflasi sebagai salah satu bagian dari laju pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan ekonomi manusia. Selain itu, setelah pembaca mampu memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan pemahamannya tentang Investasi dan inflasi dalam kehidupan sehari-hari.



Pamulang, 05 Desember 2019



Tim Penulis



ii



DAFTAR ISI



Cover ......................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................ ii Daftar Isi ....... ............................................................................................ iii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 C. Tujuan ............................................................................................ 2 D. Manfaat Makalah ........................................................................... 2 BAB II. PEMBAHASAN A. Inflasi .............................................................................................. 3 B. Investasi .......................................................................................... 14 BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 20 B. Saran ......................................................................................... 20 Daftar Pustaka .......................................................................................... 21



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat yang sudah sangat berkembang yang dibarengi dengan kebutuhan yang sangat banyak membuat masyarakat harus cermat menyimpan uang atau modalnya untuk kebutuhan dimasa mendatang yang tidak terduga. Salah satu cara yaitu berinvestasi, Investasi adalah kegiatan memanfaatkan modal saat sekarang untuk dikelolah dan mendapatkan keuntungan untuk hari esok. Investasi sudah merambat kesemua lapisan masyarakat tidak terkecuali masyarakat biasa yang tidak banyak paham investasi. Mereka terkadang tergiur dengan investasi yang ditawarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan keuntungan yang besar tapi modal yang sedikit. Bahkan seseorang sering tidak menyadari dirinya telah melakukan investasi, misalnya dengan menabung, membeli emas dan sebagainya. Ada banyak jenis investasi dan resiko setiap investasi yang diambil, namun terkadang kita tidak paham. Agar tidak terjerumus pada investasi yang salah, maka perlu



adanya



pemahaman



tentang



investasi



yang



sesungguhnya



yang



mengedepankan rasionalitas, namun tidak hanya itu kita juga harus tahu resiko dan manfaat setiap invetasi Inflasi merupakan masalah ekonomi yang sangat menyedot perhatian para pengamat ekonomi. Seperti sebuah penyakit, inflasi timbul karena berbagai alasan. Sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan dan sebagian lagi timbul dari sisi penawaran. Secara teoritis pengertian inflasi merujuk kepada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat. Untuk itu inflasi harus dapat segera diatasi, karena inflasi yang buruk akan mengurangi investasi diikuti dengan berkurangnya kegiatan ekonomi dan bertambahnya pengangguran sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi suatu Negara.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian Inflasi ? 2. Bagaimana cara mengukur indek inflasi ? 3. Apa efek dari timbulnya inflasi ? 4. Bagaimana cara mengukur inflasi ? 5. Apakah pengertian dan tujuan invetasi ? 6. Apa saja jenis-jenis investasi ? 7. Apa saja tahapan dalam pengambilsn keputusan investasi ?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian Inflasi 2. Untuk mengetahui cara mengukur indek inflasi 3. Untuk mengetahui efek dari timbulnya inflasi 4. Untuk mengetahui cara mengukur inflasi 5. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan invetasi 6. Untuk mengetahui jenis-jenis investasi 7.



Untuk mengetahui tahapan dalam pengambilsn keputusan investasi



D. Manfaat Makalah 1. Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian. 2. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya. 3. dapat digunakan untuk menggambarkan sistem penilaian pelayanan yang berjalan saat ini.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. INFLASI



1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode keperiode lainnya. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebapkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Laju inflasi merupakan gabungan harga-harga. Harga yang melambung tinggi tergambar dalam inflasi yang tinggi. Sementara itu, harga yang relatif stabil tergambar dalam angka inflasi yang rendah. Kenaikan harga ini diukur menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: a. Indeks biaya hidup (consumer price indeks) Indeks biaya hidup mengukur biayaa atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang dan jasa yang tercakup dapat bermacam-macam, di Indonesia dikenal dengan indeks 9 bahan pokok, 62 barang serta 162 macam barang. Karena masing-masing barang dan jasa tersebut bagi masing-masing seseorang tidak sama, maka dalam perhitungan angka indeksnya diberi angka tertentu. Angka pertimbangan biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluatan keseluruhan. Besarnya prosentase ini dapat diubah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan. Misalnya dengan adanya listrik masuk desa, maka prosentase pengeluaran untuk minyak tanah terhadap pengeluaran total



3



menjadi kecil. Dengan perubahan angka penimbang ini maka indeks harganyapun akan berubah.



b. Indeks harga perdagangan besar (wholessale price indeks) Indeks perdagangan besar menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat besar. Ini berati harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya perubahan indeks harga ini sejalan atau searah dengan indeks biaya hidup.



c. GNP deflator GNP deflator adalah jenis indeks yang lain, berbeda dengan dua indeks diatas dalam cangkupan barangnya. GNP deflator mencangkup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam penghitungan GNP, jadi lebih banyak jumlanya bila dibanding dengan dua indeks diatas. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP normal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP rill (diatas harga konstan).



2. Penyebab Timbulnya Inflasi Hal-hal yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut: a. Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation) Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation) timbul karena adanya permintaan total yang kuat pada masyarakat. Peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran. Sehingga menyebabkan harga barang-barang menjadi naik yang berkelanjutan, dan terjadilah inflasi. b. Inflasi dorongan biaya atau (Cost-Push Inflation) Inflasi dorongan biaya atau (Cost-Push Inflation) terjadi karena kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi terjadi karena adanya kenaikan harga bahan baku, kenaikan UMR, kenaikan harga BBM. Biaya produksi yang naik ini akan menyebabkan penawaran agregat menjadi berkurang.



Walaupun



tidak



terjadi



kenaikan



permintaan,



penawarannya turun maka harga barang-barang akan naik.



4



karena



c. Kekacauan ekonomi dan politik. Inflasi bisa disebabkan karena adanya kekacauan ekonomi dan politik suatu Negara. Misalnya ketika suatu Negara sedang mengalami peperangan, maka harga barang-barang di negara tersebut akan mengalami kenaikan. Kenaikan harga barang-barang yang sangat tinggi ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Pada saat itu terjadi kekacauan politik dan ekonomi, sehingga menyebabkan di Indonesia mengalami inflasi mencapai 70%. Padahal inflasi yang normal berkisar 3% - 4%. d. Bertambahnya uang yang beredar. Ketika jumlah uang yang beredar bertambah tanpa diikuti dengan kenaikan jumlah barang-barang, maka harga barang-barang akan naik. Uang yang beredar di masyarakat jumlahnya bisa bertambah, jika pemerintah mencetak uang baru untuk menutupi kekurangan anggaran belanjanya. e. Campuran (Mixed inflation) Inflasi ini disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Pada saat jumlah permintaan terhadap barang dan jasa bertambah, sementara persediaan faktor produksi dan barangbarang jumlahnya turun, ditambah lagi barang substitusi jumlahnya terbatas atau bahkan tidak ada. Hal ini akanmenyebabkan harga barang-barang dan jasa menjadi naik, dan menyebabkan inflasi.



3. Efek Inflasi Kenaikan harga yang tinggi dan terus-menerus dapat menimbulkan beberapa efek dalam kegiatan ekonomi, antara lain: a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect) Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Inflasi akan menurun pendapatan orang-orang yang berpendapatan tetap, mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang dan memperburuk pembagian kekayaan. Contoh lain yang dirugikan dengan adanya inflasi adalah orang atau pihak yang memberikan pinjaman uang dengan bunga lebih rendah daripada laju inflasi. 5



Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan potensi yang lebih besar laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan buukan uang dimana nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari laju inflasi. Adanya srikat buruh yang kuat kadang kala berhasil dalam menuntut kenaikan upah dengan prosentase lebih besar dari laju inflasi. b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akanberbagai macam barang yang kemudian mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. c. Efek Terhadap Output (Output Effects) Inflasi mungkin dapat menyebapkan kenaikan produksi. Alasnya dalam keadaan inflasi biaya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namuna apabila laju inflasi itu cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai efek sebaliknya, yakni penurunan otput. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang rill turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang cas, transaksi lebeih mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan otput. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. 4. Cara Mengukur Inflasi Untuk mengukur inflasi ada beberapa indikator ekonomi makro yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut : a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Nilai IHK memperlihatkan



6



tingkat harga dari barang-barang dan jasa utama yang dibeli konsumen pada periode tertentu. Barang-barang dan jasa tersebut sudah diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Perubahan nilai yang terjadi pada IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas (Bank Indonesia). Salah satu contoh berdasarkan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), pada bulan November 2018 untuk barang umum non migas mengalami kenaikan 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan untuk sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami kenaikan IHPB tertinggi yaitu sebesar 1,99%. c. Indeks Harga Produsen (IHP) Indeks Harga Produsen (IHP) merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik untuk barang yang mereka hasilkan. Indeks Harga Produsen Indonesia Triwulanan Menurut Subsektor



Indeks Harga Produsen 2017



Subsektor Harga Produsen Triwulan I



Triwulan III



Triwulan IV



Indeks Harga Produsen 2017



Subsektor Harga Produsen Triwulan I 1. PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan Makanan



Triwulan II



Triwulan II



Triwulan III



Triwulan IV



135.92



134.94



135.99



138.7



141.02



138.94



140.73



145.39



1.2 Perkebunan



130.3



127.9



126.29



129.59



1.3 Peternakan 1.4 Perikanan



131.6 131.41



132.08 132.76



133.61 134.35



133.61 135.04



1.5 Kehutanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN



144.82



145.62



146.75



146.42



98.7



95.72



97.31



104.01



92.38



89.37



91.25



99.16



2.1 Pertambangan



7



2.2 Penggalian



132.43



129.62



129.73



129.92



3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1. Industri Pengolahan dan Pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak



140.34



140.58



141.3



142.35



157.74



157.92



159.4



160.19



3.2. Industri Susu dan makanan dari susu



117.93



118.41



118.66



118.82



3.3. Industri penggilingan padi, tepung dan pakan ternak



150.43



149.28



150.3



155.25



136.94



138.16



138.93



139.56



147.03



149.16



150.1



150.93



136.85



138.3



138.74



139.69



153.92



154.84



155.44



156.22



159.94



160.38



160.68



161.22



137.13



139.86



141.9



142.76



124.59



124.73



121.01



119.39



142.74



143.85



144.9



145.2



126.11



126.72



127.37



128.13



3.4. Industri makanan lainnya 3.5. Industri minuman dan rokok 3.6. Industri pemintalan dan pertenunan tekstil 3.7. Industri pakaian jadi dan alas kaki 3.8. Industri kayu gergajian dan olahan 3.9. Industri kertas, barang dari kertas dan cetakan 3.10.Industri pupuk 3.11. Industri kimia dasar, bahan kimia dan barang dari bahan kimia 3.12. Pengilangan minyak bumi dan gas



Indeks Harga Produsen 2017



Subsektor Harga Produsen Triwulan I 3.13. Industri karet, plastik dan hasil-hasilnya 3.14. Industri barang mineral bukan logam 3.15. Industri logam dasar 3.16. Industri barang -barang dari logam



Triwulan II



Triwulan III



Triwulan IV



124.67



121.92



120.37



121.59



144.69



144.16



144.68



145.04



113.1



113.75



115.63



117.4



122.44



123.77



124.76



126.06



8



3.17. Industri mesin, listrik, elektronik dan perlengkapannya



141.03



140.13



141.33



141.35



3.18. Industri alat angkutan 3.19. Industri perabot rumah tangga dan barang lainnya 4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS



133.24



133.44



133.34



133.5



149.77



150.94



151.97



152.16



132.3



132.8



132.39



132.59



4.1 Ketenagalistrikan



127.15



127.74



127.29



127.51



4.2 Pengadaan Gas 5. PENGELOLAAN AIR



191.96 119.51



191.49 119.55



191.49 119.8



191.49 119.88



6. ANGKUTAN PENUMPANG



210.12



214.34



213.15



213.45



6.1 Angkutan Kereta Api Penumpang



186.28



193.76



184.33



185.05



6.2 Angkutan Darat Penumpang



152.29



152.79



151.99



152.03



6.3 Angkutan Laut Penumpang



109.71



110.02



108.73



108.73



6.4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Penumpang



156.93



160.97



160.39



160.42



6.5 Angkutan Udara Penumpang



295.33



304.36



303



303.66



126.04



126.21



126.54



126.68



141.25



141.25



141.57



141.83



7.2. Penyediaan Makanan dan Minuman



123.81



124



124.33



124.46



INDEKS UMUM (1+2+3)



133.86



133.41



134.32



136.46



7. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKANAN/MINUMAN 7.1. Penyediaan Akomodasi



Sumber: Badan Pusat Statistik



d. Indeks Harga Aset Indeks Harga Aset mengukur pergerakan harga aset yang dapat dijadikan indikator adanya tekanan terhadap harga secara keseluruhan. Aset yang digunakan dalam pengukuran adalah properti dan saham.



9



e. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB). Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) memperlihatkan jumlah perubahan harga dari semua barang baru, barang jadi, barang produksi lokal, dan jasa. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) diperoleh dengan membagi PDB atas dasar harga konstan dengan PDB atas dasar harga nominal.



5. Dampak-Dampak Inflasi Adanya inflasi akan memberikan dampak pada perekonomian suatu Negara. Dampak yang ditimbulkan bisa positif dan bisa negatif tergantung dari tingkat inflasi tersebut. a. Dampak Positif Tingkat inflasi sampai pada angka tertentu diperlukan untuk mendorong pertumbuhan penawaran agregat. Para ekonom sepakat, tingkat inflasi yang aman adalah 5% setahun. Dengan adanya inflasi (terjadi kenaikan harga barang-barang) akan memacu produsen untuk meningkatkan output-nya. Hal ini akan mendorong perekonomian kearah yang lebih baik, yaitu dapat meningkatkan orang gemar menabung, membuat bekerja lebih giat, berinvestasi dan meningkatkan pendapatan nasional. b. Dampak Negatif Jika terjadi inflasi yang tinggi (>10% per tahun), maka akan menimbulkan dampak negatif, yaitu antara lain : 1) Menurunnya tingkat kesejahteraan



Dengan adanya inflasi, menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah, khususnya bagi orang yang berpendapatan kecil dan tetap. Tingkat daya beli masyarakat, sebanding dengan tingkat kesejahteraan masyarkat. Sehingga semakin kecil daya beli masyarakat,



menurunkan



tingkat



kesejahteraan.



Misalnya,



Seseorang mempunyai pendapatan tetap 5 juta bisa memenuhi kebutuhan keluarganya selama satu bulan. Namun karena harga 10



barang-barang secara umum naik, dan pendapatan orang tersebut tetap, maka dengan pendapatan 5 juta tersebut, ia tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan keluarganya seperti biasa. Agar pendapatnya bisa cukup memenuhi kebutuhan sebulan, maka orang tersebut harus mengurangi pengeluaran. Sehingga tingkat kesejahteraannya menjadi menurun. 2) Memburuknya distribusi pendapatan.



Inflasi bisa diatasi dengan kenaikan pendapatan. Misalnya jika inflasi setahun adalah 18%, maka kenaikan pendapatan selama setahun sebaiknya lebih dari 18 %. Namun tidak semua orang dapat menaikkan pendapatannya sebanyak 18% selama setahun. Sehingga akan terjadi kesenjangan pendapatan antara orang yang bisa beradaptasi dengan inflasi dengan orang yang tidak bisa beradaptasi dengan inflasi. Bagi orang yang bisa beradaptasi, ia bisa menaikkan pendapatannya di atas inflasi. Sedangkan yang tidak bisa beradaptasi, pendapatannya masih tetap sama. Dampaknya distribusi pendapatan atau kesenjangan pendapatan masyarakat menjadi semakin buruk. 3) Terganggunya stabilitas ekonomi.



Adanya



inflasi



yang



tinggi,



menyebabkan



orang



berekspektasi bahwa kedepannya tingkat inflasi akan semakin tinggi. Hal ini menyebabkan konsumen akan membeli barang sebanyak-banyaknya untuk penghematan. Sedangkan produsen akan menahan barang dagangannya, karena ingin menjual pada saat inflasi semakin tinggi. Sehingga permintaan konsumen tidak terpenuhi, yang menyebabkan laju inflasi menjadi semakin tinggi. Tentu saja kondisi ekonomi menjadi semakin buruk. Inflasi yang tinggi menyebabkan orang enggan untuk menabung. Karena keuntungan atau bunga yang didapatkan dari menabung akan lebih kecil dari tingkat inflasi. Jika orang enggan menabung, produsen kesulitan mendapatkan modal pinjaman.



11



Dampaknya perusahaan-perusahaan bisa bangkrut, defisit neraca pembayaran, ketidakstabilan ekonomi, kegagalan pelaksanaan pembangunan



dan



merosotnya



tingkat



kehidupan



dan



kesejahteraan masyarakat. 6. Cara Mencegah Inflasi Pengendalian inflasi secara umum oleh pemirintah terbagi melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan non moneter. Untuk mengatasi inflasi pemerintah melakukan beberapa kebijakan sebagai berikut: a. Kebijakan Moneter Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai memalui pengaturan jumlah uang yang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demond deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, yang pertama apabilaa seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yangtimbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir daripada cara pertama, sebab cara pertama hanya pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral. Bank sentral dapat mengukur uang giral melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah jumlah uang menjadi lebih kecil. Dismping carai ini, bank sentral dapat menggunakan apa yang disebut dengan tingkat diskonto (diskonto rate). Diskonto rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan kepada bank sentral untuk bank umum. Pinjaman ini biasanya berujud tambahnya cadangan bank umum yang ada pada bank sentral. Dinscount rate ini bagi bank umum merupakan biaya untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikkan (oleh bank sentral) maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil sehingga cadangan yang ada pada bank sentral makin kecil. Akibatnya, kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat makin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.



12



b. Kebijan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiska yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan. c. Kebijakan yang Berkaitan Dengan Output Kenaikan otutput dapat menperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai mislanya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. d. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing Kebijakan ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji atau upah secara rill tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji atau upah juga dinaikkan. 7. Peran Bank Sentral Salah satu tugas Bank sentral yang dalam hal ini adalah bank Indonesia adalah memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi pada tingkat yang wajar. Bank sentral dalam melakukan pengendalian inflasi, umumnya dengan mengatur tingkat suku bunga, mengatur jumlah uang yang beredar, sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga mempunyai kewajiban untuk mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini karena nilai mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).



13



B. INVESTASI



1. Pengertian Investasi Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai penanaman uang atau disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan dimasa datang merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan. Menurut Sunariyah, Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Bahwa saat ini banyak negara-negara yang melakukan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik atau pun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu Negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.



2. Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung Investasi atau penanaman modal mempunyai dua pengertian yaitu investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Dan penulisnya memisahkan investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment) menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah mengenai investasi langsung, kemudian untuk investasi tidak langsung diuraikan dalam bagian kedua. a. Investasi Langsung (Direct Investment) Dalam konteks ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal secara langsung ini dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan (joint



14



venture company) dengan mitra lokal, dengan melakukan kerjasama operasi (joint



operation)



mengkonversikan



tanpa



membentuk



pinjaman



menjadi



perusahaan penyertaan



baru,



mayoritas



dengan dalam



perusahaan lokal, dengan memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management assistance), dengan memberikan lisensi dll. b. Investasi Tidak Langsung (Indirect Invesment) Yang termasuk dalam penanaman modal tidak langsung ini mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal tersebut disebut penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual beli saham dan/atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka perjual-belikan.



3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi, antara lain sebagai berikut : a. Keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan. Suatu investasi, pasti mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingkat pengembalian atau keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana keadaan di dalam perusahaan (internal) dan di luar perusahaan (eksternal) tersebut. 1) Kondisi Internal Perusahaan



Kondisi internal perusahaan sangat mempengaruhi tingkat pengembalian yang diharapkan suatu investasi. Kondisi internal perusahaan ini meliputi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi yang digunakan dan tingkat efisiensi dari perusahaan tersebut. Aspekaspek tersebut mempunyai hubungan searahdengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat kualitas SDM, teknologi dan efisiensi perusahaan, maka tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi juga akansemakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika kualitas SDM, teknologi rendah dan perusahaan kurang efisien, maka tingkat keuntungan yang akan diperoleh nanti juga akan rendah.



15



2) Kondisi Eksternal Perusahaan



Kondisi luar perusahaan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat pengembalian atau keuntungan, antara lain kebijakan yang ditempuh pemerintah, faktor sosial politik dan faktor keamanan, pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Misalnya, jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang medukung investasi, maka diharapan tingkat pengembalian investasi tersebut akan tinggi. Contoh yang lainnya lagi, jika perusahaan barada di Negara yang sedang mengalami masalah keamanan seperti peperangan, maka biasanya tingkat keuntungan dari perusahaan tersebut akan kecil.



b. Biaya investasi Ketika akan melakukan investasi, individu atau perusahaan akan mengeluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan pada saat awal kegiatan investasi dan biasanya dalam jumlah yang besar disebut dengan biaya investasi. Dalam suatu investasi, selain biaya investasi ada juga biaya operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan rutin setiap tahun selama umur investasi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang jumlahnya tetap yang harus dikeluarkan pada kegiatan produksi. Contoh dari biaya tetap adalah biaya untuk gaji, untuk membayar sewa gedung dll. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang jumlahnya berubah, tergantung dari jumlah barang yang akan diproduksi. Contoh dari biaya variabel adalah biaya untuk pembelian bahan baku. Ketika perusahaan memproduksi 100 barang dengan 500 barang, maka biaya bahan baku yang akan dikeluarkan untuk produksi tidak akan sama.



c. Marginal Efficiency of Capital (MEC), tingkat bunga dan marginal Efficiency of investment 1) Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan tingkat bunga



16



Marginal Efficiency of Capital (MEC) menyatakan besarnya keuntungan yang akan diperoleh dengan ditanamnya modal.Sedangkan suku bunga adalah imbalan yang harus dibayarkan karena telah menggunakan sejumlah uang (biasanya dalam bentuk persen). Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan tingkat bunga merupakan hal yang saling berpengaruh dalam menentukan tingkat investasi. Hubungan antara Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan tingkat bunga dapat digunakan oleh investor untuk membantu dalam mengambil keputusan : a) Jika tingkat bunga lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan



(MEC) maka investasi dilaksanakan. b) Jika tingkat bunga lebih besar dari keuntungan yang diharapkan



(MEC) maka investasi tidak dilaksanakan. c) Jika tingkat bunga sama dengan keuntungan yang diharapkan



(MEC) maka investasi bisa dilaksanakan dan bisa juga tidak. 2) Marginal Efficiency of Capital dan Marginal Efficiency of Investment Marginal Efficiency of Capital (MEC) adalah suatu kurva yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal. Sedangkan Marginal Efficiency of Invesment (MEI) adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan di antara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan. MEC dan MEI akan sama pada tingkat bunga tertentu.



4. Keunggulan dan Kekurangan Investasi a. Produk perbankan tabungan Digunakan untuk menyimpan dana nasabah dan dapat memberikan banyak kemudahan, antara lain : Keuntungan : 



Likuiditas yang tinggi dapat diambil kapan saja seperti, counter, bank dan ATM.



17







Kemudahan bertransaksi, Pengiriman uang, pembayaran(telepon, kartu kredit, dan lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain. Kekurangan :







Suku bunga yang diberikan sangat rendah dibawah tingkat inflasi.







Bunga kena pajak 20% untuk yang diatas Rp 7.5 jt



b. Rekening Koran Dipergunakan secara luas oleh perusahaan dan perorangan untuk melakukan transaksi keuangan. Keuntungan : 



Likuiditas tinggi dapat diambil kapan saja seperti, konter, bank pencairan cek.







Kemudahan



dalam



bertransaksi



pembayaran



kepihak



lain



tanpa



menggunakan uang tunai dan tanpa harus datang ke bank. Kekurangan : 



Tidak ada bunga, hanya terdapat jasa giro yang sangat rendah







Bunga kena pajak 20%



c. Deposito berjangka Dipergunakan untuk menabung atau menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu. Keuntungan : 



Suku bunga yang lebih tinggi, sekitar 6 %







Likuiditas tinggi dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu tertentu.







Dapat dijaminkan untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama. Kekurangan :







Terkena Penalti bila diambil sebelum jatuh tempo







Bunga kena pajak 20% diatas Rp 7,5 juta



18



5. Resiko Dalam Investasi Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu resiko dalam return. Resiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar ritern yang diharapkan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan investasi khususnya pada sukuritas saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu deviden dan capital gain, sedangkan resiko investasi saham tercermin pada variabilitas pendapatan return saham yang diperoleh. Jorion, menyatakan resiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak di ekspektasi, secara general, nilai dari asset atau kewajiban dari bunga. Gup, mengemukakan bahwa resiko adalahpenyimpan dari return yang diharapkan (Expected return) sedangkan menurut jones resiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Brigham dan Gapenski, berpendapat bahwa resiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan.



19



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan : 



Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit dimasa yang akan datang.







Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus . Inflasi pada dasarnya mengukur perubahan kenaikan harga dari waktu ke waktu, baik bulanan, triwulanan, maupun tahunan.



B. Saran : 



Dalam melakukan investasi kita harus bisa membaca banyak referensi serta mencari informasi yang terbaru yang berkaitan dengan kegiatan investasi tersebut.







Upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi inflasi menggunakan kebijakan moneter (Politik Diskonto, Politik Pasar terbuka, Politik Persediaan Kas, Pengawasan Kredit secara selektif ) dan kebijakan fiscal ( Pengaturan Pengeluaran Pemerintah, Kenaikan Pajak ).



20



DAFTAR PUSTAKA David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, 2013. hal 16-17. Rahardja, P., dan Manurung, M., 2016, Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit FE UI. Sukirno, S., 2016,Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. T. Gilarso SJ, 2003, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Penerbit Kanisius – Yogyakarta. Nurhayati, I.,2016, Pengantar Ekonomi Mikro, Khalifah Mediatama, Depok Jawa Barat. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Cetakan Ke-22, (Bandung: Alfabeta, 2015),



21