Makalah Perkembangan Kognitif Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Perkembangan Kognitif Peserta Didik



“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang dibina oleh Bapak Djoko Santoso”



Oleh : Sigit Romadhon Thrie Krisna Murti Brata Kencana Dwi Putra (180513626547)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG Fakultas Teknik Agustus 2019



i|Page



Daftar Isi Cover ............................................................................................................. i Daftar Isi.......................................................................................................ii Bab 1 Pendahuluan ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1 C. Tujuan .............................................................................................. 2 Bab 2 Pembahasan ....................................................................................... 3 A. B. C. D. E.



Pengertian Perkembangan Kognitif ................................................. 3 Proses Perkembangan Kognitif ........................................................ 4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif P. Didik ...... 5 Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik ....................... 8 Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik ............................ 13



Bab 3 Penutup ............................................................................................ 15 1. Kesimpulan .................................................................................... 15 Daftar Rujukan ........................................................................................... 16



ii | P a g e



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah. Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya. Orang tua juga berperan penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik. Maka dari permasalahan yang dijelaskan diatas, penulis menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memaparkan lebih dalam tentang perkembangan kognitif peserta didik agar pihak pendidik dan orang tua dapat memahami pentingnya perkembangan kognitif anak untuk keberlangsungan masa depan yang baik.



B. Rumusan Masalah Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain: a. Apa definisi dari perkembangan kognitif ? b. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?



1|Page



c. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada peserta didik? d. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahaptahapnya? e. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana solusinya ?



C. Tujuan Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui definisi perkembangan kognitif peserta didik. b. Menjelaskan proses perkembangan kognitif peserta didik. c. Menjelaskan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada peserta didik. d. Memaparkan tentang karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya. e. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan solusinya.



2|Page



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Perkembangan Kognitif Serupa dengan aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, kemampuan kognitif sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat maupun lingkungan. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Hal ini mengemukakan bahawa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu



kemampuan



individu



untuk



menghubungkan,



menilai,



dan



mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar. Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah berpikir (Ahmad Susanto, 2011: 48). Sehingga dapat dijelaskan bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan. Teori perkembangan kognitif, menurut Piaget perkembangan kognitif menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri dan informasi tidak sekadar dituangkan ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak dapat langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.



3|Page



Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses



psikologis



yang



berkaitan



bagaimana



individu



mempelajari,



memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.



B. Proses Perkembangan Kognitif Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternatif proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi. 1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Dalam pandangan Piaget, dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu ialah pengorganisasian dan penyesuaian. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu : a.



Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun) Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan



mengkoordinasikan pengalaman – pengalaman sensor (seperti melihat dan



4|Page



mendengar) dengan tindakan – tindakan motorik fisik, oleh karena itulah istilahnya sensorimotor. b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun) Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata – kata dan gambar – gambar. Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara informasi sensor dan tindakan fisik. c.



Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun) Pada tahap ini anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis



menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh yang spesifik atau konkret. d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa) Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata, pengalaman – pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal ini lebih sistematis dalam mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis dengan cara deduktif. 2.



Pendekatan Pemrosesan Informasi Pendekatan pemreosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu



memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan kegiatan yang kompleks seperti memecahkan masalah dan berfikir. Kognisi bermula ketika informasi dari dunia dideteksi melalui proses sensor dan persepsi. Kemudian informasi disimpan, disebarkan, dan didapatkan kembali melalui proses memori. Model pemrosesan informasi adalah suatu model sederhana yang dirancang untuk mengilustrasikan proses kognitif utama dan keterkaitannya.



C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Peserta Didik Dunia kognitif masa anak-anak prasekolah adalah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang-kadang berwarna hijau, dan langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, dan manusia seperti



5|Page



kecebong. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mental mereka



tentang



dunia



semakin



meningkat.Perkembangan



kognitif



anak



menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak. Ada faktor yang mempengaruhi



perkembangan



tersebut.



Faktor



yang



mempengaruhi



perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa “pengalaman yang berasal dari lingkungan dan kematangan, keduanya mempengaruhi perkembangan kognitif anak”. Sedangkan menurut Soemiarti dan Patmonodewo (2003: 20) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Sedangkan menurut Piaget dalam Yanuarita (2014 : 70) Pertumbuhan mental mengandung dua macam proses yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan struktur sedangkan belajar adalah perubahan isi. Proses perkembangan kognitif dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: 1. Faktor Hereditas 2. Faktor Transmisi Sosial 3. Faktor Pengalaman 4. Faktor Ekuilibrasi Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain sebagai berikut (Ahmad Susanto, 2011) : 1. Faktor Heriditas (Keturunan) Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi lehrin, linzhey dan spuhier berpendapat bahwa intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan(Pardjono, 2007).



6|Page



2. Faktor Kematangan Faktor kematangan disini maksudnya Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis. 3. Faktor Lingkungan Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori Tabula rasa.Menurut john locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukanoleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. 4. Faktor Pembentukan Faktor Pembentukan ialah segalah keadaan diluar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri. 5. Faktor Kebebasan Faktor



Kebebasan



dapat



diartikan



sebagai



kebebasan



manusia



dalam berpikir. Perkembangan kognitif yang terjadi pada manusia sepanjang hidupnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung antara lain faktor keturunan, faktor lingkungan, kematangan, pembentukan, minat dan bakat, serta



faktor



kebebasan.



Masing-masing



orang



memiliki



faktor



tersendiri yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya yang dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat 6. Faktor Minat Bakat Faktor Minat dan Bakat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat



7|Page



diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya. Diantara 6 faktor diatas, dapat dipahami bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan kognitif seorang anak adalah faktor lingkungan. Karena, banyak sekali orang orang sukses yang berasal dari latar belakang orang tua yang tidak berpendidikan tinggi. Dan juga beberapa faktor dari enam faktor tersebut lebih mengacu kepada faktor lingkungan. Contohnya seperti faktor pembentukan poin ke-empat. Sebagai contoh adalah seorang mahasiswi salah satu universitas negeri di jawa tengah yang berhasil menjadi wisudawati terbaik dengan rata rata IP 3,98, yang berasal dari latar belakang orang tidak mampu dan orang tua yang tidak berpendidikan tinggi. Ayahnya adalah seorang petani dan ibunya adalaah seorang buruh. Dia di ajarkan sejak kecil untuk belajar, belajar dan terus belajar.



D. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Masa kanak-kanak awal a.



Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2



sampai 7 tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 36 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok



8|Page



individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak. b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang



dilakukan



dengan



jalan



menginternalisasi



suatu



aktivitas



yang



memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu: 1. Berpikir Simbolik Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya. 2. Berpikir Egosentris



9|Page



Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan. 3. Berpikir lntuitif Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuatu. Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal. Model pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu: 1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan pemanggilan kembali di kemudian hari. 2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan. 3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan ingatan. Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal. 2. Masa Kanak-kanak Akhir Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal,



10 | P a g e



pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu : a)



Negosiasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.



b)



Hubungan Timbal Balik, yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.



c)



Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan bendabenda yang ada. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk



mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. 3. Masa Remaja a) Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang



sedemikian



rupa



sehingga



mereka



dengan



mudah



dapat



membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk



11 | P a g e



ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul. Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu : 1.



Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.



2.



Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.



Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah: a) Abstrak Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinankemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. b) Fleksibel dan kompleks Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai



12 | P a g e



tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik. c) Logis Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.



E. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik a. Masa kanak-kanak awal Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.



13 | P a g e



Maka solusinya ialah dengan membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca. b. Masa kanak-kanak akhir Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat. Maka solusinya ialah guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan dan sharing. c. Masa Remaja Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi bacaan. Maka solusinya ialah dengan membaca pemahaman secara serius.



14 | P a g e



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik. Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.



15 | P a g e



DAFTAR PUSTAKA Santtrock. J. W. 2002. Life-Span Development: perkembangan Masa Hidup. (edisi kelima) Jakarta: Erlangga Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia. Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-padaanak/, diakses 2 November 2010). Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4 November 2010)



16 | P a g e