Makalah Persepsi Sensori Mata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kami aturkan kepada Allah SWT, berkat ridho dan karunia-Nya sehingga kami mendapat petunjuk dalam menyelesaikan makalah “Sensori Persepsi Indera Penglihatan“ ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Rintangan dan hambatan kami hadapi dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat dukungan teman-teman dan media serta bimbingan dari dosen pembibing, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan do’a. Tidak lupa pula kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, dikarenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini. Penulis



1



DAFTAR ISI Kata pengantar ...........................................................................................................................1 Daftar isi ....................................................................................................................................2 BAB I Pendahuluan ...................................................................................................................3 Latar belakang ...............................................................................................................3 Tujuan ............................................................................................................................3 BAB II Materi Anatomi fisiologi mata ..................................................................................................4 Proses melihat ................................................................................................................7 Gangguan penglihatan ...................................................................................................9 Pengkajian ...................................................................................................................21 Asuhan keperawatan ...................................................................................................22 BAB III ...................................................................................................................................27 Daftar pustaka .........................................................................................................................28



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubaan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu : 1. Indra penglihat (mata) 2. Indra pendengar (telinga) 3. Indra peraba (kulit) 4. Indra pengecap (lidah) 5. Indra pencium (hidung) Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor. Reseptor berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbondioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor. Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.



B. Tujuan 1. Mengetahui anatomi fisiologi mata 2. Mengetahui bagaimana proses melihat 3. Mengetahui gangguan pada mata 4. Mengetahui asuhan keperawatan pada mata



BAB II 3



MATERI A. Anatomi Fisiologi Mata Mata Manusia adalah Organ yang Memberikan Kita Penglihatan. Mata adalah organ yang memberi kita kemampuan mengenali cahaya, yang memungkinkan kita untuk belajar lebih banyak tentang dunia sekitar dibandingkan dengan salah satu dari panca indera lainnya. Kita menggunakan mata kita hampir disetiap kesempatan, baik membaca, bekerja, menonton televisi, menulis surat, mengendarai mobil, dan kegiatan lainnya yang tidak terhitung jumlahnya. Penglihatan adalah indera yang paling berharga dari panca indera, dan banyak orang lebih takut mengalami kebutaan daripada cacat lainnya. Mata memungkinkan kita untuk melihat dan menafsirkan bentuk, warna, dan dimensi benda-benda di dunia dengan mengolah cahaya yang direfleksikan oleh benda yang melepaskan cahaya. 1. Kornea Kornea adalah kubah berbentuk jendela transparan yang menutupi bagian depan mata. Kornea merupakan permukaan bias yang kuat, memberikan 2/3 dari kekuatan fokus mata. Kornea menyajikan jendela sebagai sarana untuk kita melihat. 2. Iris Bagian berwarna dari mata disebut iris atau selaput pelangi. Bagian ini mengontrol tingkat cahaya di dalam mata, mirip dengan lubang lensa pada kamera. Pembukaan berbentuk bulat di tengah selaput pelangi disebut pupil. Selaput pelangi tertanam dengan otot-otot kecil yang membesar (melebar) dan mengecilkan (sempit) ukuran pupil. 3. Pupil Pupil adalah bukaan melingkar berwarna hitam di tengah selaput pelangi. Pupil membuka dan menutup untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam bola mata. 4. Lensa Kristal Fungsi dari lensa adalah untuk memfokuskan cahaya ke bagian belakang mata. Inti, bagian terdalam dari lensa dikelilingi oleh bahan yang lebih lembut yang disebut korteks. Lensa ini terbungkus dalam kapsuler yang menyerupai kantong dan menggantung di dalam mata dengan membrane kecil yang disebut zonules. 5. Vitreous Vitreous adalah substansi tebal yang transparan yang mengisi bagian tengah mata. Sebagian besar terdiri dari air dan meliputi sekitar 2/3 dari volume mata, yang menjadikannya berbentuk. 6. Konjungtiva 4



Konjungtiva adalah jaringan tipis dan transparan yang menutupi permukaan luar mata. Dimulai pada tepi luar kornea, meliputi bagian yang terlihat dari mata, dan garis bagian dalam kelopak mata. Jaringan ini dipelihara oleh pembuluh darah kecil yang hampir tak terlihat dengan mata telanjang. 7. Sklera Sklera, yang pada umumnya dikenal sebagai “bagian putih mata”, adalah sebuah jaringan yang keras dan buram yang berfungsi sebagai lapisan pelindung terluar mata. 8. Koroid Koroid terletak di antara retina dan sklera. Koroid terdiri dari lapisan pembuluh darah yang memelihara bagian belakang mata. 9. Makula Makula terletak kira-kira di tengah retina, temporal untuk saraf optik. Makula merupakan bagian kecil dan sangat sensitif dari retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan utama yang rinci. Fovea adalah bagian tengah dari makula. Makula memungkinkan kita untuk memahami detail dan melakukan tugas-tugas yang memerlukan penglihatan yang terpusat seperti membaca. 10. Retina Retina adalah jaringan dengan lapisan sangat tipis yang melapisi bagian dalam mata. Retina bertugas untuk menangkap sinar cahaya yang masuk ke mata. Impuls cahaya tersebut kemudian dikirim ke otak untuk diproses, melalui saraf optik. 11. Saraf Optik Saraf optik mentransmisikan impuls listrik dari retina ke otak. Saraf optik menghubungkan ke bagian belakang mata dekat makula. Bagian yang terlihat dari saraf optik disebut disk optik.



Anatomi Fisiologi Air Mata Air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh poses lakrimasi untuk membersihkan mata. Kata lakrimasi juga dapat digunakan merujuk pada menangis. Emosi yang kuat juga dapat menyebabkan menangis, walaupun kebanyakan mamalia darat memiliki system lakrimasi untuk membiarkan mata mereka basah manusia adalah mamalia satu-satunya yang memiliki emosi airmata. 5



Lapisan air mata berfungi untuk menyediakan permukaan refraktif dalam menjaga tajam penglihatan untuk melindungi Permukaan bola mata. Air mata mengandung protein spesifik seperti lysozym, lactoferin, lipocalin, imunoglobulin A sekretarius dan fosfolipase A2 yang berperan sehingga dapat melindungi permukaan bola. Lapisan air mata juga berfungsi menyediakan nutrisi dan oksigen untuk kornea yang avaskular. Lapisan ini membuat lingkungan lembab bagi sel epitel, melicinkan permukaan bola mata sekaligus melarutkan stimulus yang mengganggu. Air mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu lipid, aqueous, dan musin. Ketebalan lapisan air mata sekitar 8-9 µm. Lapisan lipid merupakan lapisan superfisial dengan ketebalan sekitar 0,1-0,2 µm. Lapisan aqueous di bagian tengah dengan ketebalan 7-8 µm dan lapisan musin di bagian basal dengan ketebalan 1 µm. Lapisan lipid dihasilkan oleh kelenjar meibom yang berfungsi untuk mencegah penguapan air mata dan mempertahankan stabilitas air mata. Lapisan aqueous dihasilkan oleh kelenjar lakrimal utama yang terletak dalam orbita maupun kelenjar lakrimal tambahan seperti seperti kelenjar Krause dan Wolfring pada konjungtiva. Lapisan ini berfungsi sebagai pelarut nutrisi, penyedia oksigen, antibakterial dan antiviral, serta menjaga regularitas 24 kornea. Lapisan musin yang kaya akan glikoprotein kontak dengan permukaan epitel kornea berperan sebagai barier dari perlekatan maupun penetrasi partikel asing



atau bakteri ke



permukaan bola mata. Musin diproduksi oleh sel goblet. Hampir seluruh ketebalan lapisan air mata diisi oleh lapisan aqueous. Lapisan ini mengandung air, elektrolit dan protein. Lapisan aqueous dihasilkan terutama oleh kelenjar lakrimal selain dari kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar eksokrin yang berlokasi dalam fossa lakrimal. Fossa ini dibentuk oleh tulang frontal pada kuadran supero-lateral orbita. Kelenjar lakrimal dibagi menjadi dua bagian oleh aponeurosis levator, yaitu bagian palpebra dan bagian orbita. Bagian palpebra terletak dekat dengan bola mata dan tampak saat dilakukan pelipatan palpebra (eversi) yaitu pada superolateral konjungtiva. Kelenjar Krause dan Wolfring disebut juga kelenjar lakrimal tambahan yang menghasilkan 10% dari seluruh lapisan aqueous. Kelenjar Krause berlokasi sebagian besar pada forniks superior bagian lateral selain di forniks inferior. Kelenjar Wolfring terdapat sepanjang tarsus. 6



Kelenjar lakrimal memproduksi lapisan aqueous air mata yang selanjutnya akan membasahi seluruh permukaan bola mata melalui proses berkedip. Setelah itu, air mata akan menuju ke pungtum lakrimal yang berbentuk lubang kecil 25 pada bagian dalam palpebra medial di superior dan inferior. Air mata akan diekskresikan ke sakus lakrimal melalui kanalis lakrimal. Dari sakus, air mata turun ke duktus nasolakrimal menuju meatus inferior.



B. Proses Melihat Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat. kerusakan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris, selain member warna pada mata iris juga dapat merubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikrimkan ke otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di bagian belakang mata. Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu difokuskan ke retina.Semua system yang telah kami sebutkan tadi berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul dari pada peralatan mekanik yang dibuat untuk meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru, bahkan system perekaman gambar buatan paling modern di dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk membuat alat perekaman gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih unggulnya teknologi penciptaan mata. Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini semakin terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk Kristal yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang datang dari mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan iris kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi pada retina, sehingga sel-sel retina dapat merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang disebut foton mengenai sel-sel retina. Ketika itu mereka menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis retinal. Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah bentuk dan 7



kemudian mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin. Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk yang memungkinkannya berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu tetapi proses sesungguhnya baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam sel. Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energy listrik energy ini merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata.Agar mata dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak. Namun selsel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini melanjutkan perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit terjadi energy listrik diubah menjadi energy kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain. Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya dengan cara ini sinyal berhasil mencapai pusat penglihatan pada otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang penuh buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena adanya system sempurna yang terdiri atas ratusan kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik. Mekanisme melihat adalah : 1. Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil. 2. Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda yang dimaksud jatuh tepat di retina mata. 3. Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda tersebut ke otak. 4. Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat melihat benda tersebut. 8



C. Gangguan Penglihatan  Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan ataupun menurunnya luas lapangan pandang, yang dapat mengakibatkan kebutaan (Quigley dan Broman, 2006).  Cacat Netra dalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit (Marjuki, 2009)  Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tunanetra ialah tidak dapat melihat, buta. Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya hambatan dalam penglihatan serta tidak berfungsinya penglihatan (Heward & Orlansky, 1988 cit Akbar 2011). Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik



pada



pria



maupun



wanita.



Konjungtiva



menipis



dan



berwarna



kekuningan,produksi air mata oleh kelenjar lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang ( sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko sedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objekobjek dengan jelas, semua hal itu dapat memengaruhi kemampuan fungsional para lansia.



9



Klasifikasi Penyandang Cacat Penglihatan Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF) dalam Marjuki (2009), Penyandang Cacat Penglihatan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: a. Low vision (Penglihatan Sisa) adalah seseorang yang mengalami kesulitan/ gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan penerangan yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan warna. Jika responden memakai kacamata maka yang ditanyakan adalah kesulitan melihat ketika melihat tanpa kacamata (sumber: modifikasi Susenas 2000 dan ICF) (tidak termasuk orang yang menggunakan kacamata plus, minus ataupun silinder). b. Light Perception (Persepsi Cahaya) yaitu seseorang hanya dapat membedakan terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda didepannya. c. Totally blind (Buta Total) yaitu seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui/ membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung di depan matanya. Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, ada beberapa klasifikasi tunanetra, seperti di bawah ini: Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan: a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesankesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri. e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihanlatihan penyesuaian diri. Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. 10



b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal. c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.



Penyebab Ketunanetraan Ada berbagai faktor yang menyebabkan kelainan penglihatan (ketunanetraan) seperti kelainan struktur mata atau penyakit yang menyerang cornea, lensa, retina, saraf mata dan lain sebagainya. Di samping itu kelainan penglihatan juga dapat diperoleh karena faktor keturunan misalnya perkawinan antar saudara dekat dapat meningkatkan kemungkinan diturunkannya kondisi kelainan penglihatan. Secara garis besar kelainan penglihatan dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu : a. Kelainan Refraksi Bagi seseorang yang mengalami kelainan refraksi (pembiasan cahaya) tanpa disertai gangguan lain, biasanya dapat diperbaiki penglihatannya hingga menjadi normal dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak. Bagi penyandang kelainan refraksi yang telah dikoreksi dengan kaca mata biasanya tidak ada masalah dengan penglihatannya kecuali jika kaca mata atau lensa kontak yang diresepkan baginya tidak dipakai. Beberapa kelainan refraksi meliputi: 1) Myopia dan Hyperopia Dalam penglihatan normal, berkas cahaya paralel yang datang dari jauh akan terfokus pada retina. Jika bola mata terlalu panjang dari depan ke belakang, maka berkas cahaya itu terfokus di depan retina dan hal ini mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buram. Seseorang yang mengalami myopia sering dikatakan memiliki penglihatan dekat (nearsightedness) karena ketajaman penglihatannya bagus pada jarak dekat tetapi mengalami masalah pada jarak jauh. Pada penderita myopia image obyek yang dilihat tidak jelas, masalah ini terjadi selain karena bola mata lebih besar dari pada yang normal juga dapat terjadi pada bola mata yang normal tetapi elastisitas lensanya kurang baik dan kekuatan refraksi lensa dan cornea menguat. 11



Dalam kebanyakan kasus myopia, pemanjangan bola mata itu hanya sedikit dan tidak terus memanjang, dan koreksi dapat dilakukan dengan pemakaian kaca mata. Akan tetapi, dalam sejumlah kecil kasus myopia, bola mata memanjang terus. Kondisi ini dikenal dengan istilah progressive myopia atau high myopia, dan ketajaman penglihatan yang normal tidak akan dapat dicapai dengan pemakaian kaca mata ataupun lensa kontak. . Sebaliknya jika bola mata lebih kecil dari yang normal atau lensa dalam keadaan tidak dapat berakomodasi dengan baik sehingga bentuknya cenderung cekung, akibatnya image obyek yang sedang dilihat difokuskan di belakang retina dan pada kondisi seperti ini penderita merasakan penglihatannya menjadi kabur. Kelainan seperti ini disebut hyperopia atau penglihatan jauh (farsightedness). Penderita hyperopia mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan mengalami gangguan penglihatan pada jarak dekat tetapi normal pada jarak jauh. Dalam kasus hyperopia yang parah penglihatan menjadi tidak efektif. Hyperopia sederhana dapat dikoreksi hingga ke penglihatan normal dengan mengunakan lensa cembung (lensa plus) sehingga berkas cahaya terfokus pada retina. Permasalahan biasanya timbul hanya apabila kondisi ini disertai kondisi penglihatan lain seperti katarak. Dalam kasus seperti ini, meskipun kaca mata akan diresepkan, tetapi ketajaman penglihatan tetap akan berkurang dan kondisi ini dapat disertai dengan keadaan juling. 2) Presbyopia Dengan meningkatnya usia, seseorang pada umumnya mengalami penurunan fungsi akomodasi sehubungan dengan lemahnya elastisitas lensa dan cairan lensa yang mengeras. Oleh karena gangguan penglihatan ini umumnya berkaitan dengan meningkatnya usia maka, keadaan ini disebut presbyopia. Presbyopia biasanya terjadi pada usia 40-an dan penderita mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan mengalami gangguan untuk membaca. Seseorang yang mengalami presbyopia dapat dibantu dengan sepasang kaca mata yang memiliki dua lensa. Lensa semacam ini disebut lensa bifocals, satu lensa untuk membantu menyebarkan (diverge) cahaya dan yang lain untuk memfokuskan (converge) cahaya. 3) Astigmatism



12



Penyebab utama astigmatism adalah bervariasinya daya refraksi cornea atau lensa akibat kelainan dalam bentuknya permukaannya. Hal ini mengakibatkan distorsi pada image yang terbentuk pada macula. Bila kasusnya sederhana, kondisi ini dapat dikoreksi dengan memakai kaca mata dengan lensa silindris, tetapi permasalahan menjadi lebih berat bila kondisi ini disertai myopia dan hypermetropia. Bila disertai dengan jenis gangguan penglihatan lain, koreksinya akan menjadi sulit dan dapat mengakibatkan berkurangnya ketajaman penglihatan bahkan kebutaan. 4) Katarak Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada lensa di mana cairan dalam lensa menjadi keruh. Karena cairan dalam lensa keruh, lensa mata kelihatan putih dan cahaya tidak dapat menmbusnya. Orang yang mengidap katarak melihat seperti melalui kaca jendela yang kotor karena keruhnya lensa menghalangi masuknya cahaya ke retina. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama baik pada anak-anak maupun orang tua. a) Definisi Katarak 



Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan (Klinik mata nusantara, 2008)







Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mataberselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya (Wikipedia, 2012)







Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua- duanya.Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. jilid satu.2001)



13



Gambar 1. Perbedaan mata normal dan mata Katarak b) Etiologi Sebagian



besar



katarak



terjadi



karena



proses



degeneratif



atau



bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi : 



Faktor keturunan.







Cacat bawaan sejak lahir.







Masalah kesehatan, misalnya diabetes.







Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.







Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)







Gangguan pertumbuhan,







Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.







Rokok dan Alkohol







Operasi mata sebelumnya.







Trauma (kecelakaan) pada mata.







Faktor-faktor lainya yang belum diketahui



c) Klasifikasi 



Katarak primer Katarak primer, menurut umur ada tiga golognan yaitu :



14



-



Katarak juvenilis (umur