Makalah Perjanjian Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pendidikan tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Pendidikan tidak hanya berarti memperoleh ilmu, tapi pendidikan juga berguna bagi pembangunan karakter seseorang. Hal itulah yang membuat pendidikan menjadi begitu penting dalam kehidupan manusia. Setiap agama memiliki sistem pendidikan. Pendidikan dan agama merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya berjalan bersama-sama sebab pendidikan dalam agama ada ketika agama bertumbuh dalam kehidupan manusia dan berkembang sesuai dengan perkembangan agama. Sebagai umat Kristen, kita memperoleh Pendidikan Agama Kristen. Sistem pendidikan agama Kristen yang dapat kita rasakan sekarang semuanya berakar dari pendidikan agama dalam Alkitab. Untuk itu saya akan membahas mengenai pendidikan dalam Alkitab, baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru.



BAB II PEMBAHASAN A. Pendidikan Agama Dalam Perjanjian Lama 1. Zaman Bapa-bapa Leluhur Sebelum terbentuknya bangsa Israel, pendidikan agama sudah dimulai dari zaman Bapa-bapa leluhur. Pada zaman tersebut Abraham, Ishak dan Yakub menjadi pendidik bagi keturunan mereka. Mereka mengajarkan tentang Perbuatan Allah yang ajaib, penyertaan Allah serta janji Allah yang memberkati kehidupan mereka. Pada waktu itu pendidikan didapatkan dari orang tua dan penyataan Allah adalah sumber pendidikan bagi mereka. 2.A.1 Zaman Terbentuknya Bangsa Israel sampai pembuangan ke Babel Sesuai janjiNya kepada Abraham maka Allah membuatnya menjadi bapa bagi suatu bangsa yang besar, yang lahir dari keturunannya yaitu dari ke 12 anak Yakub yang berkembang menjadi 12 suku dan menjadi suatu bangsa yaitu bangsa Israel. Pada zaman ini bangsa Israel memegang suatu ketetapan yang terdapat dalam Ulangan 6. Antone mengungkapkan : “Pendidikan pre-exilic (sebelum pembuangan) sebagian dijelaskan dalam ulangan 6, yang menyiratkan pola-pola kehidupan keluarga yang kuat yang memberikan latar belakang utama bagi pemeliharaan (iman). Jadi, dari Ulangan pasal 6 tersebut kita dapat melihat 3 hal berkaitan dengan pendidikan agama pada zaman ini: 1. Sebagai bangsa yang terpilih umat Israel harus hidup dengan mengasihi Tuhan sepenuhnya. 2. Pendidikan agama menjadi bagian inti dari kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan 3. Orang tua menjadi pusat pendidikan agama bagi anak . Sama seperti zaman sebelumnya, pada zaman ini kepastian akan adanya penyataan Allah adalah dasar teologi bangsa Israel. Akan tetapi dasar teologi umat sudah lebih berkembang, selain mengenai penyataan Allah, dasar teologi umat Israel juga berpusat pada keberadaan bangsa sebagai umat pilihan Allah dan ajaran tentang manusia . Tuhan dijadikan pendidik utama bagi bangsa Israel. Sebagai pendidik utama, Tuhan mempercayakan kepada para orang tua untuk menjadi pendidik. Namun selain orang tua, pendidikan agama juga diperoleh dari kaum Imam, Nabi, Hakim, kaum Bijaksana, dan kaum Penyair yang juga diberikan mandat oleh Tuhan. Kaum Imam mengajar melalui hukum-hukum, pemberitaan Firman Allah dalam kebaktian dan pemberian kurban, Nabi dan Hakim adalah penyambung lidah Allah. Para nabi



mengajar melalui nubuatan seperti perkataan teguran, menyampaikan tentang hukuman dan perdamaian. Begitu pun para Hakim mengajar dengan menegur umat Allah untuk hidup sesuai kehendak Allah. Kaum bijaksana mengajar dengan hikmat dengan memberikan nasihat-nasihat bijak yang berguna bagi kehidupan dan Kaum penyair mengajar melalui irama, sajak dan puisi. Kurikulum utama dalam pendidikan agama orang Israel ialah mengenai sejarah tentang keterlibatan Allah dalam kehidupan mereka. Boehlke mengungkapkan beberapa tema pokok mengenai sejarah keterlibatan Allah yang diceritakan turun temurun yaitu: “Pemilihan Abraham dengan keturunannya, penciptaan langit dan bumi, pembebasan dari perbudakan di Mesir, pemberian perjanjian/hukum Taurat, pendudukan tanah yang dijanjikan, permulaan kerajaan dan kesaksian kaum nabi tentang kecenderungan umat Israel menyeleweng dari persyaratan yang termuat dalam perjanjian.” Dari tema-tema pokok diatas kita dapat melihat bahwa tema-tema tersebut di terima secara lisan oleh orang Israel, yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam praktik keagamaan.  2.A.2 Zaman Pembuangan Babel dan Sesudah Pembuangan (post-exilic) dari Masa Perjanjian Lama Suatu hal yang mengejutkan bagi kaum Israel dan Yehuda ketika mereka mengalami pembuangan di Babel, mungkin terlintas dalam benak mereka bahwa sebagai bangsa pilihan Allah mereka akan luput dari hukuman Allah atas dosa mereka. Akan tetapi pembuangan di Babel menjadi bukti bahwa Allah yang adil tidak berdiam diri atas setiap pelanggaran mereka. Kenyataan pahit yang mereka alami ini menyadarkan mereka bahwa mereka perlu meninjau kembali berbagai hal dalam praktik pendidikan agama. Mengenai hal ini Kristianto mengungkapkan: “Dalam sejarah umat Israel inti berita PL telah dikaburkan dengan muncul dan berkembangnya agama Yahudi pada periode sesudah pembuangan ke Babel yang menekankan segi lahiriah dalam ibadah mereka. Taurat ditafsirkan dan peraturanperaturan yang sangat memberatkan ditambahkan. Para pemimpin agama Yahudi lupa hakikat Taurat yang sebenarnya menyadarkan dosa dan mencari takhta anugerah Allah” Memang benar pembaharuan terhadap penerapan pendidikan agama yang dilakukan oleh orang Yahudi, telah menghilangkan suatu hal esensial yang sangat penting menyangkut iman yang sesungguhnya kepada Allah dan perubahan yang dilakukan condong lebih ke hal-hal lahiriah. Pembaharuan-pembaharuan yang terjadi dapat dilihat dari hal-hal berikut:



 Dasar Teologi : Seperti halnya sebelum pembuangan dasar teologi orang Yahudi ialah mengenai statusnya sebagai bangsa yang terpilih, tetapi setelah mengalami pembuangan dasar teologi mereka juga disertai kesadaran akan hukuman yang semestinya dijatuhkan Allah atas mereka akibat dari pelanggaran mereka terhadap hukum taurat. Atas kesadaran itu mereka kemudian memperketat pelaksanaan hukum taurat. Selain itu dasar teologi mengenai penyataan Allah juga mengalami perubahan. Dizaman sebelumnya penyataan Allah diterima secara lisan namun pada zaman ini dibuat dalam bentuk tertulis dan harus dihafal.  Lembaga-lembaga Pendidikan : Pada zaman ini orang tua tetaplah berperan dalam pendidikan. Akan tetapi peran orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak semakin berkurang. Oleh karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan orang Yahudi. Maka muncullah lembaga-lembaga pendidikan agama Yahudi yaitu: Sinagoge, Bet-ha-sefer (Sekolah Dasar), Beth-ha-midrash atau Beth Talmud ( Setingkat dengan SMP). Sinagoge (rumah ibadah) adalah tempat dimana orang dewasa mendapatkan pengajaran mengenai agama dalam bentuk khotbah, sedangkan Beth-ha-sefer didirikan untuk anak-anak lelaki Yahudi berumur 5 atau 6-10 tahun, dan Beth Talmud atau beth-ha-midrash untuk anak-anak lelaki umur 10 tahun – 12 atau 13 tahun sampai mereka dianggap sebagai sudah menjadi anak-anak hukum taurat.  Metode Pengajaran : yang digunakan adalah metode menghafal (Seperti menghafal 22 abjad ibrani), menyanyikan bahan yang dipelajari, dan peserta didik mendapat ancaman hukuman fisik untuk meningkatkan perhatian mereka.  Peserta Didik : Pada zaman ini anak-anak perempuan tidak mendapat pendidikan formal dalam lembaga sekolah Yahudi sebab anak laki-laki yang di utamakan.  Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan Yahudi terlihat jelas sangat mengutamakan hukum taurat, hukum taurat merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan mereka. B. Pendidikan Agama Dalam Perjanjian Baru Perjanjian baru merupakan penggenapan atas apa yang telah di nubuatkan dalam perjanjian lama. Dalam perjanjian baru penggenapan tersebut adalah kehadiran Yesus sebagai Sang Juruslamat sekaligus sebagai seorang Guru Agung. Yesus sendiri merupakan hasil pendidikan dari agama Yahudi. Hal ini terlihat dari masa kanak-kanak Yesus. Dimana Yesus turut mengambil bagian dalam praktik keagamaan orang Yahudi, contohnya dalam Lukas 2 : 21-52. Sebelum menjadi Guru, ternyata Yesus pun dahulu adalah seorang murid. Ia belajar dari keluargaNya tetapi juga dari pendidikan Yahudi. Sebagai seorang Guru Yesus pun mempunyai metode mengajar, dalam hal ini ada beberapa metode pengajaran yang digunakan oleh Yesus yaitu :



 Khotbah : Khotbah atau Ceramah adalah salah satu metode yang digunakan Yesus, yang bertujuan agar apa yang disampaikanNya boleh dicerna dengan baik oleh para murid dan dapat mengubah perilaku mereka  Bimbingan : Contoh bimbingan yang diberikan Yesus ialah membimbing muridNya untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan memberitakan kerajaan Allah.  Menghafal : Yesus menyampaikan ungkapan-ungkapan yang perlu dihafal.  Penyataan diri : Yesus menyatakan diriNya sebagai Allah.  Diskusi : Dalam mengajar Yesus sering memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepadaNya.  Studi kasus : Contoh studi kasus yang dipakai Yesus ialah dengan memberikan berbagai perumpamaan.  Perjumpaan : Yesus menjumpai secara langsung para muridNya sehingga mereka secara langsung didorong untuk mengambil suatu keputusan.  Perbuatan simbolis : Contohnya perbuatan simbolis mengenai pemanggilan ke 12 murid Yesus yang melambangkan 12 anak Yakub. Selain itu J. M Price juga mengungkapkan bahwa Yesus juga menggunakan alat peraga sebagai salah satu metode pengajaranNya. Alat peraga yang digunakan Yesus tidak hanya berupa benda tetapi juga berupa objek. “Salah satu contoh tentang pelajaran dengan alat peraga yang dipakai oleh Yesus yaitu ketika Ia menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah murid-muridNya, untuk menyatakan sifat yang diperlukan bagi orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Matius 18:1-4).” Selanjutnya mengenai apa yang diajarkan Yesus. Saya berpikir bahwa Yesus tidak hanya sebagai seorang pengajar tetapi juga menjadi bahan pengajaran. Maksudnya, Dia memberitakan mengenai diriNya sendiri. Tetapi selain itu Yesus juga memberitakan tentang kedatangan kerajaan Allah. Tentunya setiap guru memiliki murid, begitupun dengan Yesus. Murid-muridNya sebenarnya tidak hanya kedua belas murid yang dipanggilNya secara langsung. Melainkan juga orang-orang banyak yang mengikutiNya, mendengarkan ajaranNya dan juga mereka yang mengalami mujizat-mujizatNya. Yesus adalah sosok Guru yang begitu luar biasa, Ia mampu mengajar dengan otoritas dan kewibawaan yang tak tertandingi, Yesus pun memiliki visi dan misi yang jelas dalam pengajaranNya sehingga pengajaranNya menghasilkan hal yang luar biasa. Hasil dari pengajaran Yesus mampu memberikan perubahan dalam kehidupan orangorang pada zamanNya. Ia mewujudkan kasih persaudaran yang sesungguhnya, penghargaan terhadap pribadi seseorang, membaharui jiwa, memperbaiki kehidupan rumah tangga, dll. Hasil pengajaranNya tidak sampai begitu saja, namun tetap berlanjut bahkan sampai saat ini.



Yesus sebagai Guru tidak hanya mengubah kehidupan para muridNya tetapi juga mampu membuat murid-muridNya melanjutkan apa yang telah diajarkanNya. Setelah kematian dan kebangkitanNya, Yesus memberikan perintah kepada kesebelas muridnya dalam Matius 28: 19-20 yang berbunyi : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Mengenai perintah ini para murid Yesus pun melaksanakannya dengan baik. Sehingga apa yang telah diajarkan Yesus tidak hilang. Namun semakin tersebar luas melalui pemberitaan dan pengajaran mereka. Pemberitaan ini terus berlanjut dan muncullah pendidikan bagi jemaat Kristen oleh para Rasul yang dimulai dari peristiwa pentakosta. Petrus dan Yohanes mengajar orang banyak setelah peristiwa itu. Orangorang tersebut merupakan jemaat Kristen mula-mula. Selanjutnya dalam kehidupan jemaat mula-mula Rasul Paulus hadir dan melakukan tugas penginjilan sekaligus pengajaran bagi jemaat. Ia melakukan tugasnya dengan penuh semangat dan kesungguhan sehingga ia terus dapat menopang iman percaya jemaat kepada Allah. Dalam pelayanannya Paulus tidak hanya sekedar berkhotbah tetapi ia juga memberikan bimbingan bagi jemaat, dan turun secara langsung dalam kehidupan jemaat, serta apa yang diajarkannya juga dilakukannya. Kita dapat melihat bahwa Paulus mengambil teladan dari sang Guru Agung yaitu Yesus Kristus. Dalam pengajaranNya Paulus tidak mengandalkan diriNya sendiri, namun Ia mengandalkan kuasa Roh Kudus yang telah dikaruniakan oleh Allah. Sehingga setiap masalah yang harus dihadapinya tidak menghambat tugas dan pelayanannya. Hal ini terlihat ketika dia berada di dalam penjara. Hal tersebut tidak menghambat Paulus untuk memberitakan injil. Ia tetap melaksanakan tugas-tugasnya yang juga dibantu oleh rekanrekannya. Seluruh surat Paulus menggambarkan bahwa apa yang diajarkanNya adalah tentang keAllahan Kristus yang mati dan bangkit, hidup dalam kekudusan, hidup baru (pertobatan), serta iman dan kesetiaan sebagai pengikut Yesus. Selanjutnya Nainggolan mengungkapkan : “Jemaat Perjanjian Baru memperlihatkan minat yang sangat serius terhadap pendidikan dan pengajaran. Keseluruhan kehidupan jemaat Perjanjian Baru adalah sebagai kurikulum pertama yang disusun gereja untuk membina dirinya.” Jadi, kita juga dapat melihat bahwa jemaat mula-mula begitu responsif terhadap pendidikan dan pengajaran Paulus. Hal ini membuktikan bahwa jemaat juga bersungguhsungguh dalam hal ”belajar” sehingga mereka boleh membina kehidupan menjadi lebih baik. Sekaligus hal ini juga membuktikan keberhasilan Paulus menjadi seorang pendidik. Namun semuanya itu tidak lepas dari penyertaan Roh Kudus.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat Allah dalam perjanjian lama dan perjanjian baru menyebabkan perubahan-perubahan dan perkembangan terhadap praktik pendidikan agama. Hal itu terlihat dari Praktik pendidikan agama pada zaman bapa-bapa leluhur yang berbeda dengan saat terbentuknya bangsa Israel namun tetap mempertahankan 2 hal yaitu orang tua sebagai pusat pendidikan dan pengajarannya mengenai sejarah keterlibatan Allah dalam kehidupan mereka. Akan tetapi perubahan yang lebih besar lagi terjadi pada saat pembuangan ke Babel sampai setelah pembuangan dimana hukum taurat menjadi dasar dalam kehidupan orang Yahudi. Kemudian dalam Perjanjian Baru Yesus hadir sebagai Juru Selamat dunia dan Guru Agung, Dia menunjukan teladan sebagai pendidik yang sesungguhnya. Murid-muridNya melanjutkan apa yang di ajarkanNya, hingga muncullah Rasul Paulus sebagai penginjil dan pendidik bagi jemaat Kristen mula-mula.



DAFTAR PUSTAKA Antone, Hope S. 2010. Pendidikan Kristiani Kontekstual. BPK:Jakarta Boehlke, Robert R. 2009. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Brotosudarmo, Drie S. 2008. PAK untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Homrighausen, E G & Enklaar, I H. 2012. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Kristianto, Paulus L. 2006. Prinsip dan Praktik PAK. Yogyakarta: Andi Nainggolan, John M. 2010. Guru Agama Kristen sebagai Panggilan dan Profesi. Bandung: Bina Media Informasi Pazmino, Robert W. 2012. Fondasi Pendidikan Kristen. Bandung: BPK Price, J M. 2011. Jesus The Teacher “Yesus Guru Agung”. Bandung: Lembaga Literatur Baptis Riemer, G. 2006. Ajarlah Mereka “Pedoman Ilmu Katekese”. Jakarta: YKBK/OMF Stefanus, Daniel. 2009. Sejarah PAK “Tokoh-tokoh besar PAK”. Bandung: Bina Media Informasi Sumiyatiningsih, Dien. 2012. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik ”Buku Pegangan untuk Mengajar PAK”. Yogyakarta: Andi 2011. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia