Makalah Periodisasi Sastra Indonesia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Caca
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya pulalah makalah Periode Sastra Indonesia ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah yang saya susun ini khusus membahas tentang periode sastra dari sejarahnya, nama pengarang dan sastranya,perbandingan antar angkatan, dan analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik salah satu karya pengarang. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya masalah pembahasan periodisasi sastra yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan, maka dari itu kami butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.



Cikarang, 1 Februari 201



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1 DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2



Periodisasi Sastra Indonesia Pengertian Periodisasi Sastra Indonesia ..................................................................................... 3  Angkatan Balai Pustaka .................................................................................................. 5  Angkatan Pujangga Baru ................................................................................................. 6  Angkatan 1945 ............................................................................................................... 6  Angkatan 1950-1960 ...................................................................................................... 8  Angkatan 1966-1970 ...................................................................................................... 9  Angkatan 1980-1990 ..................................................................................................... 10 Ciri-ciri Angkatan dan Perbandingan........................................................................................ 11 A. Analisis Novel “Dari Ave Maria Sampai ke Jalan lain ke Roma” ................................... 14  Unsur Intrinsik .................................................................................................................. 15  Unsur Ekstrinsik ............................................................................................................... 17 B. Kesimpulan dan Saran ......................................................................................................... 18



2



PERIODISASI SASTRA INDONESIA



A. Pengertian Periodisasi Sastra Indonesia Sastra indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra yang ada di Indonesia. Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk pada sastra yang berbahasa Melayu, dimana bahasa Indonesia adalah turunannya. Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Dalam periodesasi sastra Indonesia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas angkatan Pujangga Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga baru, Angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan reformasi, dan angkatan 2000-an. Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13) membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut: 1.



Masa Kelahiran mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode, yaitu:



1. Periode awal hingga 1933 2. Periode 1933-1942 3. Periode 1942-1945 2.



Masa Perkembangan mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu



1. Periode 1945-1953. 2. Periode 1953-1961. 3. Periode 1961-1968. Menurut Ajip, warna yang menonjol pada periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat yang sedang menghadapai akulturasi sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi kelangsungan eksistensi masing-masing daerah. Sedangkan periode 1933-1942 diwarnai dengan pencarian tempat di tengah pertarungan antara kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantic-idealis. Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan warna pelarian, kegelisahan, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan sastra.



3



Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10– 15 tahun sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Sastra Awal (1900 – an ) Sastra Balai Pustaka (1920 – 1942) Sastra Pujangga Baru (1930 – 1942) Sastra Angkatan 45 (1942 – 1955) Sastra Generasi Kisah (1955 – 1965) Sastra Generasi Horison (1966) Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia menurut Jakob Sumardjo didasarkan pada nama badan penerbitan yang menyiarkan karya para sastrawan. Seperti Penerbit Balai Pustaka, majalah Pujangga Baru, majalah Kisah, dan majalah Horison, kecuali angkatan 45 yang menggunakan tahun revolusi Indonesia. Ada juga penamaan angkatan 66 yang dicetuskan H.B. Jassin dengan merujuk pada gerakan politik yang penting di Indonesia sekitar tahun 1966. Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu (1) menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan, dan (2) menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke angkatan. Di samping itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis. Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau periodenya. Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir. Setelah meninjau periodisasi sejarah sastra Indonesia dari Jakob Sumardjo dan Ajip Rosidi, maka muncullah tawaran lain dari Rachmat Djoko Pradopo mengenai periodisasi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:



1. 2. 3. 4. 5.



Periode Balai Pustaka Periode Pujangga Baru Periode Angkatan 45 Periode Angkatan 50 Periode Angkatan 70



: 1920-1940 : 1930-1945 : 1940-1955 : 1950-1970 : 1965-1984



Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Angkatan Balai Pustaka Angkatan Pujangga Baru Angkatan ’45 Angkatan 50-an Angkatan 60-an Angkatan kontemporer (70-an--sekarang).



4



1. Angkatan Balai Pustaka



Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura. Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya. NO. NAMA PENGARANG 1. Merari Siregar



KARYA SASTRA Azab dan Sengsara (1920) Binasa kerna Gadis Priangan (1931) Cinta dan Hawa Nafsu



2.



Marah Roesli



Siti Nurbaya (1922) La Hami (1924) Anak dan Kemanakannya (1956)



3.



Muhammad Yamin



Tanah Air (1922) Indonesia, Tumpah Darahku (1928) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata Ken Arok dan Ken Dedes (1934)



4.



Abdul Muis



Salah Asuhan (1928) Pertemuan Djodoh (1933)



5.



Djamaludin Adinegoro



Darah Muda (1927) Asmara Jaya (1928)



5



2. Pujangga Baru



Sutan Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistis dan elitis. NO. NAMA PENGARANG 1. Sutan Takdir Alisjahbana



2.



Hamka



3.



Armijn Pane



4.



Sanusi Pane



5.



Roestam Effendi



6.



Fatimah Hasan Delais



KARYA SASTRA Dian Tak Kunjung Padam (1932) Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935) Layar Terkembang (1936) Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940) Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) Tuan Direktur (1950) Di dalam Lembah Kehidoepan (1940) Belenggu (1940) Jiwa Berjiwa Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960) Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950) Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953) Habis Gelap Terbitlah Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945) Pancaran Cinta (1926) Puspa Mega (1927) Madah Kelana (1931) Sandhyakala Ning Majapahit (1933) Kertajaya (1932) Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan Pertjikan Permenungan Kehilangan Mestika (1935)



6



3. Angkatan 1945



Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945 Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantikidealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheisdianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia. NO. NAMA PENGARANG 1. Chairil Anwar



KARYA SASTRA Kerikil Tajam (1949) Deru Campur Debu (1949)



2.



Idrus



Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan



3.



Achdiat K. Mihardja



Atheis (1949)



4.



Trisno Sumardjo



Katahati dan Perbuatan (1952)



5.



Utuy Tatang Sontani



Suling (drama) (1948) Tambera (1949) Awal dan Mira - drama satu babak (1962)



6.



Asrul Sani, Rivai Apin, dan Chairil Anwar



Tiga Menguak Takdir (1950)



7



4. Angkatan 1950 - 1960



Pramoedya Ananta Toer novelis generasi 1950-1960 Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. NO. NAMA PENGARANG 1. W.S Rendra



KARYA SASTRA Balada Orang-orang Tercinta (1957) Empat Kumpulan Sajak (1961) Ia Sudah Bertualang (1963)



2.



Ali Akbar Navis



Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955) Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963) Hujan Panas (1964) Kemarau (1967) Dua Dunia (1950) Hati jang Damai (1960)



3.



N.h Dini



4.



Trisnojuwono



Angin Laut (1958) Dimedan Perang (1962) Laki-laki dan Mesiu (1951)



5.



Mochtar Lubis



6.



Pramoedya Ananta Toer



Tak Ada Esok (1950) Jalan Tak Ada Ujung (1952) Tanah Gersang (1964) Si Djamal (1964) Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) Bukan Pasar Malam (1951) Di Tepi Kali Bekasi (1951) Keluarga Gerilya (1951) Mereka yang Dilumpuhkan (1951) Perburuan (1950) Cerita dari Blora (1952)



8



5. Angkatan 1966 - 1970



Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966 Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.. NO. NAMA PENGARANG 1. Taufik Ismail



2.



Sapardi Djoko Damono



3.



Leon Agusta



4.



Umar Kayam



5.



Putu Wijaya



6.



Wisran Hadi



KARYA SASTRA Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Tirani dan Benteng Buku Tamu Musim Perjuangan Sajak Ladang Jagung Kenalkan Saya Hewan Puisi-puisi Langit Dukamu Abadi (1969) Mata Pisau (1974) Monumen Safari (1966) Catatan Putih (1975) Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978) Hukla (1979) Seribu Kunang-kunang di Manhattan Sri Sumarah dan Bawuk Lebaran di Karet Pada Suatu Saat di Bandar Sangging Kelir Tanpa Batas Para Priyayi Jalan Menikung Bila Malam Bertambah Malam (1971) Telegram (1973) Stasiun (1977) Pabrik Gres Bom Empat Orang Melayu Jalan Lurus



9



6. Angkatan 1980 - 1990



Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980 dan 1990 Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat. Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini. NO. NAMA PENGARANG 1. Hilman Hariwijaya



KARYA SASTRA Lupus - 28 novel (1986-2007) Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003) Olga Sepatu Roda (1992) Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)



2.



Darman Moenir



Bako (1983) Dendang (1988)



3.



Y.B Mangunwijaya



Burung-burung Manyar (1981)



4.



Arswendo Atmowiloto



Canting (1986)



5.



Dorothea Rosa Herliany



Nyanyian Gaduh (1987) Matahari yang Mengalir (1990) Kepompong Sunyi (1993) Nikah Ilalang (1995) Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)



6.



Budi Darma



Olenka (1983) Rafilus (1988)



10



B. Ciri-Ciri Angkatan dan Perbandingan



Angkatan ’20-an atau Angkatan Balai Pustaka Disebut Angkatan Dua Puluhan karna novel yang pertama kali terbit adalah novel Azab dan Sengsara yang diterbitkan pada tahun 1921 oleh Merari siregar. Disebut pula sebagai Angkatan Balai Pustaka karna karya-karya tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’20-an Cirri-ciri Karya Penting pengarang Puisinya berupa syair dan Azab dan Sengsara Merari Siregar pantun Sitti Nurbaya Marah Rusli Alirannya bercorak romantic Soal kebangsaan belum mengemuka Gaya bahasa masih menggunakan perumpamaan



Salah Asuhan



Abdul Muis



Sengsara Membawa Nikmat



Tulis Sutan Sati



Angkatan ’30-an atau Angkatan Pujangga Baru Istilah Angkatan Pujangga Baru untuk karya-karya yang lahir tahun ’30-’40-an, diambil dari majalah Pujangga Baroe yang terbit tahun 1933. Disebut sebagai Angkatan Tiga Puluhan sebab sngkatan ini lahir pada tahun ’30-an. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’30-an Cirri-ciri Dinamis Individualistis Tidak persoalkan tradisi sebagai temanya



Karya Penting Layar Terkembang Belenggu Indonesia Tumpah Darahku Nyanyian Sunyi & Buah Rindu



pengarang S.T. Alisyahbana Armin Pane Muhammad Yamin Amir Hamzah



Hasil karya bercorak kebangsaan Periode ‘45 Disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar kerna perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Disebut juga sebagai angkatan kemerdekaan karna dilahirkan pada tahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada periode ‘45 Ciri-ciri karya Aku



pengarang Chairil Anwar



11



Bebas Individualistis Universitalitas realitas



Tiga Menguak Takdir



Chairil Anwar, Asrul Sani, Riayi Apin



Atheis Dari Ave Maria ke Jalan Lain Roma Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernam



Achdiat Karta Mihardja Idrus



Sitor Situmorang



Angkatan ‘66 Nama Ankatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya yang berjudul Angkatan ’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah kacau akibat PKI. Contoh ciri-ciri karya penting pada Angkatan ‘66 Ciri-ciri Karya Kebanyakan tentang protes terhadap social dan politik Mulai dikenal gaya epic pada puisi Banyak penggunaan gaya retorik dan slogan



Pagar Kawat Berduri Tirani dan Benteng Pariksit Para Priayi Mata Pisau dan Peluru Kertas



pengarang Toha Mochtar Taufiq Ismail Goenawan Mohammad Umar Kayam Supardi Joko Damono



Cerita dengan berlatar perang Angkatan ’70-an Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana tidak menekankan pada makna kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra kontemporer. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’70-an Ciri-ciri Diabaikannya unsur makna Penuh semangat eksperimentasi



karya O, Amuk, Kapak Hukla Wajah Kita Catatan Sang Koruptor Dandandik



pengarang Sutardji Calzoum Bachri Leon Agusta Hamid Jabar F. Ibrahim Ibrahim Sattah



Beraliran surealistik



12



Dalam drama, pemain sering improvisasi Angkatan ’80-an Karya sastra Indonesia pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman pecintaan karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut. Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan ’80-an Ciri-ciri Didominasi oleh roman percintaan Konvensional : tokoh antagonis selalu kalah Tumbuh sastra beraliran pop Karya sastra tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum



karya Pulau Buru Burun- Burung Manyar Boko



Ronggen Dukuh Paruk Lupus



pengarang Pramoedya Ananta Toer Y.B Mangun Wijaya Darman Moenir



Ahmad Tohari Hilman Hariwijaya



13



C. ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK



“Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma” Karya : Idrus



14



15



16



17



D. KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan



Periodesasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Dalam periodesasi sastra Indonesia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas angkatan Pujangga Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga baru, Angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan reformasi, dan angkatan 2000-an. Berdasarkan analisis “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” Cerpen ini memaparkan bahwa menjalani kehidupan di dunia ini dengan menerapkan kejujuran itu tidaklah mudah, sebab tidak semua orang dapat menerima kejujuran tersebut. Saran Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi saran adalah perlu ditinjau kembali secara mendalam tentang pengertian periodisasi sastra, masa berkembangnya angkatan, ciri-ciri tiap angkatan, dan analisis unsur intrinsik dan eksrinsik sebuah karya sastra. Saya membuat tugas ini berdasarkan sumber sumber yang ada. Saya juga menyadari, masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan tugas ini. Maka dari itu, saya memerlukan saran dari para pembaca supaya menjadikan makalah ini lebih baik. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.



18