Makalah Pengelolaan Sumberdaya Air (La Ode Muhammad Naim G2S119001) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Individu



PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR “Permasalahan Sumber Daya Air dan Solusinya di Indonesia”



OLEH: LA ODE MUHAMMAD NAIM G2S119001



PROGRAM STUDI GEOGRAFI PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga, tugas berupa makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dalam pembuatan makalah ini,penulis bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah “mitigasi bencana”. Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini.             Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya



Kendari,



November 2020



Penulis



DAFTAR ISI



ii



HALAMAN...........................................................................................................i KATA PENGANTAR.........................................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................................................iii BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................................3 C. Tujuan Penulisan..............................................................................................3 BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................4 A. Permasalahan Sumber Daya Air......................................................................4 B. Cara Menanggulangi Permasalahan Pengelolaan Sumberdaya Air………………………………………………………………8 BAB III. PENUTUP…………………………………………………………...11 A. Kesimpulan....................................................................................................11 D. Saran..............................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air meupakan bagian paling penting yang membuat kehidupan di bumi .semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metabolic mengambil tempat di larutan air (Engerdan Smith,2000). Air bersifat sumberdaya alam yang terbarukan dan dinamis yang artinya, sumber utama air yang berupa hujan akan selalu dating sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Mengingat keberadaan air disetiap wilayah dan tempat yang didudukinya tidak selalu tetap, maka harus dikelola dengan bijak dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Terpadu dengan mencerminkan berbagai aspek, berbagai pihak (stakeholders) dan berbagai disiplin ilmu. Sedangkan menyeluruh mencakup yang sangat luas, melintas batas antar sumberdaya, antar lokasi, antar banyak aspek, antar parapihak hulu dan hilir, antara multi disiplin, dan berbagai jenis tataguna lahan. Dalam jumlah tertentu air dapat menyebabkan bencana alam dan beberapa kerugian. Maka dari itu diperlukan suatu upaya pengelolaan air. Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air. Mengingat di Indonesia sendiri terdapat dua musim yaitu, musim penghujan dan kemarau. Padasaat musim penghujan sering terjadi bencana alam seperti banjir serta tanah longsor dan pada saat musim kemarau terjadi kekeringan. Tampaknya masalah air dan bencana yang ditimbulkannya sudah menjadi masalah dunia. Tidak hanya merupakan masalah di Indonesia saja. Saat ini ,semua musim kemarau menyadari bahwa akibat degradasi lingkungan yang parah, keberadaan air di suatu tempat tidak lagi seimbang. Air makin berkurang di musim kemarau dan sangat berlebihan pada musim penghujan yang menim bulkan kerusakan yang sangat hebat (Robert dan 1



2



Roestam,2008). Di Indonesia, banyak bencana yang terjadi akibat permasalahan pengelolaan sumberdaya air . Pada tahun 2014 jumlah kejadian bencana sebanyak 456 kejadian, terdiri dari 227 bencana alam (49%), 197 bencana non alam (44%) dan 32 bencana sosial (7%). Kejadian bencana tersebut menimbulkan jumlah korban sebanyak 1.699.247 orang, terdiri dari 957 orang korban meninggal, 1.932 orang luka berat/dirawat inap, 694.305 orang luka ringan/rawat jalan, 391 orang hilang dan 1.001.662 pengungsi (Depkes RI, 2015). Banjir merupakan bencana alam yang paling umum selama periode Januari-Maret 2014 dan dengan dampak tertinggi. Banjir menyebabkan lebih dari satu pertiga (41,3persen) dari jumlah kejadian bencana, 75,7 persen orang yang terkena dampak dan/atau mengungsi akibat bencana alam dan 2,4 persen kerusakan rumah (BNPB dan OCHA,2014). Bencana yang terjadi jika banjir dating adalah Tanah Longsor. Aktivitas longsor selama periode pelaporan juga meningkat dibandingkan dengan periode yang sama di bulan Januari-Maret 2013: dari total 60 kejadian longsor menjadi 138. Pada bulan Maret 2014, jumlah longsor menurun menjadi 33 kejadian dengan tujuh kematian dan 131 rumah rusak. Pada Februari 2014, BNPB melaporkan bahwa 47 kejadian longsor mengakibatkan sembilan orang tewas, 9.954 orang terdampak dan mengungsi serta 1.605 rumah dan bangunan public atau masyarakat rusak. Hujan lebat pada Januari 2014 menyebabkan 53 kejadian longsor yang mengakibatkan 45 kematian, 852 rumah rusak dan 3.881 terdampak dan mengungsi (BNPB dan OCHA,2014). Selain bencana yang terjadi pada musim hujan, padasaat musim kemarau juga terjadi kekeringan di Indonesia. Selama Agustus 2014, wilayah di Jawa, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, dan Lampung jarang terjadi hujan sehingga mengakibatkan kekeringan. Sementara musim kemarau ini diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober sampai awal November 2014. Berdasarkan pemantauan Kementerian Pekerjaan Umum terhadap waduk dan bendungan saat ini, dari total 176 waduk dan bendungan yang ada, 160-nya dinyatakan normal, 14 defisit, dan 2 dalam kondisi kering. Untuk waduk atau



3



bendungan yang yang defisit dalah Situ Patok dan Situ Sedok (Jawa Barat), Bendung Plumbon (JawaTengah), Pacal, Prijetan, Gondang, Pondok, Notopuro, Saradan, dan Kedungbendo (JawaTimur), Palasari, Gerokgak, dan Benel (Bali), serta Bili-Bili (Sulawesi Selatan). Sedangkan untuk waduk atau bendungan yang kering berada di Bendungan Krisak dan Cengklik di Jawa Tengah. Selain tiga bencana yang terjadi akibat permasalahan pengelolaan sumberdaya air masih banyak bencana dan masalah lain yaitu, sedimentasi, erosi, kerusakan daerah tangkapan air, intrusi air lanut, pencemaran air, konflik antar pengguna, serta lingkungan di sekitar sungai yang menyebabkan kapasitas/ dayatampung sungai menurun. Melihat tiga contoh bencana diatas bias kita bayangkan seberapa banyak kerugian material bahkan kematian yang menjadi korban. Permasalahan pengelolaan sumberdaya air yang lainnya juga sangat merugikan. Olehkarena itu, penulis menuliskan makalah tentang permasalahan pengelolaan sumberdaya air yang terjadi khususnya di Indonesia beserta saran agar tidak terjadi lagi bencana dan kerugian material maupun jiwa yang banyak. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dari Latar Belakang di atas, yaitu : 1. Apa saja yang menjadi permasalahan pengelolaan sumberdaya air? 2. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan pengelolaan sumberdaya air? C. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan dari rumusan masalah di atas, yaitu : 1.



Apa saja yang menjadi permasalahan pengelolaan sumberdaya air?



2.



Bagaimana cara menanggulangi permasalahan pengelolaan sumberdaya air?



BAB II PEMBAHASAN A. Permasalahan Sumber Daya Air Permasalahan sumber daya air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan dari sisi pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan dan permasalahan dari sisi manajemen. a. Permasalahan sumber daya air dari sisi pasokan/ketersediaan. 1) Pengaruh Global Climate Change Pengaruh global climate change seperti “efek rumah kaca”, pemanasan global dan sebagainya menyebabkan semakin sering dan semakin besarnya intensitas “extreme climate events” sebagaimana dua kejadian yang berlawanan yang kita alami akhir-akhir ini yaitu La Nina (fenomena/curah hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung lama disuatu tempat) dan El Nino (fenomena sebaliknya/kekeringan) 2) Kerusakan Daerah Aliran Sungai Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin tingginya sedimentasi akibat pembabatan hutan dan praktek pertanian serta perkebunan yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan air yang didorong oleh tekanan kependudukan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta tata ruang yang tidak kondusif. 3) Kerusakan Sumber Air Menyempitnya sungai-sungai karena tingginya tingkat kandungan lumpur akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS maupun akibat sampah yang dibuang penduduk disekitar sungai. Sungai yang menyempit akan menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu banjir. Adanya situsitu yang dikonversi menjadi daerah pemukiman menyebabkan semakin menurunnya resapan untuk “recharge” air tanah. Tercemarnya sumber-



4



5



sumber air seperti sungai, danau, dan waduk oleh limbah industri, penduduk maupun pertanian. 4) Krisis Air Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai tentang penggunaan air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-daerah rawan air meskipun siklus curah hujan relatif sama dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena disatu sisi pasokan air alamiah (curah hujan) relatif sama tapi kualitas air yang secara alamiah mengalir di sungai menurun akibat menurunnya fungsi resapan dari DAS serta pencemaran air sungai akibat prilaku bahwa sungai adalah tempat pembuangan segala macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi lain, kebutuhan air semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga telah terjadi ketidak seimbangan antara pasokan air dan kebutuhan akan air. 5) Pencemaran Air Tanah Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi air laut dan limbah domestik dan industri. Hal ini akan membahayakan penduduk yang memakainya sebagi air minum. 6) Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang membahayakan, hal ini terjadi di dan sekitar kota besar b. Permasalahan dari sisi penggunaan. 1) Dampak pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk sebesar rata-rata 1,2% pertahun akan menimbulkan bertambahnya kebutuhan akan pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas tanah (lahan) dan air. Untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras)sampai dengan tahun 2020 maka paling tidak 1,1 s/d 2,1 juta sawah beririgasi baru harus dibangun (sebagai tambahan 7,3 juta Ha yang ada). Sedangkan untuk kebutuhan air bersih (domestik, perkotaan dan industri ) daerah perkotaan s/d



5



6



tahun 2004 akan menjadi 243.000 liter/detik atau diperlukan penambahan sebesar 152.000 liter/detik dari yang ada sekarang ini. 2) Dampak pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan dalam meningkatnya kegiatan industri, jasa dan perkotaan memerlukan dukungan dari berbagai sektor diantaranya penyediaan air baku. Kebutuhan air baku untuk industri,jasa dan perkotaan diperkirakan akan meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari kebutuhan. 3) Daerah irigasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industri Menurut perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Develompment Study) yang dikutip dari World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal perkotaan di Indonesia secara fisik bertambah luas sebanyak 367.500 Hektar atau kirakira 25.100 ha pertahun, dimana 60% perkembangan terjadi di Jawa, 20% di Sumatera dan 20% lainnya di Kawasan Timur. Perkiraan ini memberikan kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di Jawa



akan bertambah luas



15.000 Ha pertahun, disamping itu perluasan untuk pembangunan jalan dan industri akan membutuhkan lahan kira-kira 40.000 pertahun. Lebih jauh lagi sampai dengan 2010 di Jawa akan ada 390.000 Ha (13,6%) dari 3,4 juta Ha sawah irigasi yang potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian karena letaknya yang strategis didekat pusat pertumbuhan industri maupun pemukiman 4) Perilaku boros air, tidak peduli dan tidak ramah lingkungan Perilaku masyarakat yang boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, demikian juga pembuangan sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja menyebabkan penyempitan sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang sungai/kanal.



6



7



c. Permasalahan dari sisi manajemen 1) Penanganan yang terfragmentasi Dengan sifat SDA yang dinamis maka penanganan SDA menjadi terfregmentasi di beberapa departemen. Tiap sektor



menangani sehingga



cenderung membentuk egoism sektoral yang menitik beratkan



kepada



kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi tumpang tindih maupun “gap” (kekosongan) tanggung jawab dan wewenang institusi yang merencanakan dan membuat aturan.



Institusi yang berhubungan dengan kualitas air



misalnya, juga bermacam-macam sehingga sampai saat ini masalah lingkungan masih belum terpecahkan. 2) Kelemahan koordinasi Koordinasi



pengelolaan sumber daya air dipusat maupun daerah masih



lemah. a) Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait dan belum melibatkan seluruh komponen stakeholder secara lengkap b) Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai (SWS) yaitu Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa dan belum berfungsinya/terbentuk PTPA dan PPTPA di provinsi-provinsi luar Jawa. c) PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder 3) Belum memadainya perangkat peraturan perundang-undangan Perangkat peraturan perundang-undangan maupun petunjuk perlaksanaan dan petunjuk teknisnya yang melandasi pengelolaan sumberdaya air yang ada telah ketinggalan (kadaluarsa).



7



8



B. Cara Menanggulangi Permasalahan Pengelolaan Sumberdaya Air 1. Penanganan yang Pernah Dilakukan Untuk mengatasi kekeringan itu, BPBD Jawa Timur bekerja sama dengan BPBD daerah dan pemerintah kabupaten dalam pengedropan air. Untuk jangka panjang, akan dikembangkan sistem perpipaan, pembuatan sumur bor dan embung geomembran.  Solusi yang Ditawarkan Solusi yang dapat kami tawarkan guna menangani permasalahan tersebut, dapat dilakukan diantaranya: a. Jangka Pendek Program ini merupakan program yang memiliki jangka waktu berkisar 1-3 tahun, yang dirancang untuk direalisasikan dalam waktu dekat. Kegiatan dalam program ini antara lain: 1) Menggalakkan gerakan hemat air. Dengan gerakan hemat air, diharapkan masyarakat dapat memiliki persediaan air ketika musim kemarau datang, sehingga tidak ada lagi krisis air. 2) Menggalakkan gerakan menanam pohon, seperti one man one tree. Kesadaran masyarakat untuk menanam pohon yang dibiarkan tumbuh besar, bisa menjadi salah satu kegiatan yang mampu mencegah terjadinya krisis air. Dimana dengan banyaknya pohon yang mampu menangkap air, terutama di hulu, dimungkinkan air hujan tidak akan langsung mengalir begitu saja dari hulu ke hilir dan terbuang sia-sia ke laut, tetapi bisa tertadahi dan dimanfaatkan ketika air mulai sukar didapat. 3) Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai. 4) Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, bendungan dan waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.Semakin banyak tempat penampungan air, dapat dimungkinkan krisis air bisa dikurangi, bahkan dihilangkan.



8



9



5) Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori. 6) Mengurangi pencemaran air, baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian, maupun pertambangan. Di daerah ini memang merupakan salah satu daerah yang maju pada pengembangan industrinya, tetapi hal ini tidak bisa menjadi salah satu alasan untuk menjadikan sumber air menjadi tercemar. Untuk itu, diperlukan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya pencemaran. b. Jangka Menengah Program jangka menengah ini merupakan sebuah program yang dimungkinkan dapat terealisasikan dalam waktu lebih dari 3 tahun. 1) Pengembangan proyek pipa pemompa air tanah Pengembangan proyek ini berguna ketika air yang tersedia di penampungan air hujan tidak dapat mencukupi kebutuhan warga ketika musim kemarau. 2) Perluasan penyaluran PDAM di daerah terpencil PDAM seringkali tidak menjangkau daerah desa terpencil. Sehingga warga desa yang tidak mendapat pasokan air dari PDAM pun akan merasakan krisis air bersih terutama ketika musim kemarau tiba. Air yang dapat digunakan hanyalah air laut. 3) Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar c. Jangka Panjang Program jangka panjang ini merupakan program yang dirancang untuk dilakukan melalui serangkaian proses, tidak dapat direalisasikan langsung dalam waktu yang singkat. 1) Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Air. Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap dan handal mengenai potensi dan produktivitas sumber daya air melalui kegiatan penguatan sistem informasi yang menjamin terbukanya akses 9



10



masyarakat terhadap informasi yang ada. Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat akan semakin sadar untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya air yang ada dengan sebaik-baiknya. Bukan berlebihan dan bukan merusak atau mencemarinya. 2) Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Air. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran air dan pemulihan kualitas air yang rusak akibat pemanfaatan yang berlebihan, kegiatan industri perkotaan maupun domestik, serta transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas air yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan. 3) Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA, dapat mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan yang diakibatkan oleh air, serta mencegah terjadinya krisis air akibat penggunaan air yang berlebihan.



10



11



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan  Permasalahan sumberdaya air dirasakan semakin meningkat. Tidak hanya sebagai akibat pencemaran dan degradasi sumberdaya, tetapi juga dengan penurunan kapasitas sumberdaya alam. Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya.  Permasalahan pengelolaan sumber daya air antara lain yaitu konservasi lahan, banjir, longsor, kekeringan, sedimentasi, erosi, kerusakan daerah tangkapan air hujan, intrusi air laut, pencemaran air, konflik antar pengguna dan lingkungan sungai menyebabkan kapasitas sungai menurun.  Penyelesaian permasalahan pengelolaan sumber daya air dapat diatasi dengan memperhatikan dari sisi mana permasalahan tersebut muncul, antara lain sisi pasokan/ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan dan permasalahan dari sisi manajemen. Selain itu, solusi yang dapat ditawarkan dapat mengguunakan tiga jangka waktu yaitu jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang juga disesuaikan dengan permasalahan pengelolaan yang telah terjadi. B. Saran  Untuk Pemerintah, hendaknya pengelolaan sumber daya air menjadi salah satu fokus permasalahan negara untuk segera diatasi dengan melihat sisi mana yang harus diperbaiki terlebih dahulu.  Pemerintah hendaknya juga memberi sanksi tegas bagi masyarakat yang menyalahgunakan pengelolaan sumber daya air sehingga menyebabkan kerugian bagi khalayak.



11



 Untuk masyarakat, hendaknya menjaga, melestarikan dan menggunakan sebaikbaiknya sumber daya air yang ada.  Untuk pihak swasta, hendaknya memanfaatkan sumber daya air secukupnya dengan tidak mengeksploitasi dan atau menyebabkan kerusakan sehingga sumber daya air tersebut tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.



12



DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Rahardjanto, Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumber Daya Air Partisifatif Akomodatif Guna Antisipasi Konflik Pembagian Air (kasus sumberawan KecamatanSingosari Malang). Jurnal, Universitas Indonesia, 2010. Ade Saptono, Pengelolaan Sumber Daya Alam Antar Pemerintah Daerah dan Implikasi Hukumnya, Studi kasus Konflik Sumber Daya Air Sungai Tanang Sumatra Barat. Jurnal Ilmu Hukum, fakultas Hukum dan Pasca Sarjana, Universita Andalas Padang, 2006. Anneahira.2010.



Cara



Mencegah



Penemaran



Air,



(www.anneahira.com/cara-mencegah-pencemaran-air.html)



(Online),



diakses



pada



tanggal 19 September 2015. Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bandung. Asdak, C. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD). 2001. Penanggulangan Pencemaran Air. Bandung: Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup. Candra, B. (2010). Penanganan Erosi dan Sedimentasi di Sub DAS Cacaban Bangunan Check Dam. Semarang: Universitas Diponegoro. Edukasi.



2010.



Macam-macam



Penceemaran



Lingkungan,



(Online),



(http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/macam-macam-pencemaranlingkungan-upaya.html) diakses pada tanggal 19 September 2015. Hidayat, Wahyu. 1Januari, 2008. Teknologi Pengolahan Air Limbah. Majari. hlm. 5. Irnad. (n.d.). Menuju Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Berkelanjutan : Integrasi Ekonomi dan Kelembagaan. Riau: Universitas Andalas. Purnama, S. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi, UGM.



13



Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014.



(http://www.bnpb.go.id/uploads/renas/1/BUKU%20RENAS



%20PB.pdf) diakses pada tanggal 18 September 2015 Redwood, Jason. – . Pump / Recharge Rate Affect Saltwater Intrusion. Groundwater Management, Monitoring and Conservation Keep Intrusion Undercontrol, (http://www.solinst.com) diakses pada tanggal 19 September 2015. Robert Kodoatie. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Edisi 2). Jakarta: Index.Sentra Setiawan, I. (n.d.). Bencana Alam dan Peran Manusia. Direktori FPIPS Jurusan Pendidikan Geografi. Soemarto, C. (1995). Hidrologi Thenik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Slamet Prawirohartono. 2000. Biologi – 1b Untuk SMU Kelas 1 Tengah TahunKedua. Bandung: Bumi Aksara. Susanto, Hery Awan dan Suroso.2006. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap



Debit



Banjir



(http://jurnalsipiluph.files.



Daerah



Aliran



Sungai



Banjaran



wordpress.com/2006/12/vol3







(On-line). no2







naskah_3.pdf) diakses pada tanggal 19 September 2015. Sutardi,



2002,



Pengelolaan



Sumber



Daya



(http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/pDf_51.pdf)



Air



yang



diakses



Paling



pada



Efektif,



tanggal



18



September 2015 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air USGS. 2007. Geological Interpretation of Bathymetric and Backscatter Imagery of the Sea Floor Off Eastern Cape Cod, Massachusetts, diakses dari http://www.usgs,gov, diakses tanggal 19 September 2015. http://duniabaca.com/jenis-jenis-banjir-serta-berbagai-faktor-penyebab-banjir.html, diakses pada tanggal 18 September 2015



14