Teologi Perjanjian Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEOLOGI PERJANJIAN BARU Hidup Dalam Kasih Dan Perdamaian Roma 12:9-21 Dosen: Marudut Sihotang, M.Th



Oleh: Andre Manumpak/1810



014



Andrian



Turnip/1810015



Maratua



Siagian/1810034



Mariana



Kristina/1810037



SEKOLAH



TINGGI TEOLOGI



GEREJA



METHODIST INDONESIA BANDAR BARU TA 2020/2021



ABSTRACK This is written in the awareness that conflict becomes an integral part of life. For that, the struggle for peace must continue throughout of human life. Peace must be nurtured and build, so that life becomes harmonious. I think Christians need to develop “love” in establishing cooperative relationships with the others, and other religions for building peace. Unfortunately, love is regarded as a superficial or irrelevant story or teaching. This article aims to read the ethic of Paul in Romans 12: 9-21, and analyze love as the



foundation of the initiative to build peace. So, love needs to be developed for others as creative, courageous, and embracing everyone's initiative. Keyword: Love,Independent Initiative,Romans 12,Paul



ABSTRAK Makalah ini ditulis dengan sadar bahwa konflik menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan. Untuk itu, perjuangan perdamaian harus terus dilakukan sepanjang kehidupan manusia. Perdamaian harus dirawat dan dibina sehingga kehidupan menjadi harmonis. Untuk membangun perdamaian tersebut, maka kami melihat orang Kristen perlu mengembangkan kasih dalam menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain, agama lain. Sayangnya kasih dianggap sebagai cerita atau ajaran yang dangkal dan tidak mempunyai relevansi. Makalah ini bertujuan untuk membaca paulus dalam Roma 12:9-21 dan menganalisis kasih sebagai dasar dari inisiatif untuk membangun perdamaian. Jadi, kasih perlu dikembangkan kepada sesama sebagai inisiatif yang kreatif, berani, dan merangkul semua orang. Kata Kunci: Kasih, Inisiatif Mandiri, Roma 12, Paulus



I.



PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah hidup dalam kasih adalah panggilan hidup manusia. Panggilan



manusia yang secara berangsur sehingga disadari itu merupakan landasan bagi panggilan mulia, yang disampaikan oleh yang mahakuasa kepada manusia untuk menjalin ikatan perjanjian, yaitu untuk menjadi umatNya, karena kesediaan yang menguasai semesta untuk



menjadi Allahnya bahkan menjadi Bapanya. Dalam sang puteranya Yesus Kristus. Sekaligus disadari bahwa arti hidup tidak hanya diperoleh dari pribadinya sendiri, sebagai manusia belaka, melainkan dan terutama dalam hubungannya dengan yang menciptakannya. Yang melandasi seluruh panggilan hidupnya sebagai manusia. Hidup adalah perjalanan yang harus diselesaikan dan disaat jatuh ingin segera bangun, disaat berat ingin tetap kuat,disaat sakit ingin selalu bertahan, disaat ada penolakan ingin terus maju berjuang. Paulus sungguh – sungguh Rasul Kristus yang fenomenal dengan semangat yang tinggi. Perjalanan hidup Paulus memberi gambaran bagi manusia bahwa seluruh hidup dengan penuh liku-liku yang dialami mengungkapkan totalitas perjuangannya hingga sampai pada tujuan. 1 1.2. Tesis Konflik adalah realitas yang terhindarkan. Setiap segi kehidupan manusia selalu diwarnai dengan konflik. Entah itu konflik dengan skala yang kecil atau besar, dengan tipetipe tertentu, pasti memiliki ruang di dalam kehidupan manusia. 2Untuk itu, dalam memandang konflik dibutuhkan suatu kerelaan dari “INISIATIF UNTUK MENGASIHI” .Membaca Etika Paulus dalam Roma 12:9-21 serta Implikasinya bagi Pembangunan Perdamaian manusia untuk menerima realitas konflik yang tak terhindarkan, dan bisa mentransformasikan konflik menjadi bagian yang konstruktif bagi kehidupannya.3



1.3. Rumusan Masalah Suatu upaya yang dilakukan untuk memanajemen dan mengelola konflik sementara,atau setelah terjadi. Baik konflik dalam bentuk laten, maupun yang sudah termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku. Tindakan-tindakan strategis,seperti itu tidak pernah salah, tetapi harus disertai dengan upaya preventif untuk memelihara perdamaian sehingga tidak terjadinya konflik, terutama pada daerah-daerah, relasi masyarakat, antar organisasi atau lembaga, atau antar pribadi, yang belum mengalami konflik 1



Th.Van den End, Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 28. Prabowo Nugoroho Sapto, Terang Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 320. 3 Drane John, Memahami Perjanjian Baru, ed. BPK Gunung Mulia (Jakarta, 2005), 65. 2



atau sedang mengalami situasi pasca konflik. Upaya preventif melihat potensi konflik selalu ada dalam relasi masyarakat. Apabila terjadi perbedaan-perbedaan dalam sikap kepercayaan, nilai-nilai, atau kebutuhan, maka konflik yang bersifat destruktif akan lebih dominan dibandingkan yang konstruktif. Dengan demikian, harus ada upaya atau inisiatif. untuk mengurangi ancaman konflik yang lebih luas, dan pemeliharaan perdamaian yang berkesinambungan. Untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan inisiatif dari satu pihak untuk menjaga relasi perdamaian dengan pihak yang lain. Baik menyangkut kepercayaan, maupun nilai-nilai, dan kebutuhan. Bagi Brooks, supaya preventif ini adalah langkah untuk mengambil inisiatifsecara mandiri untuk mengurangi ancaman. Inisiatif mandiri baginya merupakan usaha untuk menggerakan orang atau sekelompok orang yang mengambil inisiatif dalam rangka merawat relasi di dalam masyarakat. 4Usaha ini muncul dari kesadaran seseorang akan pentingnya perdamaian yang mampu merangkul orang lain untuk terlibat dalam usaha-usaha yang dilakukan. Inisiatif mandiri inilah yang menjadi indikator utama dalam penulisan ini, dalam rangka melacak latar belakang



usaha-usaha mengambil inisiatif mandiri untuk



mengurangi ancaman, sekaligus menemukan atau menafsirkan teks Roma 12:9-21 dengan menggunakan indikator inisiatif mandiri. Alasan pemilihan teks Roma 12:9-21, karena teks ini merupakan bagian peralihan awal dari



yang disampaikan oleh Paulus bagi orang-



orang Roma. 5Teks Roma 12:9-21 sepanjang waktu menggelisahkan orang Kristen yang hidup di tengah keberagamaan dan keberagaman dunia, yang mempunyai potensi. Dalam makalah ini kami merumuskan rumusan masalah yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini yaitu: 1. Apa itu kasih menurut Roma 12:9-21? 2. Bagaimana membangun Perdamaian? 3. Bagaimana mengasihi orang yang telah berbuat jahat? 1. Kasih menurut Roma 12:9-21



 Hidup dan Melayani dengan kasih yang tulus. “Hendaklah kasih itu jangan purapura!” (ay 9). Rasul Paulus sadar, ternyata ada yang pura-pura. Ia dengan tegas berkata “jangan purapura” tetapi harus tulus dan tidak munafik.Ia menggunakan kata Philadelphia yang berarti ikatan kasih yang terjadi di dalam keluarga.Kasih orangtua kepada anak-anaknya, kasih yang 4



Manna Raflesia, “Sekolah Tinggi Teologi Arastamar,” Vol.3,No.2 (Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu.) 3 (2017). 5 Ibid.



muncul dengan sendirinya tanpa dipaksa dan tanpa mengharapkan imbalan.Ini yang harus terjadi di dalam gereja Tuhan! Kasih kekeluargaan! Dikatakan “saling mengasihi sebagai saudara” dan “saling mendahului memberi hormat” (ay 10). Sebagai saudara karena begitulah kehendakNya, kita adalah saudara di dalam nama Tuhan Yesus, “Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki … perempuan … ibuKu” (Mat



12:50).Bukti



kasih



dinyatakan,



“kenakanlah



kasih



sebagai



pengikat



yang



mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3: 14) jadi jika belum ada persatuan maka belum ada kasih dan kita tidak akan mampu menyapa atau mendahului memberi hormat.Betapa banyaknya orang yang menghindar atau pura-pura tidak tahu jika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya dan segereja.  Memperhatikan,kebutuhan.jemaat “Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakan dirimu untuk selalu memberi tumpangan!” (ay 13). Siapa yang dimaksud orang kudus? Jemaat Tuhan, “jemaat Allah di Korintus yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus” (1 Kor 1:2).Kewajiban kita adalah membantu orang-orang kudus yang di dalam kekurangan. Rasul Paulus berkata, “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Gal 6:10).Di dalam jemaat mula-mula, “Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan” (Kis 4:34).6 Sejauh apa kita diminta oleh Tuhan untuk memenuhi kebutuhan saudara kita? Tuhan Yesus menyatakan tentang hari penghakiman, “…lapar … haus …asing kamu memberi Aku tumpangan … telanjang … sakit … di dalam penjara…” (Mat 25: 35-36).Mereka yang memperhatikan kebutuhan tersebut dinyatakan “terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu …” (Mat 25:34). KehendakNya adalah kemurahan hati kita dan ini merupakan bukti kasih yang ada dalam kehidupan, “kasih itu murah hati” (1 Kor 13:4). Dengan hidup saling mengasihi, umat Allah dapat menjalankan berbagai tugas panggilannya dengan baik dan “menghasilkan buah” bagi kemuliaan Allah dan kebahagian kehidupannya.Jemaat sebagai umat Allah, mesti menempatkan hal saling mengasihi sebagai ciri khas kehidupan. Jikalau tidak, maka sebenarnya kita sedang merusak Gereja-Jemaat itu sendiri.Bukankah banyak Gereja-Jemaat yang kalau berbicara tentang kasih begitu bersemangat tetapi untuk melaksanakannya begitu berat? Akibatnya banyak yang kehilangan jati dirinya, bahkan tidak berbeda dengan 6



manna Reflesia, “Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu,” Manna Raflesia:Vol.3,No.2 (Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu 3 (2017): 26.



organisasi-organisasi lain dalam masyarakat.Ketika kita berusaha untuk memahami dan mengerti apa yang disampaikan Paulus tentang hidup dalam kasih, di sini, tentu lebih mudah dari melaksanakannya.7 Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kita tidak punya pilihan lain kita harus hidup dalam kasih.Semoga kita tidak hanya pandai berbicara tentang kasih atau memahaminya saja tetapi lebih dari itu kita juga harus tinggal di dalam kasih itu. 2. Membangun Perdamaian Cara untuk mewujudkan perdamaian dunia juga tidak berat. Banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan, dan modalnya hanya kemauan. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan, sebagai generasi muda, untuk menciptakan perdamaian dunia.



1. Jadilah Pribadi yang Baik tanpa Mengharapkan Imbalan Menjadi baik tidak berarti kita harus memberi uang atau memberi hadiah kepada seseorang. Kebaikan yang kita tujukan kepada orang-orang menunjukkan bahwa mereka itu penting.8 Kita bisa melakukan berbagai hal untuk melakukan kebaikan, misalnya dengan menyisihkan uang jajan dan memberikannya pada tunawisma, menyumbangkan sesutu kepada sesama yang membutuhkan, mempedulikan rekan-rekan, atau bahkan hanya menebar senyuman. Bete nggak sih kalau kita melihat wajah orang lain yang jutek atau cemberut? 2. Berhenti Menghakimi Orang Lain Sangat mudah memang untuk melontarkan komentar atau bahkan menilai seseorang hanya dengan melihat penampilannya. Namun prasangka buruk yang kamu lakukan hanya akan membuat kita tidaknyaman. Jangan takut atau berprasangka buruk pada orang-orang hanya dari cara mereka berpakaian, dimanapun kita berada. Karena belum tentu mereka seburuk yang kita bayangkan. Setiap orang memang memiliki keyakinan hidup tersendiri. Tak menutup kemungkinan dengan kita tak berprasangka buruk serta berbuat baik kepada orang lain, maka orang



7



“Sekolah Tinggi Teologi Astramar Bengkulu,” manna reflesia: Volume 3 , no 2 (2017). m Ridwan, Lubis. H, Agama Perdamaian , Landasan , Tujuan, Lealitas, Kehidupan (Gramedia Pustaka Utama, n.d.), 15. 8



lain itu akan merasa bahwa kita adalah orang yang berarti dan menyadari manusia sebagai saudara. 3. Berhenti Berperan sebagai Korban Jika kita mengalami hal yang buruk dalam hidup, sangat mudah untuk merasa bahwa kita merupakan korban. Namun, perasaan itu hanya akan membawa kita pada perasaan yang melulu lemah. Lepaskan saja beban itu, dan lupakan hal yang membuat kita takut, karena itu hanya akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk menyebarkan perdamaian di dunia. Semakin kita terus berperan layaknya seorang korban, semakin mereka yang menyakiti kita merasa puas. Jadilah diri sendiri untuk menguatkan dirimu dan tersenyumlah. Hal ini akan membuat kita merasa damai, dan mencintai diri sendiri yang ujungnya akan membawa kedamaian. 4. Cintai Orang Lain Merasa damai atau bahkan mencintai orang yang pernah melakukan kejahatan kepada kita tentu bukan perkara mudah. Saat seseorang telah menyakiti kita, biasanya hal yang ingin kita lakukan adalah membalasnya, menggosipkannya, dan membicarakan keburukannya. Gimana mau menciptakan perdamaian dunia kalau diantara sesama saja tidak berdamai? Memaafkan adalah kunci besar untuk sebuah perdamaian dunia. 9Dalam hal ini tak hanya orang lain yang pernah menyakiti kita, tapi juga kerabat dan teman dekat yang pernah menyakiti kita di masa lalu. 5. Ciptakan Suasana Damai di Rumah Rumah menjadi tempat kita kembali dari aktivitas sehari-hari. Tentu saja kita mengharapkan suasana rumah yang damai, dan yang tidak membuat kita stres. Karena itu, lepaskan semua beban kerja saat kita ada di rumah, berbahagialah dan dengarkan musik yang menyejukkan hati. Hindari musik-musik bertemakan cinta yang seringkali membuat orang atau bahkan kita galau berkepanjangan. Pilih musik yang memotivasi dan membantu membawa kedamaian baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Saat kita merasa damai di rumah sendiri, kita akan keluar dari rumah dengan energi yang positif.10 6. Luapkan Sisi Kreatif Dalam Diri



9



Ibid., 28. Ibid., 32.



10



Setiap orang memiliki sisi kreatif tersendiri. Gali sisi kreatif yang ada di dalam kita, misalnya dengan mewarnai, melukis, menggambar, bermusik, atau apapun yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan stres. Kita juga bisa memajang semua karya kreatif kita di seluruh sudut rumah untuk memancing energi positif sehingga membawa kedamaian dalam diri sendiri dan menyebarkannya kepada orang lain. 7. Sisihkan Waktu dan Bantu Orang Lain Mungkin kita terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-hari, entah itu belajar ataupun bekerja. Namun, ada baiknya untuk menyisihkan sebagian waktu untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi seorang relawan. Misalnya membantu para tunawisma dengan memberikan mereka makanan atau membantu membersihkan tempat tinggal mereka. Beberapa rumah sakit bahkan membutuhkan para relawan terutama saat hari libur.Jika tak memungkinkan untuk keluar rumah, kita bisa mengunjungi situs seperti Kitabisa.com untuk melihat bagaimana kita bisa memberikan kontribusi dalam membantu orang lain. 8. Makan Makanan Sehat Untuk menciptakan perdamaian dunia, tentu saja membutuhkan energi. Jaga diri agar tetap prima dengan mengkonsumsi makanan yang sehat. Dengan kondisi fisik yang sehat, kita bisa menyebarkan lebih banyak kebaikan dan perdamaian. 11Disamping tentu saja lebih mudah. 9. Meditasi Satu hal yang harus kita ingat, menciptakan perdamaian di dunia itu harus bermula dari diri sendiri. Tak hanya soal fisik, jiwa yang damai juga akan mendatangkan energi yang positif. Lakukan meditasi atau berdoa dan mendekatkan diri kepada sang khalik, niscaya kedamaian dalam diri akan kkita dapatkan. Jika diri kita sendiri sudah damai, kita tentu akan lebih siap untuk menyebarkan dan menciptakan perdamaian dunia. 3. Mengasihi orang yang berbuat jahat Pembacaan sekilas sudah cukup untuk mendeteksi bahwa bagian ini merupakan pokok pikiran yang baru. 12Ayat 9-16 lebih terfokus pada kasih di antara orang percaya, sedangkan ayat 17-21 lebih ke arah kasih orang percaya kepada mereka yang berada di luar komunitas iman. Secara khusus, mereka yang melakukan kejahatan kepada orang-orang Kristen. 11 12



Ibid., 40. Comfotrt Ray, Rasia Neraka Yang Terus Disimpan (Gandum Mas, 2010), 69.



Bagaimana kita seharusnya menyikapi situasi seperti ini? Bagaimana kasih kita tetap terpancar bagi mereka? Paulus memberikan dua nasihat: negatif (larangan) dan positif (perintah). Nasihat yang negatif adalah “jangan membalas” (12:17-19), sedangkan yang positif adalah “berbuat baik” (12:20a). Alasan bagi dua nasihat ini diberikan di ayat 20b: kita menaruh bara api di atas kepala musuh kita. Di penghujung pembahasan, Paulus merangkum dua nasihat tersebut ke dalam satu ide: mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (12:21). Menahan diri untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan . mungkin sudah sukar. Namun, lebih sukar lagi adalah menunjukkan kebaikan kepada lawan (12:20a). Kita tidak hanya dituntut untuk secara pasif membiarkan sesuatu. Kita pun harus secara aktif melakukan sesuatu. Sikap “membiarkan” bisa jadi sekadar didorong oleh ketakutan atau ketidakpedulian terhadap musuh. Diperlukan kekuatan dan keberanian yang lebih besar untuk melakukan kebaikan terhadap lawan.13 Godaan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan mungkin ada di dalam hati banyak orang. Kedagingan kita mudah memberontak tatkala diperlakukan secara tidak adil. Membalas dianggap sebagai solusi satu-satunya dan wajar untuk mendapatkan keadilan. Konsep seperti ini bertabrakan dengan ajaran Alkitab. TUHAN mengajarkan umat-Nya untuk berbuat baik kepada musuh . Tuhan Yesus sendiri bahkan secara eksplisit mengajakan para pengikut-Nya untuk:  mengasihi,  mendoakan,  dan memberkati musuh-musuh mereka (Mat. 5:38-39, 44-45; Luk. 6:29, 35).



Dia



14



sendiri bahkan mempraktikkan hal ini di atas kayu salib (Luk. 23:34).  Ajaran ini pasti mendatangkan perasaan yang tidak menyenangkan. Bagaimanapun, itulah yang dianggap baik di hadapan semua orang (ayat 17b; LAI:TB “yang baik bagi semua orang”; mayoritas versi Inggris “yang baik di mata semua orang”). Artinya, manusia secara umum menganggap perbuatan baik kepada musuh merupakan tindakan yang mulia . Itulah yang seyogyanya dilakukan juga oleh orang-orang Kristen.



13 14



JAY E.ADAMS, Bagaimana Mengalahkan Kejahatan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003).



1.4. Sistematika Penulisan Dalam Roma 12:9-21, telah kita melihat dan sehingga kita dapat memahaminya. Dengan demikian kami pemakalah akan membahas tentang Roma 12:9-21,yang meliputi: penulis surat,tujuan penulisan surat,waktu dan tempat penulisan surat,penerima surat,situasi yang terjadi pada Roma 12:9-21. Kemudian kami akan membahas tentang apa itu kasih menurut Roma 12:9-21, bagaimana membangun perdamaian,bagaimana mengasihi orang yang telah berbuat jahat, dan dilanjut kepada kesimpulan dan refleksi. 1.5. Metode Penelitian Dalam makalah ini untuk memahami dari teks Alkitab yaitu Roma 12:9-21, maka kami penulis menggunakan kajian teologi yaitu dengan menggunakan metode pendekatan Historis Kristis terhadap Roma 12:9-21 ini. Berusaha untuk mengerti dan mengetahui kondisi dan sejarahnya.



II.



PEMBAHASAN II.1.



Penulis



Rasul Paulus disebut sebagai penulis surat Roma terdapat dalam Roma 1:1,ia adalah hamba Yesus Kristus,yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan injil Allah. Ia seorang Israelketurunan Abraham,dari suku Banyamin (Rm.11:1;Lih.Jg.Fil.3:5). Menurut Kisah Para Rasul 22:3 Paulus lahir di kota Tarsus di tanah Kilikia. Sejauh ini perdebatan tentang siapa penulis surat Roma tidak menjadi persoalan. 15Walaupun para pakar teologi Liberal pernah berpendapat bahwa rasul Paulus tidak menulis surat Roma. Namun perdebatan tersebut terselesaikan dan hampir semua menerima bahwa rasul Paulus adalah penulis surat Roma. Bukti dalam dalam surat ini sendiri sangat meyakinkan.



Misalnya



16



tentang perjalanan Paulus ke Yerusalem untuk membawa persembahan dari Makedonia (Rm 15:25-27, Kis 19:21;20:1-5;21:15-19. Dikungan eksternal mengenai eksitensi surat ini juga sangat mendukung kesimpulan di atas.17Surat –surat Paulus termasuk dalam kelompok 15



M. Blaiklock E, Surat- Surat Pengembalaan (Gandum Mas, 2003), 98. Ruth dan Billy Grabam, Inti Alkitab Untuk Para Pemula (BPK Gunung Mulia, 2007), 34. 17 Ibid. 16



homolougomena yang diakui sebagai kanonik dan tidak ada masalah mengenai penulisnya. Data –data yang telah yang diuraikan diatas telah menjadi bukti yang kuat terhadap apa yang telah dinyatakan dalam Roma 1:1, yaitu bahwa rasul Paulu adalah penulis surat ini, dan sekaligus menyatakan nilai keotentikannya yang tidak bisa diragukan.



II.2.



Tujuan kepenulisan Surat



Makna penilisan Surat Roma yang dapat ditemukan dalam surat itu sendiri dapat diringkaskan sebagai berikut: (a) Berkenalan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1:11) (b) Meminta dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke spanyol yang sedang direncanakan Paulus (15:24)18 (c) Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan ketidakpastian Paulus mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke Yerusalem (15:30-31). (d) Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat Roma (14:1-15:13). II.3.



Waktu dan tempat penulisan surat



Keberadaan Paulus di korintus yang dirangkaikan dengan pengumpulan dana untuk Yerusalem juga dibebani oleh sejumlah perkara dalam jemaat Korintus yang harus diselesaikan.19Dalam situasi seperti ini Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Roma. Sebelumnya Paulus pernah datang ke Korintus tepatnya pada pertemuan dengan Priskila dan Akwila (Kis 18:2). Kunjungan terakhir ini berada dalam rangka perjalanan misi yang ketiga. John drane mengatakan bahwa perjalanan Misi Paulus yang terakhir ini lebih bersifat pelayanan pengembalaan yang ia pusatkan di Efesus dan Korintus. Rupanya selama tiga tahun di Efesus (Kis 20:31) ia mengadakan kunjungan singkat ke Korintus.



20



Berhubungan



dengan tanggal penulisan surat ini, Paulus tidak menyatakan secara langsung. Dalam Kisah Para Rasul 18:1-2, Paulus berada di Korintus dan bertemu dengan Priskila dan Akwila. Ia berada di Koruntus selama satu tahun enam bulan (ayt 11). Pada waktu Gallio menjadi 18



Raymond Carlson G, Surat Roma (Gandum Mas, 2012), 38. Ibid. 20 G, Surat Roma. 19



Gubernur di Akhaya. (ayt 12-14). Surat Roma ditulis di Korintus (15-32), agaknya pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga (15:25), menjelang awal musim pelayanan di wilayah laut tengah, jadi pada akhir musim dingin (februari-maret 57) keadaan Paulus saat itu digambarkan dalam Kisah para Rasul 20:1-3. 21Ternyata pada waktu itu orang-orang yahudi bermaksud membunuh dia, sehingga ia terpaksa membatalakn pelayanan ke Siria dan mengambil jalan darat ke Filipi (700 km jalan kaki dari Korintus) II.4.



Penerima Surat



Surat kepada orang Roma ditujukan kepada para anggota Gereja di Roma (lihat Roma 1:7). Asal usul Gereja di Roma tidak diketahui namun kemungkinan dimulai segera setelah hari Pentakosta, ketika orang Yahudi yang berkunjung dari Roma mendengar Petrus berkhotbah (lihat Kisah Para Rasul 2:10). 22Meskipun Paulus belum pernah ke Roma, dia menuliskan salam kepada Orang Suci tertentu yang dikenalnya baik melalui perkenalan sebelumnya ataupun melalui orang lain yang pernah tinggal di Roma, seperti Priskila dan Akwila (lihat Kisah Para Rasul 18:1–2, 18; Roma 16:1–16, 21). Jemaat Roma terdiri atas orang Yahudi (Rm 4:1;7:4-6) dan juga orang non Yahudi (Rm 1:5;13;11:13). Kemungkinan besar bahwa jemaat roma di dominasi oleh orang-orang non-Yahudi. Hal ini dapat dimengerti dari latarbelakang kota tersebut. masalah yang sulit dipecahkan hingga pada saat ini adalah identitas pendiri jemaat Roma dalam surat ini bahkan tidak ditemukan uskup atau pendiri umat (diaken) dan kapan jemaat itu mulai berdiri. Teori yang pernah muncul menyangkut pendiri jemaat Roma berasal dari tradisi roma katolik yang mengganggap bahwa jemaat roma didirikan oleh Paulus pada tahun 42 M. Teori ini tidak banyak diterima oleh karena sejumlah bukti Alkitab yang menyangkal bahwa petrus adalah pendiri jemaat di Roma. Stambaugh – Balch menyatakan,’’Dalam Kisah Para Rasul maupun surat kepada jemaat di Roma tidak disebutkan tentang tempat tinggal Petrus di Roma. II.5.



Sitz In Lebem



 Situasi Budaya Di dalam roma ini ada pertentangan – pertentangan didalam kristen yahudi dan bukan kristen orang yahudi dan juga ada pertikaian – pertikian di gereja dalam teks Roma ini dan persoalan makanan dan minuman muncul dalam roma ini dan juga berbagai golongan yang ada didalam kitab teks Roma ini sama seperti 1 korintus menceritakan tentang golongan .atau perbedaan kristen Yahudi dan bukan Yahudi 21 22



Ibid. E, Surat- Surat Pengembalaan, 200.



dan juga mulailah



timbul ketegangan – ketagangan yang ada dalam kebudayaan antar dua budaya ini. Dan diroma ini masi mengikuti hukum – hukum taurat pada saat itu atau hukum – hukum orang Yahudi pada saat itu dan disitulah paulus mengikritik hukum – hukum itu bahwa hukum itu tidak ada yang benar melainkan karena Allah kita di benarkan . 1 :18 23



 Situasi Agama Didalam hal ini paulus mau menasihatkan tidak ada orang Yahudi dan bukan Yahudi diayat 1-8 dan diayat 9 – 11 paulus inggin mengikritik orang – orang bukan Yahudi dan paulus juga disini mau menasihati gereja- gereja sebagai tubuh kristus supaya tetap lebih percaya kepada Kristus dan gereja yang dimasud oleh paulus disini mengenai jemaat- jemaatnya dan paulus juga mau menasihati orang kristen untuk apa kita disunat sebagai orang percaya kepada kristus dan sudah percaya kepada Kristus . tidak penting lagi sunat kalo sudah percaya kepada kristus, dan didalam ayat 4 -8 paulus menekankan iman yang sunggu – sunggu kepada Kristus .24dan didalam Roma 16 Paulus mau menekankan supaya mengenai tentang salam kepada Gereja dan menekankan sistem ibadah dalam Gereja .25



 Situasi Politik Adanya perbedaan diantara kaum Yahudi dan bukan Yahudi di teks roma ini dan adanya pergantian pemerintahan Nero pada saat diteks roma ini ayat nya 1:5 , 6 17 , 11:13 dan disini paulus mau menasihati tdak ada kristen Yahudi dan non Yahudi seolah disini pemimpin romawi hanya menekankan hukum taurat saja dan ini salah satu pertengaran didalam kitab roma ini dan adanya korupsi dikalangan pengawai negeri yang tidak dapat dicegah lagi dan seperuk penduduknya menjadi budak dalam dirinya . dan adanya adanya kejahatan dikitab roma 1:23 -30 dan ini adalah salah satu politk pada saat itu. Dan juga paulus sama – sma melayani bersama petrus pada saat itu didalam kis 19 :21. Dan mereka bersama – sama melayanai di Yudea pada saat itu . dan paulus mati dibawah pemerintahan neuro pada 64 M didalam Roma 15 :24 tujuannya ia ingin menmbantu supaya jemaat di roma terus maju kebarat dengan bantuan orang roma 26 23



Duyverman, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 92–93. Willy Marxen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 112. 25 Aplikasi Kamus Alkitab, n.d. 26 Ibid. 24



 Situasi Sosial Paulus membicarakan nasib israel dan hubungan nasib non Yahudi dan pada saat itu orang – orang israel menimbulkan masalah – masalah mengenai tentang keadilan Allah didalam diri mereka , dan paulus disini mengemukan kedaulatan tentang Allah menentukan pilihan – Nya . Untuk meyakinkan para Pembaca yang mempersoalkan kedaulatan Allah disini Paulus menggambarkan tentang ilustrasi Tukang Periuk dan Tanah Liat didalam Roma 9 :19 untuk memperlihatkan bahwa Kuasa kedaulatan Allah senantiasa padu dengan kemurahan . dan dalam hal sosial ini dia mau menekankan keyakinan bahwa tindak kebajikan Allah pasti Adil dalam diri orang israel dan menuntun Paulus menyanyikan pujian – pujian .27



II.6.



Interpretasi Teks



Bacaan firman Tuhan’’hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jsuhilsh ysng jshst dsn lskuksnlsh ysng bsik. (Ay.9) panggilan dalam nas ini ditujukan Rasul Paulus bagi persekutuan jemaat yang ada diroma dengan latar belakang yang berbeda dengan yang lain ( kristen yahudi dan Non Yahudi) di mana kristen yahudi merasa mereka lebih tinggi statusnya dibandingkan dengan kristen non yahudi dan melalui surat Rasul Paulus kepada jemaat roma berkata ‘’ Hendaklah kasihlah yang mempersatukan persekutuan. Karna dengan kasih kita akan dapat saling memberi hormat,saling mengutamakan satu dengan lain dan tidak ada yang sibuk mencari keuntungan dan kesenangan sendiri. Ayat 10b mengidentikkan kehormatan seseorang. Harus diberikan. Rasa malu adalah sikap peka terhadap kehormatan seseorang. Perhatian terhadap apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan orang lain. Nasihat Paulus itu mengarah pada kehidupan yang terhormat. Di atas semua itu ‘’layanilah Tuhan’’, berbuatlah hal-hal yang terhormat, bergembira dalam pengharapan,sabar,tekun dalam doa. Juga dengan membantu orang-orang yang menderita: janda,anak yatim piatu,para tawanan dan yang kekurangan. Juga dinasihatkan jangan mengutuk para penganiaya sekalipun. Allah akan mengusahakan keseimbangan dalam kehormatan dan rasa malu. ‘’Menumpukkan bara apidi atas kepalanya ‘’rupanya diambil dari cara penghukuman di mesir,dimana pesakitan meletakkan di atas kepalanya sebuah piring berisi bara api utnuk mengungkapkan penyesalan. Mempermalukan merupakan



27



Ibid.



tindakan yang dapat mempengaruhi lawan untuk bertobat. Dengan kata lain ,janganlah membalas kejahatan yang mempermalukan dengan jawaban yang terhormat. Sering kita berfikit bahwa Tuhanlah yang harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi. Baik masalah,bencana,dan penderitaan. Tuhanlaah yang harus turun tangan untuk menyelesaikan. Rasul paulus menasihatkan orang percaya tentang bagaimanaa caranya kita tampil bahkan terhadap dunia yang menganiaya kita,dan terhadap orang lain yang menderita penganiayaan dunia. bahwa kita sebagai alat-alat Tuhan utnuk mewujudkan damai sejahtera. Damai sejahtera bagi semua orang adalah tujuan Allah dalam kristus. Damai sejahtera tidak cocok dengan kejahatan, karena tubuh kristus harus tampil beda,karena selalu akan ada ketegangan dengan dunia. namun kejahatan harus dikalahkan. Hanya, cara kita mengalahkan kejahatan ialah dengan memberkati penganiaya dan berbuat baik kepadanya,supaya dia bertobat. Cara itu bisa saja terasa tidak adil,tetapi Rasul paulus mengingatkan kita bahwa di balik semua yang terjadi,Allah akan mengerjakan keadilan. Pembacaan sekilas sudah cukup untuk mendeteksi bahwa bagian ini merupakan pokok pikiran yang baru. Ayat 9-16 lebih terfokus pada kasih di antara orang percaya, sedangkan ayat 17-21 lebih ke arah kasih orang percaya kepada mereka yang berada di luar komunitas iman. Secara khusus, mereka yang melakukan kejahatan kepada orang-orang Kristen. Bagaimana kita seharusnya menyikapi situasi seperti ini? Bagaimana kasih kita tetap terpancar bagi mereka? Paulus memberikan dua nasihat: negatif (larangan) dan positif (perintah).



28



Nasihat yang negatif adalah “jangan membalas” (12:17-19), sedangkan yang



positif adalah “berbuat baik” (12:20a). Alasan bagi dua nasihat ini diberikan di ayat 20b: kita menaruh bara api di atas kepala musuh kita. Di penghujung pembahasan, Paulus merangkum dua nasihat tersebut ke dalam satu ide: mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (12:21).  (ayat 17-20a)



Berkali-kali menandaskan bahwa di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, kejahatan dan penderitaan seharusnya tidak mengagetkan. Hampir setiap hari kita mengalami, melakukan, atau menyaksikan kejahatan terjadi dalam kehidupan kita. Salah satu pengalaman pahit yang dialami oleh banyak orang adalah diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain. Pada saat peristiwa ini terjadi, kita perlu mengingat nasihat Paulus di bagian ini. 29 Pertama, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (ayat 17-19). Sesuai teks Yunani yang ada, 28 29



55 Nistain Odop, “Cinta Dan Kehidupan,” Cinta Dan Kehidupan ( Elex Media Komputindo,2017) (n.d.). JAY E.ADAMS, Bagaimana Mengalahkan Kejahatan.



banyak penafsir Alkitab menemukan struktur di bagian ini. Jangan membalas kejahatan muncul di awal dan akhir (ayat 17a, 19). Perilaku yang baik disebutkan di ayat 17c (melakukan apa yang baik) dan 18c (hidup dalam perdamaian). Kata “semua orang” muncul di ayat 17b dan ayat 18b. Inti nasihat terletak di tengah: “sedapat-dapatnya, jika hal itu bergantung padamu”.



Godaan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan mungkin ada di dalam hati banyak orang. Kedagingan kita mudah memberontak tatkala diperlakukan secara tidak adil. Membalas dianggap sebagai solusi satu-satunya dan wajar untuk mendapatkan keadilan. Konsep seperti ini bertabrakan dengan ajaran Alkitab. TUHAN mengajarkan umat-Nya untuk berbuat baik kepada musuh . Tuhan Yesus sendiri bahkan secara eksplisit mengajakan para pengikut-Nya untuk mengasihi, mendoakan, dan memberkati musuh-musuh mereka (Mat. 5:38-39, 44-45; Luk. 6:29, 35). 30Dia sendiri bahkan mempraktikkan hal ini di atas kayu salib (Luk. 23:34).  Ajaran ini pasti mendatangkan perasaan yang tidak menyenangkan. Bagaimanapun, itulah yang dianggap baik di hadapan semua orang (ayat 17b; LAI:TB “yang baik bagi semua orang”; mayoritas versi Inggris “yang baik di mata semua orang”). Artinya, manusia secara umum menganggap perbuatan baik kepada musuh merupakan tindakan yang mulia . Itulah yang seyogyanya dilakukan juga oleh orang-orang Kristen. Perilaku yang mulia ini dapat menciptakan kedamaian bagi semua orang (ayat 18). Apakah kedamaian pasti tercapai? Belum tentu! Perbuatan baik kepada musuh kadangkala tidak mampu meredakan kemarahan atau menghasilkan perubahan dalam diri orang lain. Perubahan orang lain memang bukan tujuan dari nasihat Paulus. Porsi kita hanyalah mengupayakan kedamaian sebisa mungkin. Respons orang lain tidak seharusnya menentukan tindakan kita. Bagi sebagian orang, nasihat Paulus di ayat 17-18 dipandang sebagai kelemahan dan kompromi terhadap ketidakadilan. Mereka menuntut bahwa keadilan perlu ditegakkan. Pembalasan adalah bagian dari upaya menciptakan keadilan. Slogan “turn back crime” sudah semakin akrab di telinga banyak orang. Keadilan diidentikkan dengan pembalasan terhadap kejahatan. Paulus sebenarnya sangat peduli dengan keadilan. Kejahatan perlu dibalaskan. Keadilan adalah sebuah keharusan. Walaupun demikian, agen pembalasan bukanlah kita sendiri, melainkan Allah (ayat 19). Murka Allah akan turun atas mereka yang berbuat jahat. Ini bukan sekadar harapan, melainkan kebenaran firman Tuhan. Hukuman datang dari Dia, bukan kita. Pembalasan kita seringkali tidak dilandasi oleh kasih. Hanya Allah yang mampu melakukan 30



Ibid.



penghukuman dengan penuh kasih.31 Salah satu bukti keadilan dan kasih Allah adalah status kita sebagai “saudara-saudara yang kekasih” (“orang-orang yang dikasihi”). Melalui sapaan ini Paulus ingin mengingatkan bahwa kita dahulu berada di bawah murka Allah (3:19-20). Oleh kasih-karunia-Nya di dalam Kristus Yesus, Allah menunjukkan keadilan-Nya di atas kayu salib (3:25a). Kasih dan keadilan bersua di kayu yang kasar. Jikalau penciptaan keadilan tidak dibungkus dengan kasih dan belas-kasihan, justru ketidakadilan yang muncul ke permukaan. Kenyataan mengungkapkan bahwa pembalasan seringkali lebih kejam daripada kejahatan awal. Apa yang dianggap sebagai obat bagi suatu penyakit justru menimbulkan efek samping yang lebih buruk daripada penyakit yang ingin disembuhkan. Itulah manusia!



(ayat 20a). Memberi makan dan minum kepada musuh di sini merupakan sebuah ungkapan yang merujuk pada segala macam bentuk kebaikan. Ada banyak hal positif yang bisa dilakukan terhadap musuh, bukan hanya memberi makanan dan minuman. Paulus sebelumnya bahkan sudah menyinggung tentang memberkati orang yang menganiaya kita (12:14). Menahan diri untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (12:17-19) mungkin sudah sukar. Namun, lebih sukar lagi adalah menunjukkan kebaikan kepada lawan (12:20a). Kita tidak hanya dituntut untuk secara pasif membiarkan sesuatu. Kita pun harus secara aktif melakukan sesuatu. Sikap “membiarkan” bisa jadi sekadar didorong oleh ketakutan atau ketidakpedulian terhadap musuh. Diperlukan kekuatan dan keberanian yang lebih besar untuk melakukan kebaikan terhadap lawan.



(ayat 20b) Secara alamiah kita terdorong untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Tanpa alasan yang kuat dan tepat, sulit bagi kita untuk berani melakukan sesuatu yang berlainan dengan naluri dan kecenderungan kita. Adakah alasan untuk bertindak sebaliknya? Alasan paling kuat dan tepat adalah ajaran firman Tuhan. Paulus mengutip nasihat yang sangat bijaksana. Dengan melakukan kebaikan kepada lawan, kita telah “menumpukkan bara api di atas kepalanya”. Walaupun ungkapan ini sangat terkenal, makna di baliknya tidak terlalu jelas. Apakah Paulus (dan penulis amsal) sedang memikirkan kebiasaan di suatu budaya tertentu? Tidak ada orang yang bisa mengetahuinya secara pasti. Tafsiran yang tradisional adalah memahami ungkapan ini sebagai rujukan pada rasa malu yang bernyalanyala. Dengan terus-menerus berbuat baik kepada musuh, kita menambah rasa malu mereka, sehingga pada akhirnya mereka menyesal telah berbuat jahat kepada orang yang baik. 31



Ibid.



Walaupun pandangan ini sangat populer, tidak ada argumen tertentu yang diajukan sebagai dukungan.32 Penafsir Alkitab yang lain mencoba mengaitkan ini dengan ritual Mesir tentang pertobatan dan penyesalan. Dalam ritual ini memang melibatkan bara api. Persoalannya, kita tidak bisa memastikan bahwa Paulus mengenal ritual tersebut. Konteks Roma 12:17-21 juga tidak memberi petunjuk ke arah sana. Konsep ini juga selaras dengan konteks yang ada. Sebelumnya Paulus sudah menjelaskan bahwa menahan diri dari pembalasan berarti memberi ruang bagi murka Allah (ayat 19a). Dengan cara yang sama, perbuatan baik kepada musuh juga mengarah pada ide tentang penghukuman ilahi. Kita melakukan bagian kita, Allah akan melakukan bagian-Nya.33 Kebenaran tentu saja tidak boleh disalahtafsirkan seolaholah tujuan kita membiarkan kejahatan dan membalasnya dengan kebaikan adalah untuk menyengsarakan orang lain. Tujuan kita adalah menaati perintah Allah. Ketaatan ini dilandaskan pada keyakinan kita terhadap keadilan dan kasih Allah. Dia tahu dan selalu mengambil keputusan yang terbaik.



 Rangkuman dari nasihat (ayat 21)



Ayat ini cukup mengagetkan. Paulus tidak menutup ayat 17-21 dengan konsep keadilan. Dia memilih berbicara tentang kemenangan dan kekalahan. Ini poin yang perlu digarisbawahi. Motivasi terbesar dalam pembalasan dendam sebenarnya bukan keadilan. Ini tentang kemarahan. Ini tentang adu kekuatan. Pendeknya, ini tentang menang atau kalah. Keadilan dinomerduakan. Kemenangan ditaruh di depan.34 Melalui ayat 21 Paulus ingin mengajarkan tentang kemenangan yang sejati. Cara mengalahkan kejahatan bukan dengan melakukan kejahatan yang lebih besar. Jika ini yang terjadi, dua pihak sama-sama menjadi pecundang. Keduanya sama-sama dikendalikan oleh kejahatan. Kunci mengalahkan kejahatan adalah menghindari kejahatan sekaligus melakukan kebaikan. Soli Deo Gloria.



Pasal 12 – 16 disini paulus mngajak umat bangsa israeel suupaya tetap mengasihi sebagai saudara seiman didalam Tuhan sama dengan halnya di pasal 4 – 5 paulus mengajak umat israel supaya saling mengasihi didalam Tuhan dan hendaklah kita hidup baru didalam Tuhan dan dipasal



ini paulus mau mengajari sebagai umat percaya kepada Yesus kristus



hendak lah mengasihi sesama kita manusia sebagai saudara seiman sama hal nya sama 32



Guthrei Donald, Teologi Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000). Ilmu Graha, Etika Hidup Bermakna (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013). 34 Ibid. 33



dengan pasal 8 paulus mengajarkan umat manusia



supaya umat manusia itu saling



mengasihi didalam sesama kita manusia sama halnya dengan pasal 8 kalo ada Roh kudus pasti kita mengasihi dengan sesama kita manusia 35



Nas Roma 12:9- 21 mau mengajarkan kita umat kristen jangan melakukan yang jahat dan hendaklah dan hendaklah melakukan kebaikan didalam Ibrani 1:9 dan didalam Roma 12 : 9 . Roma 12 :21 dan hendaklah kita melakukan kebaikan . dan sebagai orang beriman kepada



Kristus hendaklah kita saling mengasihi sesama manusia terlebih utama kepada



teman seiman menurut paulus . dan hendaklah kita simpati kepada orang – orang yang tidak sanggup dan membutukan pertolongan dengan sesama kita manusia maupun dengan teman seiman Roma 12:10. Dan sebagai orang percaya kepada paulus mau mengajarkan supaya kita tetap mengasihi sesama manusia dan hendalah kita melayani sesama kita manusia sebagai penggikut Kristus hendaklah kita melayani dan mengasihi sesama kita manusia . didalam 1 Tes 4 :9- 10 sudah jelas didalam nas ini paulus juga menekankan kelema lembutan dan simpati kepada oirang – orang yang tidak mampu dan memerlukan pertolongan kita dan sebagai orang beriman kepada Kristus hendakalah kita saling tolong menolong ke sesama manusia dan sama seperti didalam injil Yohanes 13 :34-35 juga mau mencontohkan teladan kepada Kristus hendaklah kita mengasihi sesama manusia dan kita sudah diselamatkan oleh Kristus demikian juga paulus mau mengajarkan umat Kristen supaya saling mengasihi didalam Roma 12: 20 dan hendaklah saling memberi kesama kita manusia dan saling tolong menolong kesama kita 36



III.



REFLEKSI Kasih itu hendaknya dilakukan dengan hati yang tulus,dan tidak mengharapkan fulus,



dan tidak mengharapkan imbalan setelah berbuat baik,betapa malunya kita sebagai anak Allah ketika juga mengharapkan imbalan ketika kita berbuat baik kepada orang lain. Kita adalah anak-anak Allah yang telah menerima kasih. kasih yang tulus dari ktistus. Dengan hidup saling mengasihi,umat Allah dapat menjalankan berbagai tugas panggilannya dengan baik dan ‘’menghasilakn buah’’bagi kemuliaan Allah,mesti menempatkan hal 35 36



Bhavink, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 835–837. Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), “Alkitab Sabda,” Sabdaweb.



saling mengasihi seperti dalam Roma 12, sebagai ciri khas kehidupan. Jiaklau tidak maka sebenarnya kita sedang merusak Gereja-gereja itu sendiri. Bukankah banyak gereja jemaat yang kalau berbicara tentang kasih begitu bersemangat tetapi untuk melaksanakannya begitu berat? Akibatnya banyak yang kehilanagn jati dirinya,bahkan tidak berbeda dengan



organisasi-organisasi dalam masyarakat. Ketika kita berusaha



untuk memahami dan mengerti apa yang disampaiakn Paulus tentang hidup dalam kasih, di sini tentu lebih mudah dari melaksanakannya. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kita tidak punya pilihan lain kita harus hidup dalam kasih. Semoga kita tidak hanya pandai berbicara tentang kasih atau memahaminya saja tetapi lebih dari itu kita juga harus tinggal dalam kasih itu. Cara untuk mewujudkan perdamaian dunia juga tidak berat. Banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan, dan modalnya hanya kemauan. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan, sebagai generasi muda, untuk menciptakan perdamaian dunia dan didalam ksih kita seharusnya kita bisa mengasihi sesama manusia kita dapat melihat Roma 12 :6



1. Jadilah Pribadi yang Baik tanpa Mengharapkan Imbalan Menjadi baik tidak berarti kita harus memberi uang atau memberi hadiah kepada seseorang. Kebaikan yang kita tujukan kepada orang-orang menunjukkan bahwa mereka itu penting.37 Kita bisa melakukan berbagai hal untuk melakukan kebaikan, misalnya dengan menyisihkan uang jajan dan memberikannya pada tunawisma, menyumbangkan sesutu kepada sesama yang membutuhkan, mempedulikan rekan-rekan, atau bahkan hanya menebar senyuman. Bete nggak sih kalau kita melihat wajah orang lain yang jutek atau cemberut? 2. Berhenti Menghakimi Orang Lain Sangat mudah memang untuk melontarkan komentar atau bahkan menilai seseorang hanya dengan melihat penampilannya. Namun prasangka buruk yang kamu



lakukan



hanya



akan



membuat



kita



tidak



nyaman.



Jangan takut atau berprasangka buruk pada orang-orang hanya dari cara mereka berpakaian, dimanapun kita berada. Karena belum tentu mereka seburuk yang kita bayangkan. Setiap orang memang memiliki keyakinan hidup tersendiri. Tak menutup kemungkinan dengan kita tak berprasangka buruk 37



Prof.Dr.H.M.Ridwan Lubis, Agama Dan Perdamaian: Landasan,Tujuan,Dan Realitas Kehidupan (Gramedia Pustaka Utama, n.d.), 15.



serta berbuat baik kepada orang lain, maka orang lain itu akan merasa bahwa kita adalah orang yang berarti dan menyadari manusia sebagai saudara. 3. Berhenti Berperan sebagai Korban Jika kita mengalami hal yang buruk dalam hidup, sangat mudah untuk merasa bahwa kita merupakan korban. Namun, perasaan itu hanya akan membawa kita pada perasaan yang melulu lemah. Lepaskan saja beban itu, dan lupakan hal yang membuat kita takut, karena itu hanya akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk menyebarkan perdamaian di dunia. Semakin kita terus berperan layaknya seorang korban, semakin mereka yang menyakiti kita merasa puas. Jadilah diri sendiri untuk menguatkan dirimu dan tersenyumlah. Hal ini akan membuat kita merasa damai, dan mencintai diri sendiri yang ujungnya akan membawa kedamaian. 4. Cintai Orang Lain Merasa damai atau bahkan mencintai orang yang pernah melakukan kejahatan kepada kita tentu bukan perkara mudah. Saat seseorang telah menyakiti kita, biasanya hal yang ingin kita lakukan adalah membalasnya, menggosipkannya, dan membicarakan keburukannya. Gimana mau menciptakan perdamaian dunia kalau diantara sesama saja tidak berdamai? Memaafkan adalah kunci besar untuk sebuah perdamaian dunia. Dalam hal ini tak hanya orang lain yang pernah menyakiti kita, tapi juga kerabat dan teman dekat yang pernah menyakiti kita di masa lalu. 5. Ciptakan Suasana Damai di Rumah Rumah menjadi tempat kita kembali dari aktivitas sehari-hari. Tentu saja kita mengharapkan suasana rumah yang damai, dan yang tidak membuat kita stres. Karena itu, lepaskan semua beban kerja saat kita ada di rumah, berbahagialah dan dengarkan musik yang menyejukkan hati. Hindari musik-musik bertemakan cinta yang seringkali membuat orang atau bahkan kita galau berkepanjangan. Pilih musik yang memotivasi dan membantu membawa kedamaian baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Saat kita merasa damai di rumah sendiri, kita akan keluar dari rumah dengan energi yang positif.38s 6. Luapkan Sisi Kreatif Dalam Diri Setiap orang memiliki sisi kreatif tersendiri. Gali sisi kreatif yang ada di dalam kita, misalnya dengan mewarnai, melukis, menggambar, bermusik, atau apapun yang bisa kita 38



Ibid., 32.



lakukan untuk menghilangkan stres. Kita juga bisa memajang semua karya kreatif kita di seluruh sudut rumah untuk memancing energi positif sehingga membawa kedamaian dalam diri sendiri dan menyebarkannya kepada orang lain. 7. Sisihkan Waktu dan Bantu Orang Lain Mungkin kita terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-hari, entah itu belajar ataupun bekerja. Namun, ada baiknya untuk menyisihkan sebagian waktu untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi seorang relawan. Misalnya membantu para tunawisma dengan memberikan mereka makanan atau membantu membersihkan tempat tinggal mereka. Beberapa rumah sakit bahkan membutuhkan para relawan terutama saat hari libur.Jika tak memungkinkan untuk keluar rumah, kita bisa mengunjungi situs seperti Kitabisa.com untuk melihat bagaimana kita bisa memberikan kontribusi dalam membantu orang lain. 8. Makan Makanan Sehat Untuk menciptakan perdamaian dunia, tentu saja membutuhkan energi. Jaga diri agar tetap prima dengan mengkonsumsi makanan yang sehat. Dengan kondisi fisik yang sehat, kita bisa menyebarkan lebih banyak kebaikan dan perdamaian. 39Disamping tentu saja lebih mudah. 9. Meditasi Satu hal yang harus kita ingat, menciptakan perdamaian di dunia itu harus bermula dari diri sendiri. Tak hanya soal fisik, jiwa yang damai juga akan mendatangkan energi yang positif. Lakukan meditasi atau berdoa dan mendekatkan diri kepada sang khalik, niscaya kedamaian dalam diri akan kkita dapatkan. Jika diri kita sendiri sudah damai, kita tentu akan lebih siap untuk menyebarkan dan menciptakan perdamaian dunia. 4. Mengasihi orang yang berbuat jahat Pembacaan sekilas sudah cukup untuk mendeteksi bahwa bagian ini merupakan pokok pikiran yang baru. 40Ayat 9-16 lebih terfokus pada kasih di antara orang percaya, sedangkan ayat 17-21 lebih ke arah kasih orang percaya kepada mereka yang berada di luar komunitas iman. Secara khusus, mereka yang melakukan kejahatan kepada orang-orang Kristen. Bagaimana kita seharusnya menyikapi situasi seperti ini? Bagaimana kasih kita tetap terpancar bagi mereka? Paulus memberikan dua nasihat: negatif (larangan) 39 40



Ibid., 40. Ray Comport, Rasia Neraka Yang Terus Disimpan (Gandum Mas, 2010), 69.



dan positif (perintah). Nasihat yang negatif adalah “jangan membalas” (12:17-19), sedangkan yang positif adalah “berbuat baik” (12:20a). Alasan bagi dua nasihat ini diberikan di ayat 20b: kita menaruh bara api di atas kepala musuh kita. Di penghujung pembahasan, Paulus merangkum dua nasihat tersebut ke dalam satu ide: mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (12:21). Menahan diri untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan . mungkin sudah sukar. Namun, lebih sukar lagi adalah menunjukkan kebaikan kepada lawan (12:20a). Kita tidak hanya dituntut untuk secara pasif membiarkan sesuatu. Kita pun harus secara aktif melakukan sesuatu. Sikap “membiarkan” bisa jadi sekadar didorong oleh ketakutan atau ketidakpedulian terhadap musuh. Diperlukan kekuatan dan keberanian yang lebih besar untuk melakukan kebaikan terhadap lawan.41 Godaan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan mungkin ada di dalam hati banyak orang. Kedagingan kita mudah memberontak tatkala diperlakukan secara tidak adil. Membalas dianggap sebagai solusi satu-satunya dan wajar untuk mendapatkan keadilan. Konsep seperti ini bertabrakan dengan ajaran Alkitab. TUHAN mengajarkan umat-Nya untuk berbuat baik kepada musuh . Tuhan Yesus sendiri bahkan secara eksplisit mengajakan para pengikut-Nya untuk:  mengasihi,  mendoakan,  dan memberkati musuh-musuh mereka (Mat. 5:38-39, 44-45; Luk. 6:29, 35).



Dia



42



sendiri bahkan mempraktikkan hal ini di atas kayu salib (Luk. 23:34).  Ajaran ini pasti mendatangkan perasaan yang tidak menyenangkan. Bagaimanapun, itulah yang dianggap baik di hadapan semua orang (ayat 17b; LAI:TB “yang baik bagi semua orang”; mayoritas versi Inggris “yang baik di mata semua orang”). Artinya, manusia secara umum menganggap perbuatan baik kepada musuh merupakan tindakan yang mulia . Itulah yang seyogyanya dilakukan juga oleh orang-orang Kristen.



IV.



41 42



Kesimpulan



Comport, Rasia Neraka Yang Terus Disimpan. JAY E.ADAMS, Bagaimana Mengalahkan Kejahatan.



Penulis simpulkan bahwa hidup harus tegak teguh dalam hal apapun tidak boleh menyerah menjalani hidup ini, sekalipun jatuh bangun harus bisa berdiri di atas kebenaran. Lewatilah hari demi hari dengan penuh suka cita dan disertai andalkan Tuhan untuk menjalani hidup ini dan percayalah bahwa pertolongan dari Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang mengandalkan Dia. Kasih artinya secara formal akan dibatasi oleh ruang dan waktu yang dapat di raih denagn cara ,bersihkan diri,optimis,serta sirami dan semaikan diri dengan kasih sayang. Kasih tidak kompromi dengan dosa tetapi terlebih dahulu mengedepankan Tuhan Yesus dalam segala hal, sehingga kasih itu tidak menyimpang dari kebenaran. Kasih juga berati aset. Aset mengandung arti bekal. Bekal yang harus dijaga dan dikembangkan agar menghasilkan apa yang orang tersebut inginkan. Ibarat sebuah mobil, tentunya seseorang harus menjaga keadaan bahan bakar jangan sampai seseorang itu kehabisan bahan bakar,sementara perjalanan yang akan ditempuh begitu panjang.



DAFTAR PUSTAKA



Bhavink. Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Comport, Ray. Rasia Neraka Yang Terus Disimpan. Gandum Mas, 2010. Donald, Guthrei. Teologi Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Drane John. Memahami Perjanjian Baru. Edited by BPK Gunung Mulia. Jakarta, 2005. Duyverman. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. E, M. Blaiklock. Surat- Surat Pengembalaan. Gandum Mas, 2003. End, Th.Van den. Surat Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002. G, Raymond Carlson. Surat Roma. Gandum Mas, 2012.



Graha, Ilmu. Etika Hidup Bermakna. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013. JAY E.ADAMS. Bagaimana Mengalahkan Kejahatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. Marxen, Willy. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. Nistain Odop, 55. “Cinta Dan Kehidupan.” Cinta Dan Kehidupan ( Elex Media Komputindo,2017) (n.d.). Prof.Dr.H.M.Ridwan Lubis. Agama Dan Perdamaian: Landasan,Tujuan,Dan Realitas Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama, n.d. Raflesia, Manna. “Sekolah Tinggi Teologi Arastamar.” Vol.3,No.2 (Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu.) 3 (2017). Ray, Comfotrt. Rasia Neraka Yang Terus Disimpan. Gandum Mas, 2010. Reflesia, manna. “Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu.” Manna Raflesia:Vol.3,No.2 (Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu 3 (2017). Ridwan, Lubis. H, m. Agama Perdamaian , Landasan , Tujuan, Lealitas, Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama, n.d. Ruth dan Billy Grabam. Inti Alkitab Untuk Para Pemula. BPK Gunung Mulia, 2007. Sapto, Prabowo Nugoroho. Terang Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). “Alkitab Sabda.” Sabdaweb. Aplikasi Kamus Alkitab, n.d. “Sekolah Tinggi Teologi Astramar Bengkulu.” manna reflesia: Volume 3 , no 2 (2017).