Makalah Pengantar Psikologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU – ILMU LAINNYA



Disusun Oleh : Anggit Tria



10050017093



Hafilda Putri I



10050017094



Putri Nurul A



10050017095



Shofwan Ariq A



10050017096



Mahendra A



10050017101



Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkann kepada Allah SWT yang mana atas berkat rahmat dan pertolongan-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini .Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang turut adil dalam terselesaikannya makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa saya haturkan kepada suri taudadan kita Nabi Muhammad SAW .Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA dengan harapan agar para mahasiswa bisa lebih memperdalam pengetahuan tentang ILMU PSIKOLOGI. Makalah ini juga di buat untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Psikologi. Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini .Penulis menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna .Oleh karena itu ,penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca untuk menyempurnakan makalah ini .Atas kritik dan sarannya saya uncapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar ..................................................................................................... i Daftar Isi.............................................................................................................. ii BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................ 1 BAB 2 Pembahasan ............................................................................................ 3 A. Pengertian Psikolologi ............................................................................ 3 B. Hubungan Psikologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya ................................... 5 1) Hubungan psikologi dengan ilmu filsafat ......................................... 5 2) Hubungan psikologi dengan ilmu antropologi .................................. 7 3) Hubungan psikologi dengan ilmu sosiologi ...................................... 9 4) Hubungan psikologi dengan ilmu pedagogis .................................. 13 5) Hubungan psikologi dengan ilmu biologi ....................................... 14 6) Hubungan psikologi dengan ilmu agama ........................................ 15 7) Hubungan psikologi dengan ilmu pengetahuan alam ..................... 16 8) Hubungan psikologi dengan ilmu politik ........................................ 17 9) Hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan................................. 19 10) Hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi ................................ 21 C. Seni Dalam Tinjauan Psikologi ............................................................. 23 BAB 3 Penutup ................................................................................................. 25 A. Kesimpulan ........................................................................................... 25 Daftar Pustaka ................................................................................................... 26



ii



BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Psikologi membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya menemukan kebahagiaan.Psikologi akan memberi tahu Anda Mengapa Hidup Anda Tidak Menyenangkan dan Apa yang Dapat Anda Lakukan dengan Hidup Anda,selama Anda juga membaca Saya Tidak Harus Membuat Segalanya Menjadi Lebih Baik.Bahkan Jika Seandainya Anda merasakan bahwa tidak ada cara apapun untuk memperbaiki hidup Anda,Anda



mungkin



dapat



terhibur



oleh



Kenikmatan



akan



stress,Kenikmatan akan kegagalan, dan Bahagia, Apapun yang Terjadi. Atau Anda dapat Memasuki Pusat Kebahagiaan di Otak Anda dengan menggunakan “metode jiwa bebas”. Dan seperti yang penulis ketahui, psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri, di mana ilmu psikologi tidak tergabung dengan ilmu-ilmu lainnya. Namun demikian tidak boleh dipandang bahwa psikologi itu sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu yang lain. Dalam hal ini psikologi masih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari dan mendalami mengenai jiwa seseorang tentu mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh ilmu psikologi saja, melainkan oleh ilmu-ilmu lainnya yang saling berkaitan. 1



B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ,yaitu : 1. Bagaimana Pengertian Psikologi ? 2. Bagaimana Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu lainnya ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk memahami pengertian mengenai Psikologi. 2. Untuk memahami dan mengetahui kaitan antara Psikologi dengan Ilmu-Ilmu Lainnya.



2



BAB II Pembahasan A. Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari



bahasa yunani kuno Psycology yang



merupakan gabungan dari kata psyche(jiwa) dan logos (ilmu.).Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa.Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses kegiatannya,sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses perilaku dan proses-proses mental.Psikologi merupakan salah satu bagian dari ilmu perilaku atau ilmu sosial. Beberapa jenis ilmu psikologi,secara tematis maupun terapan,dapat dirinci menjadi : 1. Psikologi Sosial Seperti halnya psikologi, maka psikologi sosial merupakan juga suatu ilmu pengetahuan baru, dalam arti baru saja timbul di dalam abad modern. Ilmu ini mulai dirintis pada tahun 1930 di Amerika Serikat, dan kemudian juga di negara-negara lain. Psikologi Sosial masih dalam tahap pembentukan meskipun masalahnya sudah ada sejak adanya manusia. Dorongan kegiatan dihadapinya dalam masalah-masalah praktis. Masalah-masalah itu bergerak sekitar 3



kelompok-kelompok kepemimpinan



dan



manusia,



organisasi-organisasi,



pengikut-pengikutnya,



moral,



hubungan



kekuasaan dan saluran komunikasi. 2. Psikologi Klinis Psikologi Klinis adalah psikologi terapan yang bertujuan memahami kapasitas perilaku dan karakteristik individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara memadai. 3. Psikologi Perkembangan Menekankan perkembangan manusia dan berbagau faktor yang membentuk



perilakunya



sejak



lahir



sampai



berumur



lanjut.Psikologi perkembangan sebagai cabang ilmu psikologi menelaah



berbagai



perubahan



perubahaninterindividual



yang



intraindividual.Perubahan



intraindividual



terjadi tersebut



dan



didalam



perubahan



tidak



hanya



mendeskripsikan,tetapi juga menjelaskan atau mengeksplitasikan perubahan-perubahan perilaku menurut tingkat usia sebagai masalah



hubungan



anteseden



(gejala



mendahulu)



dan



konsekuensinya.



4. Psikologi Pendidikan Pada



dasarnya



tingkahlaku



psikologi



manusia



pendidikan yang



mempelajari



terlibat



dalam



seluruh proses



4



pendidikan.Manusia yang terlibat dalam proses pendidikan adalah guru dan siswa maka objek yang dibahas dalam psikologi pendidikan adalah Tingkahlaku siswa yang berkaitan dengan proses



belajar



dan



tingkahlaku



guru



dalam



proses



pembelajaran.Objek utama psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan pembelajaran.



B. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu Lainnya Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal balik. Psikologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain, dan sebaliknya, ilmu-ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi. 1. Hubungan psikologi dengan ilmu filsafat Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat memang berangkat dari apa yang dialami manusia, karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra, sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya. Bahkan, ilmu dengan amat tenang menerima sebagai kebenaran dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu, sampai dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran itu.



5



Sebaliknya, filsafat pun memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan hasil penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi. Dalam berbagai literatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya,



Dalam



ilmu



kedokteran,



psikologi



berperan



menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun dalam filsafat yang sebenarnya “ibu kandung” psikologi, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Bruno, seperti dikutip Syah, membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. 



Pertama, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “roh”.







Kedua,



psikologi



adalah



ilmu



pengetahuan



mengenai



“kehidupan mental”. 



Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.



6



Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bercita rasa tinggi dan bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).



Mereka



menganggap



bahwa



kesadaran



manusia



berhubungan dengan rohnya. Oleh karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia merupakan bagian dari studi tentang roh. 2. Hubungan psikologi dengan Ilmu antropologi Harus kita akui bahwa bantuan psikologi terhadap antropologi sangatlah besar, sehingga dalam perkembangannya yang terahir, lahir suatu sub-ilmu atau spesialisasi dari antropologi yang disebut etnopsikologi (ethnopsychology), atau antropologi psikologikal (psychological anthropology), atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of culture and personaliy), disamping spesialisasiantropology in mental healt (Hsu, 1961; Barnouw, 1963; Clifton, 1968; Koentjaraningrat 1980; effendi & praja, 1993). Sejak abad lalu, di Amerika serikat dan inggris telah berkembang



berbagai



penelitian



antropologi



yang



dalam



analisisnya menggunakan banyak konsep psikologi. Berbagai penelitian itu dimulai karena timbulnya perhatian terhadap tiga masalah, yaitu: a. Masalah “kepibadian bangsa” b. Masalah peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat



7



c. Masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi Persoalan “kepribadian bangsa” muncul tatkala hubungan antar bangsa mulai kian intensif, terutama sesudah perang dunia ke-1. Deskripsi tentang kepribadian suatu bangsa dalam karangankarangan etnografi zaman lampau itu biasanya menggunakan berbagai konsep dan istilah yang tak cermat dan kasar. Istilah tersebut mengenai penggunaan metode-metode ilmu sosial untuk menopang kesimpulan umum yang bersifat subjektif tentang perbedaan jenis kepribadian antarmasyarakat yang kompleks. Orang belanda yang menjajah bangsa indonesia, misalnya melukiskan kepribadian suku bangsa sebagai malas, tak aktif, tak bergairah dalam tindakan (indolent), dan tidak jujur. Selain ciri-ciri kepribadian yang negatif, tiap konsep yang dipakai dalam pelukisan seperti itupun tidak cermat dipandang dari sudut ilmu psikologi. Istilah “tidak jujur” misalnya, sangat tidak cermat bila dipandang dari sudut psikologi. Studi tentang “kepribadian bangsa” ini juga disinggung oleh Carol R. Ember dan Melvin Ember (Ihromi, 1981). Dalam tulisannya, “Theory and method in cultural antropology”, khususnya mengenai hubungan kebudayaan dan kepribadian, disebutkan bahwa fokus yang khusus dari studi-studi permulaan, awal tahun 1920-an, adalah tentang pengalaman masa kanakkanak, dan bahwa pengalaman tersebut tampaknya mempengaruhi perilaku setelah dewasa.



8



Sebelum ini, tutur mereka, para ahli antropologi tidak mencatat kebiasaan-kebiasaan mengasuh anak-anak sebagai aspek penting dari kebudayaan, tetapi kemudian dibawah pengaruh freud dan penulis mengenai teori pendidikan, John dewey, para ahli antropologi menjadi tertarik pada lingkungan kebudayaan dari bayi atau kanak-kanak, dan masa itu dianggap sangat penting artinya bagi pembentukan kepribadian dewasa yang khas dalam suatu masyarakat. Hubungan



psikologi



dengan



antropologi,



seperti



telah



disebutkan, juga dalam hal munculnya cabang baru antropologi, yaituAntropology in metal health. Bidang penelitian dan pembahasan Antropology in metal health ini lebih difokuskan pada emosi-emosi yang tertekan. Di antara berbagai penyakit jiwa yang diobati oleh para ahli penyakit jiwa (psikiater), ternyata ada yang tidak disebabkan oleh kelainankelainan biologis atau kerusakan dalam organisme, melainkan karena jiwa dan emosi yang tertekan. Dan keadaan jiwa yang tertekan ini lebih disebabkan oleh aspek-aspek sosial budaya. Aspek sosial budaya yang melatar belakangi inilah yang merupakan kajian dari Antropology in metal health. 3. Hubungan psikologi dengan ilmu sosiologi Menurut Mead (dalam Berger dan Luckmann (1996)) menyebut kaitan psikologi dengan sosiologi dengan menghadirkan istilah psikologi social yaitu suatu psikologi yang memperoleh



9



perspektif-perspektif dasarnya dari suatu pemahaman sosiologis tentang kondisi manusia.Hubungan psikologi dan sosiologi dapat digambarkan sebagai dua buah lingkaran yang salingberpotongan, di antara luasan potongan tersebut saling tumpang tindih yang artinya salingmelekat. Psikologi dan sosiologi keduanya berhubungan dengan cara perilaku individu dalam kelompok social, psikologi berkepentingan dalam cara bagaimana perilaku individudiorganisasikan sehingga merupakan suatu “kepribadian”, sedang sosiologi mendalami carabagaimana individu sebagai suatu pribadi berhubungan dengan individu lain. Menurut S. Takdir Alisjahbana, jasa yang paling besar dari psikologi sosial modern, seperti yang dikemukakan oleh F.H. Allport, Muzafer Sherif, Salomon E. Asch, Peter R. Hofstatter, dan lain-lain, ialah karena mengembalikan keutuhan perpecahan antara psikologi dan sosiologi. Tampaknya, memang begitu dekat hubungan antara sosiologi dan psikologi sosial, sehingga ada sementara orang yang mengatakan bahwa psikologi sosial merupakan cabang dari sosiologi, seperti juga halnya bahwa psikologi sosial merupakan cabang dari psikologi. Pada dasarnya, psikologi sosial mempunyai perbedaan dengan psikologi sebagai ilmu induknya. Menurut Bonner, psikologi sosial mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan



10



dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. Sebaliknya, psikologi mempelajari perilaku apa saja, terlepas dari makna sosialnya. Perbedaaan psikologi sosial dengan sosiologi adalah dalam hal fokus studinya. Jika psikologi sosial memusatkan penelitiannnya pada perilaku individu, sosiologi tidak memperhatikan individu. Yang menjadi perhatian sosiologi adalah sistem dan struktur sosial yang dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada individuindividu. Dengan demikian, unit analisis psikologi sosial adalah individu, sedangkan unit analisis sosiologi adalah kelompok. Von Wiese mengambil psikologi sosial yang telah banyak dipakai oleh ilmu-ilmu sosial. Mengapa? Karena semua gejala sosial, menurutnya, mau tidak mau, adalah hasil dari pengalaman jiwa (inneleben, seelischer prozess) manusia. Psikologi merupakan bidang ilmu yang mengandung baik “sayap” subsosial maupun sosial. Psikologi psikologis berkaitan dengan proses-proses fisik melalui proses pikiran, perasaan, dan seterusnya. Namun, sebagian besar psikologi lainnya memang sedikit banyak adalah sosial. Apa yang biasa disebut psikologi sosial nyatanya hanya merupakan satu bagian saja dari psikologi “sosial” yang lebih luas ini. Psikologi sosial, seperti dikatakan Worsley dan kawan-kawan (1991), biasanya berurusan dengan suatu kumpulan topik begitu saja, yang belum tentu berhubungan, seperti penelitian atas kelompok-kelompok kecil atau perilaku massa. Akan tetapi, semua



11



psikologi non psikologis dapat dikatakan merupakan perilaku “sosial”,



karena



berkaitan



dengan



proses-proses



yang



menyebabkan perilaku manusia menjadi di bakukan, diharapkan, dan diwajibkan secara kultural, dengan kata lain, cara-cara masyarakat mengatur pola-pola tertentu dari perilaku individu. Lantas, apakah baik psikologi maupun sosiologi keduanya sama-sama berurusan dengan cara perilaku individual dibentuk secara sosial? Jawabnya adalah “ya”, namun fokus perhatian psikologi, seperti sudah disinggung adalah individunya, sementara sosiolog memperhatikan kelompok atau kategori: sikap-sikap, misalnya, wanita-wanita, orang-orang sadis, atau para pekerja tambang. Perbedaaan-perbedaanya adalah bahwa unit atau kerangka acuan bagi psikolog adalah perilaku individual, apakah “psikis” batinnya ataukah manifestasi-manifestasi eksternalnya yang bisa diamati dalam hubungannya dengan orang lain. Karena itu, perilaku sosial bukan hanya mengumpulkan semua perilaku “alami”, terpisah dari banyak individu yaitu yang disebut “aggregate psychology” (psikologi gabungan), tetapi merupakan suatu tingkat perilaku yang berbeda secara kualitatif, tidak timbul dalam psikis individual diluar pengaruh dari pengalaman kemasyarakatannya, tetapi dihasilkan dalam kelompok-kelompok sosial dan diserap kedalam individu sebagai hasil tekanan dari kelompok-kelompok itu.



12



Soerjono soekanto menyebutkan, diantara para sosiolog yang mendasarkan teorinya pada psikologi adalah gabriel Tarde (18431904) dari perancis. Dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri atas interaksi antara jiwa-jiwa idividu, dan jiwa tersebut terdiri atas kepercayaan-kepercayaan dan keinginankeinginan. Bentuk utama dari interaksi mental individu adalah imitasi, oposisi, dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi, menurut soekanto, sering kali berhadapan dengan oposisi, yang menuju pada bentuk adaptasi yang baru. Dengan demikian, mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-penemuan baru. Hal ini menimbulkan imitasi, oposisi penemuan baru, perubahanperubahan, dan seterusnya. Dengan demikian, keinginan utama dari Tarde, dalam pandangan soekanto adalah berusaha menjelaskan gejala-gejala sosial dalam kerangka reaksi-reaksi psikis dari orang. Hal ini merupakan petunjuk, betapa besarnya pengaruh dari pendekatan secara psikologis. Ajaran ini, menurut Soekanto, terutama sangat berpengaruh



di



Amerika



Serikat,



yang



banyak



sosiolog



mengadakan analisis terhadap individu maupun dari kelompok terhadap kelompok. Di antara mereka adalah Albion Small (18541926) yang pertama-tama membuka departemen sosiologi pada Universitas Chicago, dan menerbitkan American Journal of Sociologyyang terkenal itu.



13



4. Hubungan psikologi dengan ilmu pedagogis Pedagogis adalah ilmu atau seni mengajar anak-anak, proses pembelajaran terpusat pada guru atau pengajar.



Kedua



ilmu



ini hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan timbal balik. Pedagogis sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak dari lahir sampai mati, tidak akan sukses bilamana tidsk mendasarkan diri kepada psikologi, yang tugasnya memang menunjukkan perkembangan hidup manusia sepanjang masa, bahakan ciri, waytak, serta kepribadiannya pun ditunjukkan oleh psikologi. Dengan demikian, pedagogis baru akan tepat mengenai sasaran, apabila dapat memahami langkah-langkahnya sesuai sesuai dengan petunjuk-petunjuk psikologi. Oleh karena sangat eratnya tugas antara keduanya maka timbul “educational psychology” (Ilmu Jiwa Pendidikan). 5. Hubungan psikologi dengan ilmu biologi Sejauh mana hubungan psikologi dengan biologi? Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi, hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia. Menurut Bonner, perbedaan perbedaan psikologi dan biologi adalah sebagai berikut. Psikologi merupakan ilmu subjektif,



14



sedangkan biologi adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut ilmu yang subyektif karena mempelajari pengindraan (Sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia dianggap sebagai subjek atau pelaku, bukan objek. Sebaliknya, biologi mempelajari manusia sebagai jasad atau objek. Jadi, perbedaan selanjutnya antara psikologi dan biologi adalah psikologi mempelajari nilainilai yang berkembang dari persepsi subyek, sementara biologi mempelajari fakta yang diperoleh dari penelitian terhadap jasad manusia. Yang terakhir adalah psikologi mempelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh), sementara biologi (termasuk ilmu faal) mempelajari perilaku manusia secara “molekular”, yaitu mempelajari molekul-molekul (bagian-bagian) dari perilaku berupa gerakan, refleks, proses kebutuhan dan sebagainya. 6. Hubungan psikologi dengan ilmu agama Psikologi dan agama merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat agama sejak turunnya



kepada Rasul



diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologis juga. Tanpa dasar tersebut agama sulit mendapatkan teman didalam jiwa manusia. Contoh bahwa psikologi dan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia dalah terhadap manusia yang melanggar norma-norma yang oleh agama dipandang berdosa. Perasaan berdosa pada manusia yang melanggar norma



15



tersebut dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya, meskipun hukuman lahiriah tidak diberikan terhadapnya. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa itu berarti telah menghukum dirinya sendiri, karena dengan perbuatan pelanggaran tersebut, jiwa mereka menjadi tertekan, kotor dan gelap apabila yang bersangkutan kepada



perbuatan



tidak dapat mensublimasikan (mengalihkan yang



lebih



baik)



perasaannya



akan



mengakibatkan semacam penyakit jiwa (psichistania) yang merugikan dirinya sendiri. 7. Hubungan psikologi dengan ilmu Pengetahuan alam Pada umumnya Ilmu Pengetahuan alam bersifat seragam namun spesifik dalam metode penelitiannya, sehingga hal ini dapat membantu kemajuan ilmu di bidang Psikologi. Metode ilmu pengetahuan alam mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi, karenanya para ahli beranggapan jika psikologi ingin mendapatkan kemajuan, haruslah mengikuti cara kerja yang di tempuh oleh ilmu pengetahuan alam, melalui metode percobaan dan penelitian. Persamaan yang dimiliki dari Ilmu Psikologi dan Ilmu Pengetahuan Alam ialah berhubungan dengan gejala fisik yang umum, Penafsiran satu arah dan cenderung tidak bergerak (pasif), serta penelitiannya yang dapat diobservasi secara langsung dan undimensional (berdimensi tunggal) dimana konsep penelitian spesifik dalam satu jenis gejala.



16



8. Hubungan psikologi dengan ilmu politik Ilmu pengetahuan lain yang erat hubungannya dengan psikologi ialah ilmu politik. Kegunaan psikologi, khususnya psikologi sosial dalam analisis politik, jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis politik, jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis sosial politik secara makro diisi dan diperkuat analisis yang bersifat mikro. Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwa-peristiwa, gerakan-gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perseorangan, semangat, emosi). Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam bidang politik, terutama yang dinamakan “massa psikologi”. Justru karena prinsip-prinsip politik lebih luas dari pada prinsip-prinsip hukum dan meliputi banyak hal yang berada diluar hukum dan masuk dalam yang lazim dinamakan “kebijaksanaan”, bagi para politisi, sangat penting apabila mereka dapat menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, dan dari golongan tertentu pada khususnya, bahkan juga dari oknum tertentu. Kerap terdengar suara dalam masyarakat bahwa tindakan tertentu



pemerintah



dinyatakan



“psikologis”



kurang



baik.



Biasanya, suara ini tidak dijelaskan lebih lanjut, dan orang-orang dianggap dapat menangkap apa yang dimaksudkan. Selain memberi berbagai pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan, psikologi sosial dapat pula menerangkan



17



sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing, ataupun berlawanan dengan konsensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu. Psikologi sosial juga bisa menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan sosial (conformity). Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi memilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Untuk memahami perilaku memilih, bisa digunakan beberapa pendekatan. Namun selama ini, penjelasan teoritis tentang voting behaviordidasarkan pada dua model atau pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi. Dalam hal pendekatan psikologis, seperti namanya, pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan ini, para pemilih di AS menentukan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang



18



merupakan variabel yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku pemilih. 9. Hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan Sebenarnya, psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan



satu



sama



lain.



Mengapa?



Karena



keduanya



mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan,



kemudian



lahirlah



suatu



subdisiplin



psikologi



pendidikan (education psychology). Reber menyebut psikologi pendidikan sebagai sub disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut: 



Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.







Pengembangan dan pembaruan kurikulum.







Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.







Sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitif.







Penyelenggaraan pendidikan keguruan.



19



Dengan batasan atau pengertian di atas, Reber tampaknya menganggap bahwa psikologi pendidikan



masuk dalam



subdisiplin psikologi terapan (applicable). Meskipun



demikian,



menurut



Witherington,



psikologi



pendidikan tidak dapat hanya dianggap sebagai psikologi yang dipraktikkan saja. Psikologi pendidikan, katanya, adalah suatu studi atau suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai hak hidup sendiri. Memang benar bahwa aspek-aspek tertentu dari psikologi pendidikan nyata-nyata bersifat kefilsafatan, tetapi sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebagaisciente, psikologi pendidikan telah memiliki: 



Susunan prinsip atau kebenaran dasar tersendiri







Fakta-fakta yang bersifat obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya







Teknik-teknik yang berguna untuk melakukan penyelidikan atau “research”-nya sendiri, termasuk dalam hal ini ialah alatalat pengukur dan penilai yang sampai pada batas-batas tertentu dapat dipertanggung jawabkan ketepatannya. Di antara alat-alat pengukur dan alat penilai ini, terdapat tes



tentang hasil perkembangan jiwa anak. Kedua tes ini lazim disusun dengan sangat hati-hati. Di laboratorium, misalnya, untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan mekanis dalam kebiasaan membaca anak-anak, diadakan pemotretan terhadap



20



gerakan



mata



anak-anak



pada



waktu



membaca



dengan



mempergunakan ophthalmograph. Untuk mengetahui apa yang harus



dilakukan



untuk



mengembangkan



suara



yang



menyenangkan dan untuk memperoleh pemilihan kata-kata yang tepat pada waktu berbicara, diadakan perekaman terhadap latihanlatihan bercakap yang dilakukan. Jadi, meskipun psikologi pendidikan cenderung dianggap oleh banyak kalangan atau para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi pendidikan sendir, sebagai subdisiplin psikologi yang bersifat terapan atau praktis, bukan teoritis, cabang psikologi ini dipandang telah memiliki konsep, teori, dan metode sendiri, sehingga mestinya tidak lagi dianggap sebagai subdisiplin, tetapi disiplin (cabang ilmu) yang berdiri sendiri. 10. Hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi Banyak ilmuan dari berbagai disiplin memberikan sumbangan kepada ilmu komunikasi, antara lain Harold D. Lasswell (ilmu politik), Max Weber, Daniel Larner, dan Everett M. Rogers (sosiologi), Carl I. Hovland dan paul lazarfeld (psikologi), Wilbur Schramm (bahasa), serta Shannon dan Weaver (matematika dan tekhnik). Tidak mengherankan bila banyak disiplin telah terlibat dalam studi komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menurut fisher bermakna bahwa komunikasi memang mencakup semuanya, dan bersifat sangat efektif (menggabungkan berbagai bidang). 21



Apabila kita cermati, eklektisme komunikasi sebagai suatu bidang studi, tampak pada konsep-konsep komunikasi yang berkembang selama ini yang berhasil dirangkum oleh Fisher (1984) dalam empat kelompok yang disebutnya perspektif (semacam paradigma, teori, atau model). Keempat perspektif itu ialah : (1) perspektif mekanistis, (2) perspektif psikologis, (3) perspektif interaksional, dan (4) perspektif pragmatis. Pengaruh konsep ilmu fisika sangat kelihatan pada perspektif mekanistis, yang merupakan perspektif paling awal dan paling luas penganutnya. Lalu, pengaruh psikologi paling jelas pada perspektif psikologis



yang merupakan pengembangan dari perspektif



mekanistis dengan menerapkan teori S-R (Stimuli-Respons). Kedua perspektif ini berkembang dan telah melahirkan banyak kajian. Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai



ilmu



yang



berdiri



sendiri



kemudian



melakukan



“perkawinan” dengan ilmu-ilmu lainnya yang pada gilirannya melahirkan berbagai subdisiplin seperti: komunikasi politik (dengan ilmu politik), sosiologi komunikasi massa (dengan sosiologi), dan psikologi komunikasi (dengan psikologi). Dengan demikian, psikologi komunikasi pun didefinisikan sebagai “ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi”.



22



Komunikasi, menurut rakhmat, adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Mencoba menganalisis peristiwa sosial secara psikologis, membawa kita pada psikologi sosial. Memang, bila ditanyakan letak psikologi komunikasi, kita cenderung meletakkannya sebagai bagian dari psikologi sosial. Karena itu, menurut Jalaluddin Rachmat, pendekatan psikologi sosial juga merupakan pendekatan psikologi komunikasi.



C. Seni Dalam Tinjauan Psikologi Psikologi -khususnya aliran psikologi Humanistika· mempelajari manusia dan kualitas-kualitas khas manusiawi yang tidak dimiliki oleh mahluk-mahluk lain, terutama hewan. Kualitas-kualitas manusiawi itu antara lain: rasa tanggung jawab, kebebasan pribadi, nilai dan penilaian, cinta kasih,makna hidup, hidup bermakna, religisitas,rasa etis dan estetis, kreativitas, pemahaman diri, pengembangan pribadi, aktualisasi diri, empati dan simpati, kehampaanhidup, dialogi. transendensi, humor, permainan. kemandirian, rasa bersalah, distansi-diri, ideologi. keimanan dan sebagainya. Dengan demikian seni. kreasi seni dan pertunjukkan seni sebagai ungkapan nilai-nilai dan rasa estetis sudah tentu menjadi bahan telaah psikologi, karena hal itu merupakan salah satu kualitas insani. Selama menjadi bahan telaah psikologi,seni pun berfungsi sebagai salah satu



sumber yang sangat penting bagi pengembangan hidup bermakna dan



kesehatan jiwa. Dalam psikologi aliran Logo Terapi kehidupan yang



23



bermakna .(the meaningful life) dapat diraih dengan jalan memahami, menghayati dan mereallsasikan trintlai yaitu: nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nllal penghayatan (experientialvalues) dan nilai-nilai berslkap (attitudinal values). Artinya, hidup bermakna dapat dicapai melalui karya dan kegiatan berkarya yang bermanfaat, pengataman dan penghayatan atas kebenaran (ideologi), keyakinan (agama), keindahan (seni),dan cinta kasih, serta sikaptepat atas peristiwa tragis yang tak dapat dielakkan lagi.Dalam hal ini menciptakan karya seni adalah ungkapan nilai-nilai kreatif, sedangkan mengalami



dan



menghayati



karya-karya



seni



tergolong



nilai-nilai



penghayatan yanhsemuanya merupakan sumber makna hidup dan kesehatan mental. Kreasi seni sebagai ekspresi perasaan (keindahan) dimanfaatkan dalam psikologi sebagai terapi yang disebut Terapi Seni (Art therapy). Kegiatan·kegiatan



sepertimenari,bernyanyi,melukis,pantomim,membaca



novel,deklamasi,dan menciptakan karya seni ternyata sangat membantu melancarkan



komunikasi



antara



pribadi



dan



mengatasi



hambatan



emosional.Sedangkan bermain peran dalam drama singkat telah lama digunakan sebagai terapi yang dikenal dengan Psikodrama.Demikian pula kegiatan menggambar dan mengarang cerita atas rangsangan gambar-gambar tertentu digunakan sebagai test diagnostik kepribadian. karena biasanya hal itu dapat memproyeksikan karakter seseorang.



24



BAB III Penutup A. Kesimpulan Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari atau memahami mengenai proses jiwa/mental setiap individu atau seseorang tentu mempunyai



hubungan



dengan



ilmu-ilmu



lain



yang



sama-sama



mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh ilmu psikologi saja, melainkan oleh ilmu-ilmu lainnya yang saling berkaitan.



25



DAFTAR PUSTAKA 



Rujukan dari Internet Psikologika. (Tahun 1996).“Psikologi Seni”.10 Oktober 2017.jurnal.uii.ac.id/index.php/Psikologika/article/view/8397/7131 Direktori File UPI. (8 Maret 2012). “Psikologi”. 10 Oktober 2017. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242 001121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf







Rujukan dari Buku Wade, Carole, dan Carol Tarvis. 2007. Psikologi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Ahmadi, Drs. H. Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta.



26