Makalah Penugasan DM2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GERAKAN INTELEKTUAL PROFETIK KAMMI SEBAGAI DASAR PENYELESAIAN EKONOMI UMMAT (Makalah ini diajukan untuk memenuhi penugasan Dauroh Marhalah 2 Bekasi)



Disusun oleh Zabaluddin Musa



KAMMI Komisariat UIN Jakarta PD Tangerang Selatan 2021



Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta karunia-Nya yang telah memberikan kami kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman sekarang ini. Makalah ini disusun untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai tafsir dari “Intelektual Profetik” paradigma gerakan KAMMI sebagai cara untuk mengentaskan permasalahan publik, terkhusus pada permasalahan ekonomi umat. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap Pengurus Daerah Tangerang Selatan yang telah membimbing kami dan memberi kami arahan selama pendaftaran hingga pelaksanaan Dauroh Marhalah 2 Bekasi Kota. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan ilmu serta pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan maupun materi yang disampaikan. Saran dan kritikan akan sangat membantu bagi kami untuk memperbaiki kesalahan dan membangun kami agar dapat menulis lebih baik lagi. Demikianlah makalah ini kami susun semoga memberikan manfaat bagi pembaca.



Tangerang Selatan, 23 Februari 2021



Penulis



i



Daftar Isi Kata Pengantar...............................................................................................................i Daftar Isi.........................................................................................................................ii Bab 1 Pendahuluan........................................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................................1 B. Identifikasi Masalah..............................................................................................2 C. Rumusan Masalah................................................................................................2 D. Tujuan...................................................................................................................2 Bab 2 Kajian Pustaka......................................................................................................3 Bab 3 Isi..........................................................................................................................5 A. Makna Intelektual Profetik...................................................................................5 B. Problem Ekonomi Barat........................................................................................5 C. Ekonomi Islam Sebagai Tawaran Atas Kegagalan Ekonomi Barat........................8 D. Gerakan Intelektual Profetik KAMMI Sebagai Dasar Penyelesaian Masalah Ekonomi Umat...........................................................................................................9 Bab 4 Penutup.............................................................................................................11 A. Kesimpulan.........................................................................................................11 B. Saran...................................................................................................................11 Daftar Pustaka.............................................................................................................12 Biografi Penulis............................................................................................................13



ii



Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Intelektual profetik adalah satu paradigma gerakan yang diusung oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Muktamar VI Makassar 7 Desember 2008, Pasal 7, Hal 2, Ayat tersebut memberi filosofi bahwasanya gerakan intelektual profetik merupakan gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal, gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal, dan gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.1 Secara khusus KAMMI menyandarkan keimanan sebagai dasar berpikir rasional sehingga muncul intelektual profetik tersebut. Sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme yang selama ini digunakan belum mampu membangun ‘surga idamannya’ dan masyarakat yang sejahtera serta adil yang selama ini selalu digembar-gemborkan olehnya. Namun sebaliknya, dua sistem tersebut melahirkan berbagai persoalan baru, seperti perang antarkelas masyarakat, kezaliman sosial, oportunisme kelompok, monopoli, kemiskinan, pengangguran, dan sekian banyak persoalan harian yang tidak pernah berhenti pada batas tertentu[ CITATION Yak07 \l 1033 ].2 Dengan adanya gerakan Intelektual Profetik diharapkan mampu memasukkan aspek keimanan dalam kajian penyelesaian persoalan ekonomi tersebut. Seperti pada prinsip gerakan KAMMI, “Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI”. Adanya paradigma gerakan ini dapat meningkatkan (ghirah) semangat bagi kader KAMMI



1



Khoirunaja (2012). Memahami Kembali Makna Intelektual Profetik. https://semangatprogresivitas.wordpress.com/2012/09/12/memahami-kembali-makna-intelektual-profetik/ diakses pada 20-02-2021 Pukul 20.20 WIB. 2 Fathi Yakan (2007). Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat. Hlm 71. ISBN 978-979-3701-45-9



1



khususnya untuk meningkatkan kualitas pemahaman dalam upaya mengembangkan ekonomi umat. B. Identi fi kasi Masalah Sistem ekonomi kapitalis yang sekarang ini digunakan Indonesia belum mampu sepenuhnya mengatasi masalah ekonomi masyarakat, karena dianggap berorientasi duniawi dan materialisme. Selain itu, sistem ekonomi sekarang ini cenderung mengabaikan nilai – nilai moral, salah satu contohnya seperti memaksa rakyat kecil membayar pajak yang besar. Maka perlu adanya pengkajian mendalam yang menghadirkan aspek ketuhanan di dalamnya. C. Rumusan Masalah Bagaimana tafsir dari paradigma gerakan Intelektual Profetik menyelesaikan permasalahan ekonomi umat? D. Tujuan Untuk memahami tafsir dari paradigma gerakan Intelektual Profetik dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi umat.



2



Bab 2 Kajian Pustaka Intelektual erat kaitannya dengan keutamaan akal. Intelektualitas berangkat dari penalaran manusia dari fenomena dan realitas yang ditemukan oleh inderanya. Menurut Imam Al Mawardi, akal merupakan jaminan atas diberikannya hawa nafsu. Jika hawa nafsu diasosiasikan dengan sumber keburukan, dengan begitu akal menjadi sumber keutamaan, akal ada untuk mengendalikan nafsu. Menurut Yudi Latief (2012), istilah ‘intelektual’ pada awalnya merujuk pada ‘individualitas’ dari para pemikir dan mengindikasikan respons individual dari para pemikir terhadap sebuah ‘panggilan’ historis tertentu atau fungsi sosial tertentu. Kolektivitas dari para intelektual dimungkinkan oleh adanya respons bersama atas sebuah ‘panggilan’ historis tertentu, seperti halnya kolektivitas yang ditunjukkan oleh para intelektual Prancis yang didorong oleh respons bersama terhadap kasus ‘Dreyfus’, atau oleh sebuah tindakan kolektif untuk menyuarakan tradisi dan kepentingan-kepentingan dari kelas tertentu atau kelompok-kelompok sosial yang lain. Dengan datangnya apa yang disebut sebagai masyarakat pasca-industrial, muncul upaya untuk mengkonseptualisasikan ‘pekerja intelektual’ sebagai sebuah entitas kolektif baru, yang disebut ‘kelas baru’ atau ‘kelas berpengetahuan’ (knowledge class).3 Istilah profetik banyak diilhami dari pemikiran Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo. Asal mula ilmu sosial profetik ini terinsiprasi dari pemikiran Roger Garaudy dan Muhammad Iqbal. Dari pemikiran Garaudy, Kuntowijoyo mengambil filsafat profetiknya yang menyatakan bahwa filsafat barat tidak mampu memberikan tawaran yang memuaskan karena hanya terombang-ambing dalam dua kutub, idealis dan materialis, tanpa berkesudahan. Sedangkan dari pemikiran Muhammad Iqbal, Kuntowijoyo mengambi etika profetiknya. Ilmu sosial profetik dimunculkan sebagai sebuah alternative kreatif ditengah konstelasi ilmu-ilmu sosial yang mempunyai kecendrung positivistik dan hanya berhenti 3



Yudi Latif (2012). Inteligensia Muslim dan Kuasa. Jakarta: Democracy Project. Hlm 49.



3



pada usaha untuk menjelaskan atau memahami realitas secara deskriptif untuk kemudian memaafkan keberadaanya.4 Istilah profetik ini juga dapat dilihat dari kaidah sastra profetik [ CITATION Kun19 \l 1033 ]. Menurut Kuntowijoyo, sastra profetik hanya sebatas bidang etika, itu pun dengan sukarela dan tidak memaksa. Etika disebut “profetik” karena ingin meniru perbuatan Nabi, sang prophet. Etika profetik ditemukan dalam Al Qur’an, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS Ali Imran: 110). Setelah menyatakan keterlibatan manusia dalam sejarah (ukhrijat linnas), selanjutnya ayat itu berisi tiga hal, yaitu ‘amar ma’ruf (menyuruh kebaikan/humanisasi), nahi munkar (mencegah kemungkaran/liberasi), dan tu’minuna billah (beriman pada transendensi). Secara singkat, intelektual profetik merupakan keniscayaan, terutama para aktivis gerakan sosial dan orang – orang yang mengemban amanah di dalam lingkup kebijakan publik. Bertemunya nalar dengan wahyu ilahi merupakan wujud hadirnya ruh Islam dalam permasalahan sosial.



4



Zulheri (2012). Ilmu Sosial Profetik (Telaah Pemikiran Kuntowijoyo). Riau: Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim. Hlm 4



4



Bab 3 Isi A. Makna Intelektual Profeti k Intelektual berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan.5 Intelektual dapat diartikan sebagai bentuk kesadaran, kepahaman, dan pemikiran. Profetik berasal dari kata bahasa inggris yaitu “prophet” yang artinya nabi. Secara filosofis, nabi diidentifikasikan sebagai manusia yang bergerak atas dimensi kecerdasan intelektual dan spiritual (wahyu) dengan misi mentransformasikan wahyu dalam kehidupan sosial. Intelektual Profetik dapat dimaknai penyandingan antara ilmu dan agama, sains dan teologis, orientasi duniawi dan akhirat, keinginan manusia dan kehendak Tuhan, yang pada akhirnya berujung pada hasil penalaran akal dan penalaran wahyu. Intelektual profetik adalah lawan dari pemikiran sekuler dan satu bentuk perlawanan atas hegemoni filsafat barat. Filsafat barat telah meniadakan tuhan sebagai pemilik sistem. Filsafat barat ini secara historis dipengaruhi oleh “kekecewaan” atas praktik keagamaan yang saat itu menjadi dogma yang mengungkung kreativitas berpikir para intelektual di zaman kegelapan (the dark age), sebelum akhirnya Eropa bertemu zaman pencerahan (Renaisance) setelah berinteraksi dan mengenal islam. E. Problem Ekonomi Barat Menurut teori konvensional, ekonomi hanya menjelaskan bagaimana memuaskan semua tuntutan dari setiap orang dan kelompok masyarakat jika sumber daya yang tersedia sangat terbatas. Muncul pertanyaan tentang tuntutan apa saja yang harus dipenuhi dan bagaimana memenuhinya. Jawabannya adalah dengan menggunakan cara khusus agar masyarakat bisa mencapai visinya. Visi ini terkait dengan cita-cita 5



Intelektual (def. 01) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses melalui https://kbbi.web.id/intelektual, 21 Februari 2021



5



atau harapan masa depannya. Visi ini berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain, peradaban satu dengan peradaban lainnya [ CITATION Wal17 \l 1033 ]. Menurut Umer Chapra (dalam Waluyo, 2017), salah satu bentuk perbedaan misi tersebut adalah tentang kesejahteraan (well-being). Menurut ekonomi konvensional, kesejahteraan adalah pencapaian yang bersifat materialis dan hedonis. Ekonomi konvensional hanya berusaha memenuhi tujuan individu untuk memperoleh keuntungan



individu



(self-interest).



Tujuan



hidup



manusia



hanya



untuk



memaksimalkan kekayaan dan konsumsi. Padahal, kalau ekonomi berbicara tentang kesejahteraan manusia dalam pengertian yang komprehensif, maka sudah semestinya cakupannya tidak boleh hanya terbatas pada variabel ekonomi saja. Perlu memperhatikan variable-variabel lain seperti moral, psikologi, sosial, politik, demografi dan sejarah.6 Asumsi yang selalu dijadikan acuan dalam pengembangan ekonomi kapitalisme adalah paradigma yang bersumber dari Kapitalisme Smithian. Asumsi-asumsinya meliputi: (1) kebutuhan manusia yang tidak terbatas; (2) sumber-sumber ekonomi relatif terbatas berupa maksimaliasi kepuasaan pribadi; (3) kompetisi sempurna; dan (4) informasi sempurna. Pandangan ini terlihat kontradiksi dengan realitas, karena menunjukkan informasi tidak sempurna dan kompetisi tidak sempurna sehingga tidak pernah terwujud. Hal ini dibuktikan selama abad 20, terdapat data-data yang jelas menunjukkan bahwa sistem Kapitalisme memberikan goncangan ekonomi dan implikasiimplikasi negatif. Bahkan tidak dapat dipungkiri, konsep kesejahteraannya tidak serta merta dapat dipraktikkan di negara-negara berkembang, sehingga indikator pemerataan 6



Agus Waluyo (2017). Ekonomi Konvensional VS Ekonomi Syariah: Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis, Ekonomi Sosialis dan Ekonomi Islam. Yogyakarta: Ekuilibria. Hlm 44



6



ekonomi global tidak tampak terlihat sampai sekarang. Kondisi ini menjadi semakin parah, ketika negara-negara kapitalis tersebut menggunakan kekuasaan ekonomi untuk mempengaruhi prikehidupan internasional dalam segala aspek seperti politik dan budaya. Kapitalis pada saat sekarang telah menjadi imperialis bagi negara-negara berkembang.7 Di sisi yang lain, Kapitalisme hanya fokus pada penyediaan alat yang dapat memuaskan kebutuhan masyarakat secara makro dengan cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional. Kapitalisme berasumsi bahwa dengan adanya pendapatan nasional yang meningkat akan terjadi distribusi pendapatan yang merata dalam masyarakat. Dengan demikian Kapitalisme selalu bersandar pada pertumbuhan ekonomi semata untuk menghindari pembuatan pertimbangan distributif.8 Menurut Sarkaniputra (dalam Waluyo, 2017), ilmu ekonomi konvensional yang mendominasi kajian ilmu ekonomi kontemporer masih dianggap belum mampu memecahkan persoalan kebutuhan ekonomi manusia. Teori-teori ekonomi yang telah ada belum mampu mewujudkan ekonomi global yang berkeadilan dan berkeadaban. Sebaliknya teori-teorinya telah mendorong dikotomi antara kepentingan individu, masyarakat dan negara dan hubungan antar negara. Selain itu teori ekonomi konvensional belum terbukti mampu menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, bahkan tidak mampu menyelaraskan hubungan antar regional di suatu negara, antara negara di dunia, terutama antara negara maju dengan negara berkembang dan terbelakang. Bahkan yang terjadi adalah terabaikannya pelestarian sumber-sumber daya alam.



7 8



Ibid. Hlm 14 Ibid. Hlm 17



7



Di sisi yang lain ekonomi konvensional yang bersifat sekuler dan tidak memasukkan faktor ketuhanan di dalamnya menjadikannya sebagai bidang ilmu yang bebas nilai (positivistik). Menurut Umar Vadilo (dalam Waluyo, 2017), dari diskursus intelektual mengenai motif perilaku ekonomi di kalangan pakar ekonomi konvensional, telah diakui bahwa moralitas dan nilai agama memiliki peran dalam perilaku ekonomi manusia. Adanya kelemahan-kelemahan teori ekonomi konvensional tersebut maka ilmu ekonomi konvensional telah berakhir dan sebagai solusinya adalah perlu dibangun teori ekonomi Islam. F. Ekonomi Islam Sebagai Tawaran Atas Kegagalan Ekonomi Barat Ekonomi Islam dibangun dari dasar yang kokoh, yaitu bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah. Kekuatan moral dan nilai menjadi karakteristik yang tidak bisa dilepaskan dalam ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam, tidak ada pemisahan tujuan positif dan tujuan normatif. Keduanya saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Ekonomi Islam menawarkan gagasan perubahan untuk memperbaiki kondisi yang diakibatkan dari sistem ekonomi konvensional. Gagasan ekonomi islam dalam memperbaiki kondisi tersebut antara lain 9: Pertama, meperbaiki dan membenahi perilaku individu, kelompok, pasar dan pemerintah yang selama ini tidak terlalu peduli dengan pendekatan moral. Sebagian besar ajaran islam memaparkan tentang konsep perilaku mulai dari individu hingga negara. Sehingga ekonomi islam telah memiliki modal awal yang sangat berharga dalam membenahi perilaku masyarakat. Kedua, mengimplementasikan dalam bentuk formulasi yang bisa langsung diakses oleh masyarakat mengenai tujuan dan sasaran setiap perilaku dan tingkah laku indvidu dan masyarakat. Sehingga setiap adanya perubahan, akan langsung bisa dideteksi.



9



Wening Purbatin Palupi Soenjoto, Menata Ulang Kekuatan Ekonomi Islam di Persaingan Internasional, ejournal.kopertais4.or.id diakses pada hari Selasa 23- 02-2021 pukul 02:12 WIB.



8



Pencapaian tujuan dalam ekonomi islam harus selaras dengan nilainilai kemanusiaan dan lingkungannya. Ketiga, melakukan perubahan terhadap hubungan baik yang bersifat personal maupun kelembagaan yang ada di tengah masyarakat, sehingga hubungan antar setiap komponen akan menciptakan pranata sosial baru yang berorientasi kepada nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka mencapai tingkat keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Keempat, menyiapkan strategi dan kebijakan yang praktis untuk melakukan transformasi ekonomi dan sosial di tengah-tengah masyarakat. Proses transformasi ekonomi dan sosial yang dibangun harus tetap berorientasi kepada nilai-nilai kemanusiaan yang sangat kental dalam islam. Sehingga pengalokasian dan pendistribusian setiap sumber daya ekonomi akan bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. G. Gerakan Intelektual Profeti k KAMMI Sebagai Dasar Penyelesaian Masalah Ekonomi Umat Intelektual sekuler dekat dengan pemikiran liberal. Wajar apabila banyak cendekiawan, politisi, atau ekonom yang terkurung oleh pemikiran barat yang jauh dari teori – teori keislaman. Hal ini dikarenakan realitas kultur yang dibangun berorientasi pada dunia dan produk pendidikan menjerumus ke arah sekularisme. Perlu adanya sebuah bentuk kesadaran kolektif untuk mengusung intelektual profetik sebagai fondasi pemikiran dalam memandang sebuah permasalahan ummat, karena segala hal yang terwujud dari aktivitas kita merupakan produk dari alam pikiran. Orientasi duniawi dan materialisme menjadi penyebab kegagalan ekonomi barat. Sebagai organisasi gerakan mahasiswa islam yang juga menasbihkan diri sebagai gerakan intelektual profetik, sudah sejauh mana KAMMI mengambil peran dalam



9



menghidupkan kajian ekonomi islam. Sudah seharusnya KAMMI menyediakan wadah tersebut. Lokus – lokus kajian ekonomi keumatan harus dibumikan untuk mentransformasikan agenda – agenda tersebut. KAMMI ke depan harus bisa mencetak dan membentuk intelektual ekonom baru yang menghasilkan kebijakan atau solusi yang berasaskan keislaman.



10



Bab 4 Penutup A. Kesimpulan Beragam permasalahan ekonomi disebabkan oleh kegagalan sistem ekonomi konvensional yang digunakan saat ini. Adanya gerakan intelektual profetik KAMMI diharap mampu menghidupkan pengkajian dan memberi solusi atas permasalahan ekonomi yang ada saat ini. Tentunya dielaborasikan dengan aspek keislaman, seperti pada prinsip gerakan KAMMI “solusi islam adalah tawaran perjuangan KAMMI”. B. Saran Sebagai



wujud



transformasi



gerakan



intelektual



profetik,



KAMMI



harus



mengoptimalkan lokus – lokus pengkajian islam, terkhusus pada masalah ekonomi keumatan.



11



Daftar Pustaka Al Mawardi, A. B. (2008). Adabud Dunya Wad DIn. Bandung: Pustaka Hidaya. Khoirunaja. (2012, September 12). Memahami Kembali Makna Intelektual Profetik. Retrieved from Semangat Menginspirasi: https://semangatprogresivitas.wordpress.com/2012/09/12/memahami-kembalimakna-intelektual-profetik/ Kuntowijoyo. (2019). Maklumat Sastra Profetik. Yogyakarta: Diva Press. Latief, Y. (2012). Inteligensia Muslim dan Kuasa. Jakarta: Democracy Project. Soenjoto, W. P. (2013). Menata Ulang Kekuatan Ekonomi Islam di Persaingan Internasional. ejournal kopertais. Waluyo, A. (2017). Ekonomi Konvensional VS Ekonomi Syariah: Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis, Ekonomi Sosialis dan Ekonomi Islam. Yogyakarta: Ekuilibria. Yakan, F. (2007). Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam. Jakarta: Al-I'tishom Cahaya Umat. Zulheri. (2012). Ilmu Sosial Profetik (Telaah Pemikiran Kuntowijoyo). Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau, p. 4.



12



Biografi Penulis Data Diri Nama



: Zabaluddin Musa



TTL



: Jakarta, 17 November 2000



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Kewarganegaraan



: Indonesia



Status



: Belum Menikah



Pendidikan Formal 



SDI PB Soedirman (2006-2012)







SMP Negeri 103 Jakarta (2012-2015)







SMA Negeri 58 Jakarta (2015-2018)







UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, S1 Akuntansi (2018-sekarang) Pendidikan Non Formal & Sertifikasi 



Rumah Qur’an Fath Institue (RUQFI) (2017-2021)  Zahir User Certified (2019) Organisasi 1.



Ketua Rohis SMA Negeri SMA Negeri 58 Jakarta (2016-2017)



Koordinator Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) LDK Syahid FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2020) 3. Ketua Ikatan Alumni (ILUNI) Rohis SMA N 58 Jakarta (2019-2021) 2.



Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN Jakarta (2021) 5. Manajer Program ALQuds Volunteer Indonesia DKI Jakarta (2020-2021) 4.



13