Makalah Pengendalian Hama Terpadu - Kelompok 5-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGENDALIAN HAMA TERPADU PENGENDALIAN SECARA KIMIAWI



Oleh : Kelompok 5 Angelina Incencia



(HAC 118 029)



Desiana Sinta



(193020903024)



Anisa Rahma Fauziah



(HAC 118 015)



Sartika Sari



(HAC 118 032)



Yusep Satriado



(193020903028)



Rahmad Hidayat



(193010903006)



DOSEN PENGAMPU: JULIAN TAMBUNAN, M.Si



JURUSAN/PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Pengendalian Secara Kimiawi” untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan terlebih lagi bagi kami mahasiswa/i. Meskipun dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyusun makalah ini, yang tidak lepas dari kepentingan kami sebagai mahasiswa karena akan mejadi salah satu sumber pembelajaran. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna peenyempurnaan makalah ini.



Palangka Raya, 28 November 2020



Kelompok 5



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI.................................................................................................................. KATA PENGANTAR................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2.1 Pengendalian Hama Secara Kimiawi............................................................ 2.2 Macam-Macam Pestisida.............................................................................. 2.3 Peranan Pestisida.......................................................................................... 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pengendalian Pestisida..................................... 2.5 Formulasi Pestisida....................................................................................... 2.6 Cara Menggunakan Pestisida........................................................................ BAB III PENUTUP....................................................................................................... 3.1 Kesimpulan................................................................................................... 3.2 Saran............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala dalam usaha pertanian. Keberadaan hama dan penyakit merupakan faktor yang pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Serangannya pada tanaman mendadak dan dapat bersifat eksplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan  panen. Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol. Sejarah manusia kaya dengan peperangan melawan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Lebih dari sepuluh ribu spesies insekta, gulma, nematode dan penyakit yang dapat menyerang tanaman yang dibudidayakan. Berbagai cara telah dikembangkan untuk mengubah keseimbangan ke arah yang menguntungkan. Salah satunya adalah pengendalian OPT dengan menggunkan bahan kimia yaitu peptisida. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. 1.2 Rumusan Masalah     



Apa yang dimaksud dengan pengendalian OPT secara kimiawi Apa saja macam-macam pestisida dan peranan pestisida Bagaimana formulasi pestisida Bagaimana cara pengendalian OPT secara kimiawi Bagaimana cara penerapan pengendalian OPT secara kimiawi dalam kehidupan seharihari.  Apa saja kelebihan dan kekurangan pengendalian OPT secara kimiawi 1.3 Tujuan      



Mengetahui pengertian pengendalian OPT secara kimiawi Mengetahui macam-macam pestisida dan peranan pestisida Mengetahui formulasi pestisida Mampu memahami cara pengendalian OPT secara kimiawi Mampu menerapkan pengendalian OPT secara kimiawi dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui kelebihan dan kekurangan pengendalian OPT secara kimiawi



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengendalian Hama secara Kimiawi Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Definisi dari pestisida, ‘’pest” memiliki arti hama, sedangkan “cide” berarti membunuh, sering disebut “pest killing agent”. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemeberantasan hama dan penyakit. Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya. Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu bertujuan meminimalisasi serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk biologi, genetis, mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Keuntungan yang diperoleh yaitu biaya perlindungan tanaman dapat di kurangi, terlebih lagi apabila pengendalian OPT menggunakan insektisida nabati, sehingga dampak negatif terhadap produk hortikultura dari residu pestisida dan pencemaran lingkungan hampir tidak ada. Implementasi PHT di Indonesia secara nasional di mulai sejak di keluarkannya Inpres No. 6 tahun 1986, kemudian di ikuti dengan Undang-undang No. 12 tahun 1992. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari kata “pest”(hama) yang diberi akhiran cide (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida seringkali disebut sebagai “racun”. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini,



produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahwa nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan, kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan, mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) sehingga ditemuinya kejadian keracunan. 2.2.     Macam-macam pestisida



Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni : A. Fungisida Fungisida digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit tanaman padi lebih berkembang dibandingkan dengan bakterisida untuk mengendalikan penyakit padi yang disebabkan oleh bakteri. Contoh fungisida adalah timbel (I) oksida, carbendazim, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat. Contoh jamur patogen pada tanaman yaitu penyakit blas disebabkan oleh Pyricularia oryzae, penyakit bercak coklat pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Drechslera oryzae, penyakit busuk batang pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Sclerotium oryzae, penyakit fusarium oleh jamur Fusarium moniliforme, penyakit busuk pelepah daun oleh serangan jamur Rhizoctonia sp.,Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai, Phythophhthora infestan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang, Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air, Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian, mold biru pada tanaman jeruk (P. italicium), mold hijau pada tanaman jeruk (P. digitatum), dan



kebuusukan pada apel (P. expansum) merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh Penicillium. Beberapa spesies Penicillium dapat mengakibatkan produksi cacat pada makanan.  Klasifikasi fungisida berdasarkan cara kerjanya 1. Fungisida Sistemik Fungisida sistemik adalah jenis fungisida yang apabila disemprotkan ke tanaman akan diserap dan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman melalui jaringan tanaman. Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal).



2. Fungisida Non Sistemik Fungisida non sistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan di dalam jaringan tanaman. Jenis fungisida ini hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (pada umumnya daun) tempat di mana ia disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselium jamur yang menempel di permukaan tanaman. Hal inilah yang membuat fungisida kontak hanya berfungsi sebagai protektan dan efektif jika hanya digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Oleh karena ini, fungisida non sistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman terus terlindungi dari infeksi baru.



3. Fungisida Kontak Fungisida kontak adalah fungisida yang hanya bekerja pada bagian yang terkena semprotan saja atau hanya pada bagian yang terkontak langsung dengan larutannya. Fungisida jenis ini tidak dapat menembus jaringan tanaman dan tidak dapat didistribusikan di dalam jaringan tanaman.



4. Fungisida Translaminar Fungisida translaminar adalah jenis fungisida yang dapat menembus jaringan tanaman namun tidak dapat didistribusikan di dalam jaringan tanaman. Fungisida translaminar mengalir dari bagian yang disemprot (daun dan bagian atas tanaman) ke bagian yang tidak disemprot (ke bawah).



5. Fungisida Kontak dan Sistemik Fungisida jenis ini memiliki kinerja ganda, yaitu bekerja secara kontak sekaligus bekerja secara sistemik.



B. Insektisida  Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida. Contoh insektisida antara lain diazinon, tiodan, basmion, basudin, propoksur, diklorovinil dimetil fosfat, timbel arsenat, dan magnesium fluorosilikat. Contoh serangga hama tanaman padi yang paling sering menyerang adalah jenis penggerek batang, ganjur (Pachydiplosis oryzae), wereng, walang sangit (Leptocorixa acuta), hama putih (Nymphula depunctalis) dan ulat grayak (Prodenia litura), kepinding (Scontinophora sp.) termasuk salah satu hama tanaman padi yang cukup menimbulkan kerugian dan jenis penggerek batang yang paling banyak menyerang adalah penggerek putih (Scirpophaga innotata), penggerek kuning (S. incertulas), penggerek bergaris (Chilo suppressalis) dan penggerek merah jambu (Sesamia inference). Jenis wereng yang paling aktif menyerang adalah wereng hijau (Nephotettix oryzae), wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng putih (Sogatella furcifer) dan wereng bergaris (Nephotettix apicalis) serta kepik hijau (Nezara viridula) dan hispa padi (Diclandispa armigera).  Klasifikasi Insektisida 1. Berdasarkan cara kerjanya (mode of action) a) Peracun fisik, bekerja secara fisik misalnya menyebabkan dehidrasi. b)  Peracun protoplasma, bekerja dengan mengendapkan protein dalam tubuh serangga.



c) Peracun pernafasan, bekerja dengan jalan menghambat aktifitas enzim pernafasan. 2. Berdasarkan cara masuk (mode of entry) a) Insektisida yang masuk melalui makanan merupakan peracun lambung yang mengganggu pencernaan (stomach poisons). b) Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan insektisida ini mempunyai bentuk mulut menggigit, lekat isap, kerat isap dan bentuk menghisap. c)  Insektisida yang masuk dari kutikula, serangga mengalami kontak langsung dengan bahan kimia (contact poisons). d) Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantaraan tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai mulut tusuk isap. e)  Insektisida yang masuk melalui alat pernafasan (fumigants). f) Insektisida masuk melalui sistem pernafasan (sperakel) dan juga melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya. Penggunaan insektisida



ini



harus



hati-hati



sekali



terutama



bila



digunakan



untuk



pemberantasan serangga di ruang tertutup. 3. Berdasarkan struktur kimia Pembagian insektisida berdasarkan susunan kimia dari bahan yang dihasilkan oleh alam misal nikotin, retenon, piretrum yang dihasilkan oleh tumbuhtumbuhan dan yang dihasilkan oleh pabrik sebagai bahan sintetis misal DDT (Dikloro difenil trikloroetan).  Dosis Insektisida Dosis adalah jumlah insektisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan vektor tiap satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah insektisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.



Toksisitas insektisida merupakan kemampuan untuk membunuh kehidupan biologis. Berdasarkan Djoyosumarto (2000) toksisitas insektisida dinyatakan dalam : 1) Lethal dose 50 (LD50), yaitu dosis yang diperlukan (dalam mg) untuk mematikan 50% binatang percobaan, dinyatakan dalam mg/Kg BB. 2)  Lethal concentration 50 (LC50), yaitu konsentrasi yang dibutuhkan untuk mematikan 50% binatang percobaan dalam jangka waktu tertentu. 3)   Lethal time 50 (LT50), yaitu waktu yang diperlukan untuk mematikan 50% binatang percobaan pada dosis atau konsentrasi tertentu. C. Herbisida Penyiang gulma atau herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan "asing" ini. Contoh herbisida antara lain gramoxone, totacol, pentakloro fenol, dan amonium sulfonat. Contoh gulma rumput-rumputan (Grasses) adalah  Imperata cylindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum Fimbristylis



repens.



littoralis,



Contoh Scripus



gulma



teki-tekian(Sedges)



juncoides.



Contoh



Cyperus



gulma



rotundus,



daun



lebar



(Broadleaves) Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp. Contoh gulma paku-pakuan (Fern) pakis kadal (Dryopteris



Aridus), pakis



Kinca (Neprolepsis



Biserata),



paku



pedang



(Neprolepsis Exaltata).  Klasifikasi Herbisida 1. Jenis – jenis herbisida didasarkan pada perbedaan derajat respon tumbuh-tumbuhan, yaitu : a) Herbisida Selektif



Pengertian herbisida selektif adalah herbisida yang bersifat lebih beracun untuk tumbuhan tertentu daripada tumbuhan lainnya. Contoh Herbisida ini yaitu Ametrin, diuron, oksifluorfen, klomazon dan karfentrazon. b) Herbisida Nonselektif Pengertian herbisida nonselektif adalah herbisida yang beracun bagi semua spesies tumbuhan yang ada. Contoh herbisida ini yaitu glifosat dan paraquat. 2. Jenis - jenis herbisida didasarkan pada media atau jalur aplikasinya, yaitu : a) Foliar Applications Herbisida yang diaplikasikan melalui daun atau tajuk gulma. Herbisida yang termasuk dalam kelompok ini adalah herbisida pasca tumbuh. Herbisida ini diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh. Contoh herbisida pasca tumbuh adalah glifosat, paraquat, glufusinat dan propanil. b) Soil Application Herbisida yang diaplikasikan melalui tanah, baik dilakukan dengan cara penyemprotan pada permukaan tanah maupun dicampur dengan tanah. Herbisida yang diaplikasikan melalui tanah diarahkan untuk mengendalikan gulma sebelum gulma tersebut tumbuh. Contoh Herbisida ini yaitu diuron, bromacil, oksadiazon, oksifluorfen, ametrin, butaklor dan metil metsulfuron. 3. Jenis - jenis herbisida didasarkan pada tipe translokasi herbisida dalam tumbuhan, yaitu : a) Herbisida Kontak (tdak ditranslokasikan) Herbisida kontak mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena langsung dengan herbisida. Sifat herbisida ini tidak ditranslokasikan atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Jika banyak organ gulma yang terkena herbisida, maka semakin baik juga daya kerja herbisida. Contoh herbisida kontak yang berisifat selektif yaitu oksifluorfen, oksadiazon dan propanil, serta sebagian herbisida lainnya bersifat tidak selektif seperti parakuat dan glufosinat. b) Herbisida Sistemik (ditranslokasikan) Herbisida sistemik adalah herbisida yang dialirkan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida ke bagian lainnya, biasanya akan menuju pada titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung.



Herbisida jenis ini dapat diaplikasikan melalui tajuk maupun melalui tanah. Contoh herbisida yang melalui tajuk yaitu herbisida glifosat, sulfosat dan ester. Contoh herbisida yang melalui tanah yaitu herbisida ametrin, atrazin, metribuzin dan diuron. D. Nematisida Nematisida merupakan salah satu jenis pestisida yang berfungsi untuk memberantas nematoda atau hama cacing. Hama Nematoda yang sering merusak akar atau umbi tanaman. Pada umumnya pemberantasan  nematoda lebih sulit dan cukup memakan banyak biaya, maka hanya dapat diberantas pada perkebunan-perkebunan yang hasilnya cukup tinggi, seperti kebun lada dan kopi. Nematisida selain memberantas nematoda, sekaligus dapat juga memberantas serangga dan cendawan. Bentuk obatobat nematisida antara lain: DD, Vapam, dan  Dazomet. Karena obat ini meracuni tanaman, maka setidaknya harus diberikan tiga minggu sebelum tanam. Contoh nematisida adalah oksamil dan natrium metam. Contoh nematoda parasit adalah Meloidogne spp. (menyerang akar), Pratylenchus, Radopholus, dan Globodera.



Contoh Gambar Nematisida E. Akarisida Akarisida yang berasal dari kata akari yang artinya kutu atau tungau. Pestisida ini juga sering disebut dengan Mitesida. Jadi, bila dilihat dari akar bahasanya tersebut maka fungsi utamanya adalah untuk membunuh tungau atau kutu yang ada pada tanaman. Selain itu juga ada Pedukulusida yang juga berfungsi membunuh kutu atau tuma. Contohnya tungau merah (Tetranychus urticae koch) pada tanaman ubi kayu, dan tungau puru (gall mite) pada ubi jalar.



Contoh Gambar Akarisida F. Ovarisida Ovarisida berasal dari kata Latin Ovum yang berarti telur.  Berfungsi untuk membunuh telur serangga dan tungau. Terdapat beberapa mekanisme kerja ovarisida yaitu dengan membusukkan telur hama agar tidak menetas, atau dengan membuat telur serangga menjadi terpapar oleh ovarisida tersebut, sehingga begitu telur menetas dan memakan cangkang telurnya sehingga setelah menetas ia akan langsung mati. Contohnya yaitu telur ulat (Setothosea asigna), telur kaper (Plutella xylostella L.) pada tanaman padi (Oryza sativa), telur keong sawah (Pila ampullacea).



Contoh Gambar Ovarisida G. Bakterisida Bakterisida atau sering disebut bakteriosida atau disingkat bside merupakan bahan atau substansi yang dapat membunuh bakteri. Bakterisida yang umum dikenal berupa disinfektan, antibiotik, atau antiseptik. Contohnya hawar daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae. H. Larvasida Larvasida merupakan golongan dari pestisida yang dapat membunuh serangga belum dewasa atau sebagai pembunuh larva. Larvasida berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 suku kata, yaitu Lar berarti serangga belum dewasa dan Sida berarti pembunuh.Jadi larvasida dapat diartikan sebagai pembunuh serangga yang belum dewasa atau pembunuh ulat (larva). Pemberantasan nyamuk menggunakan larvasida merupakan metode terbaik untuk mencegah penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas larvasida suatu senyawa kimia dilihat dari kematian larva. Senyawa bersifat larvasida terhadap larva nyamuk A. aegypti seperti germacron dan turanodienon telah berhasil diisolasi dari



rimpang temu lawak. Senyawa bersifat larvasida juga bisa digunakan sebagai sediaan insektisida untuk membasmi serangga yang belum dewasa dan serangga dewasa. I. Rondentisida



Contoh Gambar Rondentisida Rondentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.Tikus juga merupakan organisme penggangu yang banyak merugikan manusia. Di bidang pertanian, tikus sering menyerang tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat. J. Avisida Avisida berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung yang merusak hasil tani.Contohnya burung pipit (Lonchura sp.) yang biasanya menyerang secara berkelompok dari puluhan hingga ribuan jumlahnya. K. Mollussida Mollussida berasal dari kata Yunani Molluscus yang berarti berselubung tipis lembek.  Berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya hama keong mas atau dalam bahasa latin disebut dengan Pomaceae canaliculata Lamarck atau sering juga disebut siput murbei tanaman padi sawah.



merupakan



hama jenis



siput yang



suka mengganggu



Contoh gambar Mollussida L. Sterillant Sterillant atau Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah suatu metode pengurangan jumlah populasi serangga tertentu dalam suatu ekosistem menggunakan serangga steril atau serangga mandul. Teknik ini telah diterapkan ke beberapa spesies serangga. Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah suatu teknik pengendalian hama yang relatif baru, potensial, dan kompatibel dengan teknik lain. Teknik ini meliputi iradiasi koloni serangga di laboratorium dengan sinar γ, n atau x, kemudian secara periodik dilepas di lapang sehingga tingkat ke boleh jadian perkawinan antara serangga mandul dan serangga fertil makin menjadi bertambah besar dari generasi pertama ke generasi berikutnya akibat makin menurunnya persentase fertilitas populasi serangga di lapang. Pengaruh pelepasan serangga mandul terhadap model penurunan populasi serangga didiskusikan secara konseptual. Selanjutnya apabila teknik jantan mandul dipadukan dengan teknik kimiawi (insektisida) dengan daya bunuh 90 % menjadi bertambah efektif dibandingkan hanya dengan penerapan teknik jantan mandul saja. Teknik ini sudah diterapkan ke beberapa kelompok Lepidoptera, Pada Lepidoptera Fenomena kemandulan bastar antar spesies pertama kali ditemukan oleh Laster (1972) pada perkawinan antara Heliothis virescens (F) jantan dan Heliothis subflexa Guenee betina. Ngengat jantan keturunan pertama dari hasil perkawinan antara H. virescens dan H. subflexa menjadi mandul dan yang betina tetap fertil. 2.3 Peranan Pestisida



Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaanya adalah : 



Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.







Efisien untuk mengendalikan hama tertentu.







Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan.







Tidak boleh persistent, harus mudah terurai.







Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum.







Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut.







Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.







Relatif aman bagi pemakai.







Harga terjangkau bagi petani. Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum



ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaanya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama. Hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan. Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas. Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad



pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu. 2.4 Cara Penerapan Pengendalian OPT Secara Kimiawi Dalam Kehidupan Sehari-Hari Pengendalian OPT secara hayati berupaya untuk meningkatkan sumber daya alam serta memanfaatkan proses-proses alami yang terjadi di alam. Pengendalian OPT yang ramah lingkungan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun juga untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. Dalam penerapan pengendalian OPT ramah lingkungan di lapangan, diperlukan keterpaduan unsur-unsur terkait. Keterpaduan unsur-unsur pengambil keputusan ini sangat mendukung keberhasilan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan di tingkat lapang. Peluang dan prospek pengendalian OPT yang ramah lingkungan ini cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia terutama dalam mengahadapi pasar global karena teknologinya mudah dan biayanya lebih murah dibandingkan dengan pestisida. 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan :  Pengaplikasian yang mudah  Pengaplikasiannya hampir di setiap tempat dan waktu  Hasil yang diperoleh cepat terlihat dalam waktu singkat  Meningkatkan hasil produksi  Pengaplikasiannya dapat digunakan pada areal yang luas dalam waktu yang singkat  Mudah diperoleh Kekurangan dan dampak negatifnya :  Keracunan dan kematian pada makhluk hidup lain selain OPT Penggunaan pestisida yang kurang hati-hati dan mencelakakan si pengguna keracunan melalui mulut dan atau kulit sering terjadi, sehingga membahayakan. Tidak hanya pengguna yang dapat teracuni akan tetapi makhluk hidup selain sasaran seperti hewan lain



yang dilingkungan tersebut dapat terdampak. Kasus kematian karena kecelakaan ini cukup banyak.  Resistensi, resurgensi, dan perubahan status OPT Semakin sering tanaman disemprot dengan pestisida, maka tanaman semakin kebal. Ini berarti jumlah tanaman yang mati semakin sedikit walaupun disemprot berkali-kali dengan dosis yang tinggi. Populasi hama/penyakit/gulma tersebut malah menjadi berkembang lebih banyak setelah diperlakukan dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena musuh-musuh alami mati sehingga pengaruh pestisida terhadap tanaman tersebut tidak mampu membunuh spora yang tahan, sehingga inilah yang nantinya akan berkembang pesat tanpa ada musuh atau saingan lainnya. Biasanya musuh-musuh alami ini lebih peka terhadap pestisida dari pada hama/patogen/gulma sasaran. Maka pada setiap aplikasi petisida ini akan mematikan populasinya. Padahal adanya predator akan menetukan keseimbangan ekosistem. Akibat penggunaan pestisida yang memusnahkan musuh alami menyebabkan timbulnya ledakan populasi hama sekunder. Berbagai jenis makhluk hidup lainnya seperti serangga penyerbuk, saprofit, dan penghuni tanah, ikan, cacing tanah, katak, belut, burung, dan lain-lain ikut mati setelah terkena pestisida tersebut.  Pencemaran lingkungan Air, tanah, dan udara ikut pula tercemar oleh pestisida. Beberapa pestisida dapat mengalami biodegradasi, dirombak secara biologis dalam tanah dan air.  Residu pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen Dengan aplikasi pestisida yang terlalu banyak, apalagi yang persisten, akan meninggalkan residu dalam tanaman dan produk pertanian (buah, daun, bji, umbi, dan lain sebagainya) tergantung dari jenis pestisida dan residu.  Terhambatnya hasil pertanian 2.6 Formulasi Pestisida Formulasi Pestisida Bahan aktif pestisida adalah bahan kimia yang terkandung dalam pestisida dan merupakan bahan berdaya racun dari suatu jenis pestisida. Campuran bahan pembawa dengan bahan aktif disebut sebagai formulasi. Formulasi Pestisida (Padat/Kering)



• Dusts (D) tepung atau debu. • Granules (G) granula atau butiran. • Wettable Powder (WP atau W) tepung yang dapat dibasahkan. • Soluble Powder (SP atau S) tepung yang dapat dilarutkan. • Baits (B) umpan. Formulasi Pestisida (Cair/Basah) • Emulsifiable Concentrate (EC atau E) Larutan yang dapat diemulsikan. • Solutions (S) terdiri dari: High concentrates dan Low concentrates. • Flowables (F) atau zat alir. • Aerosols (A) atau tabung semprot. 2.7 Cara Menggunakan Pestisida Pedoman Penggunaan Pestisida:  Jenis pestisida tepat Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman. Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.  Pengaplikasian yang tepat dan sesuai Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot. Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan, dll. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida. Pemberian pestisida secara terus menerus dengan menggunakan teknik tertentu akan menyebabkan sifat resistan. Untuk mengakalinya, dapat menggunakan pestisida dengan bahan aktif secara bergantian.  Tepat sasaran Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Langkah



selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut. Pada tabel berikut disajikan daftar golongan pestisida berdasarkan OPT sasaran.  Tepat waktu Waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada saat OPT mencapai ambang pengendalian



dan



penyemprotannya



harus



dilakukan



pada



sore



hari



(pukul



16.1 atau 17.00) ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara 50-80%.  Takaran yang tepat Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.  Tepat mutu Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik.Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida.Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.Pestisida yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan :







Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan.







Beberapa macam pestisida, yakni : fungisida, insektisida, herbisida, nematisida, akarisida, ovarisida, bakterisida, larvasida, rondentisida, avisida, mollussida, dan sterillant.







Formulasi pestisida dibagi menjadi dua yaitu pestisida cair/basah dan pestisida padat/kering.







Pedoman penggunaan pestisida mempertimbangkan beberapa faktor yaitu : 1. Jenis penggunaan pestisida harus tepat 2. Pengaplikasian yang tepat dan sesuai 3. Tepat sasaran 4. Tepat waktu 5. Takaran yang tepat 6. Tepat mutu



 Kelebihan :  Pengaplikasian yang mudah  Pengaplikasiannya hampir di setiap tempat dan waktu  Hasil yang diperoleh cepat terlihat dalam waktu singkat  Meningkatkan hasil produksi  Pengaplikasiannya dapat digunakan pada areal yang luas dalam waktu yang singkat  Mudah diperoleh Kekurangan dan dampak negatifnya :  Keracunan dan kematian pada makhluk hidup lain selain OPT  Resistensi, resurgensi, dan perubahan status OPT  Pencemaran lingkungan  Residu pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen  Terhambatnya hasil pertanian 3.2 Saran



Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA Defitri,Yuza. (2013). Identifikasi Jamur Patogen Penyebab Penyakit Pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Lubuk Ruso Kecamatan Pematung Kabupaten Batanghari Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Bantanghari Jambi, 13(4).



Nurhadi. (2012). Komposisi Serangga Hama Tanaman Padi di Desa Karang Agung dan Pagar Gunung Kecamatan Rambang Lubai Kabupaten Muara Enim. Jurnal Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti Padang, 12(1). Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan.(2018). Gulma dan Cara Menanggulanginya. https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/48-gulma-dan-cara-menanggulanginya.html Mustika Ika. (2005). Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia . Indonesian Spises and Medical Crops Research Institute, 4(1), 20-32. Pramudianto dan Sari, Kurnia Paramita. (2016). Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch) pada Tanaman Ubi Kayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14(1), 36-48.